Anda di halaman 1dari 3

Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Penanganan

Pandemi Covid-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang
menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus ini pertama kali
didentifikasi di kota Wuhan, China pada Desember 2019. Direktur Jenderal World Health Organization
(WHO) menyatakan pada tanggal 30 Januari 2020 bahwa virus corona atau yang sekarang disebut
COVID-19, sebagai public-health emergency of international concern.

Perkembangan covid-19 saat ini sudah menyebar di berbagai negara dan sudah menyebar di 190 negara.
Tingkat penyebaran dan positif covid-19 semakin meningkat sehingga banyak negara yang menggunakan
teknologi untuk memitigasi dan memonitor penyebaran COVID-19 di negaranya masing-masing. Untuk
mengurangi penyebaran pemerintah di berbagai negara menerapkan kebijakan social distancing atau
sering juga digunakan istilah physical distancing, yaitu kebijakan non-farmasi untuk mencegah
penyebaran wabah dengan cara menjaga jarak antara setiap individual dan mengurangi frekuensi
pertemuan diantara mereka. Banyak negara memanfaatkan teknologi untuk dapat mengetahui
efektivitas kebijakan dimaksud.

Menurut penelitian yang telah dilakukan pada saat epidemi serupa terjadi sebelumnya, data telepon
seluler memainkan peranan yang penting dalam membendung penyebaran sebuah penyakit epidemik.
Dalam kasus Swiss, di mana sudah terdapat lebih dari 15.000 orang yang positif terjangkit COVID-19,
Pemerintah setempat telah bekerja sama dengan operator seluler terbesar di Swiss, yaitu Swisscom,
untuk mendeteksi dan melihat apakah masyarakat mematuhi imbauan Pemerintah, serta untuk melihat
penyebaran kerumunan masyarakat dengan menggunakan data pengguna telepon genggam. Analisis
data tersebut dilakukan secara anonim, sehingga tidak mengganggu privasi seseorang atau pengguna
telepon genggam.

Di Amerika Serikat (AS), sejumlah startup sedang mengerjakan aplikasi untuk memantau dan melacak
infeksi dan penyebaran COVID-19. Pemerintah AS juga sedang berbicara dengan Facebook, Google dan
perusahaan teknologi lainnya tentang kemungkinan menggunakan data lokasi dan pergerakan dari
telepon genggam untuk memerangi COVID-19. Negara-negara Eropa memanfaatkan jaringan telepon
genggam secara anonim untuk mengamati seberapa baik masyarakatnya mematuhi imbauan
Pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Kebijakan yang sama juga dilakukan oleh
Israel.
Pemerintah setempat dapat melacak pasien atau individu yang dinyatakan positif COVID-19, sementara
Iran juga mengambil langkah serupa yang memungkinkan Pemerintah melacak individu yang positif
melalui aplikasi khusus. Sejumlah negara di Asia, termasuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Korea
Selatan telah berhasil dalam membatasi wabah COVID-19 dengan menggunakan data lokasi telepon
genggam untuk melacak pergerakan orang yang membawa virus. Jika terdapat pelanggaran, maka
individu akan secara otomatis dilaporkan kepada pihak berwajib.

Di Singapura, pemerintah meluncurkan aplikasi bernama TraceTogether yang menggunakan sinyal


Bluetooth antar ponsel untuk melihat apakah pembawa potensial dari COVID-19 telah melakukan
kontak dekat dengan orang lain. Hal ini masuk akal sehingga kemudian Pemerintah yang bersangkutan
dapat melakukan tracking yang lebih akurat terhadap pergerakan individu serta orang-orang yang
berpotensi memiliki kontak dengan pasien COVID-19, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan
yang memadai.

Di Indonesia pemerintah telah melakukan kebijakan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 dengan
melakukan social distancing agar penyebaran tidak meningkat dan membantu para medis agar tidak
kuwalahan. Berdasarkan berbagai penelitian, pengguna telepon genggam di Indonesia melebihi jumlah
penduduk yang ada, sehingga bisa dikatakan bahwa hampir semua penduduk di Indonesia memiliki
ponsel.

Untuk melihat masyarakat melakukan himbauan pemerintah atau tidak, pemerintah melakukan kerja
sama dengan operator seluler yang ada di Indonesia untuk mengamati pergerakan masyarakat, tentunya
dengan menjaga privasi seseorang. Aparat yang berwajib, misalnya, dapat membubarkan sekiranya
terdapat kerumunan masyarakat di suatu tempat, dengan menggunakan teknologi data ponsel untuk
melacak kerumunan.

Selain itu pemerintah Indonesia juga akan membuat aplikasi berbasis teknologi informasi untuk
mengetahui dan memprediksi siapa saja yang berkontak dengan pasien positif corona serta penyebaran
virus bisa dilacak dengan baik masih dalam proses pengembangan dan diharapkan selesai dalam waktu
dekat. Nantinya, sistem ini akan terhubung hingga ke tingkat bawah atau puskesmas yang berada di
wilayah-wilayah pedesaan atau sebagainya. Sehingga, penyebaran COVID-19 akan dapat diawasi dengan
mudah.
Portal covid19.go.id diluncurkan ke publik diharapkan dapat menjadi rujukan resmi untuk informasi satu
pintu mengenai virus corona dan bagaimana mengendalikannya. Situs ini bertujuan untuk memastikan
publik mendapatkan akses pada informasi resmi dan akurat mengenai penanggulangan wabah COVID-19
di Indonesia. Situs covid19.go.id berisi 3 langkah penting untuk dilakukan masyarakat yaitu cara
mengurangi risiko penularan virus, mencari informasi yang benar dan apa yang perlu dilakukan bila
sakit. Selain itu, laman ini berisi data statistik mengenai jumlah kasus positif COVID-19 diperbarui secara
real-time dan diharapkan menjadi acuan untuk berbagai pihak, terutama rekan-rekan media dalam
pemberitaan mereka.

Anda mungkin juga menyukai