Anda di halaman 1dari 25

07-May-20 2:34 PM

Well Architecture
and Construction
Edi B. Setyobudi
2016

Kita ketemu lagi pada kuliah saya yang ketiga yaitu tentang: “Well Architecture and
Construction”. Jangan bayangkan arsitektur sebagai bagian dari bentuk bangunan
yang indah, tetapi lebih pada bagaimana sumur dibor dari atas sampai kedalaman
akhir dengan aman dan mencapai tujuan kita yaitu memproduksi minyak/gas dari
reservoir.

© 2007 Microsoft Corporation. All rights reserved. Microsoft, Windows, Windows Vista and other product names are or may be registered trademarks and/or trademarks in the U.S. and/or other countries.
The information herein is for informational purposes only and represents the current view of Microsoft Corporation as of the date of this presentation. Because Microsoft must respond to changing market conditions, it should not be
interpreted to be a commitment on the part of Microsoft, and Microsoft cannot guarantee the accuracy of any information provided after the date of this presentation.
MICROSOFT MAKES NO WARRANTIES, EXPRESS, IMPLIED OR STATUTORY, AS TO THE INFORMATION IN THIS PRESENTATION.
1
Adams, N.J., 1985, “Drilling Engineering – A
Complete Well Planning Approach” chapters 5,
6, 7, 9, 11, 12
Baker, R., 2001, “A Primer of Oilwell Drilling”
chapters 10 & 12
Gatlin, C., 1960, “Petroleum Engineering –
Drilling and Well Completions” chapter 10 & 15
Mitchell, R.F., 2006, “Petroleum Engineering
Handbook Vol II – Drilling Engineering” –
chapters 5, 7 & 9

Seperti biasa, saya anjurkan sdr membaca beberapa chapter dari textbook untuk
melengkapi pemahaman sdr tentang materi kuliah saya ini. Beberapa textbook sudah
diberikan pada kuliah sebelumnya (chapternya berbeda) sehingga tidak saya kirimkan
bersama kuliah ini. Silakan buka kembali textbook yang saya kirim bersama kuliah
sebelumnya.

2
Conductor
Keeps loose soil / sediments out of hole
Enable drilling fluid circulation and diverter
system
Usually driven into place
Surface Casing
Protects fresh water aquifers
Prevents loss circulation into weak permeable
zones
Supports the weight of all casing strings and a
place to set BOP
Intermediate Casing(s)
Separate normal, transition and over-pressure
zones
Isolate zones that cause problems (heaving,
sloughing shales)
Production Casing
Isolates pay zones
Protects production tubing

Umumnya sebuah sumur dibor dengan teknik sbb:


Awalnya pasang Conductor. Selubung ini berukuran sangat besar, kadang sampai 30” (inchi) dan sering
kali cara memasukkannya dengan ditumbuk seperti pada pemasangan tiang pancang. Umumnya hanya
dangkal saja karena fungsinya untuk menahan tanah (soil yang lepas2) dan untuk jalur sirkulasi lumpur
serta penempatan Diverter System. Pada contoh diagram ini tidak ditumbuk melainkan dengan dibor
dengan mata bor 36” baru conductor 30” dimasukkan.
Selanjutnya sumur dibor dengan 26” bitsize (ukuran mata bor) sampai kedalaman tertentu (biasanya
mengikuti drilling program) dan ditutup dengan 18-5/8” casing. Perhatikan bitsize selanjutnya selalu
lebih kecil dari ukuran casing sebelumnya, lalu casing berikutnya lebih kecil dibanding bitsize-nya.
Casing ini sering disebut sebagai Surface Casing yang fungsinya mengamankan aquifer supaya tidak
terkontaminasi lumpur bor dan menjaga supaya sirkulasi lumpur tidak hilang masuk ke zona lemah
(rekahan / loose zone). Surface Casing biasanya disemen supaya kuat menahan beban dan sebagai
dudukan Blow-Out Preventer (BOP).
Setelah semen kering, pengeboran selanjutnya menggunakan mata bor ukuran 17-1/2”. Jika pada
kedalaman ini terdapat zona produktif, sebelum dipasang casing akan dilakukan logging dulu.
Kemudian dipasang 13-3/8” casing lalu disemen. Setelah semen kering dibor lagi dengan mata bor
ukuran 12-1/4” sampai kedalaman sesuai program, open-hole logging (jika diperlukan) lalu pasang
casing ukuran 9-5/8” dan disemen. Casing 18-5/8”, 13-3/8” dan 9-5/8” biasa disebut sebagai
Intermediate Casings. Mengapa diperlukan begitu banyak Intermediate Casing? Hal ini akan dijelaskan
pada beberapa slide berikutnya.
Setelah semen kering pengeboran berikutnya (biasanya ini yang terakhir) adalah menggunakan mata
bor 8-1/2” sampai kedalaman total (Total Depth). Lalu dilakukan open-hole logging. Jika pada zona ini
terdapat zona produktif (minyak / gas) kita akan lanjutkan dengan pemasangan Production Casing
ukuran 7” lalu disemen.
Jadi konstruksi sumur biasanya dari atas ukurannya besar, makin ke bawah makin kecil.

3
Liner
Casing string that does
not extend to surface
Hung onto
Intermediate Casing by
means of Liner Hangers

Tieback Liner
A section of casing
extending from top
of liner to the
surface

Liner Tieback Liner

Kalau casing (selubung) dipasang dari atas sampai ke bawah. Kadang untuk
menghemat, casingnya tidak dipasang sampai ke atas, tetapi hanya sampai casing
yang telah terpasang sebelumnya dan digunakan Liner Hanger (penggantung). Untuk
casing yang tidak dipasang sampai ke atas dinamakan Liner.

Namun adakalanya belakangan kondisi ini menyulitkan pada waktu produksi karena
minyak mengalir dari selubung yang kecil lalu berubah ke diameter yang lebih besar
sehingga kecepatan alirannya melambat. Jika kemudian diputuskan untuk
menyambung Liner yang sudah terpasang sampai ke atas, istilahnya Tieback Liner.

4
Pressure Temperature

Seperti yang sudah dibahas pada kuliah sebelumnya, tekanan formasi yang normal
mengikuti suatu pola garis lurus, yaitu pada gambar sebelah kiri terdapat garis lurus
paling kiri. Dari permukaan tekanan formasi mengikuti garis normal ini. Sampai pada
Zona Overpressure, tekanan formasi mulai menyimpang ke kanan dari garis tsb. Hal
ini yang harus kita antisipasi selama pengeboran supaya tidak terjadi kick atau blow-
out.

Pada gambar yang kanan adalah kurva temperatur formasi. Semakin ke dalam
temperatur makin tinggi. Kedua parameter ini penting kita perhatikan pada waktu
memilih jenis lumpur dan zat additive yang perlu ditambahkan padanya.

5
Slide ini sudah kita bahas pada kuliah sebelumnya. Dari kurva tekanan formasi, berat
jenis lumpur yang kita terapkan dan kurva Fracture Pressure dengan faktor pengaman
(nomor dua dari kanan) kita bisa membuat program untuk memasang Surface Casing
pada kedalaman B, karena pada kedalaman ini berat lumpur sudah mendekati /
menyentuh Fracture Pressure with Factor (Titik A). Biasanya ukuran casing di sini
masih cukup besar. Tujuan pemasangan casing ini adalah untuk memisahkan zona
yang lebih dalam yang memiliki tekanan formasi lebih tinggi dengan zona dangkal
yang Fracture Pressurenya rendah.

Berikutnya perlu dipasang Intermediate Casing untuk memisahkan zona ini dengan
zona paling dalam yang bertekanan lebih tinggi. Pada contoh ini hanya diperlukan
satu Intermediate Casing. Pada prakteknya, kita kadang harus memasang 2 – 3
intermediate casing untuk memisahkan berbagai formasi dengan tekanan formasi
yang berlainan.

Setelah intermediate casing, jika ditemukan zona produktif, kita perlu memasang
Production Casing sampai menutup beberapa ratus feet di bawah zona produktif
paling bawah.

Jika sdr lupa tentang makna Titik A, B, C, D, E dan F, silakan membuka kembali kuliah
sebelumnya yang membahas slide yang sama.

6
Bit size selection
should give enough
clearance for
Bottom Hole
Assembly (BHA) to
go through inner
diameter (ID) of the
casing and coupling

Perlu dicatat bahwa angka-angka ukuran casing adalah ukuran Outer Diameter
(diameter bagian luar casing) sedangkan beberapa jenis casing dibuat lebih tebal,
sehingga perlu mengetahui Inner Diameter (ID Casing) supaya bit (mata bor) dan
rangkaian Bottom Hole Assembly (BHA) dapat masuk melalui casing tsb. American
Petroleum Institute (API) membuat daftar OD / ID tiap-tiap jenis casing sebagai
panduan sehingga kita dapat memilih casing dan ukuran mata bor yang tepat untuk
pekerjaan kita.

Selain ukuran mata bor, pada Bottom Hole Assembly juga terdapat berbagai
rangkaian peralatan yang masing-masing punya ukuran berbeda dan ini semua harus
menjadi pertimbangan ketika memilih ukuran casing dan ukuran mata bor.

7
Poly-crystalline
Diamond Compact
(PDC)
Roller-Cone Bit
Tungsteen
Carbide Insert
(TCI)
Milled-Tooth
TCI Milled-Tooth
PDC Roller-Cone

Pada gambar ini ditampilkan 3 jenis mata bor. Deretan atas adalah pandangan dari
atas, sedang deretan bawah adalah pandangan dari samping.

Dari kiri adalah jenis PDC (kepanjangannya tertulis pada gambar). Jenis ini sangat
awet dan banyak disukai driller karena awetnya sehingga tidak perlu sering-sering
ganti mata bor – karena setiap ganti mata bor harus mengangkat seluruh rangkaian,
ganti mata bor lalu masukkan lagi. Proses mengangkat dan memasukkan lagi dapat
berlangsung lama, terutama ketika sudah cukup dalam. Namun, wellsite geologist
kurang suka karena serbuk bornya lembut sekali sehingga sukar membedakan antara
satu jenis litologi dengan jenis lainnya.

Jenis lainnya (tengah dan kanan) disebut sebagai Roller-Cone Bit. Bentuknya seperti
kombinasi 3 buah roda yang ikut berputar selagi mengebor. Roller-Cone Bit dibagi
menjadi TCI dan Milled-Tooth. Pengetahuan ini sekedar menambah wacana, karena
pemilihannya diputuskan oleh drilling engineer.

8
Special bit for taking core
Combined with core
barrels (~30’) or double
barrels (~60’) to take
longer core samples

A geologist laid down


core samples, oriented,
marked and labeled

Untuk keperluan pengambilan Core (batuan inti bor) digunakan mata bor khusus.
Mata bor ini berlubang di bagian tengahnya sehingga ketika mengebor, batuan
(formasi) akan masuk ke dalam bagian yang berlubang ini dan akan ditangkap oleh
core barrel di belakangnya. Satu core barrel panjangnya 30 feet dan dapat disambung
menjadi 60 feet.

Supaya core (inti batuan) yang sudah masuk core barrel tidak jatuh, ada penjepit di
dalam core barrel. Namun jika core barrelnya terlalu panjang, batuan inti akan terlalu
berat sehingga mungkin dapat terlepas waktu diangkat ke permukaan.

9
International Association of Drilling Contractors (IADC)
Roller-Cone Bits PDC & Diamond Bits
Four (4) characters – 3 numeric and Four (4) characters – 1 alphabetic
1 alphabetic and 3 numerical
1. Series: 1 to 3 milled-tooth 4 to 8 1. Material: S – steel, M – matrix,
insert type where higher D - diamond
numbers for hard & abrasive 2. Formation Type: 1 to 8 – degree
rocks of formation hardness
2. Type: 1 to 4 – degree of 3. Drill Bit Structure: 1 to 4
formation hardness 4. Bit Profile: 1 to 4
3. Bearing Design & Gauge
Protection: 1 to 7
4. Additional Features: A to Z total
16 features (a few characters
skipped)

Internasional Association of Drilling Contractors (IADC) membuat klasifikasi jenis2 dan


penamaan mata bor berdasarkan ketahanan terhadap jenis batuan mau pun abrasi
dari gesekan dengan batuan, kekerasan batuan, desain bearingnya dan hal2 istimewa
lainnya. Untuk jenis Roller Cone digunakan kode2 berupa 3 buah angka dan 1 huruf.

Untuk jenis PDC digunakan 1 huruf dan 3 angka. Masing2 maknanya dapat dibaca
pada slide.

10
Bit Size
20” – Conductor
17-1/2”
13-3/8” – Surface Casing

12-1/4” 9-5/8” – Intermediate Casing

8-1/2” 5-1/2” – Production Casing

Structural casings are


cemented prior to further
operation

Pada dasarnya slide ini mengulang slide nomor 3, dengan beberapa perubahan jenis
casing dan mata bor. Mulai dari Surface Casing sampai Production Casing selalu
disemen sebelum berlanjut ke langkah berikutnya.

Sedikit catatan: dulu kami banyak menggunakan casing ukuran 5-1/2”. Ketika itu
semua sumur kami dibor secara vertikal. Belakangan kami tidak pakai lagi karena
pada sumur yang miring (directional) ukuran casing ini terlalu kecil sehingga pada
belokan2 menyulitkan untuk memasukkan production tubing dan alat2 produksi
lainnya. Sekarang Production Casing di tempat kami selalu memakai casing 7”.

11
Size: ranges 4.5” – 36” Outer Diameter (OD)
Length: R1: 16’ – 25’, R2: 25’ – 34’, R3: > 34’
Grade: Examples: H-40, J-55, K-55, N-80, L-80, C-
90, C-95, P-110, Q-125
The letter refers to the chemical composition of the
material and the number refers to the minimum yield
strength of the material e.g. N-80 casing has a minimum
yield strength of 80,000 psi
Connections / joints:
Short thread connection (STC)
Long thread connection (LTC)
Buttress thread connection (BTC)

Slide ini menjelaskan berbagai jenis casing baik dari ukuran, panjangnya, grade mau
pun jenis sambungannya.

12
Depth Hole Mud Weight
Casing Type / Grade Range (m)
(m) Size (lbs/cft) / ppg
150 26” 66 – 67 / 8.8 – 8.9 20” x 94 PPF x K-55 x BTC 0 - 150

1500 17-1/2” 66 – 67 / 8.8 – 8.9 13-3/8” x 68 PPF x N-80 x BTC 0 - 1500

9-5/8” x 47 PPF x P-110 x BTC 0 - 240

3500 12-1/4” 67 – 70 / 8.9 – 9.36 9-5/8” x 47 PPF x N-80 x BTC 240 - 2610

9-5/8” x 47 PPF x P-110 x BTC 2610 - 3500

5-1/2” x 20 PPF x P-110 x BTC 0 - 530

4380 8-1/2” 70 – 81 / 9.36 – 10.83 5-1/2” x 20 PPF x N-80 x BTC 530 - 4270

5-1/2” x 20 PPF x P-110 x BTC 4270 - 4380

Note: combination of different casing grades may be run to minimize costs

Ini adalah sebuah contoh pemakaian rangkaian casing sesuai dengan kedalaman dan
gradenya.
Catatan: PPF = Pound (berat) Per Foot

13
Slide ini mencoba menjelaskan proses penyemenan. Dimulai dari gambar kiri atas:
lubang bor masih terisi oleh lumpur bor, kemudian dalam pipa dimasukkan Bottom
Plug (sebagai alas dari semen), kemudian masukkan sejumlah semen dengan volume
tertentu lalu ditutup dengan Top Plug (gambar kanan atas). Lalu didorong dengan
lumpur bor (gambar kiri bawah) sehingga Top Plug dan Bottom Plug bertemu (gambar
kanan bawah) – semen sudah terdorong ke dalam annulus (lubang antara dinding luar
casing dan dinding lubang bor).

Setelah itu kita harus Waiting On Cement (WOC) atau Tunggu Semen Kering (TSK).
Untuk kedalaman yang besar, temperatur cukup tinggi sehingga semen perlu
dicampur dengan Retarder – zat kimia supaya semen tidak terlalu cepat kering.
Karena proses di atas bisa berlangsung lama, sehingga dikawatirkan semen sudah
kering sebelum pekerjaan selesai. Dengan menggunakan retarder, waktunya bisa
diperpanjang.

14
Isolate gas, oil and water zones –
prevent crossflow
Preventing blowouts by quickly
forming seals
Sealing off lost circulation or problem
zones
Pipe support and protection:
Protect casings from shock loads
Prevent corrosion caused by acid gases
Pressure control

Adapun fungsi semen adalah:


1. Memisahkan satu zona dari zona lainnya, baik yang mengandung minyak, gas dan
air untuk menjaga fluida dari zona lain ikut terproduksi
2. Pada kejadian kick dapat membentuk lapisan penahan secara cepat
3. Jika terjadi kehilangan fluida dari sirkulasi lumpur, zona yang disemen akan cepat
menutup sehingga kehilangan fluida dapat dihentikan
4. Perlindungan bagi pipa selubung dari:
1. Hentakan karena aliran fluida yang tiba2 (misalnya waktu awal produksi)
2. Mencegah korosi karena gas asam (H2S, CO2 dll)
3. Mengontrol tekanan

15
Formation Temperature:
BHCT – Circulating Temperature - affects thickening time
BHST – Static Temperature
Differential – top and bottom cement placement
Formation Pressures
Pore Pressure
Fracture Pressure
Wellbore volume
Others:
Sloughing shales / swelling clays
Corrosive gas
Fracture zones

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada penyemenan:


1. Temperatur Formasi:
1. Bottom Hole Circulation Temperature – temperatur pada lubang bor ketika
sirkulasi berpengaruh pada kecepatan semen mengeras
2. Bottom Hole Static Temperature – temperatur statis – yaitu kondisi jika
tidak ada sirkulasi (sirkulasi menurunkan temperatur)
3. Perbedaan temperatur pada bagian atas dan bagian bawah penyemenan.
2. Tekanan Formasi:
1. Tekanan dari fluida dalam reservoir
2. Fracture Pressure – jangan sampai tekanan karena proses penyemenan
malah menyebabkan rekahan baru
3. Volume Lubang Bor – menentukan banyaknya semen yang dibutuhkan untuk
penyemenan
4. Lain2:
1. Zona yang mudah rontok
2. Hadirnya gas yang korosif
3. Adanya zona rekahan alamiah

16
Class Depth-ft Notes
A 0 - 6000
B 0 - 6000 Moderate – high sulfate resistance
C 0 - 6000 High early-strength
D 6000 - 10000 High temperature and pressure
E 10000 - 14000 High temperature and pressure
F 10000 - 16000 Extremely high temperature and pressure
G 0 - 8000 General purpose - fine
H 0 - 8000 General purpose - course
J 12000 - 16000 Extremely high pressure and temperature

Ini adalah beberapa kelas (jenis) semen yang umum dipakai pada pengeboran. Di
tempat saya kerja dulu, sering dilaporkan penggunaan Class G cement

17
Used to change the properties of cement slurries
Accelerators
Shorten thickening time
Retarders
Delay thickening time
Fluid Loss Additives
Friction Reducer
Defoamer

Dalam proses penyemenan, ada beberapa bahan kimia yang dapat membantu, sesuai
kebutuhan setempat:
1. Accelerators – menyingkat waktu semen mengeras
2. Retarders – memperlama waktu semen mengeras
3. Fluid Loss Additive – digunakan jika ada zona rekahan alamiah yang menyebabkan
sebagian fluida masuk ke dalam rekahan
4. Friction Reducer – digunakan jika tekanan pompa dikawatirkan menyebabkan
rekahan baru terbentuk, sehingga dengan tekanan pompa lebih rendah, semen
mudah mengalir
5. Defoamer – penghilang busa yang muncul

18
Primary Cementing is
outmost importance since
remedial cementing is more
difficult and less chance of
success
After enough time for
Waiting On Cement (WOC)
– Pressure Tested
Cement Bond Log – a sonic
and density logs to
qualitatively identify poor
cementing zones

Cement Bond Log (CBL) adalah suatu teknik logging untuk memeriksa apakah
pekerjaan penyemenan terlaksana dengan baik atau tidak. Pada contoh, bagian yang
berwarna merah dan kuning menunjukkan daerah yang semennya kurang sempurna,
kemungkinan ada rongga (channel) di mana fluida masih bisa lewat.

Jika terbukti rongga2 ini mengganggu – misalnya suatu zona harusnya mengandung
minyak, tetapi waktu dites menghasilkan banyak air – kemungkinan air berasal dari
zona lain yang ikut terproduksi (disebut channeling) – maka perlu dilakukan remedial
cementing (penyemenan ulang).

19
After set & cemented
production casing:
Flush drilling mud
using completion
fluid
Perforate target
zone(s)
Set tubing and
packers
N/U X-mas Tree

Tahap berikutnya disebut dengan Well Completion yaitu memasukkan tubing (pipa
untuk produksi) yang dilengkapi dengan packer. Jika zona yang akan dites terletak
dekat dengan bagian paling bawah sumur, bisa dilakukan dengan single packer yaitu
cukup satu packer yang dipasang sedikit di atas zona tsb. (gambar paling kiri).

Jika zona yang akan dites perlu diisolasi terhadap pengaruh zona di bawahnya, dipakai
dua packer, satu di bawahnya untuk memisahkan dengan zona tsb dan satu di atasnya
(gambar tengah).

Pada beberapa sumur kita ingin memproduksi dari dua zona bersamaan supaya
memperoleh volume yang lebih besar. Jaman dulu kami langsung saja membuka
kedua zona tsb bersamaan dan diproduksi bersama-sama (istilahnya commingled).
Setelah berjalannya waktu, salah satu zona tsb mulai menghasilkan banyak air, tetapi
kita bingung zona yang atas atau yang bawah yang menghasilkan air tsb supaya bisa
ditutup.

Untuk menghindari kebingungan di atas, ada suatu teknik yang disebut dual
completion (gambar paling kanan). Pada contoh ini zona terbawah yang diproduksi
berada di bawah packer yang bawah dan zona kedua di atas packer bawah tetapi di
bawah packer atas. Apabila nanti diproduksi, zona atas dan bawah akan mengalir
melalui pipa yang berbeda sehingga masing2 zona dapat kita monitor dengan baik.
Dual completion sulit dilakukan jika production casing yang dipasang ukuran 5-1/2” –

20
oleh karena itu sekarang kami rutin menggunakan casing ukuran 7” sebagai
production casing.

Setelah kita masukkan tubing dan packer, semua sisa2 lumpur bor kita ganti dengan
completion fluid (biasanya berupa air garam), lalu packer kita kembangkan sehingga
memisahkan zona di atas dan di bawah packer; kemudian perforating gun diturunkan
ke zona yang ditargetkan dan diperforasi (ditembak dengan peluru sehingga casing
berlubang). Jika tekanan formasi cukup besar, fluida reservoir akan muncrat ke atas,
namun jika tekanan formasi kurang kuat, perlu dilakukan swabbing (seperti ditimba).

20
Casing Gun Through Tubing Tubing Conveyed
Gun Gun

Dari slide sebelumnya dibahas tentang perforasi (melubangi casing dengan tembakan
peluru). Untuk itu dikenal ada beberapa tipe / cara melakukannya.

1. Casing Gun: alat ini sangat powerful sehingga yakin casing dan semen di
belakangnya tembus oleh peluru. Dipakai terutama untuk tight
sandstone/limestone (batupasir/batugamping porositas rendah).
2. Through Tubing Gun: alatnya lebih kecil sehingga bisa masuk melalui tubing. Pada
contoh slide sebelumnya, perforasi dilakukan dengan cara ini – karena harus
memasukkannya melalui tubing
3. Tubing Conveyed Gun: perbedaan dengan nomor 2 hanya cara memasukkannya
ke dalam lubang bor. Yang ini dimasukkan bersama dengan tubing. Manfaatnya
jika kita melakukan completion pada sumur dengan deviasi tinggi atau sumur
horisontal – pada situasi seperti ini tidak mungkin memasukkannya menggunakan
kabel.

21
Acidizing
Carbonate reservoirs – injecting acid (HCl) into
reservoir to create channels for fluid flow
Fracturing
Injecting fluid using high pressure pump to break
the rock then insert proppant to retain the fractures
open

Setelah dilakukan perforasi, jika sumurnya produktif, pekerjaan kita selesai. Tetapi ada
kalanya zona yang kita buka (perforasi) tidak mengeluarkan fluida atau aliran
fluidanya kurang mencukupi. Hal ini disebabkan oleh karena formation damage (efek
negatif dari lumpur bor – topik ini akan kita bahas pada pertemuan selanjutnya).
Mengatasinya bisa dengan acidizing (terutama pada carbonate reservoir) atau melalui
fracturing.

1. Acidizing: adalah memasukkan larutan HCl ke dalam sumur, ditunggu sampai


cukup reaksinya, kemudian larutan dipompa ke luar. Umumnya permeabilitas
sumur akan kembali normal dan produksi sumur akan lebih baik dari pada
sebelumnya.
2. Fracturing: caranya dengan menginjeksikan fluida dengan tekanan yang besar –
melebihi facture pressure (ingat kuliah sebelumnya yang membahas tentang
formation pressure). Setelah formasi rekah, butiran pasir atau proppant
dimasukkan ke dalam rekahan untuk mencegah rekahannya menutup kembali
waktu tekanan dilepaskan. Teknik fracturing ini banyak sekali digunakan pada
Unconventional HC (Shale Gas).

22
Setelah perforasi dan jika perlu melakukan well stimulation, sumur sudah siap untuk
produksi. Namun sebelum ditinggalkan, sumur harus dilengkapi dengan suatu alat
yang namanya Christmas Tree (Pohon Natal).

Kalau kita lihat bentuknya (foto sebelah kanan) tidak mirip dengan pohon natal
(gambar kiri), namun demikianlah namanya. Dari christmas tree ini ada beberapa
valve (kerangan) yang terhubung dengan lubang bor dan dari valve ini minyak / gas
bisa disambungkan ke pipa produksi. Setelah penyambungan ke pipa produksi,
selesailah sudah pekerjaan pada sumur ini.

23
Demikianlah kuliah kita kali ini. Jika ada pertanyaan silakan kirim email ke saya
dengan cc ke kormat. Jangan lupa jaga kesehatan dengan gizi yang baik – banyak
sayur dan buah, olah raga serta istirahat yang cukup.

Sampai jumpa

24

Anda mungkin juga menyukai