Kelas : XI IPS 4
No urut : 29
Mapel : sejarah
Mencari referensi berhubungan dengan perubahan perubahan besar yang terjadi di Eropa yang
mempengaruhi Indonesia, dunia pada khususnya dan pada umumnya.
Jawab :
Revolusi Industri
Sebuah mesin uap. Penggunaan mesin uap, yang menyebabkan meningkatnya penggunaan batubara turut
mendorong terjadinya Revolusi Industri di Inggris dan di seluruh dunia.
Latar belakang
Revolusi Industri untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkannya adalah sebagai berikut:
Penemuan bor benih oleh Jethro Tull pada tahun 1701 yang meningkatkan
produktivitas di sektor pertanian Eropa Barat.[18]
Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733) yang mampu
melakukan proses pemintalan secara cepat.[19]
Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767)
dan Richard Arkwright (1769), dipatenkan pada tahun 1770. Dengan alat ini
seseorang dapat memintal dengan delapan senar dalam satu kali putaran sehingga
memungkinkan produksi berlipat ganda.[20]
Mesin tenun ciptaan Edmund Cartwight (1785). Temuan ini membuat kemacetan
dalam industri tekstil (lantaran jumlah pemintal dan penenun tidak seimbang)
teratasi.[21]
Cotton Gin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Eli Whitney (1793).
Dengan alat ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat
tercukupi.[20] Penemuan ini menjadi fasilitas pendukung pada pabrik kapas milik
Samuel Slater di Rhode Island yang menjadi era revolusi industri pertama bagi
Amerika Serikat.[22]
Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat dilukis
pola kembang 200 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok dengan
tenaga manusia.
Mesin uap, ciptaan James Watt (1769) dengan aplikasi pertamanya pada alat
untuk memompa air keluar dari sumber tambang batu bara lebih efisien.[23] Dari
mesin uap ini dapat diciptakan berbagai peralatan besar yang menakjubkan,
seperti lokomotif ciptaan Richard Trevethiek (1804) yang kemudian disempurnakan
oleh George Stepenson menjadi kereta api penumpang. Kapal perang yang
digerakkan dengan mesin uap diciptakan oleh Robert Fulton (1814). Mesin uap
merupakan inti dari Revolusi Industri sehingga James Watt sering dianggap sebagai
Bapak Revolusi Industri I'. Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin lengkap
dan menyempurnakan. Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III, seperti
mobil, pesawat terbang, industri kimia dan sebagainya.
Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut:
Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak
banyak dan pelaksanaannya sulit.
Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis
tanaman yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil
tanamannya kepada pemerintah Belanda.
Apa yang dilakukan oleh van den Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan nama
sistem tanam paksa atau cultuur stelsel.[30] Sistem tanam paksa yang diajukan oleh van
den Bosch pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib (VOC) dan
sistem pajak tanah (Raffles). Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang
dari aturan pokoknya dan cenderung untuk mengadakan eskploitasi agraria semaksimal
mungkin.
Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)
1. Sawah ladang menjadi terbengkalai karena diwajibkan kerja rodi yang
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
2. Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan
hasil panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko
apabila gagal panen.[31]
3. Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
4. Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
5. Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga
angka kematian meningkat drastis.[32]
Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah
Cirebon (1843), Demak (1849) dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan
jumlah penduduk menurun drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim) juga
berkembang di mana-mana.
Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia,
sebaliknya bagi bangsa Belanda berdampak sebagai berikut.
1. Adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada abad ke-19, sementara itu
jumlah produksi pertanian menurun.
2. Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan
penyelewengan dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa
korban bagi penduduk.
3. Dalam mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda
mengerahkan beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak
langsung Jawa harus menanggung beban keuangan.
4. Adanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan-
perusahaan mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah
kerja baik di pabrik maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik
tajam yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang
gagal memperbaiki nasib kehidupan rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan
untuk memperbaiki rakyat Indonesia. Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C.
Th. van Deventer yang menuliskan buah pikirannya dalam majalah De Gids
(Perinstis/Pelopor) dengan judul Een Ereschuld (Berhutang Budi) sehingga dikenal
politik etis atau politik balas budi. Gagasan van Deventer terkenal dengan nama Trilogi
van Deventer.
Referensi
1. ^ Luiten 2009, hlm. 1.
2. ^ Lucas, Robert E., Jr. 2002. Lectures on Economic Growth. Cambridge: Harvard University
Press.
3. ^ Julian Hoppit, "The Nation, the State, and the First Industrial Revolution," Journal of British
Studies (April 2011) 50#2 pp p307-331
4. ^ "Industrial Revolution," New World Encyclopedia,
(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Industrial_Revolution)
5. ^ "Industrial Revolution | Definition, Facts, & Summary". Encyclopedia Britannica (dalam
bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-28.
6. ^ Joseph E Inikori. Africans and the Industrial Revolution in England, Cambridge University
Press.
7. ^ Redford, Arthur (1976), "Labour migration in England, 1800-1850", p. 6. Manchester
University Press, Manchester.
8. ^ Inikori, Joseph E. (2002). Africans and the Industrial Revolution in England: A Study in
International Trade and Economic Development (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press.
hlm. 102. ISBN 978-0-521-01079-5.
9. ^ Allen 2009, hlm. 6.
10. ^ Berg, Maxine; Hudson, Pat. 1992. "Rehabilitating the Industrial Revolution". The Economic
History Review Vol. 45, No. 1.
11. ^ Rehabilitating the Industrial Revolution Julie Lorenzen. Central Michigan University.
12. ^ The Industrial Revolution. Robert Lucas Jr. 2003.
13. ^ The Industrial Revolution: Past and Future. Robert Lucas. 2003.
14. ^ McCloskey, Deidre. 2004. Review of the Cambridge. Times Higher Education Supplement.
15. ^ Crouzet, François .1996. "France". In Teich, Mikuláš; Porter, Roy. The industrial revolution
in national context: Europe and the USA. Cambridge University Press.
16. ^ "Industrial Revolution | HISTORY". www.history.com. Diakses tanggal 2020-08-28.
17. ^ Mokyr 1999, hlm. 34.
18. ^ Society, National Geographic (2020-01-09). "Industrial Revolution and
Technology". National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-28.
19. ^ Beggs-Humphreys; Gregor, Hugh; Humphreys, Darlow (2005-11-03). The Industrial
Revolution (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. hlm. 19. ISBN 978-0-415-38222-9.
20. ^ a b Garstecki 2014, hlm. 14.
21. ^ Kidner, Frank L.; Bucur, Maria; Mathisen, Ralph; McKee, Sally; Weeks, Theodore R. (2018-
01-01). The Global West: Connections & Identities (dalam bahasa Inggris). Cengage Learning.
hlm. 515. ISBN 978-1-337-67105-7.
22. ^ Hamen 2014, hlm. 20.
23. ^ "The Industrial Revolution (article)". Khan Academy (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2020-08-28.
24. ^ Hudson 1992, hlm. 151.
25. ^ Marcovitz 2013, hlm. 58-60.
26. ^ Humphries 2011, hlm. 34.
27. ^ Burnette 2008, hlm. 72.
28. ^ Zed, Mestika (31 Juli 2017). "Warisan Penjajahan Belanda Di Indonesia Pasca-
Kolonial(Perspektif Perubahan Dan Kesinambungan)". DIAKRONIKA. 17 (1):
93. doi:10.24036/diakronika/vol17-iss1/18.
29. ^ Syafaah, Aah (Juni 2018). "Kelas Sosial Dalam Sistem Landeliijk Stelsel Masa Raffles
(1811-1816)". TAMADDUN Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam. 6 (1):
138. doi:10.24235/tamaddun.v6i1.3252.g2056.
30. ^ Yuliati, Yuliati (Juli 2013). "Dampak Kebijakan Kolonial Di Jawa". Sejarah dan Budaya. 7(1):
97.
31. ^ Sondarika, Wulan (2015). "Dampak Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat
Indonesia dari Tahun 1830-1870". Jurnal Artefak. 3 (1): 60. doi:10.25157/ja.v3i1.337.
32. ^ Kurniawan, Hendra (September 2014). "Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika
Perekonomian Petani Jawa 1830-1870" (PDF). SOCIA Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial. 11 (2):
168. doi:10.21831/socia.v11i2.5301.
33. ^ "Indonesia Sejarah Masa Penjajahan Belanda | Indonesia Investments". www.indonesia-
investments.com. Diakses tanggal 2020-08-28.