Data Empiris Lapangan
Data Empiris Lapangan
Untuk laporan kedua kami khususkan untuk memasukkan semua data yang kami dapatkan di
lapangan, data-data ini kami dapatkan melalui akses internet dan wawancara dengan KPA
(Komisi Penanggulangan AIDS Yogyakarta) dan dengan beberapa Ngo seperti Jari Mulia UMY
dan VICTORY PLUS.
Data-data dibawah memang merupakan data asli dan belum diolah untuk bagian analisanya,
sebagian data juga masih berupa salinan asli dari internet guna ditindak lanjuti untuk diolah lebih
lanjut dalam bab analisa.
DATA 1 : KASUS HIV AIDS D.I. YOGYAKARTA Periode 1993 – 2014 (s.d. Maret 2014)
1. VICTORY PLUS
Victory Plus adalah salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam penanganan
dini HIV dan AIDS. LSM ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan pemberdayaan
ODHA yang berdiri sejak tahun 2004.
VISI :Kualitas hidup ODHA dan OHIDHA yang lebih baik dan sebagai wadah pemberdayaan
ODHA dan OHIDHA yang bebas dari STIGMA dan DISKRIMINASI
MISI : Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA, mendorong keterlibatan ODHA dan OHIDHA
dalam penanggulangan HIV dan AIDS, dan mencapai Kualitas hidup ODHA dan OHIDHA
yang lebih baik dan sebagai Wadah pemberdayaan ODHA dan OHIDHA yang bebas dari
STIGMA dan DISKRIMINASI.
Dalam mencapai Visi tersebut maka Victory Plus harus menjalankan misi dengan melakukan
Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA serta mendorong keterlibatan ODHA dan OHIDHA dalam
penanggulangan HIV dan AIDS.1
2. JARI MULIA
Semakin hari angka penyebaran virus HIV AIDS di Indoesia semakin melesat tinggi, ini
tentunya mengundang keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk keperihatinan kita sebagai
kaum muda. Berangkat dari keprihatinan inilah, terlintas ide dari beberapa mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadyah Yogyakarta untuk membentuk sebuah komunitas, yang
mana komunitas ini akan menjadi wadah bagi remaja dan kaum muda khususnya mahasiswa
Fakultas kedokteran yang konsen dan memiliki kepedulian terhadap laju penyebaran HIV AIDS
terutama di Yogyakarta. Tak bisa dipungkiri bahwa remaja dan kaum muda dengan usia
produktif yakni 19-29 tahun merupakan kelompok tertinggi yang terinfeksi penyebaran virus
HIV. Kurangnya sarana edukasi dan penyampaian informasi tentang HIV AIDS kepada remaja
dan kaum muda, merupakan salah satu faktor penyebab angka penyebaran virus ini melesat
tajam, Disamping itu, minimnya lembaga dan komunitas yang menaungi serta menjadikan
remaja sebagai objek preventif HIV AIDS ini juga menjadi faktor pendukung. Antusias dan
solidaritas kaum muda yang peduli HIV AIDS juga menjadi latar belakang terbentuknya
komunitas ini. Bertepatan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia, yang jatuh pada tanggal 1
Desember 2006, Jaringan Muda Peduli HIV AIDS terbentuk. Dan pada 26 Januari 2007,
komunitas dengan nama JARI MULIA (Jaringan Muda Peduli HIV AIDS) ini diresmikan
dengan Dekan Fakultas Kedokteran UMY sebagai Dewan Pelindung. Dan komunitas ini berada
dibawah naungan Lembaga Majelis Kesehatan dan kesejahtraan Muhammadiyah. Komunitas
yang pada awal terbentuknya hanya terdiri dari 11 orang anggota ini memiliki fokus kegiatan
yakni pencegahan penyebaran virus HIV AIDS melalui metode edukasi dengan penyuluhan dan
pendampingan kepada remaja dan kaum muda. Pendampingan ini berupa pemberian materi dan
informasi mengenai kesehatan reproduksi dan HIV AIDS ke sekolah sekolah, dimana JARI
MULIA telah memiliki beberapa sekolah sekolah bimbingan, baik SMP dan SMA. Disamping
itu, JARI MULIA juga melakukan advokasi, yang secara aktif ikut memperjuangkan isu isu yang
1
http://victoryplusaids.org/
berhubungan dengan kesehatan dan juga terlibat dalam pembuatan perda HIV AIDS di
Yogyakarta. Keanggotaan JARI MULIA bersifat terbuka, yang berarti siapa saja dapat
bergabung dalam komunitas ini. Sedangkan untuk kepengurusannya sendiri, masih dijalankan
oleh mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Komunitas
Jari Mulia memiliki visi ‘mencetak generasi muda bersolidaritas dan berpengetahuan tinggi
terhadap HIV AIDS’. Untuk mewujudkan visi ini, Jari Mulia memiliki beberapa divisi dalam
keanggotaannya. Diantaranya : Divisi Pendampingan dan Advokasi, Devisi Penelitian dan
pengembangan, Devisi PUSDIKLAT, Devisi humas.2
3. YAYASAN SPIRITIA
Sejarah
Spiritia didirikan pada 1995 oleh Suzana Murni dan beberapa rekan lain sebagai kelompok
dukungan sebaya oleh dan untuk orang yang terinfeksi HIV (Odha) dan terpengaruh oleh HIV
(Ohidha). Tujuan awal adalah: 1) menciptakan suasana yang aman dan terjaga kerahasiaan agar
Odha dan Ohidha dapat saling bertemu dan berbagi pengalaman; dan 2) menyediakan informasi
mengenai hidup dengan HIV/AIDS. Dalam perkembangannya, Spiritia menyadari bahwa untuk
mengubah lingkungan yang tidak mendukung menjadi lebih mendukung, Spiritia harus bekerja
sama dengan pihak-pihak lain. Oleh karena itu, Spiritia mengembangkan dirinya dan mulai
menerapkan program yang lebih memadai. Spiritia menjadi badan hukum pada 23 Juni 1997.
Visi
Hidup bermutu bagi semua orang yang terinfeksi dan terpengaruh HIV di Indonesia.
Misi
Spiritia berjuang mencapai visi dengan menerapkan pendekatan yang mendukung tanpa
diskriminasi dan pandang bulu.
Tata Nilai
2
http://jarimulia.wordpress.com/
1. Spiritia akan menjalankan semua kegiatan dengan hati dan tanpa membedakan jender,
ras, agama/kepercayaan, tingkat sosio-ekonomi, latar belakang pendidikan, orientasi
seksual dan lain sebagainya.
2. Spiritia menganggap bahwa ada hubungan erat antara pencegahan HIV dan upaya
perawatan/dukungan. Upaya untuk mencegah infeksi hanya akan berhasil bila perawatan
dan dukungan HIV dilaksanakan dengan baik dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
3. Spiritia berpendapat bahwa Odha, sebagai orang yang hidupnya langsung tersentuh oleh
HIV, adalah subjek dan bagian dari solusi pada masalah HIV-AIDS, bukan objek dan
bukan masalah.
Tujuan
Mendorong keterlibatan Odha dan Ohidha dalam penanggulangan HIV & AIDS.
Terbentuknya wadah dukungan bagi Odha dan Ohidha, yang kuat, mandiri dan saling
berjejaring secara aktif di seluruh Indonesia.
Terbentuk dan terlaksana kebijakan yang mendukung upaya penanggulangan HIV dan
AIDS serta peningkatan akses pada perawatan dan pengobatan untuk Odha , melalui
advokasi pada semua tingkat.
Pengambil keputusan dan masyarakat umum bersikap objektif dan tidak diskriminatif
terhadap Odha, serta menjunjung tinggi HAM.
Program Utama
Pertemuan Odha provinsi
Sebarkan informasi
Bantuan teknis dan atau dana untuk pembentukan, penguatan dan pengembangkan
Kelompok Penggagas dan Kelompok Dukungan Sebaya
4. YAYASAN KEBAYA
Kebaya adalah Keluarga Besar Waria Yogyakarta, sebuah LSM dengan slogan :
" Membantu dan Membangun Waria untuk Waria oleh Waria ".
Diprakarsai oleh sekelompok waria yang konsen terhadap laju epidemi HIV dan AIDS di
Indonesia, khususnya di kota Yogyakarta.
Visi :
Menurunkan angka infeksi HIV dan penanganan kasus AIDS di kalangan Waria di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Misi :
Harapannya :
3
http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1019
Menjadikan LSM Kebaya sebagai pusat kegiatan waria yang mampu menyelenggarakan
program-program yang sesuai dengan kebutuhan, termasuk layanan kesehatan ODHA, serta
selalu mengembangkan kerjasama team dan menjunjung tinggi profesionalisme.
Sasaran :
Individu dan kelompok yang ada di komunitas waria di Yogyakarta, dengan penekanan sasaran
pada kelompok yang berisiko tinggi terhadap HIV dan AIDS.
Tujuan :
1. Memberikan informasi, edukasi, dan advokasi kepada kelompok waria mengenai HIV dan
AIDS.
2. Memberikan konseling dan dukungan psikososial pada kelompok waria yang berisiko tertular
HIV dan pada ODHA Waria.
2. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran Mitra Strategis terhadap IMS, HIV dan AIDS :
- Edutainment
3. Pemberdayaan :
Kelompok dukungan Sebaya bagi komunitas odha dan ohidha di kalangan waria di Yogyakarta.
Keanggotaan:
Keanggotaan Kebaya bersifat terbuka bagi siapa saja dari kelompok waria yang peduli terhadap
HIV/AIDS.4
Laporan monev untuk tahun 2013. Latar belakang monev ini merupakan upaya untuk memantau
pelaksanaan program apakah sesuai dengan perencanaan dan diperoleh dari hasil dan dampak
program. Sebagai kerangka kegiatan, dilakukan penilaian terhadap:
Hasil (hasil antara) – dari data biologis, perilaku dan social berbasis populasi
Dampak (hasil jangka panjang). – dari data biologis, perilaku dan social berbasis populasi
Tujuan dari monev HIV/AIDS ini adalah untuk memonitor capaian program penanggulangan
HIV&AIDS pada pencegahan, dukungan, perawtaan dan pengobatan, mitigasi dampak,
lingkungan kondusif dan program lainnya. Sebagai tambahan, juga memberikan gambaran
tentang kondisi penanggulangan HIV/AIDS di Yogyakarta.
Proses pelaksanaan monev ini terdiri dair penyusunan tools monitoring untuk memantau capain
indicator monev, bentuknya berupa form kegiatan dan form kunjungan lapangan. Pengambilan
data capain monev: angket monev dibagikan kepada 37 lembaga yang dinilai terlibat
dalamprogram penanggulangan HIV&AIDS di DIY. Capaian program yang dilaporkan than
2013. Ditambahakan laporan kegiatan KPA/K/Kab. Dilengkapi dengan data sekunder dan
dianalisis dengan deskriptif kuantitatif dan kualitatf. Sebagai tahap akhir, dibuat penyusunan
laporan monev. Data dianalisis dari 28 lembaga sasaran yang terdiri dari 8 layanan kesehatan, 8
LSM, 8 SKPD tingkat provinsi, 4 SKPD tingkat kabupaten.
Berdasarkan data dari Dinkes DIY tahun 2013, di Yogyakarta jumlah penderita AIDS adalah
965, HIV 1.323 sejak tahun 1993. Sedangkan jumlah estimasi populasi dewasa rawan terinfeksi
HIV tahun 2013, sebanyak 60.743 orang. Layanan yang bisa diberikan di HIV& AIDS di DIY
sudah komprehensif meliputi 8 layanan CST, 22 layanan VCT, 25 layanan IMS, 1 layanan
PMTCT, 6 layanan LASS dan 5 layanan PTRM. Tim monev mengalami kendala dalam
mengakumulasikan seluruh capaian dari tahun 2010. Oleh karena itu, hanya capaian tahun 2013.
Beberapa hasil temuan kuantitatif dari berbagai sumber laporan:
4
http://kebaya-jogja.blogspot.com/2008/12/tentang-kebaya.html
Capaian kegiatan penjangkauan LSM kembang di gunung kidul. Dari 225 WPS sebagai target,
113 yang dicapai.
Gap yang paling cukup jauh adalah jumlah kondom yang didistribusi melalui fasilitas kesehatan.
Dari 33.667 sebagai target, hanya 9.241 yang terdistribusi (27%).
Jumlah ODHA yang dirujuk ke LSM untuk mendapat dukungan psikososial baru mencapai 44
orang
Sedangkan jumlah dan penasun yang sedang mendapat pengobatan terapi rumatan metadon 46
orang
Jumlah ODHA yang sedang mendapat pengobatan ARV yakni 731 orang.
Prevalensi HIV paling tinggi di lelaki seks lelaki (LSL): 20,3% termasuk LSL memiliki
prevalensi paling tinggi terkena sifilis yakni 19.8%. Sedangkan prevalensi HIV dan prevalensi
paling rendah pada kelompok wanita pekreja seks (WPS) Tidak langsung.
Hasil survey Dinas kesehatan DIY untuk pengetahuan komprehensif remaja usai 15-24 tahun,
baru tercapai 25,69% dari 90% target MDGs. Padahal waktu pencapaian tinggal 1 tahun lagi.
Anggaran untuk kegiatan pencegahan yang bersumber dari pemerintah sebesar 1,2 Milyar (49%),
sisanya dari non pemerintah. Sehingga total anggaran pencegahan sebesar 2,5 milyar rupiah.
Tahun 2013, 50.153 remaja telah diberikan informasi mengenai HIV&AIDS, dengan rincian
63,1% remaja laki-laki. 36% perempuan dan 0,5% waria. Capaian ini dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia remaja adalah 8,6%.
Populasi kunci yang terpapar informasi HIV sebesar 7.313 orang. Atau sekitar 10% lebih dari
total populasi kunci yang sebaigan besar adalah high risk man (HRM) -77.2%-.
Dana yang dianggarkan dari 13 lembaga yang melaporkan adalah 496 juta dengan persentase
anggaran yang paling besar dari donor.
Jumlah kunjungan IMS yang paling tinggi adalah WPS, LSL, dan pasangan Risti.
Jumlah ODHA yang diskrining TB tahun 2013 di layanan VCT (113 dari 177) dan PITC (89 dari
116).
Di layanan VCT, hanya 34 orang HIV ayng dirujuk ke LSM/ petugas pendukung dari 177 orang
HIV yang positif.
Selama 2013, terdapat 10 Kelompok dukungan sebaya yang terbentuk.
Anggaran untuk program ini sebesar 315 juta yang seluruhnya bersumber dari pemerintah.
Beberapa kegiatan yang bersumber dari APBD dan APBN iniadalah untuk jaminan hidup ADHA
sebanyak 27 orang, jaminan hidup ODHA non potensial sebanyak 30 orang dan fasilitasi ODHA
usaha ekonomi produksi sebanyak 12 orang.
Tambahan gizi untuk ADHA dan ODHA dari LSM Victory plus
Dari data yang berhasil dikumpulkan, anggaran kegiatan ini sebesar 35,8 juta yang sebagian
besar didukung oleh donor (31 juta).
Kegiatan yang dilakukan meliputi audiensi, pertemuan koordinasi, diskusi paralegal, workshop
penysuunan dokumen strategi dan rencana aksi daerah, penysunan pedoman, penyusunan SOP
PTRM di lapas, penyusunan kesepakatan local, penguatan kelembagaan KPA, diseminasi hasil
penelitian serta kegiatan lainnya.
Kegiatan yang belum dilaksanakan adalah ruukan layanan VCT perawatan dan kesehatan bagi
TKI dan pekerja migran.
Terdapat kendala dalam memberikan materi HIV & AIDS untuk kegiatan pendidikan remaja.
Sehingga diperlukan materi pokok dan juklak.
Koordinasi dengan penjangkau untuk layanan alat suntik steril (LASS) dan administrasi LASS
dirasa masih lemah
Penyediaan layanan PTRM yang sudah disediakan sejak tahun 2009, klien yang mengakses
methadone masih rendah akibat dari rendahnya penasun yang dirujuk oleh pengjangkau untuk
akses methadone
Pemantuan pasien-pasien yang mangkir masih menemui beberapa kendala. Fungsi manajer kasus
belum optimal. Sistem pencatatan pasien ARV belum terpantau dengan baik. Meksipun sudah
dilakuan pelatihan untuk manajer kasus, manajer kasus belum berfungsi optimal, karena
melakukan double job, jejaring antar case manajer belum terjalin dengan baik, buku kontak
person tidak ada.
Sangat dibutuhkan indicator mutu yang jelas dan transparan untuk menilai quality assurance, saat
ini indiaktor mutu layanan HIV di rumah sakit belum jelas.
Dari hasil yang sudah disampaikan, terdapat kendala-kendala yang dilaksankan dalam monev ini,
yakni belum rutinnya lembaga untuk menyampaikan laporan secara rutin. Sehinga data yang
digunkaan dalam monev ini masih rendah.
Kesimpulan
Kegiatan yang dianggarkan SKPD juga sudah ada yang mengacu pada RAD MDGs serta SRAD
penanggulangan HIV&AIDS DIY tahun 2011-2015.
Diskusi
Bagaimana kita bisa menyambungkan antar layanan, mungkin tidak perlu sama. Tapi bagiaaman
mendekatkan layanan antara VCT dan CST, dan siapa saja yang melayani nya? Karena banyak
layanan yang bisa memberi layanan VCT, tapi apakah benar-benar dirujuk dan sampai ke
layanan CST?
PPIA/ PMTCT, sudah harus menjadi tulang punggung, karena epidemic ada di perempuan.
Sudah ada di permenkes 21. Seluruh ibu hamil yang memiliki risiko dan IMS harus diberikan
penawaran. Tapi menurut beliau ini menjadi sulit, karena Menurut beliau, semua ibu hamil harus
ditawari testing. Hal ini sudah terbukti berhasil di Kamboja.
Perlu dianalisis lebih lanjut apa arti jumlah kondom yang didistribusi melalui fasilitas kesheatan
–puskesmas ketika bertemu pasien- dengan distribusi kondom melalui KPA –di lokasi-lokasi
kelompok kunci-. Apa arti data ini? Response: mungkin akan lebih baik jika kita bisa
membandingkannya dengan target kebutuhan kondom dan kesediaannya kondom. Tapi setelah
dulu pernah dicoba, kebutuhannya sangat tinggi dan penydiaan menjadi tidak bisa mencukupi,
sehingga sekarang hanya berdasarkan permintaan outlet. Ke depan, seharusnya dilakukan
integrasi program dengan PKBI, yang saat ini banyak menumpuk. Dan tentu saja banyak yang
mandiri dalam membeli nya, sehingga juga dimasukkan.
Target dan capaian pengobatan jumlahnya tidak apple to apple. Perlu ada pelatihan untuk
menyamakan persepsi data sehingga hasil dapat dibandingkan.
Survey penggunaan kondom ingin dilakukan, tapi metodenya masih sulit, dan tools nya belum
ada. Paling mungkin hanya berdasarkan pengakuan. Hanya ada 1 losmen yang mau memeriksa
sampah kondom dari penampungan sampah.
Ada masukan untuk penyediaan kondom di tempat-tempat berisiko untuk tahun baru. Karena
memang berdasarkan penelitian, penjualan kondom di apotek meningkat terutama tahun baru dan
valentine. Bu Yanri, juga bisa mengusulkan untuk menyebar kondom dan informasi HIV/AIDS
ketika malam tahun baru di losmen-losmen.
Sudah banyak pasien baru dengan umur 19 tahun, yang berarti sudah terkena ketika 5-6 tahun
yang lalu (masa SMP). Hal ini cukup menyedihkan.
Beberapa kegiatan strategi yang akan dilaksanakan untuk memberikan informasi adalah ABAT
(aku bangga aku tau), dan memasukkan dalam kurikulum penjaskes.
5
http://hafidzf.wordpress.com/2013/12/20/monitoring-dan-evaluasi-penanggulangan-hivaids-diy-2013/