Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Keperawatan Keluarga
“ Pengobatan medis / Tradisional Asma ”

Dosen Pembimbing :
Ns. Tomi Jepisa, M.Kep

Disusun Oleh:
Qistina Bazla (1710105024)
Keperawatan VI B

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes Alifah) Padang


Prodi S1 Keperawatan
2020
A. Pengobatan Asma

Informasi mengenai obat-obatan harus disertakan di dalam rencana penanganan asma.


Rencana penanganan ini juga bisa membantu Anda mengetahui kapan gejala bisa
memburuk dan langkah apa yang harus diambil. Setidaknya sekali dalam setahun,
rencana penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang bersama dokter. Bahkan
peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika gejala asma telah mencapai tingkat
parah. Anda mungkin akan disarankan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat
pengukur aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari pengobatan. Dengan cara ini Anda
dapat memonitor asma Anda sendiri sehingga dapat mengetahui serangan asma lebih dini
dan mengambil langkah penanganan yang perlu.

B. Obat-obatan Asma Yang disarankan

Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat


hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara
langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara
dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu,
tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda
cara menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam
setahun.

Selain inhaler, ada juga yang disebut sebagai spacer. Ini merupakan wadah dari


logam atau plastik yang dilengkapi dengan corong isap di satu ujungnya dan lubang di
ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke
dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat
mengurangi risiko sariawan di mulut atau tenggorokan akibat efek samping dari obat-
obatan asma yang dihirup.

Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan


mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah
memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan
distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan.Sebagai bagian
dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa dokter
atau apoteker mengajari cara menggunakan inhaler dengan benar.

Ada dua jenis inhaler yang digunakan dalam penanganan penyakit asma, yaitu :

 Inhaler pereda. 

Inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat
serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang
disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat
(misalnya terbutaline dan salbutamol). Obat ini mampu melemaskan otot-otot di
sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat
terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih
mudah. Obat-obatan yang terkandung di dalam inhaler pereda jarang menimbulkan
efek samping dan aman digunakan selama tidak berlebihan. Inhaler pereda tidak perlu
sering digunakan lagi jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma
yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu,
maka keseluruhan penanganan perlu ditinjau ulang.

 Inhaler pencegah. 

Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat
mengurangi jumlah peradangan dan sensitivitas yang terjadi di dalam saluran napas.
Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu
sebelum merasakan manfaatnya secara utuh. Anda juga mungkin akan membutuhkan
inhaler pereda untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika Anda
terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka penanganan Anda harus
ditinjau ulang secara keseluruhan. Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika
Anda mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu, harus
menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu, atau terbangun pada
malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma. Inhaler pencegah
biasanya mengandung obat-obatan steroid seperti budesonide, beclometasone,
mometasone, dan fluticasone. Merokok dapat menurunkan kinerja obat ini.
C. Obat Asma Lainnya
Selain dengan inhaler, penanganan asma juga bisa dilakukan dengan obat-obatan
lainnya seperti:

 Steroid oral. 

Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih belum bisa
dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis paru yang
menangani penderita asma karena jika digunakan secara jangka panjang (misalnya
lebih dari tiga bulan), berisiko menyebabkan efek samping tertentu, seperti hipertensi,
kenaikan berat badan, otot melemah, pengeroposan tulang, kulit menipis dan mudah
memar. Selain itu, efek samping yang lebih serius yang bisa saja terjadi adalah
katarak dan glaukoma. Oleh karena itu pengobatan dengan steroid oral hanya
dianjurkan jika Anda telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun belum
berhasil. Sebagian besar orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama 1-2
minggu dan sebagai obat tambahan untuk menangani infeksi tambahan (seperti
infeksi pada paru). Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah
asma dapat dikendalikan. Sebaiknya Anda rutin memeriksakan diri agar terhindar dari
osteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

 Tablet theophylline. 

Obat yang bisa difungsikan sebagai obat pencegah gejala asma ini bekerja dengan
cara membantu melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di
sekelilingnya. Pada sebagian orang, tablet theophylline diketahui menyebabkan efek
samping, seperti mual, sakit kepala, muntah, insomnia,dangangguan perut. Namun
hal ini biasanya dapat dihindari dengan penyesuaian dosis.

 Tablet leukotriene receptor antagonist (montelukast). 

Obat ini bekerja dengan cara menghambat bagian dari reaksi kimia yang
menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan. Sama seperti theophylline,  obat
ini digunakan untuk mencegah gejala asma. Leukotriene receptor antagonist dapat
menimbulkan efek samping berupa sakit kepala dan gangguan perut.

 Ipratropium. 

Meski lebih banyak diresepkan pada kasus bronkitis kronis dan


emfisema, ipratropium juga bisa digunakan untuk menanggulangi serangan asma.
Obat ini mampu memperlancar aliran pernapasan dengan cara melemaskan otot-otot
saluran pernapasan yang mengencang ketika gejala asma kambuh.

 Omalizumab. 

Obat ini mampu menurunkan risiko terjadinya peradangan saluran pernapasan


dengan cara mengikat salah satu protein yang terlibat di dalam respons imun dan
mengurangi kadarnya pada darah. Umumnya, omalizumab direkomendasikan bagi
penderita yang menderita asma karena alergi dan sering mengalami serangan asma.
Sebagai obat yang biasanya hanya diresepkan oleh dokter
spesialis, omalizumab diberikan dengan cara disuntikkan tiap 2-4 minggu sekali.
Penggunaan omalizumab harus dihentikan jika obat ini tidak berhasil mengendalikan
asma dalam kurun waktu enam belas minggu.

 Bronchial thermoplasty.

Ini merupakan prosedur pengobatan asma baru yang masih terus diteliti dan
belum tersedia di Indonesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini digunakan untuk
mengobati asma parah dengan cara merusak otot-otot sekitar saluran napas yang
dapat mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan. Ada beberapa bukti yang
menunjukkan bahwa prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan memperbaiki
kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu, keuntungan maupun kerugian
secara jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui.
D. Metode Penhobatan Yang Sifatnya Pelengkap

Latihan pernapasan merupakan metode pelengkap pengobatan penyakit asma yang


paling disarankan. Dan ada bukti bahwa metode ini dapat mengurangi gejala asma serta
kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang. Latihan pernapasan bisa meliputi
yoga, teknik pernapasan Buteyko, dan teknik pernapasan yang diajarkan fisioterapis.

Selain latihan pernapasan, metode pengobatan pelengkap lainnya adalah:

 Akupunktur
 Obat herbal tradisional Tiongkok
 Homeopati
 Terapi suplemen oral
 Hipnosis
 Terapi Ionisasi
 Chiropractic

Walau demikian, di antara semua pengobatan pelengkap yang telah disebutkan, hanya
latihan pernapasan yang terbukti efektif mengurangi gejala dan kebutuhan penderita akan
obat asma. Untuk terapi pelengkap lainnya, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut akan
efeknya terhadap penyakit asma.

E. Pengobatan Tradisional Asma


Berikut beberapa pilihan obat asma tradisional dari bahan-bahan alami yang bisa
Anda gunakan untuk meredakan gejala asma.
1. Bawang putih
Bawang putih merupakan salah satu obat asma alami yang berperan sebagai
obat alami untuk meredakan gejala asma. Kandungan antiradang di dalamnya
diyakini mampu mengurangi peradangan pada saluran pernapasan akibat asma.
Meski demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan
bawang putih sebagai obat asma tradisional. Sebab, hingga saat ini belum ada
penelitian yang dapat membuktikan bahwa bawang putih dapat menjadi
pengobatan asma alami jangka panjang.
2. Jahe
Obat asma tradisional lainnya yang bisa Anda temukan di dapur adalah
jahe. Jahe memiliki kandungan antiradang yang dapat membantu meringankan
gejala asma. Bahkan, sebuah studi menyebutkan bahwa minum suplemen yang
berasal dari jahe dapat membantu meredakan gejala asma.
Akan tetapi, dalam penelitian tersebut tidak disebutkan cara kerja jahe
dalam mengurangi peradangan pada saluran pernapasan akibat asma. Oleh
sebab itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna memastikan
keefektivitasan jahe dalam mengatasi gejala asma.
3. Kunyit
Kunyit adalah salah satu jenis obat asma alami lainnya yang bisa Anda
gunakan. Rempah alami berwarna oranye ini memiliki kandungan antialergi
yang dapat melawan penyebab peradangan.
4. Madu
Selain dapat meredakan sakit tenggorokan dan batuk, madu dapat dijadikan
sebagai obat tradisional untuk asma. Anda dapat mencampurkan madu ke
dalam air hangat guna melawan peradangan akibat asma.
5. Kafein
Menurut sebuah hasill studi , kafein dianggap sebagai obat asma alami yang
efektif karena dapat membantu mengendalikan gejala asma.
Kafein memiliki efek bronkodilator dan diyakini mampu membantu melegakan
otot-otot saluran pernapasan sehingga Anda dapat bernapas lebih mudah. Anda
bisa mendapatkan asupan kafein melalui cokelat, kopi, dan teh.
6. Omega 3
Omega 3 sering digunakan sebagai obat alami guna mencegah dan
mengobati penyakit jantung.
Meski belum diketahui efeknya secara pasti dalam mengobati asma, tetapi omega
3 dapat berfungsi mengurangi peradangan saluran pernapasan dan meningkatkan
fungsi paru-paru. Akan tetapi, penelitian yang ada masih sangat terbatas dan
masih membutuhkan sederet penelitian jangka panjang yang lebih luas untuk
dapat menemukan manfaat dari omega 3 dalam meringankan sesak pada penderita
asma.

Sebaiknya, sebelum memutuskan menggunakan obat bahan-bahan alami


sebagai alternatif pengobatan asma konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Pasalnya, bahan-bahan alami tidak selalu aman untuk digunakan. Lebih lanjut,
belum terdapat cukup data ilmiah yang mampu membuktikan penggunaan obat
tradisional dengan bahan alami benar-benar ampuh dalam mengatasi gejala asma.

Pada sebagian besar orang, penggunaan bahan-bahan alami untuk


meredakan gejala asma mungkin tidak menimbulkan efek samping atau reaksi
alergi tertentu. Namun, pada beberapa orang lainnya, hal tersebut bisa saja
memicu reaksi yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai