Sebagian besar kasus diare dapat pulih dalam beberapa hari tanpa memerlukan
pengobatan. Penderita diare dapat menerapkan beberapa hal berikut ini di rumah
untuk meredakan gejalanya:
Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit adalah salah satu kunci penting dalam
penanganan diare. Hal ini juga diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Caranya adalah dengan mengonsumsi cairan sebanyak-banyaknya, bisa berupa air
putih, jus, atau kaldu. Pada anak-anak, pemberian oralit sangat disarankan. Pada
bayi yang masih menyusui, asupan ASI harus selalu terjaga.
Jika upaya penangan diare secara mandiri belum berhasil, maka dokter dapat
memberi obat-obatan untuk mengatasinya. Dokter dapat meresepkan antibiotik jika
diare disebabkan oleh infeksi bakteri.
Di samping obat antibiotik, dokter juga dapat memberikan obat yang dapat
memperlambat gerakan usus, sehingga mengurangi diare yang parah. Contoh obat
tersebut adalah loperamide dan bismuth subsalicylate. Diskusikan kembali dengan
dokter mengenai manfaat dan risiko mengonsumsi obat anti diare.
Untuk obat pereda rasa sakit, meski tidak dapat mengobati diare, dokter akan
meresepkannya jika diare disertai demam dan nyeri. Contohnya adalah paracetamol
atau ibuprofen.
Untuk kasus diare yang berlangsung lama, misalnya akibat radang usus, dokter
perlu menangani penyakit tersebut terlebih dahulu. Setelah kondisi penyebabnya
tertangani, maka diare akan otomatis mereda.
Environmental Health
Kamis, 07 Januari 2016
Diare berasal dari kata diarrola (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus,
merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen. (Smeltzer&
Barre,2002).
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( lebih dari 3
kali/hari ), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi atau feses cair
(Smeltezer&Bare, 2002).
Diare merupakan pengeluaran feses yang sering berupa cairan abnormal dan encer.
Diare dapat digolongkan menjadi ringan sedang atau berat, akut atau kronis, meradang atau
tidak meradang. Gangguan ini merupakan manifestasi dari transportasi cairan dan elektrolit
yang abnormal(Muscari, 2005)
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai :
1. Muntah
3. Panas
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut
dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau
kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi.
C. Cara penularan
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila
tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.
D. Faktor Penyebab Diare
Diare dapat dikatakan sebagai maslah pedriatrik sosial karena diare merupakan salah
satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang dimana adanya faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab
(agent), penjamu (host), dan faktor lingkungan (environment) (Suharyono, 2008).
1. Host
Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh,apabila
daya tahan tubuh jelek dan host tidak memelihara personal hygiene yang baik maka virus
dengan mudah masuk dalam tubuh host.
b. Umur
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok usia 21-40th (51,2%)
dan pada anak-anak (75%) jadi diare lebih sering menyerang pada anak-anak.
Jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar 86,8% dan
jumlamnya lebih banyak dari pada perempuan sekitar 21% di karenakan laki-laki kurang
bias memelihara personal hygiene yang baik.
Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka sangat mudah virus masuk
dalam tubuh.
2. Agent
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena diare .daerah
dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering terkena diare di karenakan
kurang pengetahuan.
Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adaptasi kebiasaan yang kurag
baik atau perilaku yang kurang baik dalam memelihara personal hygiene sangat
berpontensial terjadinya diare
Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare merupakan
interaksi antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan
kuman penyebab diare berkembang dengan pesat. Perilaku host juga dapat menjadi
penyebab kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fecal oral.
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk bayi 0-6 bulan pertama
kehidupan bayi
1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun virus
diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran mikroorganisme in dapat terjadi
melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya
tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tubuh
penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam tubuh
a.Tahap inkubasi
Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam tubuh dengan
menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki usus virus
menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan memproduksi
enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-4hari,pasien sudah buang air bessar lebih
dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
3. Tahap Postpatogenesis
- Mata cekung
- Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.
Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat sembuh sempurna
tetapi bila tahap ini tidak mendapat penanganan yang baik maka dapat mengancam
jiwa(kematian).
H. MODEL EPIDEMIOLOGI
Adanya mutasi pada virus sehingga meningkatkan agent, hal ini karena virus lebih banyak
berkembang biak di lingkungan,yang mengakibatkan daya tahan tubuh Host atau
manusianya menurun dan dapat terkenaa penyakit diare.
Jumlah peningkatan kerentanan pada host (jumlah balita meningkat), hal ini karena balita
atau anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang belum kuat,sehingga rentan akan penyakit
atau agen yang ada di lingkungan. Khususnya pada penyakit diare karena penyakit ini
banyak menyerang bayi,balita maupun anak-anak.
Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, contohnya masih
banyak warga yang belum menggunakan jamban pribadi untuk melakukan buang air besar.
Kebanyakan masyarakat masih melakukan buang air besar di sungai dan di kebun. Setelah
melakukan buang air besar, terkadang mereka tidak mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih,sehingga menyebabkan agen penyakit menyebar di lingkungan.
I. TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE
1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan
dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi.
2. Pencegahan Skunder
a. Tahap inkubasi
1.Diberi orallit
2.Makanan harus di teruskan bakan di tingkatkan selama diare untuk menhindari efek
buruk pada status gizi
3.Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2. Setelah 3-4jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian anak kemudian oilih
rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan:
a. Bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
b. Bila tanda menunjukan dehidrasi ringan atau sedang tawarkan makanan susu dan sari
buah,
c. Bila tanda menunjukan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi cairan dan amati
dengan seksama anak.
d. Tahap akhir
Biasanya pasien diamati kurang lebih 6jam setelah pemberian oralit terus berikan
antibiotic dan berikan caiarn intra vena. Pada tahap ini bila penanganan baik pasien bisa
sembuh sempurna.
3. Pencegahan Tertier