OLEH KELOMPOK 3 :
S1 AK14 A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2015
1. A. MATURI YANG DIAJUKAN
Dari pemeriksaan SPT Toyota pada 2005 itu, petugas pajak menemukan
sejumlah kejanggalan. Pada 2004 misalnya, laba bruto Toyota anjlok lebih dari 30 persen,
dari Rp 1,5 triliun (2003) menjadi Rp 950 miliar. Selain itu, rasio gross margin –atau
perimbangan antara laba kotor dengan tingkat penjualan-- juga menyusut. Dari
sebelumnya 14,59 persen (2003) menjadi hanya 6,58 persen setahun kemudian.
Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan
bahwa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2006
Nomor : 00032/406/06/055/08 tanggal 17 Januari 2008 diterbitkan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Penanaman Modal Asing Dua berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor : LAP-
022/WPJ.07/KP.0305/2008 tanggal 15 Januari 2008 dengan perhitungan sebagai berikut :
Rp. 31.395.429.213,00
1. Penghasilan Neto semula :
Rp. (16.489.688,00)
ditambah / (dikurangi)
bahwa atas Keputusan Keberatan di atas, Pemohon BandingRp.masih
Penghasilan Neto cfm. Keputusan Keberatan :
keberatan sehingga
31.378.939.525 ,00
dengan Surat Nomor : 004/NTC-BPjk/III/2009, tanggal 11 Maret 2009 mengajukan
Rp. 0,00
permohonan
2. Kompensasi Kerugian : banding;
Rp. 31.378.939.525 ,00
3. Penghasilan Kena Pajak
Rp. 9.396.181.700,00
4. PPh yang terutang :
Rp. 16.915.248.810,00
5. Kredit Pajak :
Pokok Sengketa : bahwa sengketa yang terbukti dalam perkara banding ini adalah koreksi Terbanding
Rp. (7.519.067.110,00)
6. PPh yang masih harus (lebih) dibayar :
terhadap:
Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan
Surat Tergugat Nomor: S-127/WPJ.07/KP.0407/2010 tanggal 12 April
2010 tentang Permohonan Restitusi Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
Kesimpulan Majelis:
bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis dalam persidangan atas Interest Loan berupa ayat
jurnal penyesuaian oleh auditor, invoice dan bukti pembayaran interest diperoleh petunjuk
bahwa rincian pembebanan interest Bank Loan sebesar Rp.46.321.458,00 berdasarkan
adjustment journal sebagai berikut:
bahwa dengan demikian Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas Koreksi Penghasilan
Neto dari Luar Usaha – Biaya Bunga sebesar Rp 29.831.770,00 (Rp.46.321.458,00 -
Rp.16.489.688,00) tidak mempunyai dasar dan alasan yang kuat sehingga tidak dapat
dipertahankan;
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;
Rp22.703.470.765,00
1. Harga Pokok Penjualan -biaya royalti
2. Penghasilan Neto dari Luar Usaha-Bunga Pinjaman Rp 29.831.770,00
Memutuskan :
Menyatakan mengabulkan permohonan gugatan Penggugat dengan membatalkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: S-127/WPJ.07/KP.0407/2010 tanggal 12 April
2010, tentang Permohonan Restitusi Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
C. TAHUN 2005 :
Ketetapan pajak atas Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan Surat Nomor :
007/NTC-KPP PMA2/IV/2008 tanggal 15 April 2008 dan dengan Keputusan Terbanding
Nomor : KEP-1614/WPJ.07/BD.05/2008 tanggal 15 Desember 2008, keberatan tersebut
diterima sebagian dengan perhitungan sebagai berikut :
Bahwa yang di atas merupakan Keputusan Keberatan di atas, Pemohon Banding masih
keberatan sehingga dengan Surat Nomor : 004/NTC-BPjk/III/2009, tanggal 11 Maret 2009
mengajukan permohonan banding.
b. bahwa sedangkan peredaran usaha Pemohon Banding tahun 2006 berdasarkan foto
copy SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2006 yang diserahkan Pemohon Banding adalah
sebesar Rp.501.677.944.638,00 dan biaya royalti untuk tahun 2006 adalah sebesar
Rp.22.703.470.765,00;
e. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dibandingkan dengan tahun 2005,
pada tahun 2006 terjadi penurunan peredaran usaha sebesar Rp.161.487.175.164,00
(24,35%), sedangkan biaya royalti tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar
Rp.11.727.389.184,00 (106,84%). Kenaikan pembayaran royalti yang sangat signifikan
yaitu sebesar 106,84% sangat tidak sebanding dengan penurunan penjualan;
g. bahwa perubahan formula perhitungan royalti yang disetujui oleh kedua belah pihak
yang menurut Pemohon Banding merupakan penyebab tidak sebandingnya peningkatan
jumlah royalti yang dibayarkan dengan penurunan penjualan, bisa saja terjadi karena
penerima royalti merupakan pemegang saham mayoritas yang tentu memiliki pengaruh
cukup besar dalam pengambilan suatu keputusan termasuk menentukan disetujui
tidaknya perubahan formula perhitungan royalti tersebut;
h. bahwa Pasal 9 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan :
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan.
TAHUN 2007-2008 :
MAJELIS PENGADILAN PAJAK MEMUTUSKAN :
Hasil Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap
Keputusan : Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-1614/WPJ.07/BD.05/2008 tanggal 15
Desember 2008 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak
Penghasilan Badan Tahun Pajak 2006 Nomor : 00032/406/06/055/08 tanggal 17
Januari 2008, sehingga Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2006 menjadi sebagai
berikut :
2.KeputusanKeberatan
sesuaidengandata/keterangan yang
diperolehdarihasilpemeriksaandanditerimaseluruhnyaberdasarkanperhitungan WP,
atauatasperintah UU.
diperolehdarihasilpemeriksaan
tidakmemenuhipersyaratanjangkawaktu 3 bulan.
5. menambahbesarnyajumlahpajakterutang,
apabilaberdasarkanhasilpemeriksaandiperolehpenghitungan yang
Apabiladalamjangkawaktu 12
bulansejaktanggalditerimanyaSuratKeberatandanDirekturJenderalPajaktidakmemberikeputusa
n, makakeberatan yang
diajukantersebutdianggapditerimadanditerbitkanSuratKeputusanKeberatan yang
berisimenerimaseluruhnya. Ketentuaninidimaksudkanuntukmemberikankepastianhukumbagi