8 Pelaksanaan Strategi Dan Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran Udara Jakarta
8 Pelaksanaan Strategi Dan Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran Udara Jakarta
ICEL
Seri Lembar Informasi | Pencemaran Udara | April 2019 #8
PELAKSANAAN STRATEGI
DAN RENCANA AKSI
PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA
DKI JAKARTA
Oleh: Annisa Erou dan Fajri Fadhillah
ICEL
PELAKSANAAN STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DKI JAKARTA
S
trategi dan rencana aksi pengendalian pencemaran udara (PPU) merupakan pedoman
pelaksanaan upaya PPU yang disyaratkan baik oleh Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara (PP 41/1999) maupun Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah (PermenLH
12/2010). Strategi dan rencana aksi PPU ini diperlukan untuk menanggulangi dan memulihkan mutu
udara ambien (bila status mutu udara suatu daerah cemar) atau mempertahankan dan meningkatkan
1
mutu udara ambien (bila status mutu udara baik). Dengan demikian, keberadaan strategi dan rencana
aksi PPU menjadi sangat penting.
Dalam lembar informasi ini, akan dijabarkan fakta-fakta mengenai strategi dan rencana aksi PPU DKI
Jakarta dan bagaimana pelaksanaan strategi dan rencana aksi tersebut.
Tidak. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov DKI Jakarta) saat ini tidak
mempunyai strategi dan rencana aksi PPU. Beberapa tahun silam, pernah dibuat
2
rencana aksi pengelolaan kualitas udara DKI Jakarta 2002-2007. Rencana aksi
tersebut merupakan pengembangan dari program udara bersih dan program langit
biru yang telah dimulai sejak tahun 1997. Ruang lingkup rencana aksi ini terdiri dari: (1)
rencana aksi yang berkaitan dengan proses/konsumsi bahan bakar minyak di sektor transportasi dan
industri, (2) rencana aksi yang berkaitan dengan proses/kegiatan yang tidak menggunakan bahan bakar,
1
Lebih lanjut mengenai ketentuan hukum Strategi dan Rencana Aksi dapat dibaca di Lembar Informasi #6 “Strategi dan Rencana Aksi Pengendalian
Pencemaran Udara”.
2
Cecep Aminudin, “Efektivitas Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Industri (Studi Perbandingan Efektivitas Kebijakan Pengendalian
Pencemaran Udara Industri di DKI Jakarta, Indonesia dan New South Wales, Australia), Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia,
Jakarta, 2006, hal. 62 – 64.
(3) rencana aksi yang berkaitan dengan pengenalan bahan bakar alternatif (gas, biodiesel, dll). Rencana
aksi ini juga menetapkan target yang terdiri dari target kualitatif dan target kuantitatif (lihat Lampiran
1: Target Kualitatif dan Kuantitatif Rencana Aksi Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta 2002-2007).
Meskipun demikian, setelah rencana aksi tersebut belum ada strategi dan rencana aksi PPU yang dibuat
oleh Pemprov DKI Jakarta hingga saat ini.
Pemprov DKI Jakarta sendiri sebenarnya memiliki instrumen hukum pengendalian pencemaran udara
yakni Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Perda
2/2005) (lihat Lampiran 2: “Hal-Hal yang Diatur dalam Perda 2/2005”). Meskipun demikian, Perda 2/2005
ini bukan merupakan strategi dan rencana aksi PPU DKI Jakarta karena perda tersebut tidak memuat
3
hal-hal yang seharusnya termuat dalam strategi dan rencana aksi PPU, yakni:
4
1. Target penurunan beban pencemaran untuk tiap jenis pencemar yang melampaui BMUA daerah
maupun nasional dan dapat ditinjau ulang setiap 5 tahun;
2. Target waktu pemenuhan BMUA maksimal 5 tahun;
3. Upaya instansi terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing agar mencapai target
yang ditetapkan; dan
4. Rencana pemantauan kemajuan kegiatan.
Selain tidak memiliki strategi dan rencana aksi PPU, Pemprov DKI Jakarta juga tidak memiliki target
penurunan beban emisi untuk wilayah DKI Jakarta. Bila merujuk pada Rancangan Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2012 hingga 2018, dari tahun ke tahun Pemprov DKI
Jakarta selalu mempunyai Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Program tersebut merupakan bagian dari Urusan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh Pemprov
DKI Jakarta. Adapun beberapa kegiatannya yakni pengendalian pencemaran udara dari kendaraan
bermotor, penegakan hukum terhadap pelanggaran uji emisi kendaraan bermotor roda 4, penegakan
hukum terhadap pelanggaran baku mutu emisi gas buang pada Sumber Tidak Bergerak (STB), penegakan
hukum Kawasan Dilarang Merokok (KDM) pemantauan kualitas udara, pemulihan mutu kualitas udara
5
melalui Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) dan road side, pemeliharaan ruang terbuka hijau.
Sayangnya, meskipun sudah memiliki Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup berikut dengan kegiatan-kegiatannya, Pemprov DKI Jakarta selama ini tidak pernah menetapkan
target penurunan beban emisi secara berkala dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
3
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah, Lampiran III tentang
Pedoman Teknis Penentuan Status Mutu Udara Daerah, hal. 2.
4
Disebut juga target penurunan beban emisi.
5
Indikator kinerja yang digunakan untuk program yang ada beberapa di antaranya seperti: berkurangnya tingkat pencemaran udara baik dari
Sumber Bergerak (SB), Sumber Tidak Bergerak (STB) maupun Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB), terlaksananya penegakan hukum lingkungan
hidup (untuk kasus pelanggaran baku mutu, kasus pidana, sengketa lingkungan maupun bertambahnya jumlah pengelola Kawasan Dilarang
Merokok), bertambahnya jumlah frekuensi pemantauan kualitas udara ambien dengan metode manual aktif, terinformasikannya kualitas udara
secara kontinu di 5 wilayah kota administrasi, terpenuhinya baku mutu SB maupun baku mutu STB, serta terpulihkannya kualitas udara melalui
pelaksanaan HBKB.
6
Di lain sisi, Indonesia secara umum hanya mempunyai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
(lihat Lampiran 3: “Target Penurunan Emisi GRK Berdasarkan Dokumen NDC Indonesia”). Terkait upaya
penurunan emisi GRK ini, bahkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian
PPN) atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) di tahun 2011 yang lalu membuat
Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi GRK yang meliputi Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi GRK, Strategi Nasional Penurunan Emisi GRK hingga Penyusunan Rencana Aksi Daerah
Penurunan Emisi GRK. Dengan demikian, Pemprov DKI Jakarta mempunyai rencana aksi daerah untuk
penurunan emisi GRK namun tidak memiliki target penurunan emisi (pencemar udara) secara umum
sebagai bagian dari upaya PPU maupun strategi dan rencana aksi PPU.
Upaya Apa yang Telah Dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk Memperbaiki Mutu Udara
DKI Jakarta?
Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk memperbaiki mutu
udara wilayah DKI Jakarta di antaranya melalui:
a. Uji Emisi
6
Presiden Joko Widodo menyampaikan komitmen Indonesia pada COP-21 di Paris untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29% di tahun 2030 dengan
usaha sendiri atau sebesar 41% dengan bantuan internasional. Momentum ini menjadi dasar perubahan bantuan internasional. Dari angka
29% tersebut, sektor energi mendapatkan porsi penurunan emisi GRK sebesar 314 juta ton CO2. Angka ini menjadi dasar bagi Indonesia dalam
membuat dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang diserahkan kepada The United Nations Framework Conventions on Climate
Change (UNFCCC). Dalam RPJMD Tahun 2013-2017 sendiri, dinyatakan bahwa salah satu indikator sasarannya adalah “Persentase penurunan emisi
GRK dari business as usual (BAU) dengan baseline emisi GRK tahun 2005” dengan kondisi awal 3% dan kondisi akhir 8%”.
7
Diatur di Pasal 210 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 68 huruf (c) UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 36 ayat (1) PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara serta Pasal 19
Perda DKI Jakarta No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Uji emisi juga diatur di Pergub DKI Jakarta No. 5 Tahun 2014 tentang
Transportasi, Pergub DKI Jakarta No. 92 Tahun 2007 tentang Uji Emisi dan Perawatan Kendaraan Bermotor serta Pergub DKI Jakarta No. 31 Tahun
2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
Barat dan Jakarta Timur sudah dilakukan uji emisi pada bulan April 2018. Meskipun demikian,
sebenarnya uji emisi gratis ini adalah spot-check (uji petik emisi), bukan uji emisi sebagaimana
yang dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada.
PP 41/1999 mengatur pemerintah untuk melakukan uji tipe emisi bagi produsen dan/atau
8
importir (untuk sumber bergerak tipe baru) dan uji emisi berkala bagi pengendara dan/atau
9
pemilik kendaraan (untuk sumber bergerak tipe lama) . Pada kenyataannya, uji tipe emisi
dilakukan, namun publikasi dari pelaksanaan uji tipe emisi bagi kendaraan tipe baru tidak
tersedia. Sedangkan, uji emisi berkala justru tidak dilakukan sama sekali. Dengan demikian,
tidak diketahui apakah kebijakan ini memiliki target yang jelas, terfokus maupun terukur untuk
menurunkan tingkat pencemaran udara di DKI Jakarta.
CFD diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan dalam rangka pemulihan
mutu udara. CFD atau hari bebas kendaraan bermotor ini selanjutnya diatur di Peraturan
Gubernur DKI Jakarta No. 12 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
(Pergub DKI Jakarta 12/2016), Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 545 Tahun 2016 tentang
Penetapan Lokasi, Jadwal dan Tata Cara Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB)
di Provinsi DKI Jakarta (Kepgub DKI Jakarta 545/2016) serta Keputusan Gubernur No. 509/2016
tentang Tim Kerja Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Kepgub 509/2016).
8
Pasal 34 PP 41/1999.
9
Pasal 36 PP 41/1999.
Guna mengetahui mutu udara pada lokasi pelaksanaan CFD, dilakukan pengukuran mutu udara
10
pada setiap pelaksanaan CFD di tingkat provinsi dan kota administrasi. Pengukuran mutu udara
dilakukan terhadap parameter NO2, SO2, HC, CO dan PM10. Dalam hal ini, konsentrasi masing-
masing parameter pencemar diperbandingkan antara hari libur, pada saat pelaksanaan CFD
maupun pada saat hari kerja (lihat: Lampiran 4 “Pengukuran Mutu Udara pada Pelaksanaan CFD”).
Meskipun demikian, Pemprov DKI Jakarta tidak menentukan target penurunan beban kelima
parameter pencemar tersebut. Pemprov DKI Jakarta hanya menghitung selisih konsentrasi
masing-masing pencemar pada saat pelaksanaan CFD dan pada hari kerja. Adapun mengenai
lokasi dan jadwal pelaksanaan CFD sendiri sudah ditentukan oleh Kepgub DKI 545/2016 (lihat:
Lampiran 5 “Lokasi dan Jadwal Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor Menurut Kepgub
545/2016”).
c. Ganjil-Genap
10
Pasal 11 Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 12 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor
11
Pasal 2 Pergub 77/2018.
sampai dengan 31 Desember 2018 mulai hari Senin sampai dengan Jumat mulai pukul 06.00 WIB
12
sampai dengan pukul 10.00 WIB dan mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB.
Adapun menurut hasil peninjauan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Transportasi Jakarta
(BPTJ) terhadap kinerja ruas jalan sebelum dan setelah perluasan ganjil genap, diketahui bahwa
terdapat perubahan VC Ratio yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberlakukannya
ganjil-genap di ruas Jl. M.H Thamrin (Tosari), Jl. Rasuna Said (GOR Sumantri), Jl. S. Parman (Mall
TA) dan Jl. Metro Pondok Indah (PIM). Kinerja jalan menjadi lebih baik setelah diberlakukannya
ganjil-genap (lihat Lampiran 9 “Volume Capacity Ratio di Ruas Jalan Sebelum dan Sesudah
Diberlakukannya Ganjil-Genap Menurut Hasil Review BPTJ”). Sementara itu, kinerja jalan
alternatif lebih dinamis karena setelah pemberlakuan sistem ganjil-genap di ruas jalan alternatif
relatif menurun (lihat Lampiran 10 “Volume Capacity Ratio di Ruas Jalan Alternatif Sebelum dan
Sesudah Diberlakukannya Ganjil-Genap”). Selain itu, terdapat pula penurunan emisi CO2 yaitu
sebesar 26.63%. Di Bundaran Hotel Indonesia misalnya, terjadi penurunan konsentrasi CO
sebesar 1.7%, konsentrasi NO turun sebesar 14.7% dan konsentrasi THC turun sebesar 1.37%.
Sementara itu di Kelapa Gading terpantau terjadi penurunan konsentrasi CO sebesar 1.15%,
13
konsentrasi NO turun sebesar 7.03% dan NO2 turun sebesar 2.01%. Meskipun demikian, tidak
ada penjelasan mengenai SO, PM10 dan O3 menurut peninjauan tersebut.
Sedangkan menurut Dokumen Analisa Pelaksanaan HBKB dan Ganjil-Genap yang dikeluarkan
oleh DLH DKI Jakarta, parameter pencemar udara yang diukur adalah PM10, SO2, CO, O3 dan NO2
(lihat Lampiran 11 “Analisa Ganjil-Genap pada Konsentrasi PM10, SO2, CO, O3 dan NO2). Adapun
pelaksanaan Ganjil-Genap yang dianalisa oleh DLH DKI Jakarta adalah selama penyelenggaraan
Asian Games 2018. Menurut DLH DKI Jakarta, kebijakan Ganjil-Genap untuk wilayah Bundaran HI
tidak mempengaruhi penurunan kualitas udara secara langsung maupun mengubah pola atau
perilaku dari generasi konsentrasi pencemaran udara. Sedangkan untuk wilayah Kelapa Gading
menunjukkan adanya perbaikan kualitas udara, di mana ada perbedaan signifikan yang berjalan
ke arah positif antara adanya kebijakan Ganjil-Genap dan tanpa adanya kebijakan Ganjil-Genap.
12
Pasal 3 ayat (1) dan (2) Pergub 106/2018.
13
Ir. Bambang Prihartono, MSCE, Ganjil Genap “Katanya & Ternyata”, (Jakarta: Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, 2018), hlm. 47-48.
14
Pasal 13 ayat (1) Perda 2/2005.
15
sehingga tidak menganggu kesehatan bagi yang tidak merokok. Sedangkan dalam angkutan
16
umum dapat disediakan tempat khusus untuk merokok dengan ketentuan:
1. Lokasi tempat khusus untuk merokok terpisah secara fisik/tidak bercampur dengan
kawasan tanpa rokok pada angkutan umum yang sama;
2. Dalam tempat khusus untuk merokok harus dilengkapi alat penghisap udara atau memiliki
sistem sirkulasi udara yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Mengenai kawasan dilarang merokok ini diatur secara khusus dalam Peraturan Gubernur DKI
Jakarta No. 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembinaan, Pengawasan dan
Penegakan Hukum Kawasan Dilarang Merokok (Pergub 50/2012). Menurut instrumen hukum
tersebut, BPLHD, Walikota/Bupati, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, Dinas Perhubungan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah serta Perdagangan (Dinas KUMKMP), Dinas Olahraga dan Pemuda,
Satuan Polisi Pamong Praja, Biro Pendidikan dan Mental Spiritual dan Biro Umum wajib melakukan
17
pengawasan penaatan kawasan dilarang merokok. Pengawasan penaatan kawasan dilarang
merokok ini dilakukan berdasarkan tugas pengawasan yang dilakukan oleh SKPD/UKPD dan
18
Walikota/Bupati, pengaduan masyarakat, temuan langsung dan informasi dari media massa.
Berdasarkan data Kawasan Dilarang Merokok di Provinsi DKI Jakarta yang dimiliki DLH DKI
Jakarta untuk periode Januari 2017 hingga Desember 2018, ditinjau dari laporan penanganan
pengaduan, hampir seluruh wilayah administratif DKI Jakarta (77.78%) tidak menaati kebijakan
Kawasan Dilarang Merokok. Kebijakan ini tidak memiliki target yang terfokus dan terukur untuk
menuruni tingkat pencemaran udara di DKI Jakarta (lihat Lampiran 12 “Penanganan Pengaduan
Pelanggaran Kawasan Dilarang Merokok”).
15
Pasal 13 ayat (2) Perda 2/2005.
16
Pasal 13 ayat (3) Perda 2/2005.
17
Pasal 9 ayat (1) Pergub 50/2012.
18
Pasal 12 ayat (1) Pergub 50/2012.
19
Pasal 14 Perda 2/2005.
20
Pasal 126 huruf e Perda 3/2013.
Sebagai sanksinya, setiap orang yang lalai atau dengan sengaja membakar sampah yang
mencemari lingkungan dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 112
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UU 32/2009) yakni pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.
21
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Sayangnya, berdasarkan keterangan yang diberikan
oleh DLH DKI Jakarta, kebijakan ini tidak dievaluasi sehingga tidak ada Dokumen Evaluasi
Dampak Kebijakan Larangan Pembakaran Sampah, yang ada hanyalah penanganan pengaduan
saja. Dengan demikian, kebijakan ini juga tidak memiliki target yang terfokus dan terukur untuk
mengendalikan pencemaran udara yang terjadi di DKI Jakarta.
Apa Kekurangannya Jika Pemprov DKI Jakarta Tidak Mempunyai Strategi dan Rencana
Aksi PPU?
Jika Pemprov DKI Jakarta tidak mempunyai strategi dan rencana aksi PPU, maka pelaksanaan
PPU menjadi tidak terfokus dan tepat sasaran. Selain itu, terdapat kemungkinan program-program
pemerintah pusat menghambat upaya PPU yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta oleh karena
program-program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat tersebut dilakukan di wilayah DKI Jakarta
dan justru membuat lebih parah pencemaran udara di wilayah DKI Jakarta. Beberapa contoh program
pemerintah pusat yang merupakan Program Strategi Nasional (PSN) yang lokasinya berada di wilayah
DKI Jakarta dan akan berdampak pada pencemaran udara yakni:
21
Pasal 135 Perda 3/3013 jo. Pasal 112 UU 32/2009.
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional (Perpres 58/2017).
Jika dilihat dari peta indeks kualitas udara disekitar DKI Jakarta, dapat dilihat lokasi yang
memiliki indeks kualitas udara terburuk di DKI Jakarta yaitu Mangga Dua Utara dengan indeks
178 US AQI, Rawamangun dengan indeks 173 US AQI, Jakarta Pusat dengan indeks 165 US AQI,
dan Kemayoran dengan indeks 165 US AQI. Lokasi yang memiliki indeks udara terburuk pun akan
dilewati dengan 6 ruas jalan tol. Dapat dibayangkan jika 6 ruas tol akan dibangun, kualitas udara
akan semakin memburuk. Hal ini dikarenakan jalan tol akan dilewati kendaraan pribadi yang
tentunya akan menyumbang emisi kendaraan bermotor.
Menurut BPTJ, saat ini pertumbuhan kendaraan bermotor sudah mencapai 10 persen.
Sementara, pertumbuhan jalan raya masih di bawah 1 persen. Kondisi ini tentu akan menjadi
masalah, dan penambahan panjang jalan khusunya jalan tol yang direncakan saat ini bukan
menjadi solusi kemacetan. Merujuk data Ditlantas Polda Metro Jaya yang menaungi Jakarta,
Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek), jumlah kendaraan bertambah 5.500-6.000 unit per
hari. Dari jumlah tersebut, sepeda motor mencapai 4.000-4.500 per hari. Data dari BPS tahun
2017 membuktikan bahwa tiap tahun jumlah kendaraan bermotor selalu meningkat dengan
pesat. Menurut Data BPS tahun 2017, jalan tol di DKI Jakarta tahun 2016 mencapai 138 km.
Dengan semakin panjangnya jalan tol, maka terbukti pada tabel peningkatan jumlah kendaraan
bahwa makin meningkatnya keinginan masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi karena
lebih cepat dalam melakukan perjalanan. Dengan itu, semakin meningkatnya pula kepadatan
22
kendaraan di jalan yang disertai meningkat pula kadar polusi udara.
22
Lebih lanjut mengenai pembangunan 6 ruas jalan tol dan dampaknya dapat dibaca di Buku “Seruan Jakarta #Tolak6RuasTolDalKot” oleh Rujak
Center for Urban Studies.
Pada dasarnya peraturan tersebut menyatakan bahwa pembangkit listrik berbasis sampah
merupakan pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan yang
memenuhi baku mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dapat
mengurangi volume sampah secara signifikan serta teruji. Dijelaskan pula bahwa pengolah
sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan adalah mesin/peralatan
yang dapat mengolah sampah menjadi energi listrik dan mengurangi volume sampah dan waktu
pengolahan secara signifikan melalui teknologi yang ramah lingkungan dan teruji. Meskipun
demikian, dalam peraturan tersebut tidak dijelaskan bahwa pengolah sampahnya adalah
23
insinerator dan metode pengolahan sampahnya adalah dengan cara dibakar. Meskipun diklaim
“ramah lingkungan” oleh pemerintah, insinerator sebenarnya tidak ramah lingkungan sama
24
sekali bahkan membahayakan masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di dekat insinerator berpotensi terkena bahan kimia berbahaya melalui
udara yang tercemar atau hasil pertanian yang terkontaminasi. Semua proses pembakaran
sampah ini menghasilkan dioksin yang berkarakteristik persisten, bioakumulatif dan karsinogen,
terutama jika sampah yang dibakar mengandung klorin. Baik pembakaran sampah skala kecil,
sedang maupun besar, semuanya menghasilkan dioksin, yang berbeda hanyalah konsentrasi
dan waktu pelepasannya saja.
Beberapa polutan yang masuk ke dalam udara ambien dari operasi insinerator dapat dilihat
dalam gambar di bawah ini.
Sumber: https://www.balifokus.asia/single-post/2016/06/14/Bagaimana-cara-
kerja-insinerator-dan-apa-saja-bahaya-tersembunyi-dari-insinerator
23
Dalam peraturan yang sebelumnya yakni Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis
Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota Makassar (Perpres
18/2016), dinyatakan bahwa teknologi yang digunakan adalah teknologi thermal process meliputi gasifikasi, insinerator dan pirolysis. Perpres ini
kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung (MA) setelah adanya permohonan uji materiil yang diajukan oleh 15 orang pemohon perorangan dan
lima organisasi lingkungan hidup. Lihat putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 27 P/HUM/2016.
24
Fajri Fadhillah, “Insinerator sampah akan perparah pencemaran udara Jakarta”, theconversation.com.
Adapun beberapa dampak kesehatan yang mungkin timbul dan diderita oleh penduduk yang
tinggal di sekitar insinerator adalah sarkoma jaringan lunak, limfoma non-Hodgkin, kanker
paru-paru, kanker laring, kanker hati dan kanker lain, kanker pada anak serta permasalahan
pernapasan. Kemungkinan meninggalnya seseorang dari kanker paru-paru bagi orang yang
tinggal di dekat insinerator adalah 6.7 kali lebih besar dibandingkan orang-orang yang tinggal
di wilayah lain. Terdapat penambahan jumlah yang signifikan dari semua kanker meliputi kanker
lambung, kanker kolorektar, kanker hati dan kanker paru-paru bagi populasi yang tinggal dalam
radius 7.5 km dari insinerator. Semakin dekat jarak wilayah tempat tinggal dengan insinerator,
maka semakin tinggi kemungkinan terkena kanker. Adapun penderita kanker limfoma maupun
kanker paru-paru memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker lambung, itulah mengapa kanker
lambung juga termasuk jenis dampak kesehatan yang mungkin timbul dari penggunaan
insinerator. Mengenai kanker pada anak, kanker ini kemungkinan besar terjadi terutama bila
dalam masa-masa pertumbuhan dan perkembangan janin serta masa-masa awal kehidupan
anak, ia mendapat paparan bahan beracun dari operasi insinerator. Permasalahan pernapasan
juga mungkin timbul karena insinerator menghasilkan polutan dengan kuantitas besar seperti
25
SO2, NO2 dan Particulate Matter (PM).
25
Lebih lanjut mengenai dampak kesehatan akibat penggunaan insinerator dapat dibaca di Laporan Greenpeace: “Incineration and Human Health:
State of Knowledge of the Impacts of Waste Incineration on Human Health”.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Target Kualitatif dan Kuantitatif Rencana Aksi Pengelolaan Kualitas Udara DKI Jakarta 2002-2007
1. Pengendalian kualitas udara ambien 1. Pada akhir tahun 2005 konsentrasi seluruh
(ambien dan sisi jalan) khususnya untuk pencemar parameter mencapai atau tidak
parameter utama – manajemen ambien melebihi baku mutu udara ambien yang
dipersyaratkan
2. Pengendalian kualitas emisi dari berbagai
macam sumber – manajemen emisi 2. Pada akhir tahun 2005 kontribusi emisi dari
sumbernya berkurang secara signifikan
3. Pengenalan bahan bakar alternatif yang hingga 50%
ramah lingkungan
3. Pembangunan infrastruktur pemantauan
kualitas udara untuk meningkatkan
kualitas/efektivitas program tahun 2005
LAMPIRAN 2
Hal-Hal yang Diatur dalam Perda DKI Jakarta No. 2/2005 tentang PPU
b. perlindungan mutu udara (meliputi BMUA, Status Mutu Udara Ambien, BME dan Ambang Batas
Emisi Gas Buang, Baku Tingkat Gangguan dan Ambang Batas Kebisingan, ISPU)
e. penanggulangan pencemaran udara (pengawasan terhadap penaatan BME, penaatan BMUA, BME
dan baku tingkat gangguan, pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang,
pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor, pemantauan mutu udara ambien di sekitar
jalan, uji emisi, pengawasan terhadap penaatan baku tingkat gangguan, penaatan baku tingkat
gangguan, penaatan terhadap pemenuhan ambang batas kebisingan)
f. pemulihan mutu udara (kewajiban memulihkan mutu udara, pengembangan ruang terbuka hijau,
hari bebas kendaraan bermotor)
LAMPIRAN 3
Target Penurunan Emisi GRK Berdasarkan Dokumen NDC Indonesia
LAMPIRAN 4
Pengukuran Mutu Udara pada Pelaksanaan CFD
Profil perbandingan konsentrasi rata-rata bulanan antara parameter PM10 pada CFD dan hari kerja
100.00
80.00
ug/m3
60.00
40.00
20.00
0.00
6:00 6:30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00
Jam
Profil perbandingan konsentrasi rata-rata bulanan antara parameter SO2 pada CFD dan hari kerja
40.00
35.00
30.00
25.00
ug/m3
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
6:00 6:30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00
Jam
Profil perbandingan konsentrasi rata-rata bulanan antara parameter CO pada CFD dan hari kerja
2.50
2.00
mg/m3
1.50
1.00
0.50
0.00
6:00 6:30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00
Jam
Profil perbandingan konsentrasi rata-rata bulanan antara parameter O3 pada CFD dan hari kerja
100.00
80.00
ug/m3
60.00
40.00
20.00
0.00
6:00 6:30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00
Jam
Profil perbandingan konsentrasi rata-rata bulanan antara parameter THC pada CFD dan hari kerja
20.00
15.00
ug/m3
10.00
5.00
0.00
6:00 6:30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00
Jam
Profil perbandingan konsentrasi rata-rata bulanan antara parameter NO2 pada CFD dan hari kerja
18.00
16.00
14.00
12.00
ug/m3
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
6:00 6:30 7:00 7:30 8:00 8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00
Jam
LAMPIRAN 5
Lokasi dan Jadwal Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor Menurut Kepgub DKI Jakarta
545/2016
Jadwal
No. Wilayah Lokasi Hari Bebas Kendaraan Bermotor Saat Ini
Pelaksanaan
Jl. Sisingamangaraja
2. Jakarta Selatan Minggu ke-1
(Tugu Selamat Datang s.d Jl. Trunojoyo – Jl. Kyai Maja (CSW))
3. Jakarta Barat (Jl. Kali Besar Utara – Jl. Kali Besar Timur – Jl. Kali Besar Barat – Minggu ke-2
Jl. Kopi – Jl. Kali Besar Timur 2 – sebagian Jl. Kali Besar Timur 3
– Jl. Kali Besar Timur 4 – Jl. Kali Besar Timur 5 – Jl. Pos Kota
Jl. Pemuda
6. Jakarta Timur Minggu ke-4
Persimpangan Arion (Jl. Pemuda – Jl. Velodrome) s.d.
Persimpangan Jl. Pemuda – Jl. Bekasi Raya
LAMPIRAN 6
Ruas Jalan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas dengan Sistem Ganjil-Genap Selama Penyelenggaraan
Asian Games Menurut Pergub 77/2018
Ruas jalan sebagai kawasan pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil genap terdiri atas:
d. Jalan Sisingamangaraja;
f. Jalan Jenderal S. Parman (sebagian mulai dari Simpang Tomang s.d. Simpang Slipi);
k. Jalan Benyamin Sueb (sebagian mulai dari Bundaran Angkasa s.d. Kupingan Ancol);
l. Jalan Metro Pondok Indah (sebagian mulai dari Simpang Kartini s.d. Simpang Pondok Indah
Mall); dan
m. Jalan R.A. Kartini (sebagian mulai dari Simpang Ciputat Raya s.d. Simpang Kartini).
LAMPIRAN 7
Ruas Jalan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas Jalan dengan Sistem Ganjil-Genap Menjelang dan
Selama Penyelenggaraan Asian Para Games 2018 Menurut Pergub 92/2018
Ruas jalan sebagai kawasan pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil-genap terdiri atas:
e. Sebagian Jalan Jenderal S. Parman (mulai dari Simpang Jalan Tomang Raya s.d. Simpang Jalan
KS. Tubun);
j. Sebagian Jalan Benyamin Sueb (mulai dari Bundaran Angkasa s.d. Kupingan Ancol) diberlakukan
mulai tanggal 1 Oktober 2018 sampai dengan 13 Oktober 2018.
Pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil-genap pada ruas jalan sebagaimana dimaksud tidak
diberlakukan pada segmen persimpangan terdekat sampai dengan pintu masuk tol dan segmen pintu
keluar tol sampai dengan persimpangan terdekat.
LAMPIRAN 8
Ruas Jalan Kawasan Pembatasan Lalu Lintas Jalan dengan Sistem Ganjil-Genap Menurut Pergub
106/2018
Ruas jalan sebagai kawasan pembatasan lalu lintas dengan sistema ganjil-genap terdiri atas:
d. Sebagian Jalan Jenderal S. Parman (mulai dari simpang Jalan Tomang Raya sampai dengan
simpang Jalan K.S. Tubun);
Pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil-genap pada ruas jalan sebagaimana dimaksud tidak
diberlakukan pada segmen persimpangan terdekat sampai dengan pintu masuk tol dan segmen pintu
keluar tol sampai dengan persimpangan terdekat.
LAMPIRAN 9
Volume Capacity Ratio di Ruas Jalan Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Ganjil-Genap Menurut
Hasil Review BPTJ
VC Ratio
Ruas Jalan Diberlakukannya Ganjil
No. Sesudah/ Sesudah/Minggu
Genap Sebelum
Minggu ke-3 ke-6
LAMPIRAN 10:
Volume Capacity Ratio di Ruas Jalan Alternatif Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Ganjil-Genap
VC Ratio
Ruas Jalan Alternatif Diberlakukannya
No.
Ganjil-Genap Sesudah/Minggu Sesudah/Minggu
Sebelum
ke-3 ke-6
LAMPIRAN 11
Analisa Ganjil-Genap pada Konsentrasi PM10, SO2, CO, O3 dan NO2
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
Bulan Juli PM10 Bulan Agustus PM10
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:30
14:00
14:30
15:00
16:00
16:30
17:00
17:30
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
22:00
22:30
23:00
23:30
13:00
15:30
18:00
21:30
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:30
11:00
11:30
12:00
13:00
14:00
14:30
15:00
15:30
16:30
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
10:00
12:30
13:30
16:00
17:00
20:30
Bulan Juli SO2 Bulan Agustus SO2
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:30
11:00
11:30
12:00
13:00
14:00
14:30
15:00
15:30
16:30
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
10:00
12:30
13:30
16:00
17:00
20:30
0:00
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:30
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
19:00
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:30
13:00
14:00
18:30
19:30
23:00
Bulan Juli CO Bulan Agustus CO
0:00
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:30
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00
17:30
18:00
19:00
20:00
20:30
21:00
21:30
22:00
22:30
23:30
13:00
14:00
18:30
19:30
23:00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:30
11:00
11:30
12:00
13:00
14:00
14:30
15:00
15:30
16:30
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
10:00
12:30
13:30
16:00
17:00
20:30
Bulan Juli O3 Bulan Agustus O3
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:30
14:00
14:30
15:00
16:00
16:30
17:00
17:30
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
22:00
22:30
23:00
23:30
13:00
15:30
18:00
21:30
0:00
10:30
11:00
11:30
12:00
13:00
14:00
14:30
15:00
15:30
16:30
17:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
21:00
21:30
22:00
22:30
23:00
23:30
10:00
12:30
13:30
16:00
17:00
20:30
Bulan Juli NO2 Bulan Agustus NO2
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
5:30
6:00
6:30
7:00
7:30
8:00
8:30
9:00
9:30
0:00
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:30
14:00
14:30
15:00
16:00
16:30
17:00
17:30
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00
22:00
22:30
23:00
23:30
13:00
15:30
18:00
21:30
LAMPIRAN 12
Penanganan Pengaduan Pelanggaran Kawasan Dilarang Merokok
1. Jakarta Timur 0 0 0
2. Jakarta Barat 1 0 1
3. Jakarta Pusat 5 1 4
4. Jakarta Selatan 5 2 3
5. Jakarta Utara 3 0 3
Total 14 3 11
Hasil Penanganan
Pengaduan
22,2%
Taat
Tidak
Taat
11
77,78%