Anda di halaman 1dari 8

ANALISA KASUS

Dibuat oleh :

Kelompok 1

Almaida Patamani 17011104023

Khofria Kharie 17011104029

Ivonella Marani 17011104045

Desiyana Mesi 17011104005

Natalia Onibala 17011104018

Evanly Lumingas 17011104012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
Seorang laki-laki, An. A berusia 16 tahun, pekerjaan sebagai pelajar, suku Jawa, beragama
Islam, berdomisili di Gresik, dirujuk ke IRD dr. Soetomo dari Rumah Sakit BDH dengan
diagnosis near drowning dan mengeluh sesak napas. Sesak napas dirasa sejak 3 jam SMRS.
Sesak napas setelah pasien tenggelam di kolam air tawar. Pasien tenggelam kira-kira 15 menit.
Ketika dikeluarkan dari kolam pasien batuk disertai sedikit darah dan lumpur. Pasien pingsan
dan kebiruan. Pasien segera dibawa ke rumah sakit terdekat, setelah diberi oksigen pasien sadar.
Kolam tempat pasien tenggelam tidak terlalu dalam namun mengandung lapisan lumpur yang
tebal. Sebelum tenggelam pasien loncat dari pinggir kolam, ketika tidak timbul ke permukaan,
pasien segera dicari dan saat ditemukan dan ditolong, posisi kepala pasien ada dalam lapisan
lumpur. Berdasarkan Pemeriksaan Fisik, keadaan umum lemah, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nafas 44×/menit, nadi 130×/menit, dan suhu aksiler
36,0° C. Kepala dan leher didapatkan dispnea, tidak ada tanda-tanda anemis, ikterus, dan
sianosis. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening maupun peningkatan tekanan vena
jugularis. Pada regio toraks, inspeksi pergerakan dada simetris. Pada palpasi didapatkan fremitus
raba menurun pada kedua lapang paru. Perkusi didapatkan keredupan pada kedua lapang paru.
Auskultasi didapatkan suara bronkovesikuler pada kedua lapang paru. Didapatkan ronki basah
halus pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan jantung, suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak
didapatkan bising jantung maupun irama galop. Pada pemeriksaan abdomen, hepar dan lien tidak
teraba, tidak didapatkan massa intra abdomen dan nyeri tekan, serta bising usus dalam batas
normal. Pemeriksaan anggota gerak tidak didapatkan edema, tidak didapatkan jari tabuh, serta
tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak maupun lipatan paha. Berdasarkan
Pemeriksaan Laboratorium darah didapatkan Hb 16,6 g/dL, SGOT 38/μL, Leukosit 3.300/μL,
SGPT 15/μL, PLT 409.000/μL, Albumin 3,73 g/dL. Granulosit 76,6%, BUN 7,3 mg/dL, Hct
48,1%, SK 0,86%, PTT 12,3 detik, Natrium 133 mmol/L, APTT 27,9 detik, Kalium 3,3 mmol/L,
GDA 286 mg/dL, Klorida 98 mmol/L. Pemeriksaan Analisa gas darah (Oksigen Jackson Rees 10
lpm): pH 7,17, pCO2: 51 mmHg, pO2 80 mmHg, HCO3 16,6 mmol/L, BE - 9,9 dan SO2 92,2%.
Berdasarkan pemeriksaan foto toraks didapatkan perselubungan pada kedua lapang paru, dan
berkonsultasi pada SMF Ilmu Penyakit Jantung, didapatkan edema paru non cardiogenic yang
bisa disebabkan penyakit dasarnya (drowning), Pasien didiagnosis sementara Sesak napas,
Drowning, Perselubungan pada kedua lapang paru dan Hiperglikemia.

Pertanyaan

1. Temukan kata-kata yang menurut anda itu merupakan kata sulit dan lakukan pencarian
dari arti kata tersebut.
2. Uraikan masalah-masalah yang terjadi pada kasus tersebut diatas.
3. Berdasarkan kasus diatas buatkan analisis data berdasarkan data subjektif dan objektif .
4. Tuliskan diagnosis keperawatan berdasarkan kasus tersebut diatas berdasarkan NANDA
atau SDKI.
5. Rancangkan tindakan keperwatan apa yang harus dilakukan pada kasus tersebut diatas
berdasarkan NOC, NIC atau SLKI, SIKI.
A. Kata-kata yang belum dipahami
- Near drowning : suatu keadaan dimana terjadi akibat tenggelam di dalam air atau
media cair lainnya, dan korban dapat bertahan hidup dalam 24 jam pertama (Golden
et al, 1997)
- Fremitus : merupakan istilah yang digunakan untuk getaran pada dada saat dilakukan
palpasi. Dikatakan fremitus dada menurun menandakan adanya udara di bagian dada
- Irama galop : irama jantung yang dapat terjadi kalau ventrikel jantung mengalami
kelebihan beban
- SGPT dan SGOT : Serum Glutamic Pyruvictransaminase (SGPT) dan Serum
Glutamic Oxsaloasetic transaminase (SGOT), merupakan enzim yang keberadaan dan
kadarnya dalam darah dijadikan penanda terjadinya gangguan fungsi hati. Enzim
tersebut normalnya berada pada sel-sel hati. Kerusakan pada hati akan menyebabkan
enzim-enzim hati tersebut lepas ke dalam aliran darah sehingga kadarnya dalam darah
meningkat dan menandakan adanya gangguan fungsi hati (Tsani RA dkk, 2017).
Normal nilai SGPT < 40, dan SGOT < 38 (Nurqaidah, Widarti, 2019).
- Edema paru non cardiogenic : akumulasi cairan yang abnormal atau berlebihan dalam
ruang interstitial dan alveolar paru akibat peningkatan permebilitas mikro vascular.
- PTT (Partial Tromboplastin Time) : pemeriksaan hemostatis yang berfungsi untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya bekuan darah.
- APTT ( Activated Partial Tromboplastin Time) : pemeriksaan untuk mendeteksi
kelainan dari faktor-faktor pembekuan darah.
- GDA (Gula Darah Acak) : rentang normal 80mg/dL – 200MG/dL
B. Masalah-masalah yang terjadi

Terbenam dalam air Masuknya aspirasi


Near Drowning Laringospasme
tawar < 24 jam cairan

Hipotonik
Edema paru

Perubahan tekanan
permukaan surfaktan
paru

Ventilasi
alveoli buruk
Bersihan jalan
nafas tidak
Gangguan Kegagalan efektif
Hipoksia
pertukaran gas dalam
jaringan
pertukaran gas
Masalah-masalah yang terjadi
- Pasien pingsan dan kebiruan diakibatkan tidak ada pasokan oksigen yang masuk
- Pada kedua lapang paru ditemukan ronki basah halus dikarenakan adanya cairan yang
masuk. Pasien tenggelam cukup lama sehingga menyebabkan pernafasan tidak
normal. Pasien panik sehingga pasien menahan nafas dan terjadi laringospasme yang
dimana kontraksi muskuler laring yang menyebabkan penyumbatan aliran udara
pernafasan. Laringospasme ini menyebabkan pertukaran gas dalam paru berhenti.
Setelah laringospasme berhanti terjadilah aspirasi cairan masuk ke dalam paru-paru.
- Aspirasi cairan masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan edema paru. Edema
paru non kardiogenik yang biasanya terjadi pada orang yang tenggelam.
- Kegagalan pertukaran gas yang ditandai keabnormalan pemeriksan analisa gas darah
dimana PO2 berada dibawah rentang normal diakibatkan CO2 yang tidak bisa
dikeluarkan karena adanya cairan.
- Kegagalan pertukaran gas secara terus menerus dapat mengakibatkan penurunan 02
dalam darah dan menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan.
C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Bersihan Jalan Nafas
Efektif Tenggelam < 24 jam (Near Tidak efektif
Drowning)
DS : ↓
Pasien mengeluh sesak napas Kesulitan bernafas

DO : Laringospasme
- Batuk disertai darah dan lumpur ↓
- KU : Lemah, Kes : Kompos Masuknya aspirasi cairan
Mentis, TD : 100/60 mmHg, R : ↓
44 x/menit, N : 130 x/menit Edema paru
- Dispnea ↓
- Sianosis Ronchi basah halus
- Pemeriksaan IPPA : ↓
I : pergerakan dada simetris Bersihan Jalan Nafas Tidak
P : femitur raba kedua lapang Efektif
paru menurun
P : keredupan kedua lapang paru
A : suara bronkovesikuler pada
kedua lapang paru
- Ronchi basah halus
- Edema paru non cardiogenic
2. Gangguan Pertukaran Gas Tenggelam < 24 jam pada air Gangguan Pertukaran
tawar (Near Drowning) Gas
DS :

Pasien mengeluh sesak napas
Hipotonik

DO :
Perubahan tekanan permukaan
- Batuk disertai darah dan lumpur
surfaktan paru
- KU : Lemah, Kes : Kompos ↓
Mentis, TD : 100/60 mmHg, R : Ventilasi alveoli buruk
44 x/menit, N : 130 x/menit ↓
(Takikardia) Gangguan Pertukaran Gas
- Dispnea
- Penggunaan alat bantu bernapas
(oksigen Jackson Rees 10 lpm)
- Sianosis
- Pemeriksaan IPPA :
I : pergerakan dada simetris
P : femitur raba kedua lapang
paru menurun
P : keredupan kedua lapang paru
A : suara bronkovesikuler pada
kedua lapang paru
- Ronchi basah halus
- Perselubungan kedua lapang paru
- Edema paru non cardiogenic
- Pemeriksaan AGD abnormal,
nilai PCO2 berada dibawah
rentang normal dengan nilai 51
mmHg
- pO2 80 mmHg

D. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
- Bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan d.d penumpukan cairan di paru-paru
E. Rencana Tindakan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Gangguan pertukaran Pertukaran Gas Manajemen Jalan Napas I.01011
gas b.d L.01003 Observasi
ketidakseimbangan Tujuan untuk - Monitor pola napas (frekuensi,
ventilasi-perfusi oksigenasi dan/atau kedalaman, usaha napas)
eliminasi - Monitor bunyi napas tambahan
karbondioksida pada - Monitor sputum
membran alveolus- Terapeutik
kapiler dalam batas - Pertahankan kepatenan jalan
normal napas
- Dispnea - Lakukan penghisapan lendir
menurun 5 kurang dari 15 detik
- PCO2 membaik - Berikan oksigen jika perlu
5 Edukasi
- PO2 membaik 5 - Ajarkan teknik batuk efektif
- Takikardia Kolaborasi
membaik 5 - Kolaborasi pemberian
- Sianosis bronkodilator, ekspektoran,
membaik 5 mukolitik, jika perlu
- Pola napas Dukungan Ventilasi I.01002
membaik 5 Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
- Monitor status respirasi dan
oksigenasi
Terapeutik
- Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
- Gunakan bag-valve mask, jika
perlu
Edukasi
- Ajarkan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu
Pemantauan Respirasi I.01014
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
Terapeutik
- Atur intervens pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Bersihan jalan napas Bersihan jalan napas Manajemen Jalan Napas I.01011
b.d sekresi yang L.01001 Observasi
tertahan d.d Tujuan untuk sekret - Monitor pola napas (frekuensi,
penumpukan cairan di atau obsruksi jalan kedalaman, usaha napas)
paru-paru napas bersih agar - Monitor bunyi napas tambahan
jalan napas tetap - Monitor sputum
paten Terapeutik
- Batuk efektif - Pertahankan kepatenan jalan
meningkat 5 napas
- Dispnea - Lakukan penghisapan lendir
menurun 5 kurang dari 15 detik
- Sianosis - Berikan oksigen jika perlu
menurun 5 Edukasi
- Frekuensi napas - Ajarkan teknik batuk efektif
membaik 5 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Terapi Oksigen I.01026
Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor aliran oksigen secara
periodik
- Monitor efektifitas terapi oksigen
(mis. oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
Terapeutik
- Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur

DAFTAR PUSTAKA

Prinka Adyana, Michelle. 2014. ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DAN


ACUTE PNEUMONIA PADA NEAR DROWNING:SEBUAH LAPORAN KASUS. E-Jurnal
Medika Udayana. Diakses dari : https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/8102

Kusuma, Nurarif Amin. 2016. Asuhan keperawatan praktis berdasarkan penerapan


diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi
dan indikator diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Perawatan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia: definisi
dan tindakan keperawatan. Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Perawatan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Perawatan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai