Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Hukum
Hukum ialah salah satu dari norma dalam masyarakat. Berbeda dari tiga norma lainnya,
norma hukum memiliki sanksi yang lebih tegas. Hukum sulit didefinisikan karena
kompleks dan beragamnya sudut pandang yang hendak dikaji. Beberapa pengertian
hukum menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut.

1. Drs. E. Utrecht, S.H.


Dalam bukunya yang berjudul Pengantar dalam Hukum Indonesia (1953), beliau
mencoba membuat suatu batasan sebagai pegangan bagi orang yang sedang
mempelajari ilmu hukum. Menurutnya, hukum ialah himpunan peraturan-
peraturan (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib kehidupan
bermasyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan karena pelanggaran petunjuk hidup itu dapat menimbulkan
tindakan dari pihak pemerintah.
2. Achmad Ali
Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah,
yang dibuat atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang dituangkan baik
dalam aturan tertulis (peraturan) ataupun yang tidak tertulis, yang mengikatdan
sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan, dan dengan
ancaman sanksi bagi pelanggar aturan itu.
3. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari
orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain,
menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan (1995).
4. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja
Hukum ialah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan memelihara ketertiban serta
meliputi lembaga-lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidah
sebagai kenyataan dalam masyarakat.
5. J. C. T. Simorangkir
Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat dan dibuat oleh lembaga berwenang.
6. Mr. E. M. Meyers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan.
Ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi
pedoman bagi penguasapenguasa negara dalam melakukan tugasnya.
7. S. M. Amin
Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum,” hukum
dirumuskan sebagai berikut: Kumpulankumpulan peraturan yang terdiri atas
norma dan sanksi sanksi. Tujuan hukum itu adalah mengadakan ketertiban
dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
8. P. Borst
Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di
dalam masyarakat. Yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan
mendapatkan tata atau keadilan.

9. Prof. Dr. VanKan


Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hukum


memiliki beberapa unsur sebagai berikut.

 Peraturan tentang perilaku manusia dalam pergaulan di lingkungan masyarakat.


 Peraturan tersebut dibuat oleh lembaga resmi yang berwenang.
 Peraturan tersebut memiliki sifat memaksa.
 Sanksi atau hukuman pelanggaran bersifat tegas

B. HUKUM PERIKATAN
1. Definisi
Perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang
terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
yang lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur- unsur per ikatan ada empat, yaitu :
1.Hubungan hukum
2.Kekayaan
3.Pihak-pihak
4.Prestasi.

2. Sumber hukum perikatan adalah sebagai berikut :


1.Perjanjian ;
2.Undang- undang, yang dapat dibedakan dalam
Undang- undang semata- mata
Undang- undang karena perbuatan manusia yang halal dan melawan hukum
3.Jurisprudensi;
4.Hukum tertulis dan tidak tertulis;
5.Ilmu pengetahuan hukum.
3. Jenis Perikatan
Perikatan dibedakan dalam berbagai- bagai jenis :
1.Dilihat dari objeknya
a.Perikatan untuk memberikan sesuatu;
b.Perikatan untuk berbuat sesuatu;
c.Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.
Perikatan untuk memberi sesuatu (geven) dan untuk berbuat sesuatu
(doen) dinamakan perikatan positif dan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu
(niet doen) dinamakan perikatan negatif;
d.perikatan mana suka (alternatif);
e.perikatan fakultatif;
f.perikatan generik dan spesifik;
g.perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi (deelbaar dan
ondeelbaar);
h.perikatan yang sepintas lalu dan terus- menerus (voorbijgaande dan
voortdurende).

2.Dilihat dari subjeknya, maka dapat dibedakan


a.perikatan tanggung- menanggung (hoofdelijk atau solidair) ;
b.perikatan pokok dan tambahan ( principale dan accessoir) ;

3.Dilihat dari daya kerjanya, maka dapat dibedakan:


a.perikatan dengan ketetapan waktu;
b.perikatan bersyarat.

Apabila diatas kita berhadapan dengan berbagai jenis perikatan sebagaimana


yang dikenal Ilmu Hukum perdata, maka undang- undang membedakan jenis perikatan
sebagai berikut:
1.Perikatan untuk memberi sesuatu, berbuat sesuatu,dan tidak berbuat sesuatu;
2.Perikatan bersyarat;
3.Perikatan dengan ketetapan waktu;
4.Perikatan mana suka (alternatif);
5.Perikatan tanggung- menanggung (hoofdelijk, solidair);
6.Perikatan dengan ancaman hukuman

4. Perikatan Untuk Memberi Sesuatu


Perikatan memberikan sesuatu adalah perikatan untuk menyerahkan (leveren)
dan merawat benda ( prestasi) sampai pada saat penyerahan dilakukan. Kewajiban
menyerahkan merupakan kewajiban pokok, dan kewajiban merawat merupakan
kewajiban preparatoir. Kewajiban preparat oir maksudnya hal- hal yang harus dilakukan
oleh debitur menjelang penyerahan dari benda yang diperjanjikan. Dengan perawatan
benda tersebut dapat utuh, dalam keadaan baik, dan tidak turun harganya. Apabila
dalam perjanjian memberikan sesuatu ada kewajiban mengansuransikan benda yang
bersangkutan, kewajiban itu termasuk kewajiban preparatoir. Didalam kewajiban
memberikan benda itu, ditentukan pula bahwa debitur harus memelihara benda- benda
tersebut sebagai seorang bapak rumah tangga yang baik (als een goed huis vader).

5. Perikatan Untuk Berbuat Sesuatu atau Tidak Berbuat Sesuatu

“ Apabila yang berhutang tidak memenuhi kewajibannya didalam perikatan


untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, maka diselesaikan dengan
memberikan ganti rugi berupa biaya dan bunga” (pasal 1239 KUH Perdata).
Dalam pada itu, yang berpiutang berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang
dibuat berlawanan dengan perikatan, dan ia boleh meminta supaya dikuasakan kepada
hakim agar menghapus segala sesuatu yang telah dibuat tadi diatas biaya yang berutang,
dengan tidak mengurangi hak penggantian biaya rugi dan bunga jika ada alasan untuk
itu ( pasal 1240 KUHPerdata).

6. Ingkar Janji (Wanprestatie)

Wujud dari tidak memenuhi perikatan itu ada tiga macam, yaitu :

- Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan;

- Debitur terlambat memenuhi perikatan;

- Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.

Dalam kenyataannya, sukar menentukan saat debitur dikatakan tidak memenuhi


perikatan karena ketika mengadakan perjanjian pihak- pihak tidak menentukan waktu
untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Bahkan dalam perikatan, waktu untuk
melaksanakan prestasi ditentukan, cedera janji tidak terjadi dengan sendirinya.

C. Dasar Hukum Perikatan


Sumber-sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah perjanjian dan undang-
undang, dan sumber dari undang-undang dapat dibagi lagi menjadi undang-undang
melulu dan undang-undang dan perbuatan manusia. Sumber undang-undang dan
perbuatan manusia dibagi lagi menjadi perbuatan yang menurut hukum dan
perbuatan yang melawan hukum.

Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut :
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan ( perjanjian )
2. Perikatan yang timbul dari undang-undang
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum(onrechtmatige daad ) dan perwakilan sukarela ( zaakwaarneming )

Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :


1. Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata ) : Perikatan, lahir karena suatu
persetujuan atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
2. Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata ) : Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang
lain atau lebih.
3. Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata ) : Perikatan yang lahir karena
undang-undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai
akibat perbuatan orang.
Asas-asas dalam hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata, yakni
menganut azas kebebasan berkontrak dan azas konsensualisme.

• Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal 1338 KUHP Perdata yang
menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para
pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.

• Asas konsensualisme

Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat tercapainya
kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
memerlukan sesuatu formalitas.

Dengan demikian, azas konsensualisme lazim disimpulkan dalam Pasal 1320


KUHP Perdata. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat adalah

1. Kata Sepakat antara Para Pihak yang Mengikatkan Diri


Kata sepakat antara para pihak yang mengikatkan diri, yakni para pihak yang
mengadakan perjanjian harus saling setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok
dari perjanjian yang akan diadakan tersebut.

2. Cakap untuk Membuat Suatu Perjanjian


Cakap untuk membuat suatu perjanjian, artinya bahwa para pihak harus cakap
menurut hukum, yaitu telah dewasa (berusia 21 tahun) dan tidak di bawah
pengampuan.

3. Mengenai Suatu Hal Tertentu


Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang akan diperjanjikan harus jelas dan
terinci (jenis, jumlah, dan harga) atau keterangan terhadap objek, diketahui hak
dan kewajiban tiap-tiap pihak, sehingga tidak akan terjadi suatu perselisihan
antara para pihak.

4. Suatu sebab yang Halal


Suatu sebab yang halal, artinya isi perjanjian itu harus mempunyai tujuan
(causa) yang diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan, atau ketertiban
umum.

Azas-azas hukum perikatan diatur dalam Buku III KUH Perdata, yakni :
1. Azas Kebebasan Berkontrak
Dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu
perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dengan demikian, cara ini dikatakan ‘sistem terbuka’, artinya bahwa dalam
membuat perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk menentukan isi dari
perjanjiannya dan sebagai undang-undang bagi mereka sendiri, dengan
pembatasan perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan
undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan.

1.Azas Konsensualisme
Azas ini berarti, bahwa perjanjian itu lahir pada saat tercapainya kata sepakat
antara pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan sesuatu
formalitas.
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan
empat syarat adalah kata sepakat antara para pihak yang mengikatkan diri, yaitu:
1. Kata sepakat antara para pihak yang mengikatkan diri
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

D. Macam-macam Unsur Dalam Hukum Perikatan

1. Hubungan Hukum

Maksudnya adalah bahwa hubungan yang terjadi dalam lalu lintas masyarakat,
hukummelekatkan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain dan
apabila salah satu pihak tidak menjalankan kewajibannya, maka hukum dapat
memaksakannya.

• Harta kekayaan
 Maksudnya adalah untuk menilai bahwa suatu hubungan hukum dibidang harta
kekayaan, yangdapat dinilai dengan uang. Hal ini yang membedakannya dengan
hubungan hukum dibidangmoral (dalam perkembangannya, ukuran penilaian
tersebut didasarkan pada rasa keadilanmasyarakat).

• Para pihak 
 Pihak yang berhak atas prestasi = kreditur, sedangkan yang wajib memenuhi
prestasi = debitur.

• Prestasi (pasal 1234 KUH Perdata), prestasi yaitu :

 a. Memberikan sesuatu. 


b. Berbuat sesuatu.
c. Tidak berbuat sesuatu.

Definisi perikatan“Hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih,
yang terletak didalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak
atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”.
 
Hukum perikatan hanya berbicara mengenai harta kekayaan bukan berbicara
mengenai manusia.Hukum kontrak bagian dari hukum perikatan. Harta
kekayaan adalah objek kebendaan. Pihak dalam perikatan ada dua yaitu pihak
yang berhak dan pihak yang berkewajiban. Mora kreditorisadalah pihak kreditur
yang berhak dapat merugikan pihak debitur. Titik tolak hukum :
1. Penghormatan pada manusia.
2. Perlindungan.
3. Penghormatan.

Prestasi berupa :
1. Memberikan sesuatu => prestasi atau memberikan semua hak milik.
2. Berbuat sesuatu => tidak memberikan semua hak milik dan perbuatannya
tidak termasuk memberikan sesuatu.
3. Tidak berbuat sesuatu => wanprestasi.

Riele executie :
1. Pasal 1241 KUH Perdata.
2. Adalah bahwa kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang dijanjikan
dengan biaya dari debitur berdasarkan masa yang diberikan hakim, apabila
debitur enggan melaksanakan prestasi itu. Debitur dan kreditur 

Debitur :
1. Berkewajiban membayar utang (schuld).
2. Berkewajiban memberikan harta kekayaannya untuk melunasi utangnya
(Haftung).
Contoh : penjaminan.Kreditur :
1. Berhak menagih (vordeningsrecht).
2. Berhak menagih harta kekayaan debitur sebesar piutangnya
(verhaalsrecht).Schuld = kewajiban debitur untuk memenuhi prestasi.Haftung =
harta kekayaan debitur yang dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang
debitur tersebut (pasal 1131 KUH Perdata).

Contoh :
A berutang kepada B dan karena A tidak mau membayar hutangnya, maka
kekayaan Adilelang atau dieksekusi untuk dipergunakan bagi pelunasan.

Sumber perikatan :
1. Undang-undang (pasal 1352 BW)
a. UU saja, lahirnya anak (pasal 250) dan hak bertetangga (pasal 1625). 
b. UU karena perbuatan manusia :
• Perbuatan sah, perwakilan sukarela (pasal 1354), pembayaran tidak wajib (pasal1359).
• Perbuatan melawan hukum
 • Perbuatan : berbuat atau tidak berbuat.
• Melawan hukum sebelum (pasal 1919) dan arti sempit dan sesudah (pasal 1919)
dalam arti luas.
• Kerugian material dan immaterial.
 • Kesalahan causalitas (condition sinequanon theorie dan adequate theorie).

2. Perjanjian.
a. Syarat sahnya perjanjian (pasal 1320). 
b. Jenis-jenis perjanjian :
• Tidak dikenal dalam KUH Perdata : perjanjian beli sewa, leasing, fiducia.
 
• Dikenal dalam KUH Perdata : perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa menyewa,
Pinjam mengganti.

E. Macam-macam Hukum Perikatan

1.PERIKATAN BERSYARAT

a.Perikatan bersyarat
Apabila digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang (in the future) dan
masih belum tentu akan terjadi (still uncertain).

b. Syarat (Conditions)
Suatu peristiwa yang merupakan syarat tersebut (Conditions) :
1.SYARAT TANGGUH
•Suatu syarat yang menyebabkan lahirnya perikatan.
•Disebut SYARAT TANGGUH karena berlakunya syarat tersebut
menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu.
•Perikatan LAHIR hanya apabila peristiwa yang dimaksud TERJADI dan pada
detik terjadinya peristiwa itu

2.SYARAT BATAL
•Suatu syarat yang meyebabkan batalnya/ berakhirnya perikatan tersebut, ketika
peristiwa yang dipersyaratkan itu terjadi.
•Perikatan itu sudah ada dan terjadinya persyaratan tersebut justru menyebabkan
berakhirnya perikatan itu.

2.PERIKATAN DENGAN KETETAPAN / KETENTUAN WAKTU


• Tujuannya untuk menentukan waktu PELAKSANAAN, atau jangka waktu
berlakunya, dari sebuah perjanjian/perikatan.
• Tidak menangguhkan lahirnya perjanjian/perikatan (seperti halnya Perikatan
bersyarat), tetapi menangguhkan pelaksanaannya saja.
• Syarat (waktu) nya bersifat pasti akan terjadi, hanya persoalan kapan (when)?

3.PERIKATAN ALTERNATIF
• Disebut juga sebagai Perikatan yang membolehkan memilh.
• Dimana terdapat dua atau lebih prestasi, sedangkan kepada si berhutang diserahkan
yang mana yang akan dia lakukan.
• Kecuali ditentukan sebaliknya, hak memilih ada pada si berhutang.

4.PERIKATAN TANGGUNG –MENANGGUNG (SOLIDER)


• Beberapa orang bersama-sama (sebagai debitur) berhadapan dengan satu orang
( sebagai kreditur ), atau berlaku sebaliknya.
• Masing-masing anggota dapat mempunyai kuasa penuh atas hak seluruh anggota dan
dapat juga dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas prestasi / kewajiban dari
keseluruhan kelompoknya.
5.PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI & TIDAK DAPAT DIBAGI
• Adalah mengenai pemenuhan prestasinya (kewajiban yang diperjanjikan)
• Tergantung dari SIFAT barang atau MAKSUD dari perikatannya

6.PERIKATAN DENGAN ANCAMAN HUKUMAN

F. Syarat Sahnya Perikatan


Ada 4 syarat untuk sahnya suatu perikatan:
1. Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya.
     Yang dimaksudkan dengan sepakat adalah bahwa kedua subyek yang
mengadakan perjanjian itu harus sepakat, setuju atas hal-hal pokok dari
perjanjian tersebut.
2. Cakap untuk mengadakan suatu perjanjian
    Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah cakap para pihak menurut hukum, yaitu
orang yang sudah dewasa dan sehat akal pikirannya. Adapun orang-orang yang
tidak cakap
menurut hukum dengan mengacu pada ketentuan pasal 1330 KUHPer adalah:
       a. Belum dewasa
       b. Berada di bawah pengampuan
       c. pihak lain yang dilarang oleh UU
3. Tentang hal tertentu
    Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa dalam suatu perjanjian, haruslah
ada apa yang dijanjikan sehingga perjanjian itu melahirkan hak dan kewajiban
bagi para pihak yang terlibat.
4. Klausa yang halal
    Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan hukum dan norma yang berlaku di
    masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai