Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ruang lingkup Fiqh yaitu meliputi atau mencakup ajaran-ajaran dalam Al-
Qur’an dan Hadist yang mencakup ibadah yang mengatur manusia seperti
sholat, puasa, zakat, haji, serta mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia yang lainnya. Muamalah adalah hubungan antar sesama manusia
baik itu hubungan sosial atau hablumminannas.
Muamalah berasal dari kata ‘aamala, yu’amilu, mu’amalat yang berarti
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan (seperti
jual-beli, sewa dsb)
Manusia merupakan makhluk yang berkodrat yang hidup dimasyarakat.
Manusia memerlukan manusia-manusia lain untuk selalu berhubungan satu
sama lain dan mencakup kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.

B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan pengertian Muamalah serta ruang lingkupnya?
2. Menjelaskan macam-macam muamalah?
3. Bagaimana pandangan islam tentang muamalah?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari muamalah serta ruang lingkupnya.
2. Mengetahui apa saja macam-macam dari muamalah.
3. Mengetahui pandangan islam tentang muamalah.

D. Manfaat
1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari muamalah dan ruang
lingkupnya.
2. Serta dapat mengetahui macam-macam dari muamalah dan
mengetahui bagaimana pandangan islam tentang muamalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Muamalah


Fiqh muamalah terdiri dari dua kata, yaitu fiqh dan muamalah. Menurut
etimologi fiqh berarti pengetahuan keagamaan baik berupa aqidah, akhlak,
maupun amaliah (ibadah). Namun karena adanya perkembangan, pengertian
fiqh diartikan sebagai pengetahuan tentang hukum syari’ah islamiyah yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat.
Berbeda dengan masalah ibadah, ketetapan-ketetapan Allah dalam
masalah muamalah terbatas pada yang pokok-pokok saja. Penjelasan Nabi,
kalaupun ada, tidak terperinci seperti halnya dalam masalah ibadah. Oleh
karena itu, bidang muamalah terbuka sifatnya untuk dikembangkan melalui
ijtihad. Kalau dalam bidang ibadah tidak mungkin dilakukan modernisasi,
maka dalam bidang muamalah sangat memungkinkan untuk dilakukan
modernisasi. Dengan pertimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian maju, masalah muamalah pun dapat disesuaikan sehingga mampu
mengakomodasi kemajuan tersebut
Muamalah dapat diartikan melalui dua segi, yang pertama dari segi
bahasa dan istilah. Secara bahasa Muamalah berasal dari kata aamala
yuaamilu muaamatan artinya saling bertindak, saling berbuat dan saling
mengamalkan. Sedangkan menurut istilah muamalah terbagi menjadi dua
macam yaitu muamalah dalam arti luas dan muamalah dalam arti sempit.
Pembagian dan ruang lingkup fiqh muamalah dikemukakan ulama fiqh
sangat berkaitan dengan definisi fiqh mu’amalah yang mereka buat yaitu
dalam arti luas dan arti sempit. Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam
arti luas dibagi menjadi lima bagian :

1. Muawadhah Maliyah (Hukum Perbendaan)


2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)

Dengan mempertimbangkan pembidangan aspek-aspek hukum Islam


yang populer, maka yang dimaksudkan dengan fikih muamalah, adalah
sebagaimana yang disampaikan oleh Musthofa Ahmad al-Zarqaq’ :

“Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatn manusia dan hubungan


sesame manusia dalam urusan kebendaan, hak-hak kebendaan serta
penyelesaian perselisihan diantara mereka.”

Memperhatikan pengertian terakhir yangyang disampaikan di atas, fikih


muamalah dapat dipahami sebagai hokum perdata Islam tetapi terbatas pada
hukum kebendaan (zaken recht) dan hukum perikatan (verbin tenissen recht).
Sedangkan hokum keluarga tidak tercakup di dalamnya, melainkan masuk
dalam ahwal As-Sakhsiyah.

Pembagian bidang fiqih yang populer adalah :

1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan penghambaan kepada Allah


dinamakan ibadah.
2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga seperti nikah, nasab dan
lain-laindinamakan Ahwal Al-Sakhsiyah.
3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan pergaulan manusia dalam perkara
harta benda, hak dan penyelesaian urusan tersebut dinamakan muamalah.
4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan otoritas kehakiman dinamakan
ahkam al-sulthoniyah.
5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan sanksi hokum bagi pelaku
jarimah, dinamakan al-‘uqubat.
6. Hukum-hukum yang berkaitan dengan upaya penertiban hubungan antara
pemerintahan Islam ,dinamakan al-huquq al-dauliyah.
7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dinamkan al-adab
Sedangkan menurut Al-Fikri dalam kitab Al-Muamalah Al-Madiyah wa
Al-Adabiyah membagi Fiqh Muamalah menjadi dua bagian :

1. Al- muamalah Al- madiyah


Al-Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi
objeknya, yakni benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Muamalah
Al-Madiyah bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan
syubhat untuk dimiliki, diperjual belikan, atau diusahakan, benda yang
menimbulkan kemadharatan dan mendatangkan kemaslahatan bagi
manusia, dll. Semua aktivitas yang berkaitan dengan benda, seperti al-
bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh keuntungan
semata, tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk memperoloh ridha Allah
SWT. Jadi kita harus menuruti tata cara jual beli yang telah ditentukan
oleh syara’.
2. Al-Muamalah Al-Adabiyah
Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara
tukar-menukar benda, yang sumbernya dari pancaindra manusia,
sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti
jujur, hasut, iri, dendam, dll. Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah aturan-
aturan Allah yang ditinjau dari segi subjeknya (pelakunya) yang berkisar
pada keridhaan kedua pihak yang melangsungkan akad, ijab kabul, dusta,
dll.

B. Hukum dan macam-macam muamalah


Seperti yang telah disampaikan pada pembahasan diatas, fiqh muamalah
diartikan sebagai hukum islam yang mengatur hubungan keperdataan
antarmanusia, maka fiqh muamalah dapat juga dipahami sebagai hukum
perdata islam. Dalam hal ini ruang lingkup fiqh muamalah secara garis
besarnya meliputi pembahasan al-mal (harta), al-buquq (hak-hak kebendaan),
dan hukum perikatan (al-aqad).
Hukum benda, ruang lingkupnya terdiri dari tiga pokok yang pertama
konsep harta (al-mal), meliputi pembahasan tentang pengertian harta, unsur-
unsurnya dan jenis-jenis harta. Kedua, konsep haq (al-huquq) meliputi
pembahasan tentang pengertian hak, sumber hak, perlindungan pembatasan
dan pembagian jenis-jenis hak. Ketiga, konsep tentang hak milik (al-
milkiyah) meliputi pembahasan tentang pengertian hak milik, sumber-sumber
pemilikan dan pembagian macam-macam hak milik. Keempat, konsep umum
akad meliputi pembahasan tentang pengertian akad dan tasharruf, unsur-unsur
akad dan syarat masing-maasing unsur, serta macam-macam akad. Kelima,
aneka macam akad khusus meliputi pembahasan tentang jual beli, sewa
menyewa, utang piutang, penanggungan, gadai, bagi hasil, persekutuan,
pinjam meminjam, penitipan, dll.
Sesuai dengan pembagian Muamalah, maka ruang lingkup fiqih
Muamalah terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Muamalah bersifat abadiyah
Muamalah yang bersifat Adabiyah ialah Ijab Qabul saling meridhoi,
tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak dan kewajiban, kejujuran
pedagang, penipuan pemalsuan, penimbunan dan segala sesuaru yang
bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta
dalam hidup bermasyarakat.
2. Muamalah bersifat madiyah
Adapun Muamalah yang bersifat Madiyah ialah masalah jual beli,
jaminan dan tanggungan pemindahan, hiwalah, sewa menyewa barang
titipan, garapan tanah, menyewa tanah, upah, gugatan, sayembara dan
beberapa masalah Muasyiroh seperti masalah bunga bank, asuransi dan
kredit.
Pada prakteknya, Al-Muamalah Al-Madiyah  dan Al-Muamalah Al-
Adabiyah tidak dapat dipisahkan. Secara garis besar ruang lingkup fiqih
muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan
hukum-hukum islam yang berupa peraturan peraturan yang berisi perintah
atau larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. hukum-
hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut urusan ibadah
dalam kaitannya dengan hubungan vertikal antara manusia dengan Allah
dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Secara terperinci ruang
lingkup fiqh mu’amalah berdasarkan pembagian fiqih muamalah ini
meliputi dua hal.

 Al-mu’amalah Al-madiyah

yaitu muamalah yang mengkaji objek muamalah (bendanya).


Dengan kata lain, al-muamalah al-madiyah adalah aturan yang
ditetapkan syara’ terkait dengan objek benda. Dimaksudkan dengan
aturan ini, bahwa dalam memenuhi kebutuhan yang sifatnya kebendaan,
seperti jual-beli (al-bai’), tidak saja ditujukan untuk mendapatkan
keuntungan (profit) semata, akan tetapi juga bagaimana dalam aturan
mainnya harus memenuhi aturan jual-beli yang ditetapkan syara’.
Yang termasuk kedalam kategori muamalah ini adalah :
a) Al Ba’i (Jual Beli)
Menurut syaara’ jual beli adalah tukar menukar harta dengan
harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan.
Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada 4 ;
1. Akad (ijab qabul)
Ijab qabul boleh dilakukan dengan lisan atau tertulis, ijab
qabul dalam bentuk perkataan atau dalam bentuk perbuatan
yaitu saling memberi (penyerahan barang dan penerimaan
uang)
2. Orang-orang yang berakad (subjek)
Didalam orang yang berakad ada dua pihak yaitu : bai dan
mustari.
3. Ma’kud alaih (objek)
Ma’kud alaih adalah barang-barang yang bermanfaat
menurut pandangan syarak
4. Ada nilai tukar pengganti barang
b) Syirkah (perkongsian)
Adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih yang bersepakat
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan bersama.
Macam-macam syirkah
 Syirkah milk (perkongsian perrihal kepemilikan harta)
Adalah bentuk perkongsian antara dua orang atau lebih terdapat
sesuatu dengan tidak adanya akad atau kontrak (perjanjian)
 Syirkah uqud ( perkongsian denegan akad atau kontrak)
Syirkah ini adalah perkongsian yang terjadi melalui akad atau
kontrak ( perjanjian) syirkah uqud dapat dikelompokkan dalam
beberapa macam yaitu: syirkah mufawadhah bil’ amwal,
syirkah ‘inan bil’ amwal, syirkah abdan mufawadhah, syirkah
abdna ‘inan, syirkah wujuh mufawadhah, syirkah wujuh ‘inan
c) Al Mudharabah (Kerjasama)
Adalah akad kerja sama usaha antar dua pihak dengan
ketentuan pihak pertama menyediakan seluruh modal sedangkan
pihak yang lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha sendiri
dibagi menurut kesepakan yang dituangkan dalam kontrak.
d) Rahn (gadai)
Adalah kegiatan menjaminkan barang berharga kepada pihak
tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang
dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara
pegadai dengan lembaga gadai (penerima gadai). Ulama fikih
mengemukakan bahwa akad rahn dibolehkan dalam islam
berdasarkan al-Qur’an dalam surah Albaqarah ayat 283 “Allah swt
berfirman yang artinya jika kamu dalam perjalanan (dan
bermuamalah lah tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).

e) Kafalah dan dhaman (jaminan dan tanggungan)


Yaitu mewajibkan orang yang cerdas dengan senang hati untuk
menghadirkan orang yang mempunyai kewajiban harta untuk
pemiliknya. Sedangkan dhaman adalah jaminan yang dinyatakan
oleh seseorang kepada pihak yang memerlukan baik berupa
jaminan uang maupun jaminan barang.
f) Utang Piutang
Adalah kewajiban seseorang yang harus dibayar. Piutang
adalah seseorang yang memberikan pinj,man dengan jumlah
nominal tertentu kepada perorangan atau perusahaan.
g) Sewa menyewa
Adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang
kepada pihak lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu
harga yang disanggupi oleh pihak yang terakhir itu (perhatikan
pasal 1548 KUH perdata).
h) Hiwalah (Pemindahan Utang)
Adalah memindahkan atau mengoperkan. Menurut istilah
adalah memindahkan tagihan dari tanggungjawab yang berutang
kepada yang lain yang punya tanggung jawab kewajiban pula.
i) Upah
Adalah hak pekerjaan atau buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan kepada pekerja atau buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesempatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bari pekerja atau buruh.
j) Syuf’ah (gugatan)
Secara bahasa berasal dari kata syaf yang artinya pasangan.
Syuf’ah merupakan orang-orang arab pada zaman jahiliyah.
Dahulu seseorang jika hendak menjual rumah atau kebunnya, maka
tetangga, kawan serikat atau kawannya datang mensyuf’ahnya.
Jadi, mereka orang yang lebih berhak membeli bagian itu.
k) Qiradh (memberi modal)
Adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola dengan
syarat bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak ssesuai
kesepakatan.
l) Ji’alah (sayembara)
Merupakan permintaan agar mengembalikan barang yang
hilang dengan bayaran tertentu. Misalnya seseorang kehilangan
seekor sapi, lalu ia berkata “barangsiapa yang menemukan sapiku
dan dia dikebalikan kepadaku akan dibayar sekian”.
m) Ariyah (pinjam meminjam)
Ariyah menurut bahasa adalah pinjaman. Ariyah adalah
memberikan manfaat dari suatu barang kepada orang lain, tanpa
mengurangi nilai barang tersebut.
n) Wadi’ah (titipan)
Adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat nasabah yang bersangutan menghendaki contohnya
seperti bank yang bertanggung jawab atas pengembalian titipan
tersebut.
o) Musaqah
Adalah kerja sama antara pemilik kebun atau tanaman dan
pengelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun
atau tanaman dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut
kesepakatan bersama dan perjanjian itu disebutkan dalam akad.
p) Muzara’ah dan mukhabarah
Adalah mempunyai pengertian yang sama denga musaqah,
yaitu kerja sama anatara pemilik sawah atau tanah dengan
pengarapnya, namun yang dipersoalkan disini hanya mengenai
bibit pertanian itu yang disediakan oleh penggarapnya atau petani.

q) Riba
Adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman
saat penembalian berdasarkan presentase tertentu dari jumlah
pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.
r) Dan beberapa permasalahan kontemporer (asuransi, bank dll)
Salah satu contohnya dalah asuransi. Asuransi adalah
pertanggungan atau perjanjian yang terjadi anatara dua pihak,
pihak yang satu berkewajiban untuk membayar iuran dan pihak
yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran.

 Al-muamalah Al-Adabiyah

Hal-hal yang termasuk ruang lingkup Al-muamalah Al-Adabiyah


adalah ijab dan Kabul, saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan, hak
dan kewajiban, dan segala sesuatu yang bersumber dari panca indra
manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

C. Ruang lingkup muamalah


Sebagaimana telah disampaikan dimuka dimana fikih muamalah dapat
diartikan sebagai bagian Hukum Islam yang mengatur hubungan keperdataan
antarmanusia, maka dapat dikatakanbahwa fikih muamalah lebih mudah
dipahami sebagai Hukum Perdata Islam.
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang
muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33), meliputi :
Pertama, Ahkam al-Ahwal al-Syakhiyyah (Hukum Keluarga), yaitu
hukum-hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan
anak. Ini dimaksudkan untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai
unit terkecil.
Kedua, al-Ahkam al-Maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang
perbuatan usaha perorangan seperti jual beli (Al-Bai’ wal Ijarah), pegadaian
(rahn), perserikatan (syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud ).
Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan
kekayaan dan pemeliharaan hak-haknya.
Ketiga, Al-Ahkam al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang
bertalian dengan tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini
untuk memelihara ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya,
kehormatannnya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara pelaku
tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
Keempat, al-Ahkam al-Murafa’at (Hukum Acara), yaitu hukum yang
berhubungan dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan
sumpah (al- yamin), hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses
peradilan guna meralisasikan keadilan antar manusia.
Kelima, Al-Ahkam al-Dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu
hukum yang berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi
hubungan hakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan
kelompok.
Keenam, al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu
hukum yang berkaitan dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam
negara dan antar negara. Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan
antar negara dalam masa damai, dan masa perang, serta membatasi hubungan
antar umat Islam dengan yang lain di dalam negara.
Ketujuh, al-Ahkam al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah (Hukum Ekonomi
dan Keuangan), yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di
dalam harta orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah
pembelanjaan negara. Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi antar
orang kaya (agniya),  dengan orang fakir miskin dan antara hak-hak keuangan
negara dengan perseorangan.
Berikut ini adalah penjabaran secara global mengenai ruang lingkup
pembahasan fikih muamalah :
Bagian Pertama : Hukum Benda
Terdiri dari tiga pokok pembahasan, yaitu :
a. Konsep Harta (al-mal), meliputi pembahasan tentang pengertian harta,
unsur-unsurnya dan pembagian jenis-jenis harta.
b. Konsep Hak (al-buquq), meliputi pembahasan tentang pengertian hak,
sumber hak, perlindungan dan pembatasan hak, dan pembagian jenis-
jenis hak.
c. Konsep tentang hak milik (al-milkiyah), meliputi pembahasan tentang
hak milik, sumber-sumber pemilikan dan pembagian macam-macam
hak milik.
Bagian Kedua: Konsep Umum Akad
Konsep Umum Akad Asas-asas Umum Akad. Ruang lingkup ini membahas :
a. Pengertian akad danTasarruf.
b. Unsur-unsur akad dan syarat masing-masing unsur.
c. Macam-macam akad.
Bagian Ketiga: Aneka Macam Akad Khusus
Meliputi : Jual-beli (al-bai’), sewa-menyewa (al-ijarah), utang-piutang (al-
qard), penaggungan (al-kafalah), gadai (rahn), bagi hasil (mudharabah),
persekutuan (musyarakah), pinjam-meminjam (ariyah), penitipan
(wadi’ah),dll.

D. Klasifikasi muamalah
Pembagian makalah terdapat dua bagian:
Fiqh muamalah secara luas,Menurut inb’Abidin,fiqh muamalah terbagi
menjadi lima bagian yaitu :
a. Mu’awadlah maliah (hukum kebendaan)
b. Munakahat (hukum perkawinan)
c. Muhasanat (hukum acara)
d. Amanat dan ‘Aryah (pinjaman)
e. Tirkah (harta peninggalan)

Fiqh muamalah secara sempit di bagi menjadi dua yaitu :


a. Muamalah al Madiah
Muamalah al-madiah adalah aturan aturan yang mengkaji
objeknya,muamalah ini bersipat ke bendaan seperti benda yang
halal,haram ,syubhat untuk di perjualbelikan.
b. Muamalah al adabiyah
Muamalah al Adabiyah adalah adalah aturan- aturan allah yang di
tinjau dari subjeknya, muamalah ini berkisar pada keridhoan dua
belah pihak,tidak ada kepaksaan dari salah satu pihak,ijab dan kabul.
Macam-macam muamalah, yaitu :

1. Jual-Beli
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda
untuk memiliki benda tersebut selamanya.

2. Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang
dengan catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja
dengan tidak mengubah keadaannya. Misalnya utang Rp100.000,00 di
kemudian hari harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi utang kepada
seseorang berarti menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama.

3. Sewa-menyewa
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang
harus diterima oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini
berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fikih Muamalah adalah dari segi bahasa adalah saling bertindak saling
berbuat saling mengamalkan,dan dari segi istilah adalah aturan-aturan allah
yang wajib di taati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalah
kaitanya dengan cara memperoleh dan memgembangkan harta. Dasar hukum
muamalah adalah mubah dan ruang lingkup muamalah adalah:harta
benda,akad,akad khusus.

B. Saran
Dengan adanya makalah ruang lingkup muamalah ini kami berharap
semoga para pembaca dapat memahami isi dari muamalah tersebut. Semoga
dengan adanya makalah ini juga dapat menambah wawasan bagi para
pembaca, kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan makalah ini masih banyak kesalahan. Kami juga mengharap sekali
saran dari pembaca apabila banyak sekali kekurangan agar makalah ini
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

 Rachmad Syafei. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia. 2001.


 Rosyada. Dede. Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta. Raja Grafindo
Persada. 1993.
 Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta : Rajawali. 1988.

Anda mungkin juga menyukai