Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

PENELITIAN ILMIAH

ANGGI ANGGUNA FADJRI (17205005)


CITRA PUTRI PERMATASARI (17205054)
MIFTAHUL JANNAH (17205022)

Dosen Pembina:
Dr. YUNI AHDA, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Sejalan dengan dinamika bangsa yang terus mencari
bentuk yang lebih baik demi menghasilkan generasi cerdas dan budiman, maka
penulis membuat makalah ini yang berjudul “PENELITIAN ILMIAH” dengan
baik. Untuk memenuhi tugas perkuliahan Filsafat Ilmu.
Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh berbagai informasi
yang berguna untuk pembaca dari karya tulis ini. Namun, walaupun demikian
penulis juga percaya bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan
saran maupun sumbangan pikiran dari pembaca akan penulis terima dengan
senang hati. Demi kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan makalah yang
akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan oleh Ibu Dr. Yuni Ahda M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini,
serta rekan-rekan yang ikut membantu terselesainya makalah ini.

Padang, Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan mensyaratkan dan
memutlakkan adanya kegiatan penelitian. Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan
tidak dapat hidup. Proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa
ini merupakan hasil dari penemuan dan penelitian yang dilakukan oleh manusia.
Sebenarnya perkembangan tersebut diawali dengan rasa ingin tahu manusia yang
sangat besar. Keingintahuan tersebut yang mendorong manusia untuk berupaya
menjawab kenyataan – kenyataan alamiah yang ada didunia ini lewat berbagai
cara salah satunya adalah penelitian ilmiah dan hal ini mendorong perkembangan
ilmu pengetahuan.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan suatu
masalah. Berdasarkan kualitasnya penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian
ilmiah dan penelitian tidak ilmiah. Penelitian tidak ilmiah yaitu penelitian yang
dilakukan tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan
data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari
si peneliti. Sedangkan penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan
obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu
pengertian mengenai prinsip-prinsipnya yang mendasar dan berlaku umum (teori)
mengenai masalah tersebut.
Berdasarkan hal diatas maka dalam makalah ini, penulis ingin membahas
lebih dalam lagi apa dan bagaimana cara penelitian ilmiah, serta bagaimana
bentuk dari struktur penulisan ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan dari masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
a) Bagaimana struktur penelitian dan penulisan ilmiah?
b) Bagaimana teknik penulisan ilmiah?
c) Bagaimana teknik notasi ilmiah ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu untuk mengetahui:
a) Struktur penelitian dan penulisan ilmiah
b) Teknik penulisan ilmiah
c) Teknik notasi ilmiah 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian Ilmiah
Istilah lain dari penelitian adalah riset. Riset berasal dari bahasa inggris
research, research yang berasal dari kata re (kembali) dan search (mencari).
Jadi research bearti mencari kembali yaitu mencari fakta-fakta baru yang
kemudian dikembangkan menjadi sebuah teori untuk memperdalam dan
memperluas ilmu tertentu. Penelitian dideskripsikan sebagai suatu proses
investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan
untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta.
Parson (1946) menyatakan bahwa pengertian penelitian adalah
pencarian atas sesuatu (inkuiri) secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Sejalan dengan itu John (1949)juga menemukakan pendapatnya yang
menyatakan bahwa “penelitian adalah pencarian fakta menurut metode
objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum tertentu.
Berdasarkan dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian yaitu merupakan suatu kegiatan untuk mencari fakta atau suatu
kebenaran berdasarkan metode objektif .
Berdasarkan kajian keilmiahan maka penelitian dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu penelitian ilmiah dan penelitian non ilmiah
1. Penelitian non ilmiah yaitu suatu peneyelidikan yang dilakukan tidak
secara sistematis, data yang dikumpulkan bersifat subyektif, serta tidak
menggunaka metode ilmiah untuk menganalisinya.
2. Penelitian Ilmiah
Ada beberapa pendapat ahli tentang pengertian penelitian ilmiah anatara
lain :
 Soerjono Soekanto mengatakan Penelitian ilmiah merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang
dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi
keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya”.
 Sanapiah Faisal Mengemukakan bahwa “penelitian ilmiah merupakan
suatu aktivitas dalam menelaah suatu problem dengan menggunakan
metode ilmiah secara tertata dan sistematis untuk menemukan
pengetahuan baru yang dapat diandalkan kebenarannya mengenai
dunia alam dan dunia social

Berdasarkan pengertian penelitian ilmiah yang diungkapkan diatas


maka dapat penulis simpulkan, bahwa penelitian ilmiah yaitu suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mencari kembali dan mengungkapkan fakta-fakta,
dengan cara megumpulkan mengolah data sera melakukan uji hipotesis
sehingga memperoleh suatu fakta baru atau menjadi sebuah kebenaran.

B. Struktur Penulisan Ilmiah 


1. Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan
masalah. Secara kronologis dapat disimpulkan enam kegiatan dalam
pengajuan masalah antara lain :
a.      Latar Belakang Masalah
b.      Identifikasi Masalah
c.      Pembatasan Masalah
d.      Perumusan Masalah
e.      Tujuan Penelitian
f.       Kegunaan Penelitian
2. Penyusunan Kerangka Teoritis
Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua
dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan
dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Agar
sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumentasi yang disusun
tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang
dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan
dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup
perkembangan-perkembangan terbaru. Kedua, analisis teori-teori keilmuan
yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan mengenai prinsip
yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul
sekitar disiplin keilmuan tersebut.
Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
didasarkan pada argumentasi berpikir deduktif dengan mempergunakan
pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya. Kerangka teoritis suatu
penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang
relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis.
3. Metodologi Penelitian
Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara
deduktif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya
adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. Artinya kita melakukan
verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan
tersebut didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah
yang dihadapi dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara
dalam pengumpulan dan analisis data. Penetapan prosedur dan cara ini disebut
metodologi penelitian yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum
verifikasi dilakukan.
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi
metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang
dipergunakan dalam penelitian. Setiap penelitian mempunyai metode
penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Pada hakikatnya proses verifikasi adalah
mengumpulkan dan menganalisis data dimana kesimpulan yang ditarik
kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis
yang diajukan tersebut ditolak atau diterima. Dengan demikian maka teknik-
teknik yang tergabung dalam metode penelitian harus dipilih yang bersifat
cocok dengan perumusan hipotesis.
Penyusunan metodologi penelitian mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan
yang mengidentikasikan variable-variabel dan karakteristik hubungan yang
akan diteliti
2. Tempat dan waktu penelitian di mana akan dilakukan generalisasi mengenai
variable-variabel yang diteliti
3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat
generalisasi yang diharapkan
4. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat
keumuman dan metode penelitian
5. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variable yang akan
dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik
mendapatkan data
6. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang
dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.
4. Hasil Penelitian
Dalam membahas hasil penelitian tujuan kita adalah membandingkan
kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis
yang diajukan. Secara sistematik dan terarah maka data yang telah di
kumpulkan diarahkan pada sebuah penarikan kesimpulan apakah data tersebut
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian dapat
dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut :
a. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti
b. Menyatakan teknik analisis data
c. Mendeskripsikan hasil analisis data
d. Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data
e. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima
5. Ringkasan dan Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek
penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi
penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini membuahkan kesimpulan
yang ditopong oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan
berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Kesimpulan
dapat diperinci ke dalam langkah-langkah sebagai berikut :
1. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis,
metodologi dan penemuan penelitian
2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sistesis berdasarkan keseluruhan
aspek
3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan
terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan
4. Mengkaji implikasi penelitian
5. Mengajukan saran

6. Abstrak
Seluruh laporan penelitian kemudian disarikan dalam sebuah ringkasan
yang disebut abstrak. Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian
yang paling banyak terdiri dari tiga halaman. Keseluruhan abstrak merupakan
sebuah esei yang utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul. Hanya terdapat satu
judul dalam abstrak yaitu judul penelitian. Sesuai dengan langkah-langkah
dalam kegiatan penelitian maka abstrak mencakup keseluruhan pokok
pernyataan penelitian mengenai masalah, hipotesis, metodologi dan kesimpulan
penelitian.
Tiap bagian ini ditulis secara utuh namun ringkas, masing-masing
dalam paragraf tersendiri. Dengan demikian maka abstrak merupakan sebuah
esai yang terdiri dari serangkaian paragraf yang secara keseluruhan mampu
mengkomunikasikan intisari sebuah penelitian. Tiap bagian harus mendapat
perlakuan yang seimbang karena abstrak berfungsi memberikan gambaran
secara keseluruhan
7. Daftar Pustaka
Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan inventarisasi dari seluruh
publikasi ilmiah maupun nonilmiah yang digunakan sebagai dasar bagi
pengkajian yang dilakukan. beberapa universitas membatasi daftar pustaka
hanya pada sumber-sumber yang dikutip baik secara langsung maupun secara
tidak langsung dalam tubuh tulisan.
8. Riwayat Hidup
Sebuah tulisan ilmiah kadang-kadang disertai riwayat hidup
penulisnya. Riwayat hidup ini biasanya merupakan deskripsi dari latar
belakang pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan
penulisan ilmiah yang disampaikan. Riwayat hidup dicantumkan pada
halaman terakhir sebuah laporan tanpa diberi nomor halaman.
9. Usulan Penelitian
Usulan penelitian hanya mencakup langkah pengajukan masalah,
penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis serta metodologi
penelitian. Usulan penelitian biasanya dilengkapi dengan jadwal kegiatan,
personalia peneliti serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan
penelitian umpamanya pembiayaan.
10. Lain-lain
Sebelum memasuki tubuh utama laporan tulisan ilmiah biasanya
didahului oleh beberapa informasi yang bersifat pengantar. Seperti halaman
judul dari laporan ilmiah. Judul harus singkat namun mampu
mengkomunikasikan tentang masalah apa yang diteliti, dilakukan dimana,
kapan serta kalau mungkin metode penelitian apa (contoh : studi kasus,
perbandinga atau survai). Setelah itu dikemukakan secara umum lingkup
laporan yang akan disampaikan beserta penghargaan terhadap berbagai pihak
yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah tersebut. Kemudian menyusul
daftar isi yang dilengkapi dengan daftar tabel dan daftar gambar yang disusun
secara tersendiri. Untuk karya ilmiah berupa tesis atau disertasi setelah
halaman judul biasanya disisipkan lembar persetujuan para
pembimbing/promotor serta pihak-pihak lainnya. Semua materi yang tercakup
dalam bagian lain-lain ini diberi nomor halaman dengan menggunakan angka
latin yang ditulis dengan huruf kecil.

C. Teknik Penulisan Ilmiah


Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya
penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam
penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang
memungkinkan proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan
impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus jelas dimana pesan mengenai
obyek yang ingin dikomunikasikan  harus mengandung informasi yang
disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti akan
isi pesan yang disampaikan kepadanya. Kejelasan menulis adalah masalah
psikologis, menurut Wilson, dimana sering sekali ditemui ilmuwan yang
menderita rasa rendah diri yang menyebabkan mereka secara terus menerus
memompa ego mereka dengan menulis sekabur mungkin. Sedangkan menurut
Somerset Maugham, seorang yang pikirannya semrawut akan menulis secara
semrawut pula.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Sebuah kalimat yang tidak bisa di definisikan mana yang merupakan subyek
dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara
subyek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak
jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, tata bahasa yang
tidak cermat merupakan pencerminan dari logika berpikir yang tidak cermat
pula. Demikian juga penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya
kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang ingin kita
sampaikan. Pengetahuan ilmiah penuh dengan terminologi yang kadang-
kadang penafsirannya berbeda antara seorang ilmuwan dengan ilmuwan yang
lain.
Kadang-kadang bahkan terminologi yang kelihatannya seakan-akan
sudah jelas dan gamblang juga membutuhkan penjelasan seperti
“manajemen”, “efektivitas” dan “efisiensi”. Penjelasan ini di perlukan sebab
terdapat pengertian yang banyak sekali mengenai apa yang di maksud dengan
kata-kata itu. Kata manajemen umpama nya bisa ditafsirkan macam-macam
dari manajemen dalam pengertian yang luas sampai manajemen dalam
pengertian yang sempit. Maka pada tahap ini penjelesan terminologi
“manajemen”tersebut cukup terbatas apa yang diartikan dengan
“manajemen” itu saja.
Sekiranya penjelasan mengenai ini diberikan pada pembahasan
mengenai masalah maka komunikasi kita akan mengalami dua kerugian.
Pertama dengan terlalu banyaknya materi pembahasan maka informasi yang
berlebihan ini akan menimbulkan polusi, yang untuk selanjutnya, akan
menyebabkan prespektif mengenai masalah yang sedang dibahas itu sendiri
menjadi tidak jelas. Kedua terpisahnya sumber informasi pada saat informasi
itu diperlukan yang menyebabkan melemahnya argumentasi yang sedang di
susun. Kadang-kadang sumber informasi ini terpisah sedemikian rupa di
mana informasi yang diperlukan berada di tempat lain. Tentu saja komunikasi
seperti ini hanya jelas bagi penulis nya tetapi tidak jelas bagi pembaca yang
lain. Padahal komunikasi ilmiah di maksudkan untuk konsumsi pihak lain
tidak untuk di baca sendiri seperti sebuah buku harian.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa si
penerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe
yang disampaikan si pemberi pesan, seperti fotokopi atau sebuah afdruk foto.
Dalam komunikasi ilmiah tidak boleh terdapat penafsiran yang lain selain isi
yang dikandung oleh pesan tersebut. Komunikasi ilmiah harus
bersifat impersonal, dimana berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang
bisa berupa “aku”, “dia”, atau “Doktor Faust”, merupakan figur yang muncul
secara dominan dalam seluruh cerita, maka figur seperti itu harus hilang
dalam pernyataan ilmiah. Kata ganti perorangan menjadi hilang dan
ditempati oleh kata ganti universal yakni “ilmuwan” yang tidak di nyatakan
secara tersurat.
Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada
pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita. Pengetahuan
ilmiah tersebut kita pergunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai
dengan bentuk argumentasi yang di ajukan.

D. Teknik Notasi Ilmiah


Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup
beberapa hal. Pertama harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat
pernyataan tersebut. Kedua harus dapat kita identifikasikan media komunikasi
ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan apakah itu makalah, buku,
seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga harus dapat kita identifikasikan
lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat
berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Cara kita mencantumkan
ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita di sebut teknik notasi ilmiah. Pada
pokoknya seorang ilmuwan boleh memilih salah satu dari teknik notasi ilmiah
sekaligus sebab hal ini cuma akan menimbulkan kebingungan.
Buku ini memperlihatkan contoh teknik notasi ilmiah yang
mempergunakan catatan kaki (footnote). Sebelum kita melakukan pilihan
terhadap salah satu dari tekhnik ilmiah yang ada sebaliknya kita mengetahui
dasar-dasar pemikiran yang melandasi tekhnik tersebut. Hal ini penting kita
ketahui agar dengan demikian kita dapat memilih teknik notasi yang tepat dan
tentu saja juga dengan selera si penulis ilmiah. Dalam tekhnik notasi ilmiah
dengan mempergunakan catatan kaki, umpamanya, terdapat dua variasi.
Variasi yang pertama ialah bahwa catatan kaki itu ditaruh dalam halaman yang
sama(footnote) sedangkan dalam variasi kedua catatan kaki itu seluruhnya
dikelompokkan dan ditaruh pada akhir sebuah bab (endnote).
Fungsi pertama dari catatan kaki adalah sebagai sumber informasi dari
pernyataan ilmiah yang dipakai dalam tulisan kita. Informasi tersebut
mencakup nama pengarang, judul tulisan dan media yang memuat karangan
tersebut.Namun sebenarnya terdapat fungsi kedua dari catatan kaki yakni
sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil, yang sekira nya di letakkan dalam
tubuh utama laporan akan mengganggu kelancaran penulisan. Catatan
semacam ini dapat pula diletakan dalam catatan kaki,namun sekitarnya catatan
kaki yang mengandung keterangan yang bersifat memperkaya ini ditaruh
dihalaman belakang,kemungkinan besar keterangan tambahan ini tidak akan
terbaca.Dengan demikian bila tujuan catatan kaki itu juga dimaksudkan untuk
memberikan catatan kaki tambahan.Pada hakikatnya seorang ilmuan harus
mampu menyatakan pendapat orang lain dala bahasanya sendiri yang
mencirikan kepribadiannya .banyak kelihatannya tidak mencerminkan
kepribadian si penulisnya melainkan sekear koleksi pendapat orang
lain.Apalagi jika kutipan-kutipan tersebuttidak disusun menjadi satu kerangka
pemikiran yang utuh dan menyakinkan.
Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan dengan tujuan
untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu.Seseorang memungkin
membuat pernyataan yang sangat otentik yang bisa disalin ke dalam bentuk
pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya.Kutipan langsung
jumlahnya kurang dari empat baris ditaruh dalam tubuhtulisan dengan
mempergunakan tanda kutip.Untuk kutipan langsung yang terdiri dari empat
baris kalimat atau lebih maka keseluruhan kutipan tersebut dalam tempat
tersendiri.Dalam melaporkan hasil analisis statika maka harus dihindarkan
pernyataan-pernyataan numerik yang sebenarnya dalam dikemas dalam bentuk
tabel.Artinya tabel analisis statistika yang baik  memuat semua keterangan
dari faktor yang ada dalam tabel tersebut termasuk hasil akhir analisis.Dengan
cara seperti ini maka pernyataan verbal dalam karangan kita hanya memuat
proposisi dan bukan data mentah yang masih harus di olah. Karya ilmiah juga
bisa mempunyai keindahan estetik dengan disertai tabel-tabel yang canggih
dan “menjelaskan dirinya sendiri” serta grafik dan tampilan grafis lainnya
yang memperkaya pembahasan dan bukan malah sebaliknya, membuat
karangan menjadi semrawut dan acak-acakan. Perhitungan statistika yang
lengkap boleh saja marupakan bagian dari laporan penelitian asalkan ditaruh
dalam lampiran. Printout komputer tidak usah seluruhnya masuk lampiran
kecuali bagian yang dianggap penting. Pengolahan lewat komputer ini
sebaliknya di jadikan tabel seperti analisis statistika lainnya. Laporan
penelitian biasanya mempunyai ringkasan yang di tulis dalam bahasa inggris.
Dalam hal ini kita sebaiknya memperhatikan dua hal yakni, pertama bahasa
tersebut mempunyai tata bahasa khusus untuk komunikasi ilmiah yang di
sebut sebagai scientific grammar. Kedua bahasa inggris mempunyai sinonim
kata-kata yang kaya dan indah.
Dalam bagian ini akan dicoba untuk menguraikan hal-hal yang bersifat
pokok dari salah satu teknik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki.
Tidak semua aspek dari teknik notasi ilmiah tersebut akan dibahas di sini
melainkan bagian-bagian yang penting saja. Diharapkan dengan menguasai
aspek-aspek yang bersifat esensial maka seseorang akan mampu
mengkomunikasikan gagasannya secara ilmiah, atau paling tidak mamu
memahami sebuah karya ilmiah.
Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yang kita kutip dengan
mempergunakan angka arab yang naik diketik setengah spasi. Atau bisa juga
kita mempergunakan lambang tertentu dengan catatan bahwa lambang yang
sama dapat diulangi dalam halaman yang berbeda, namun lambang yang
berbeda harus dipergunakan untuk tiap catatan kaki dalam halaman yang
sama. Catatan kaki dengan mempergunakan angka diberi nomor mulai dari
angka satu sampai habis catatan kaki dalams satu bab. Untuk bab baru catatan
kaki dimulai lagi dengan angka 1 dan seterusnya. Satu kalimat mungkin terdiri
dari beberapa catatan kaki sekiranya kaliat tersebut trdiri dari beberapa
kutipan.Dalam keadaan seperti ini maka catatan kaki diletakkan di akhir
kalimat yang dikutip sebelum tanda baca penutup.Sedangkan satu kalimat
yang seluruhnya terdiri dari satu kutipan, tanda catatan kaki diletakkan
sesudah tanda baca penutup.

Contohnya:
Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat
diandalkan1 sedangakan Richter melihat ilmu sebagai sebuah metode 2 dan
Conant mengidentifikasikan ilmu sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari
pengamatan dan percobaan3.
Sekiranya kalimat diatas dijadikan menjadi tiga buah kalimat yang
masing-masing mengandung sebuah kutipan maka tanda catatan kaki ditulis
sesudah tanda baca penutup:

Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat


1 2
diandalkan.  sedangakan Richter melihat ilmu sebagai sebuah metode.  Pendapat
lain dikemukakan oleh Conant mengidentifikasikan ilmu sebagai serangkaian
konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan. 3

Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat


dalam catatan kaki sebagai berikut:

1) Harlod A. Larrabee, Reliable Knowledge (Boston; Houghton Miffin, 1964).


hlm 4.
2) Maurice N. Richter, Jr, Science as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman,
1972). hlm 15.
3) James B Conant, Science and Common Sense (New Haven: Yale University
Press, 1961). hlm 25.

Catatan kaki ditulis dalam satu spasi dan dimulai langsung dari
pinggir, atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik dari pinggir, asalkan
dilakukan secara konsisten.
Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap
sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama
pengarang pertama di tambah kata et al. (et all: dan lain-lain).

4) William S. Shakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy (Cambridge


Schkenkman, 1965).
5) Ralph M. Blake, Curt J. Ducasse and Edward H. Madden, Theories of
Scientific Method (Seattle: the University of Washington Press, 1966).
6) Sukarno et, al., Dasar-Dasar Pendidikan Science (Jakarta: Bhratara, 1973).

Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamannya


dengan singkatan p (pagina) atau hlm. (halaman). Sekiranya kutipan itu
disarikan dari beberapa halaman umpamanya dari halaman 1 sampai dengan 5
maka ditulis pp. 1-5 atauhlm. 1-5. Jika nama pengarangnya tidak ada maka
langsung saja dituliskan nama bukunya atau dituliskan Anom. (Anomymous) di
depan nama buku tersebut. Sebuah buku yang diterjemahkan harus ditulis baik
pengarang maupun terjemah buku tersebut sedangkan sebuah kumpulan
karangan cukup disebutkan nama editornya seperti contoh berikut:

7) Rencana Strategi Pendidikan dan Kebudayaan  (Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1976).
8)  E.F. Schumacher, Keluar dari Kemelut, Terjemahan Mochtar Pabotinggi
(Jakarta: ILP3ES, 1981).
9) James R. Newman (ed), What is Science? (New York: Simon and Schuster,
1955).

Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah, koran, kumpulan


karangan atau disampaikan dalam forum ilmiah ditulis dalam tanda kutip yang
disertai informasi mengenai makalah tersebut. Contohnya :

10) Karlina, “Sebuah Tanggapan: Hipotesis dan Setengah Ilmuan”, Kompas 12


Desember 1981, hlm 4.
11)  LiekWilardjo, “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, th. III No. 3 April
1979, hlm. 11-14.
12) M. Sastrapratedja, “Perkembangan Ilmu dan Teknologi dalam Kaitannya
dengan Agama dan Kebudayaan”, makalah disampaikan dalam Kogres Ilmu
pengetahuan Nasional (KIPNAS) III, LIPI, Jakarta, 15-19 September 1981.
13) B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam Ilmu-Ilmu Alam”, Ilmu dalam
Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri (Jakarta: Gramedia, 1978) hlm. 129-133.

Pengulangan kutipan denga sumber yang sama dilakukan dengan


memakai notai op. cit. (opera citato: dalam karya yang telah di kutip), loe. cit.
(loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid. (ibidem: dalam tempat
yang sama). Untuk pengulangan maka nama pengarang tidak ditulis lengkap
melainkan cukup nama familinya saja. Sekiranya pengulangan dilakukan
dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka dipergunakan notasi
ibid. Seperti contoh berikut:

14)  Ibid., hlm. 131.


Artinya kita mengulangi kutipan dari karangan B. Suprapto seperti
tercantum dalam catatan kaki nomor 13 meskipun dengan nomor halaman
yang berbeda. Sekiranya kita mengulang kutipan M. Sastrapratedja dalam
catatan kaki nomor 12 terhalang oleh karangan B. Suprapto maka kita tidak
menggunakan ibid. malainkan loc. cit. Seperti contoh dibawah ini:

15)  Sastrapratedja, loc. cit., hlm 136.

Ulangan halaman yang berbeda dan telah diselang oleh pengarang lain
ditulis dengan mempergunakan op cit.:

16)  Wilardjo, op. cit., hlm 12.

Sekiranya dalam kitipan kita dipergunakan seorang pengarang yang


menulis beberapa karangan maka untuk tidak membingungkan sebagai
pengganti loc. cit atau op. cit. dituliskan judul karangannya. Bila judul
karangan itu panjang maka dapat dilakukan penyingkatan selama itu mampu
menunjukan identifikasi judul karangan yang lengkap seperti:

17)  Larrabee, Reliable Knowledge, hlm 6.

Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah


dikutip dalam karangan yang lain. Untuk itu maka kedua sumber itu kita
tuliskan sebagai berikut:

18)  Robert K. Merton, “The Ambivalence of Scientist”, hlm. 77-79, di kutip


langsung (atau tiadak langsung) oleh Maurice N. Richter, Jr., Science as a
Cultural Process (Cambridge: Schenkman, 1972), hlm. 114.

Semua kutipan tersebut diatas, baik yang dikutip secara langsung


maupun tidak langsung, sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar
pustaka. Hal ini kita kecualikan untuk kutipan yang tidak kita dapatkan dari
sumber kedua sebagaimana tampak dalam catatan kaki nomor 18. Terdapat
perbedaan notasi bagi penulisan sumber dalam referensi pada catatan kaki dan
referensi daftar pustaka. Dalam catatan kaki maka nama pengarang dituliskan
lengkap dengan tidak mengalami perubahan apa-apa. Sedangakan dalam
daftar pustaka nama pengarang harus disusun berdasarkan abdjad huruf awal
nama familinya. Tujuan uatam dari catatan kaki adalah
mengidentifikasikan lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip. Di pihak
lain, tujuan utama dari daftar pustaka ialah mengidentifikasikan karya
ilmiah itu sendiri. Untuk itu maka dalam daftar pustaka tanda kurung yang
menbatasi penerbit dan domisili penerbit tersebut dihilangkan dan serta
demikian juga lokasi halaman. Dengan demikian catatan kaki (CT) nomor 1,
4, 5, 6, 9, 11, dan 13 bila dimasukakan dalam daftar pustaka (DP) berubah
sebagai berikut:

1)            CT    : Harold A. Larrabee, Reliable Knowledge (Boston: Houghton


Mifflin,  1964), hlm. 4.
DP    : Larrabee, Harold A. Reliable Knowledge. Boston: Houghton
Mifflin, 1964.

4)      CT    : William S. Sahakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of


Philosophy (Cambridge: Schenkman, 1965).
 DP    : Sahakian, William S., dan Sahakian, Mabel L. Realms
of Philosophy. Cambridge: Schenkman, 1965.

5)      CT    : Ralph M. Blake, Curt J. Ducasse dan Edward H.


Madden, Theories of Scientific Method (Seattle: The
University of Washington Press, 1966).
          DP    : Blake, Ralph M., Ducasse, Curt J., dan Edward H. Theories of
      Scientific Method. Seattle: The University of Washington
Press, 1966.

6)      CT    : Sukarno et. al., Dasar-dasar Pendidikan Science (Jakarta:


Bharata,1973).
DP    : Sukarno, et. al., Dasar-dasar Pendidikan Science. Jakarta:
Bharata, 1973.

9)      CT    : James R. Newman (ed). What is Science? (New York: Simond


and Schuster. 1955).
          DP    : Newman, James R. (ed), What is Science? New York: Simond
and Schuster. 1955.
10)    CT    : Liek Wilardjo, “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, Th.
III No. 3, April 1979, hlm. 11-14.
DP    : Wilardjo, Like. “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, Th.
III No. 3, April 1979, hlm. 11-14.

13)    CT    : B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam Ilmu-ilmu Alam”, Ilmu


         dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri (Jakarta:
Gramedia, 1978), hlm. 129-133.
         DP   : Suprapto, B. “Aturan Permainan dalam Ilmu-ilmu Alam”, Ilmu
        dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri, hlm. 129-133.
Jakarta: Gramedia, 1978.
Daftar pustaka itu kemudian diurut berdasarkan huruf pertama dari
nama family pengarang.
BAB III
PENUTUP

 Penelitian ilmiah yaitu suatu kegiatan yng dilakukan untuk mencari kembali
dan mengungkapkan fakta-fakta, dengan cara megumpulkan mengolah data
secara melakukan uji hipotesis sehingga memperoleh suatu fakta baru atau
menjadi sebuah kebenaran.
 Struktur peneltian ilmiah terdiri dari pengajuan masalah, penyusunan
kerangka teoritis, metodelogi penelitian, hasil penelitian, ringkasan dan
kesimpulan, abstrak, daftar pustaka, riwayat hidup, usulan penelitian, dan
laimmya.
 Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan dalam
membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam penulisan.
 Teknik notasi ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan harus mencakup
beberapa hal yaitu mengetahui orang yang membuat pernyataan tersebut,
dapat mengidentifikasi media komunikasi ilmiah, dan dapat mengidentifikasi
lembaga yang menerbitkan penelitian ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan maya. https://perpus-maya.blogspot.co.id/2015/06/suatu-penelitian-


harus-memenuhi.html
http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-penelitian-tujuan-sikap-
cara.html
http://man10jakarta.sch.id/langkah-langkah-dalam-penelitian-ilmiah/
Jujun S.Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaa Sinar Harapan
Drs. Anton Bakker, Drs. Achmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian
Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai