DENGAN DISLOKASI
A. DEFINISI
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah,
hal 1138).
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
B. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak
struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada
orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi Kronik
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
C. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
D. PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit
kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini
hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).
E. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya
dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata
dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah
klavikula.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian
Anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput
humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap
terhadap mangkuk sendi.
G. KOMPLIKASI
Dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
H. PENATALAKSANAAN
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
- Santosa, Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa NANDA. Jakarta : Prima Medika
- Johnson, Marion dan Maridean Mass. 2004. NOC. USA : Mosby-year book
- Mc Loskey, Joanne C dan Gloria M. Bulechec. 2004. NIC. USA : Mosby-year book
- Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan medical Bedah volume 3. Jakarta : EGC
- Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
- Staff Pengajar Fakultas Kedokteran UI. 1995. Ilmu bedah. Jakarta : Binarupa Aksara
- Rasjad, Chaeruddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2003. Makassar : Bintang
Lamumpatue