Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PAPARAN KASUS DAN PERMASALAHAN

A. PAPARAN KASUS

Bermula saat Butet Kertaredjasa bersama dengan enam nasabah Bank BRI Syariah di
Yogyakarta mengikuti gadai emas di Bank BRI Syariah pada bulan Agustus 201. Pada awalnya
Butet Kertaredjasa dan nasabah lainnya tertarik dengan promosi produk investasi berupa gadai
emas syariah yang dilaksakan dengan akad pinjaman dana (qard) dan sewa-menyewa (ijarah).
Nasabah yang mengikuti program investasi gadai emas syariah termasuk Butet Kertaredjasa
meneken Sertifikat Gasai Syariah (SGS) dengan jangka waktu 120 hari. Berdasarkan keterangan
brosur program investasi gadai emas syariah akad dapat diperpanjang dengan membaut akad
kembali terhitung sejak penandatanganan akta perjanjian.

Total emas yang digadaikan seberat 4,89 kilogram dengan nilai lebih dari 2.5 Miliar
Rupiah. Pada saat transaksi dibuat harga emas sedang tinggi mencapai Rp 500.000,- sampai
dengan Rp 505.000,- per gram. Butet Kertaredjasa menyetor dana sebesar 10% dari total harga
emas, sisanya diangsur 3 tahun dan wajib dibayarkan tiap empat bulan, pembayarannya
autodebet. Butet Kertaredjasa pun harus membayar biaya titip (ujroh) karena emasnya disimpan
di brankas BRI Syariah hingga kontraknya berakhir, biaya titip emas tidak disebutkan jumlahnya
namun diketahui bahwa biayanya tidak mahal.

Masalah muncul pada bulan Desember 2011, ketika Butet Kertaredjasa ingin mengangsur
beliau tidak menemukan transaksi debet di rekeningnya. Berdasarkan perjanjian pihak bank
seharusnya mendebet rekening milik Butet Kertaredjasa senilai angsuran yang telah disepakati.
Setelah mengkonfirmasi Butet Kertaredjasa baru mengetahui bahwa kontrak gadai emas syariah
miliknya tidak dapat dilanjutkan dengan alasan bahwa Pihak Bank BRI Syriah tidak dapat
melakukan debit pada rekening Butet Kertaredjasa karena Bank Indonesia yang bekedudukan
sebagai regulator sedang mengatur ulang bisnis di sector emas dan produk turunanya dengan
adanya surat edaran Bank Indonesia Nomor 14/7/DPBS tentang pengawasan produk Qardh
beragun emas di Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Menjelang akhir tahun lalu Bank
Indonesia sedang gencar membenahi bisnis gadai emas dan produk turunannya ini namun
ditegaskan pula oleh Bank Indonesia bahwa kontrak yang sudah ada tetap harus dijalankan
hingga tuntas sekalipun jangka waktu kontraknya cukup lama diketahui bahwa ada masa transisi
untuk membenahinya secara perlahan.

Atas kasus ini Bank BRI Syriah memberikan penawaran yakni dengan menjual emas,
namun pada saat saran ini diberikan harga emas sedang turun, menurut perhitungan pihak Bank
BRI Syriah hasil penjualan emas milik Butet Kertaredjasa tidak cukup untuk menutup seluruh
kewajibannya. Selain dana 10% yang di bayarkan di awal hilang, Butet Kertaredjasa pun harus
membayar kekurangannya. Bank BRI Syriah akhirnya pada tanggal 18 Agustus 2012 menjual
emas milik Butet Kertaredjasa secara sepihak dengan harga Rp 489.000 per gram atau sekitar 2,5
Miliar Rupiah, berdasarkan perhitungan yang dilaksanakan oleh pihak Bank BRI Syriah Butet
Kertaredjasa masih harus membayar kekurangannya sejumlah Rp 40,9 juta rupiah.

Selanjutnya Butet Kartaradjasa dan 6 (enam) nasabah lain mengajukan gugatan kepada
PT. Bank BRI Syariah di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas perbuatan melawan hukum terkait
gadai emas, penggugat menilai bahwa tindakan yang dilakukan oleh Bank BRI Syriah yang
memaksa memberikan saran untuk menjual emas yang dijaminkan atau opsi lain yakni dengan
melunasi pinjaman pokok dianggap merugikan nasabah. Penggungat juga berpendapat bahwa
penjualan tanpa mekanisme lelang ini bertentangan dengan prinsip syariah dan kepatutan dan
mereka yang berkedudukan sebagai konsumen merasa dirugikan dengan tidak memberikan
informasi yang benar dan jujur perihal kondisi dan barang jaminan

B. PERMASALAHAN
1.

Anda mungkin juga menyukai