Anda di halaman 1dari 8

PENGOBATAN DIARE

Sebagian besar kasus diare dapat pulih dalam beberapa hari tanpa memerlukan
pengobatan. Penderita diare dapat menerapkan beberapa hal berikut ini di rumah
untuk meredakan gejalanya:

 Meningkatkan konsumsi cairan.

Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit adalah salah satu kunci penting dalam
penanganan diare. Hal ini juga diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Caranya adalah dengan mengonsumsi cairan sebanyak-banyaknya, bisa berupa air
putih, jus, atau kaldu. Pada anak-anak, pemberian oralit sangat disarankan. Pada
bayi yang masih menyusui, asupan ASI harus selalu terjaga.

 Mengonsumsi makanan yang tepat

Saat mengalami diare, penderita dianjurkan untuk mengonsumsi makanan lunak


selama beberapa hari. Selain itu, hindari juga makanan yang sarat lemak, serat,
atau bumbu. Jika kondisi usus sudah membaik, ganti ke makanan semi padat
dengan kadar serat yang ditingkatkan secara bertahap.

Jika upaya penangan diare secara mandiri belum berhasil, maka dokter dapat
memberi obat-obatan untuk mengatasinya. Dokter dapat meresepkan antibiotik jika
diare disebabkan oleh infeksi bakteri.

Di samping obat antibiotik, dokter juga dapat memberikan obat yang dapat
memperlambat gerakan usus, sehingga mengurangi diare yang parah. Contoh obat
tersebut adalah loperamide dan bismuth subsalicylate. Diskusikan kembali dengan
dokter mengenai manfaat dan risiko mengonsumsi obat anti diare.

Untuk obat pereda rasa sakit, meski tidak dapat mengobati diare, dokter akan
meresepkannya jika diare disertai demam dan nyeri. Contohnya adalah paracetamol
atau ibuprofen.

Untuk kasus diare yang berlangsung lama, misalnya akibat radang usus, dokter
perlu menangani penyakit tersebut terlebih dahulu. Setelah kondisi penyebabnya
tertangani, maka diare akan otomatis mereda.
Environmental Health
Kamis, 07 Januari 2016

EPIDEMIOLOGI KONSEP PENYAKIT DIARE


A.    Definisi Diare

Diare berasal dari kata diarrola (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus,
merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. (Smeltzer&
Barre,2002).       

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3
kali/hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi atau feses cair
(Smeltezer&Bare, 2002).

Diare merupakan pengeluaran feses yang sering berupa cairan abnormal dan encer.
Diare dapat digolongkan menjadi ringan sedang atau berat, akut atau kronis, meradang atau
tidak meradang. Gangguan ini merupakan manifestasi dari transportasi cairan dan elektrolit
yang abnormal(Muscari, 2005)

B. Gejala Penyakit Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai :

1.      Muntah

2.      Badan lesu atau lemah

3.      Panas

4.      Tidak nafsu makan

5.      Darah dan lendir dalam kotoran

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut
dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi.

C. Cara penularan 

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
D. Faktor Penyebab Diare

            Diare dapat dikatakan sebagai maslah pedriatrik sosial karena diare merupakan salah
satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang dimana adanya faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab
(agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008).

E.   Interaksi Host, Agent, dan Environment dalam Timbulnya Penyakit Diare

Analisis triad epidemiologi

1. Host

Faktor-faktor  yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah

a.     Daya tahan tubuh terhadap penyakit

Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh,apabila
daya tahan tubuh jelek dan host tidak memelihara personal hygiene yang baik maka virus
dengan mudah masuk dalam tubuh host.

b.      Umur

         Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok usia 21-40th (51,2%)
dan pada anak-anak (75%) jadi diare lebih sering menyerang pada anak-anak.

c.       Jenis kelamin

Jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar 86,8% dan
jumlamnya lebih banyak dari pada perempuan sekitar 21% di karenakan laki-laki kurang
bias memelihara personal hygiene yang baik.

d.      Adat kebiasaan

         Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka sangat mudah virus masuk
dalam tubuh.

2.     Agent

a.   Golongan biologi

Virus: retovirus, E.coli, Shigella dan salmonella, virus colerae

 b.  Golongan fisik

 Diare di sebabkan karena infeksi pada usus

3.     Lingkungan
a.   Lingkungan fisik

Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena diare .daerah
dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering terkena diare di karenakan
kurang pengetahuan.

 b.   Lingkungan non fisik

            Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adaptasi kebiasaan yang kurag
baik atau perilaku yang kurang baik dalam memelihara personal hygiene sangat
berpontensial terjadinya diare

c.    Linkungan biologis

Lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang kurang terjaga


kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat dengan mudah virus masuk dalam
tubuh apabila host tidak menjaga kebersihan. Virus dari diare dapat dibawa oleh human
reservoir.

    Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare merupakan
interaksi antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan
kuman penyebab diare berkembang dengan pesat. Perilaku host juga dapat menjadi
penyebab kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fecal oral.

F. Faktor Resiko Diare

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan diare antara lain:

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk bayi 0-6 bulan pertama

kehidupan bayi

b. Tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,

kurangnya sarana kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

c. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara

penyapihan yang tidak baik.

G.   RIWAYAT ALAMIAH DIARE

1.     Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun virus
diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi
melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya
tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tubuh
penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam tubuh

2.  Tahap Patogenesis

a.Tahap inkubasi

            Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam tubuh dengan
menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki usus virus
menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan memproduksi 
enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar  2-4hari,pasien sudah buang air bessar lebih
dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.

b. Tahap Penyakit Dini

- Kehilangan cairan 5% berat badan.

- Kesadaran baik (somnolen).

- Mata agak cekung.

- Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.

- Berak cair 1-2 kali perhari.

- Lemah dan haus.

- Ubun-ubun besar agak cekung.

3. Tahap Postpatogenesis

a. Tahap Penyakit Lanjut

- Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.

- Keadaan umum gelisah.

- Rasa haus (++)

- Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat.

- Mata cekung

- Turgor dan tonus otot agak berkurang.

- Ubun-ubun besar cekung.

- Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.

- Selaput lendir agak kering.


b. Tahap Akhir

- Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.

- Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis.

- Denyut nadi cepat sekali

- Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).

- Ubun-ubun besar cekung sekali.

- Mata cekung sekali.

- Turgor/tonus kurang sekali.

- Selaput lendir kurang/asidosis.

Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat sembuh sempurna
tetapi bila tahap ini tidak mendapat penanganan yang baik maka dapat mengancam
jiwa(kematian).

H.   MODEL EPIDEMIOLOGI

1.   Kemampuan agen untuk menginfeksi inang meningkat

Adanya mutasi pada virus sehingga meningkatkan agent, hal ini karena virus lebih banyak
berkembang biak di lingkungan,yang mengakibatkan daya tahan tubuh Host atau
manusianya menurun dan dapat terkenaa penyakit diare.

2.     Kepekaan inang terhadap agen meningkat

                                                              

Jumlah peningkatan kerentanan pada host (jumlah balita meningkat), hal ini karena balita
atau anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang belum kuat,sehingga rentan akan penyakit
atau agen yang ada di lingkungan. Khususnya pada penyakit diare karena penyakit ini
banyak menyerang bayi,balita maupun anak-anak.

3.   L ingkungan berubah sehingga agen penyakit menyebar di lingkungan

                                                  

Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, contohnya masih
banyak warga yang belum menggunakan jamban pribadi untuk melakukan buang air besar.
Kebanyakan masyarakat masih melakukan buang air besar di sungai dan di kebun. Setelah
melakukan buang air besar, terkadang mereka tidak mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih,sehingga menyebabkan agen penyakit menyebar di lingkungan.
I. TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE

1      Pencegahan Primer
            Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan
dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi.

2. Pencegahan Skunder

a. Tahap inkubasi

Pada tahap ini pasien dapat di beri :

1.Diberi orallit

2.Makanan harus di teruskan bakan di tingkatkan selama diare  untuk menhindari efek
buruk pada status gizi

3.Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi

b. Tahap penyakit dini

1. 3jam pertama berikan oralit sesuai dengan ketentuan.

2. Setelah 3-4jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian anak kemudian oilih
rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan:

a.   Bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur

b. Bila tanda menunjukan dehidrasi ringan atau sedang tawarkan makanan susu dan sari
buah,

c.  Bila tanda menunjukan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi cairan dan amati
dengan seksama anak.

d. Tahap akhir

      Biasanya pasien diamati kurang lebih 6jam setelah pemberian oralit terus berikan
antibiotic dan berikan caiarn intra vena. Pada tahap ini bila penanganan baik pasien bisa
sembuh sempurna.

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami


kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan
pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan
usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha
yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan. 

Anda mungkin juga menyukai