Anda di halaman 1dari 7

Indo. J. Chem. Res.

, 2019, 6(2), 74-80

STUDI KINETIKA ANTIBAKTERI DARI HASIL PIROLISIS CANGKANG BIJI


JAMBU METE TERHADAP Staphylococcus aureus
Kinetic Study Antibacterial Of Pyrolysis Products Fromcashew Nut Shell Againts
Staphylococcus aureus
Laily Nurliana*1, Rustam Musta2
1
Department of Chemitry, Math and Nature Science Faculty, Halu Oleo University
2
Department of Chemitry, Teacher Training dan Education Faculty,Halu Oleo University
Kampus Bumi Tridarma ; Anduonohu Kendari, Southeast Sulawesi, Telp. (0401)391929/Fax.(0401)390496

*Corresponding author, e-mail: laylinurliana@gmail.com


Received: Nov. 2018 Published: Jan. 2019

ABSTRACT
Research on kinetics antibacterial from pyrolysis product of cashew nut shell againts Staphylococcus aureus
have been carried out. Cashew nuts are prepared by separating the shell and seeds for pyrolysis.The results of S.
aureus antibacterial activity test results pyrolysis pyrolysis products shell cashew nut showed inhibition is
different for each variation of the concentration of 12.5%, 25%, 50%, 75% and 100% with inhibition of
successive 0.87; 0.97; 1.38; 1.47 and 1.61 (cm) respectively. Based on these results it can be said that the result
of the pyrolysis of cashew nut shells provide a response inhibition that were at concentrations of 12.5 and 25%.
While the concentration of 50%, 75%, and 100% response inhibitory power is included in the strong category on
the growth of S. aureus. Order of the reaction of the antibacterial activity of S. aureus from the pyrolysis
products obtained cashew nut shell 0.3157 with activity rate constant of 0.38. The concentration of pyrolysis
products of pyrolysis results cashew nut shell the minimum recommended for use as an antibacterial S.aureus.

Keywords: Cashew nut shells, pyrolysis, S.aureus, antibacterial, chemical kinetics.

PENDAHULUAN pemecahan struktur kimia menjadi fase gas


(Wiraputra, 2017). Proses pirolisis menghasilkan
Potensi limbah cangkang biji jambu mete di
produk berguna berupa uap panas yang
Indonesia cukup besar, sehingga perlu
kemudian dikondensasi menjadi liquid (bio-oil),
dimanfaatkan cairan ekstraknya yang disebut
syngas (bio-gas) dan char (bio-arang). Pada
Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) (Saenabet al.,
proses ini, liquid (bio-oil) yang dihasilkan dari
2016).Warsono et al., (2013) menyatakan bahwa
proses pirolisis diperkirakan masih mengandung
CNSL merupakan minyak yang tersusun dari
tar yang kemudian harus dimasukkan ke dalam
senyawa fenolat kompleks dengan rantai karbon
tungku destilasi.
panjang bercabang dan tidak jenuh. Komponen
Kandungan komponen penyusun bio-oil
utama penyusun CNSL terdiri atas senyawa
hasil destilasi meliputi senyawa fenol, senyawa
asam anakardat, kardanol, kardol dan 2-metil
asam dan senyawa hidrokarbon polisiklis
kardol yang merupakan senyawa fenol alami
aromatis. Senyawa fenol dalam kulit biji jambu
(Towaha dan Nur, 2011).
mete mempunyai sifat khas, yang berperan
Salah satu teknologi alternatif yang dapat
dalam bidang industri kesehatan salah satunya
menjadi solusi bagi penanganan permasalahan
adalah sebagai anti bakteri (Kusrini dan
limbah cangkang biji jambu mete ialah dengan
Mahendra 2003). Seperti penelitian yang pernah
teknik pirolisis (Saenab et al., 2016). Pirolisis
dilakukan sebelumnya oleh Poeloengan dan
berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti
Praptiwi (2010), mengenai uji aktivitas anti
panas dan lysis berarti penguraian atau degradasi,
bakteri dari ekstrak kulit buah manggis diperoleh
sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa
hasil bahwa dalam ekstrak kulit buah manggis
karena panas pada suhu lebih dari 150 °C
terdapat senyawa fenol yang mempunyai
(Hermayana, 2017). Pirolisis adalah dekomposisi
kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga
kimia bahan organik melalui proses pemanasan
mengganggu proses metabolisme pada bakteri
tanpa oksigen, material mentah akan mengalami
gram positif S. aureus. Anti bakteri adalah zat

74
Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 74-80

yang menghambat pertumbuhan bakteri dan di Alat


gunakan secara khusus untuk mengobati infeksi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
bakteri. Maharani et al. (2016) menyatakan ini adalah satu set alat pirolisis alat sederhana,
bahwa aktivitas senyawa fenol dalam gelas kimia 1000 mL, inkubator, neraca analitik
menghambat pertumbuhan bakteri yaitu bekerja (Acis), autoklaf (Wisecclave), waterbath
dengan meracuni sitoplasma, merusak dan (HWS24), lemari pendingin (SHARP), pipet
menembus dinding serta mengendapkan protein mikro (DRAGON ONEMED), laminar air flow
sel bakteri. cabinet, shaker incubator (Ratex), lampu UV,
Aktivitas anti bakteri hasil pirolisis hot plate, mistar, spidol, tabung eppendorf,
cangkang biji jambu mete ditentukan kawat ose, cawan petri (Pyrex), gelas ukur
berdasarkan daya hambat yang diukur (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), erlenmeyer
menggunakan zona bening. Aktivitas anti bakteri (Pyrex), corong (Pyrex), spritus, spatula, pipet
tersebut dapat dipelajari pola daya hambatnya ukur, oven, pipet tetes, botol vial, botol gelap,
menggunakan pendekatan kinetika kimia dengan korek api dan pisau.
menghitung orde reaksi dan tetapan aktivitas
lajunya. Triyono, dkk (1998) menyatakan bahwa Prosedur Kerja
dengan hanya perubahan [A]o saja dan hukum Pengambilan dan Pengolahan Sampel
laju reaksi diasumsikan r = k[A]a[B]b[C]c maka Cangkang Biji Jambu mete
orde reaksi dapat ditentukan. Dengan demikian, Sampel biji jambu mete yang digunakan
untuk reaksi penghambatan aktifitas antibakteri diperoleh dari daerah perkebunan jambu mete di
yang hanya menggunakan satu perekasi yang Desa Kapota, Kabupaten Wakatobi Kecamatan
konsentrasinya bervariasi dapat digunakan untuk Wangi-wangi Selatan, Sulawesi Tenggara. Biji
menghitung orde reaksi. Jika orde telah diketahui jambu mete dipisahkan dari cangkangnya,
maka berdasarkan hukum lajunya dapat dihitung kemudian cangkang biji jambu mete diangin-
besarnya tetapan laju pada temperatur yang anginkan.
dipilih pada masa inkubasi. Hal ini dikarenakan
tetapan laju akan berubah apabila reaksi Proses Pirolisis
berlangsung pada temperatur yang berbeda. Sampel cangkang biji jambu mete
Triyono, dkk (1998) menyatakan konstanta laju ditimbang sebanyak 2,5 kg lalu dimasukkan ke
merupakan fungsi temperatur. Orde reaksi hanya dalam reaktor alat pirolisis sederhana, kemudian
dapat dihitung secara eksperimen dan hanya dipirolisis. Proses pirolisis berlangsung sampai
dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi destilat berhenti keluar.
diketahui seluruh orde reaksi yang dapat
ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk Pengujian Aktivitas Antibakteri
masing-masing reaktan (Naomi et al. 2013, Sterilisasi alat dan bahan
Latupeirissa, dkk., 2018) Seluruh alat dicuci bersih dan dikeringkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Botol vial, tabung reaksi, erlenmeyer, cawan
perlu dilakukan penelitian tentang studi kinetika petri dibungkus dengan kertas. Kemudian
anti bakteri dari hasil pirolisis cangkang biji semuanya disterilkan dengan autoklaf pada
jambu mete terhadap S. aureus. tekanan 121 MPa selama 15 menit. Pengerjaan
aseptis berlangsung di dalam Laminar Air Flow
METODOLOGI yang sebelumnya telah dibersihkan dengan
larutan alkohol 70%, lalu proses sterilisasi
Bahan dengan lampu UV yang telah menyala selama
Bahan-bahan yang digunakan dalam kurang lebih 1 jam sebelum digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel cangkang kulit proses uji antibakteri (Sultana, 2014).
jambu mete segar (Anacardium
occidentale),Staphylococcus aureus ATCC Pembuatan dan Sterilisasi Media
25923, amoxilin, pepton 2%, agar 4%, 1% NaCI, Medium Nutrient Agar (NA) adalah
minyak tween, akuades, kertas saring Whatman, medium yang umum digunakan untuk
plastik wrap, kasa, kertas label, kapas steril dan menumbuhkan mikroorganisme. Medium ini
alumunium foil. mengandung 2% pepton, 1,5% yet estrak, 4%

75
Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 74-80

agar dan 1% NaCl. Pada penelitian ini digunakan setiap satuan waktu (Petruci, 1992). Dengan
NA (Merck 2017) sebanyak 22,1 g NA demikian laju dalam hubungan dengan aktifitas
dilarutkan dengan 260 mL akuades dalam anti bakteri dapat dipandang sebagai
erlenmeyer, kemudian disterilkan menggunakan pertambahan diameter zona bening setelah
autoklaf pada tekanan 121 MPa (Sultana, 2014). selang waktu tertentu atau r = diameter zona
bening (ZB)/satuan waktu (t) dan karena waktu
Peremajaan mikroorganisme pengukuran zona bening adalah tetap maka:
Mikroorganisme yang digunakan dalam
penelitian ialah S. aureus ATCC 25923 spesies Jika r = k [A]n  ZB/t = k [A]n
bakteri. Bakteri ini diremajakan dengan
menginokulasi 2 ose dari bakteri, kemudian karena k dan t adalah konstan maka kt juga akan
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi bernilai konstan = k’ yang merupakan tetapan
10 mL media cair steril (2% pepton, 1,5% yeast yang berlaku untuk satuan waktu pengukuran
estrak dan 4% NaCl) dan diinkubasi selama 24 zona bening yang dipilih berdasarkan referensi.
jam (Sultana, 2014). akibatnya:

Pengujian Aktivitas Antibakteri ZB = k’[A]n maka: ln ZB = ln k’ + n ln [A]


Media NA cair dipipet sebanyak 20 mL,
kemudian dimasukkan dalam eppendorf dan Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat
ditambahkan 10 uL inokulum bakteri S. aureus dipandang bahwa laju identik dengan zona
ATCC 25923 dan dihomogenkan. Setelah bening. Dari regresi linear akan diperoleh
homogen tuangkan dalam cawan petri dengan persamaan :
gerakan melingkar sampai media merapat pada y = a+bx atau ln ZB = ln k’ + n ln [A]
permukaan cawan petri, lalu didiamkan beberapa
menit hingga memadat. Kemudian ditempatkan Hal ini berarti bahwa jika dibuat plot hubungan
kertas cakram (berdiameter 0,5 cm) yang telah ln [A] terhadap ln ZB maka akan diperoleh :
direndam dalam larutan uji (100% destilat a = ln k’
cangkang jambu mete, 75, 50, 25, dan 12,5% k’ = ea (berlaku untuk waktu inkubasi
serta amoxilin sebagai kontrol positif, minyak yang telah dipilih)
tween sebagai kontrol negatif) pada permukaan b = n = orde
media padat. Setelah itu, cawan petri ditutup
rapat dan dibungkus dengan plastik wrap. HASIL DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya diinkubasi selama 1 x 24 jam pada
suhu ruang. Dilakukan pengamatan dan diukur Pengambilan dan Pengolahan Sampel
zona hambat yang terbentuk (Bangjavicenna, Cangkang Biji Jambu Mete
2008). Sampel jambu mete yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari daerah perkebunan
Pengolahan dan Analisis Data jambu mete di Desa Kapota, Kabupaten
Data yang diperoleh antara lain nilai zona Wakatobi Kecamatan Wangi-wangi Selatan,
bening isolat pada uji antibakteri dan tinjauan Sulawesi Tenggara. Sampel yang digunakan
aspek kinetikanya meliputi orde reaksi dan yaitu cangkang biji jambu mete segar. Sampel
tetapan laju reaksi aktivitas antibakteri dengan jambu mete dipisahkan bagian isi dan
menggunakan metode regresi linear yang cangkangnya. Cangkang jambu mete dikeringkan
ditentukan dengan menggunakan persamaan dengan cara diangin-anginkan. Proses
(Dybkov, 2013): pengeringan dilakukan pada suhu ruang tanpa
terkena sinar matahari langsung. Proses
r = k [A]n. pengeringan bertujuan untuk menguapkan
sebagian air dalam bahan agar kadar air yang
Dimana r = laju, k = konstanta laju reaksi, [A] = terdapat dalam sampel berkurang, sehingga
konsentrasi zat, n = orde reaksi. proses ekstraksi lebih mudah.
Laju dapat dipandang sebagai bertambahnya
hasil reaksi atau berkurangnya pereaksi untuk

76
Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 74-80

Gambar 1 Penampakan zona bening uji aktivitas hasil pirolisis cangkang biji jambu mete
terhadap bakteri S. aureus
Proses Pirolisis Cangkang Biji Jambu Mete pirolisis cangkang biji jambu mete dalam
Proses pirolisis cangkang biji jambu mete menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus
pada penelitian ini menggunakan metode dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2:
pirolisis sederhana. Keunggulan metode ini
adalah harganya yang relatif murah, dan tidak
memakan waktu yang lama dalam poses
pemisahannya. Pirolisis merupakan proses
penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan
organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan
tanpa berhubungan dengan udara luar. Reaksi
pirolisis akan menghasilkan produk berupa
padatan, cairan dan gas (Awaluddin, 2007).
Sampel cangkang biji jambu mete dipirolisis
dengan bantuan pemanasan sehingga mengalami
reaksi kondensasi dari asap cair menjadi cairan
kental berwarna hitam. Pada saat pirolisis, energi
Gambar 2 Diagram uji aktivitas hasil pirolisis
panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga
cangkang biji jambu mete terhadap bakteri S.
molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian
aureus
besar menjadi karbon atau arang (Nuryati et al.,
2015). Hasil pirolisis cangkang biji jambu mete
Gambar 2 menunjukkan bahwa pada tiap-
yang diperoleh pada penelitian ini adalah asap
tiap variasi konsentrasi hasil pirolisis cangkang
cair atau biosmoke yang berwarna hitam
biji jambu mete memiliki aktivitas yang berbeda-
kecoklatan dengan rendemen sebesar 38,5%.
beda terhadap daya hambat bakteri S.
Jumlah rendemen tersebut sesuai dengan
aureus.Data tersebut juga memperlihatkan
penelitian Saenab (2016) yang jumlahnya lebih
bahwa diameter zona bening hasil pirolisis
kecil dibandingkan penelitian Gonzales (2005)
cangkang biji jambu mete di tiap-tiap konsentrasi
dalam Saenab (2016) tentang pirolisis cangkang
12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100% berturut-turut
biji kenari yang dihasilkan rendemen sebesar
0,87; 0,97; 1,38; 1,47 dan 1,61 (cm).
44,3%. Hal ini disebabkan alatpirolisis yang
Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa
digunakan dalam penelitian ini masih sederhana
setiap peningkatan konsentrasi sampel akan
sehingga asap yang keluar belum tertampung
meningkatkan zona bening yang dihasilkan.
secara sempurna.
Menurut Rastina et al., (2015), kriteria
kekuatan daya hambat antibakteri dijelaskan
Uji Aktivitas Antibakteri Staphylococcus
berdasarkan parameter sebagai berikut: diameter
aureus Hasil Pirolisis Cangkang Biji Jambu
zona hambat 5 mm atau kurang dikategorikan
Mete
lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan
Hasil analisis uji aktivitas antibakteri hasil

77
Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 74-80

sedang, zona hambat 10-20 mm dikategorikan daerah yang tidak ditumbuhi bakteri dalam
kuat dan zona hambat 20 mm atau lebih satuan tertentu. Lebih lanjut, Mulyadi, dkk
dikategorikan sangat kuat. Berdasarkan kriteria (2017) mengemukkan bahwa zona bening yang
tersebut, maka hasil pirolisis cangkang jambu terbentuk pada media yang telah diinokulasi
mete memberikan respon daya hambat yang bakteri di sekitar cakram kertas yang dicelupkan
sedang pada konsentrasi 12,5 dan25%. sampel menunjukkan aktifitas penghambatan.
Sedangkan pada konsentrasi 50%, 75%, dan Hal tersebut berarti bahwa ada tahapan reaksi
100% respon daya hambatnya termasuk dalam kimia sebelum zona bening terbentuk.
kategori kuat terhadap pertumbuhan bakteri S. Sehingga zona bening sesungguhnya adalah
aureus. hasil akhir dari aktifitas reaksi penghambatan
Adanya daya hambat antibakteri dalam yang berjalan seiring waktu, dengan demikian
penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh laju terbentuknya zona bening dapat dihitung
kandungan senyawa fenol dan asam organik dari diameter zona bening per waktu inkubasi.
dalam hasil pirolisis jambu mete. Seperti pada Laju dapat dipandang sebagai bertambahnya
penelitian Saenab et al.(2016) dua senyawa hasil reaksi atau berkurangnya pereaksi untuk
dominan yang berperan sebagai bakteriostatik setiap satuan waktu (Petruci, 1992).
adalah fenol dan asam-asam organik yang Aspek kinetik produk pirolisis cangkang biji
mampu mengontrol pertumbuhan bakteri. jambu mete terhadap aktivitas anti bakteri dilihat
Cara kerja asam organik dalam menghambat melalui hubungan zona bening dengan
pertumbuhan bakteri yaitu dengan sifatnya yang konsentrasi yang digunakan untuk anti bakteri.
asam menyebabkan pH di dalam sel menjadi Analisisnya dilakukan menggunakan pendekatan
rendah dan dapat mengubah permeabilitas regresi linear yang hasilnya dapat diperlihatkan
membran sel yang menyebabkan sistem transpor pada Gambar 3 sebagai berikut:
bahan pada bakteri patogen menjadi hancur. Hal
ini dapat menyebabkan sel menjadi rusak, diikuti
dengan terganggunya sintesis komponen
penyusun dinding sel, akibatnya sel menjadi
lemah dan lisis (Pasaribu dan Wina, 2017).
Mekanisme yang menyebabkan
penghambatan dalam pertumbuhan bakteri
diduga disebabkan adanya interaksi senyawa
fenol dan turunannya dengan sel bakteri.
Senyawa-senyawa ini berikatan dengan protein
pada bakteri melalui ikatan non spesifik
membentuk kompleks protein-fenol. Pada Gambar 3 Hasil uji kinetika anti bakteri hasil
konsentrasi rendah, terbentuk kompleks protein- pirolisis dalam menghambat pertumbuhan
fenol dengan ikatan yang lemah dan segera bakteri S.aureus
mengalami peruraian, kemudian merusak
membran sitoplasma dan menyebabkan Gambar 3 memperlihatkan persamaan
kebocoran isi sel, sehingga pertumbuhan bakteri regresi dengan bentuk y= 0,3157x - 0,9709.
terhambat. Sedangkan pada konsentrasi tinggi, Persamaan tersebut menunjukkan bahwa orde
zat tersebut berkoagulasi dengan protein seluler reaksi hasil pirolisis cangkang biji jambu mete
dan membran sitoplasma mengalami lisis sebagai anti bakteri sebesar 0,3157. Sementara
(Dinda, 2008). itu, tetapan lajunya dapat diperoleh dengan
e-0.9709 = 0,38. Nilai tetapan tersebut hanya
Tinjauan Aspek Kinetik Aktivitas Anti berlaku untuk selang waktu masa ikubasi untuk
Bakteri dari Hasil Pirolsis Cangkang Biji pengukuran zona bening dalam penelitian ini
Jambu Mete terhadap Staphylococcus aureus adalah 24 jam. Orde reaksi 0,3157 dapat
Zona bening merupakan indikasi adanya diartikan bahwa ada pengaruh konsentrasi
aktifitas antibakteri (Lay, 1994 dalam Muharni, terhadap laju reaksi hal ini karena reaksi berada
dkk 2014). Sementara itu menurut Ruhana diantara orde 0 dan orde 1, yang dapat diartikan
(2017) menyebutkan bahwa zona bening adalah bahwa ada peningkatan zona bening akibat

78
Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 74-80

bertambahnya konsentrasi hasil pirolisis, karena aureus dari hasil pirolisis cangkang biji jambu
rekasi tidak berorde tepat 0 namun peningkatan mete diperoleh sebesar 0,3157 dengan tetapan
tersebut juga tidak berbanding lurus dengan laju aktivitas untuk pengukuran zona bening
konsentrasi hasil pirolisis karena reaksi juga setelah 24 jam sebesar 0,38. Adapun konsentrasi
tidak berorde 1. Bird (1993) menyatakan bahwa hasil pirolisis cangkang biji jambu mete minimal
suatu reaksi dikatakan orde satu terhadap salah yang dianjurkan untuk digunakan sebagai
satu pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus antibakteri S. aureus sebesar 24,78%.
dengan konsentrasi pereaksi itu dan reaksi
dikatakan berorde nol terhadap salah satu DAFTAR PUSTAKA
pereaksinya apabila perubahan konsentrasi
pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju Anggraeni, M., 2008, Kajian Penggunaan Poly
reaksi. Alumunium Chloride (PAC) dalam Proses
Berdasarkan data pada Gambar 3, Pemurnian Nira Aren dan Lama Pemurnian
diperlihatkan linearitas dari hubungan antara log Terhadap Karateristik Nira Aren (Arenga
konsentrasi terhadap log zona bening yaitu r2 pinnata Merr), Skripsi, Prodi Teknologi
:0,9682 atau dikatakan akurat seperti yang Pangan, Fakultas Teknologi Industri
dijelaskan oleh Sudjana (2005) dalam Anggreini Pertanian, Universitas Padjadjaran,
(2008), bahawa koefesien korelasi menunjukkan Jatinangor.
kekuatan (strength) hubungan linear dan arah Awaluddin, A., 2007, Proses Pencairan
hubungan dua variabel acak. Jika koefesien Langsung Biomassa menjadi Bio Oil
korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai dengan menggunakan Thermo Oil,
hubungan searah. Nilai korelasi ini dijelaskan Proposal I MHERE Project, HEI IU
dalam kriteria dimana nilai r2 =0,75 – 0,99: Universitas Riau, Dinas Perkebunan
Korelasinya dikategorikan sangat kuat. Provinsi Kalimantan Selatan, 2009.
Orde reaksi dan tetapan laju yang telah Bagjavicenna, E., 2008, Potensi Propolis Lebah
ditentukan, dapat dimanfaatkan untuk Trigona spp sebagai Bahan Antimikroba
menghitung konsentrasi hasil pirolisis cangkang Ketombe, Skripsi, Program Studi Biokimia,
biji jambu meteyang daya hambat (zona bening) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
sama dengan daya hambat (zona bening) kontrol Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.
positif. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa Bird, T., 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas,
agar diperoleh zona bening yang sama dengan alih bahasa : Kwee le Tjien, Jakarta : PT
standar positif maka konsentrasi yang diperlukan Gramedia Pustaka Utama.
sebesar 24,78%. Hal tersebut dapat bermakna Dybkov, V.I., 2013, Chemical Kinetics, IPMS
bahwa besarnya konsentrasi hasil pirolisis Publications, Kyiv, Ukraine.
cangkang biji jambu meteminimal yang dapat Dinda, 2008, Minimal Inhibitor Concentraction
digunakan sebagai antibakteri S. aureus harus (MIC), Dasar-Dasar Mikrobiologi,
sebesar 24,78%. Djambatan. Jakarta.
Hermayana, R.F.S., 2017, Pirolisis Campuran
KESIMPULAN Bagas Tebu Dan Minyak Biji Karet Dengan
Perbandingan Reaktan Yang Berbeda
Hasil uji aktivitas antibakteri S. aureus hasil Menjadi Bahan Bakar Cair Menggunakan
pirolisiscangkang biji jambu metemenunjukkan Zeolit-A Berbasis Silika Sekam Padi
daya hambat yang berbeda untuk setiap variasi Sebagai Katalis, Skripsi, Jurusan Kimia,
konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, 75% dan 100% Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dengan daya hambat berturut-0,87; 0,97; 1,38; Alam, Universitas Lampung.
1,47 dan 1,61(cm). Berdasarkan hasil tersebut Kusrini, D., Mahendra I., 2003, Asam Anakardat
dapat dikatakan bahwa hasil pirolisis cangkang dari Kulit Biji Jambu mete (Anacardium
jambu mete memberikan respon daya hambat occidentale L) Yang Mempunyai Aktivitas
yang sedang pada konsentrasi 12,5% dan 25%. sitotoksik, J. Kim. Sains & Apl., 6(1):17-19.
Sedangkan pada konsentrasi 50%, 75%, dan Latupeirissa, J., Tanasale, M., Musa, S., 2018,
100% respon daya hambatnya termasuk dalam Kinetika Adsorpsi Zat Warna Metilen Biru
kategori kuat terhadap pertumbuhan bakteri S. Oleh Karbon Aktif Dari Kulit Kemiri
aureus. Orde reaksi dari aktivitas antibakteri S.

79
Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 74-80

(Aleurites Moluccana (L) Willd), Indo. J. Saenab, A., Wiryawan, K.G., Retnany., Wina, E.
Chem. Res., 6(1), 524-533. 2016. Karakteristik Fisik dan Kimia dari
Maharani, T., Dede S., Sandra H., 2016, Produk Bioindustri Cangkang Jambu Mete
Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi dari (An acardium occidentale), Jurnal Littri,
Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam 22(2), 81-90.
(Cynometra Cauliflora L.) yang Memiliki Sultana, S., Shahidullah, A.S.M., Islam, Md. M.,
Aktivitas Antibakteri., Jurnal Penelitian Wasey, A.F.S.A., Nahar, S., 2014,
dan Pengembangan Ilmu Kimia, 2(1), 55- Antibacterial effect of Aqueous Neem
62. (Azadirachta indica) leaf extract, crude
Naomi, P., Anna M., Lumban G.M. , Yusuf T., neem leaf paste, and Ceftriaxone against
2013, Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Staphylococcus aureus, Escherichia coli
Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi and Pseudomonas aeruginosa,
Kimia, Jurnal Teknik Kimia, 2(19), 42-48. Malays.J.Med.Bio.Res, 2(2), 89-100.
Nuryati, Jaka D.J., Meldayanoor, 2015, Towaha, J., Nur, R.A. 2011, Pemanfaatan
Perancangan Dan Aplikasi Alat Pirolisis Cashew Nut Shell Liquid Sumber Fenol
Untuk Pembuatan Asap Cair, Jurnal Alami pada Industri, Buletin RISTRI, 2(2),
Teknologi Agro-Industri, 2(1), 1-8. 187-198.
Pasaribu, T., Wina E., 2017, Komparasi Triyono, Bambang S., Iqmal T., 1998, Buku Ajar
Aktivitas Tiga Jenis Asap Cair Perhadap Kinetika Kimia, Jurusan Kimia, FMIPA
Pertumbuhan Mikroba Secara In Vitro, UGM: Jogjakarta.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Warsono, L.B., Windi, A.,Bambang, S.A., 2013,
Peternakan dan Veteriener , 679-689. Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)
Petrucci, R.H., 1992, Kimia Dasar Prinsip dan dari Kulit Jambu Mete dengan
Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid 2, Menggunakan Metode Pengepresan. Jurnal
Editor Penerjemah: Suminar Achmadi, Teknosains Pangan. 2(2), 84-92.
Penerbit Erlangga, Jakarta. Wiraputra, A.F, 2017, Pengaruh Pyrolysis Non-
Poeloengan, M., Praptiwi, 2010, Uji aktivitas Isothermal Terhadap Kualitas Bio-Oil Dari
antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manngis Sampah Real Kota Bandar Lampung,
(Garcinia mangostana Linn), Media Litbang Skripsi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Kesehatan, XX (2), 65-69. Teknik Universitas Lampung.
Rastina, Mirnawati S., Letje W., 2015, Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kari
(Murraya koenigii) Terhadap
Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
dan Pseudomonas sp., Jurnal Kedokteran
Hewan, 9(2), 185-188.

80

Anda mungkin juga menyukai