Anda di halaman 1dari 25

KENTANG

Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, yang berumur pendek dan berbentuk
perdu atau semak yang hanya satu kali berproduksi dan setelah di memproduksi kentang
tamanan kentang akan langsung mati. Diketahui bahwa umur dari tanaman kentang antara 90-
180 hari. Di tanah indonesia ini dikenal beberapa jenis kentang yang cukup sering ditaman yakni
kentang kuning variets Granola, Atlantis, Cipanas, dan Segunung. Kandungan gizi dari kentang
pun cukup tinggi yakni kentang merupakan sumber karbohidrat yang dijadikan sebagai manakan
pokok pengganti nasi di wilayah negara-negara Amerika dan Eropa, dalam 100 gram kentang
terkandung 347 kalori, 0.3 gram protein, 0.1 gram lemak, 85,6 gram karbohidrat, 20 gram
kalsium, 30 mg fosfor, 0.5 mg zat besi, dan 0.04 mg vitamin B.

Di wilayah Indonesia kentang umumnya dibudidayakan di dataran tinggi, namun atas


dasar untuk melindungi lahan dataran tinggi dari erosi dan dapat menurunkan produktifitas
tanah maka kini terdapat perluasan penanaman kentang di daerah medium sebagai langkah
alternative upaya untuk melestarikan lingkungan. Beberapa wilayah di indonesia yang berpotensi
sebagai sentra dari produksi kentang meliputi wilayah Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Bali), wilayah Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Sumatera Selatan), wilayah Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi tengah dan
Sulawsi Barat) dan Indonesia bagian timur (Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan
Papua. Sentra wilayah yang memproduksi kentang di Indonesia pertama diisi oleh wilayah Jawa
Barat disusul oleh Sumatera Utara dan Jawa Tengah yang rata-rata menyumbang produksi
kentang sampai dengan 75% dari total areal panen dan 80% dari produksi setiap tahunnya.

Produksi kentang Indonesia tahun 2017 mencapai 1,16 juta ton. Sebesar 83,03 % dari
produksi nasional terdistribusi di lima provinsi. Persentase di Provinsi Jawa Barat sebesar 23,8%,
Jawa Tengah sebesar 23,4%, Jawa Timur sebesar 20,71%, Sumatera Utara sebesar 8,32%, dan
Jambi sebesar 7,06%. Produktivitas kentang tahun 2017 di provinsi potensi tersebut berkisar
antara 15,67 ton/ha sampai dengan 21,94 ton/ha.

PRODUKSI KENTANG 2017

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%

JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR


SUMATERA UTARA JAMBI

Pola produksi kentang sejak tahun 2011 hingga 2014 terus mengalami kenaikan. Namun,
pada tahun 2015 hingga 2017 produksi kentang terus menerus mengalami penurunan. Penurunan
produksi kentang tahun 2017 mencapai 3,98 persen dibandingkan tahun 2016. Berikut tabel
produksi sayuran semusim yang produksinya terbesar di tahun 2011-2017 dalam satuan ton :
Ekspor kentang berada di urutan ketiga dari tanaman musiman yang di ekspor ke luar
negeri yakni dengan jumlah berat bersih mencapai 0.86 ribu ton dan nilai ekspor 0,98 juta US $.
Berat bersih dan nilai ekspor sayuran semusim yang diekspor menurut kode Harmonized System
(HS) tahun 2017

Gambar 1. Ekspor produksi sayuran semusim Indonesia tahun 2017

Berikut data luas panen, produksi dan hasik per hektar kentang tahun 2017
Usaha dalam budidaya kentang ini merupakan usaha yang digolongkan sebagai usaha
mikro dan kecil, hal ini dilihat berdasarkan bentuk luas lahan yang digarap yang hanya sekitar
0.5 hektar hingga 5 hektar. Perbedaan dari usaha kentang ini dilihat berdasarkan jenis dari
kentangnya itu sendiri yakni :

1. Kentang Industri (Varietas Atlantik)


2. Kentang Konsumsi (Varietas Granola) atau penangkaran benih kentang

Indonesia menargetkan pada tahun 2020 untuk tercapainya swasembada kentang variets
atlantik untuk memenuhi kebutuhan industry kentang olahan dalam negeri, untuk melancarkan
usaha ini Saghara Agri yakni perusahaan yang bergerak di bidang pertanian khususnya produsen
benih kentang mengadakan acara untuk membahas isu ini yang dihadiri pula oleh PT. Intiboga
Pusaka Nusantara sebagai mitra pengadaan benih kentang, sebagai bentuk konkrit dari ektor
swasta untuk membantu menciptakan swasembada kantang untuk kebutuhan dalam negeri PT.
Pasific Food Indonsia selaku produsen makanan ringan berbahan dasar kentang akan
berkomitmen untuk menyerap kentang medians dengan kontrak pembelian sebanyak 100 ton per
bulannya dari produksi yang dihasilkan oleh petani

Di Jawa Barat sentra produksi kentang yang besar memproduksi kentang berada di
wilayah Pangalengan dan Garut.

Pada periode tahun 2000-2014 Badan Penelitian sayuran telah melepas sebanyak 21
Varietas Unggul Baru. Varietas median telah dilisensikan kepada PT. Papandayan Cikuray Farm
Cikajang, Garut sejak tahun 2013. CIikajang telah melakukan budidaya kentang industry
menggunakan kentang varietas medians, yang mana hasil produksinya sebagian dijual mentah ke
industry pengolahan kentang dan sebagian lainnya diolah sendiri menjadi keripik kentang yang
dipasarkan sendiri. Terdapat mesin yang digunakan untuk memproses keripik kentang namun
lagi-lagi hal ini masih yterkendala karena belum terbiasanya masyarakat dalam pengoprasian
mesin dan belum adanya produksi yang terus-menerus karena lemahnya pemasaran produk
olahan terkait. Di wilayah Garut daerah yang menjadi penghasil produksi kentang tertinggi yakni
daerah Cigedug, petani kentang disana dibantu oleh jajaran dosen Fakultas Pertanian Universitas
Garut dengan diberikan informasi seperti tentang penangkaran dan penggunaan benih kentang
berkualitas agar hasil produksi meningkat.

Di wilayah ini telah dibangun pula screen house dan ruang aklimatisasi skala
labolatorium dengan teknologi yang sederhana yang diharapkan dengan adanya ruangan ini para
petani wilayah sekitar dapat menghasilkan benih kentang yang berkualitas minimal untuk
memenuhi kebutuhan benih tiap pelaku usahanya sendiri, dan diharapkan pula dapat menyokong
kebutuhan benih baik yang ada di wilayah ini dan sampai ke luar wilayah. Selain aspek produksi,
dijelaskan pula mengenai aspek manajemen usaha kentang, analisis ekonomi dan aspek
penanganan pascapanen kentang, hal ini penting untuk mengembangkan sector kentang sehingga
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, sehingga petani tidak akan menggantungkan harga
kentangnya hanya kepada pasar saja namun mereka harus memiliki bargaining teori pula.

Berikut data tabel produksi kentang wilayah Garut1


1
Data Badan Pusat Ststistik 2013-2017
Wilayah Produksi Sayuran (Ton)
Kentang
Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
Kabupaten 16107 14201 16282 17864 18290
Garut 3 6 7 2 0
Cisewu 20 0 0 0 0
Caringin 0 0 0 0 0
Talegong 1142 657 684 274 114
Bungbulang 0 0 0 0 0
Mekarmukti 0 0 0 0 0
Pamulihan 3964 4899 3288 3469 5894
Pekenjeng 0 0 0 0 0
Cikelet 0 0 0 0 0
Pameungpeuk 0 0 0 0 0
Cibalong 0 0 0 0 0
Cisompet 0 0 0 0 0
Peundeuy 0 0 0 0 0
Singajaya 0 0 0 0 0
Cihurip 0 0 0 0 0
Cikajang 35435 31247 28371 27439 27904
Banjarwangi 2694 3093 3801 3572 3530
Cilawu 4737 3204 4894 4671 4393
Bayongbong 8083 5149 5452 5247 4563
Cigedug 20184 20556 16346 17104 16694
Cisurupan 21092 18211 27931 29594 27214
Sukaresmi 8830 9336 13029 21348 25374
Samarang 7871 6369 3858 3668 2893
Pasirwangi 25886 19245 39533 45807 51529
Tarogong
0 0 0 0 0
Kidul
Tarogong
0 0 0 0 0
Kaler
Garut Kota 0 0 0 0 0
Karangpawita
589 457 529 622 831
n
Wanaraja 1596 1233 1369 1192 927
Sucinaraja 5148 5413 5678 5434 5510
Pangatikan 8983 9071 4765 5889 3822
Sukawening 0 960 0 0 23
Karangtengah 112 92 161 456 347
Banyuresmi 0 68 0 0 0
Leles 3033 1774 3138 2856 1337
Leuwigoong 1473 980 0 0 0
Cibatu 0 0 0 0 0
Kersamanah 0 0 0 0 0
Cibiuk 201 0 0 0 0
Kadungora 0 0 0 0 0
Blubur
0 0 0 0 0
Limbangan
Selaawi 0 0 0 0 0
Malangbong 0 0 0 0 0

Selanjutnya Pangalengan merupakan salah satu sentra produksi kentang di Indonesia


yang mana terdapat 12 desa dengan sekitar 17.000 petani kentang edngan luas lahan garapan
3.800 hektar pada tahun 2010. Keseluruhan petani kentang tersebut tegabung dalam 13 Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani), dimana 11 Gapoktan berpengalaman mengelola bantuan PUAP
(Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dari Kementerian Pertanian. Meskipun ada petani
yang sudah memiliki kelompok taninya masing-masing namun terdapat pula para petani yang
menanam kentang secara individu saja yang mana hal ini artinya adalah bahwa fungsi dari
adanya kelompok tani ini belum dijalankan secara maksimal. Sentra produksi kentang di
Pangalengan diketahui berada di ketinggian 1.200-1.700 mdpl, suhu berkisar antara 11-27 derajat
celcius dengan curah hujan 2.555 mm/ tahun. Kemiringan lahan tanam yakni 8-45 derajat. Tanah
yang cocok untuk membudidayakan kentang yakni tanah jenis andosol yang berwarna coklat
kehitaman yang mana tanah ini mengandung bahan organic yang sangat tinggi yang menjadikan
tanah ini subur , teksturnya lempung berpasir dengan perbandingan fraksi pasir, debu dan liat
sebesar 3:1:2, yang mana tahan andosol ini pun memiliki Ph 5,0-6,5.

Pelaku usaha kentang :

1. CV. Hikmah Selaras yang memiliki brand produk Hikmah Farm yang mana
perusahaan ini bergerak di bidang pertanian dan mengusahakan tanaman holtikultura
khususnya kentang sebagai bisnis utamanya, selain kentang perusahaan ini pun
mengembangkan kubis, jagung dan wortel sebagai tanaman penyela kentang atau
tanaman rotasi. Musim menanam kentang dalam satu tahun dapat terjadi 3 kali musim
menanam kentang, satu musim kentang berlangsung sekitar empat bulan atau sekitar
150 hari. Usaha ini pun ikut membantu masyarakat sekitar, dikehtahui bahwa usaha
ini tidak dijalankan seorang diri namu dibantu oleh tenaga kerja harian dengan total
per herktarnya membutuhkan 627 HOK (Hari Orang Kerja). Lahan yang digunakan
untuk menanamnya pun merupakan lahan yang dimiliki sendiri, sebagian besar
pengusaha yang cukup bersar menyewa lahan lain yang tidak ditanami pada musim
sebelumnya
2. Selain itu terdapat juga Gapoktan Anugrah yang merupakan gabungan dari 10
kelompok tani di wilayah Pangalengan dengan anggota mencapai 400 orang petani
kentang jenis Atlantik, keanggotaan ini Gapoktan tidak dibatasi oleh batas
administrative desa namun mencakupdesa lain yang petani kentangnya menanam
kentang Atlantik. Para petani ini yakni adalah sebagai mitra usaha dari PT. Indofood
Fritolay Makmur. Adanya kemitraan antara petani dengan PT. Indofood Fritolay
Makmur membantu memudahkan petani kentang untuk memasarkan produknya,
pemasaran kentang dilakukan melaui Gapoktan Anugrah. Berdasarkan data hasil
panen dari wilayah Pangalengan yang dikirim me pabrik PT. Indofood Fritolay
Makmur di wilayah Tanggerang mencapai rata-rata 12 truk setiap harinya, masing-
masing 8 ton kentang. Jumlah yang besar tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
kapasitas pabrik yang mana sebesar 120 ton per hari nya.
3. Saghara Agri
Saghara Agri merupakan perusahaan yang melakukan usaha di bidang pertanian yang
khususnya yakni benih kentang, perusahaan ini memasarkan produknya di internet
yakni di tokopedia , dan website resminya yakni https://saghara-agri.business.site/
selaln itu dicantumkan pula nomor telefon untuk dapat dihubungi yakni
082216289788 dan berikut beberapa foto tempat usaha ini menjalankan usaha
produksi benih kentang :
Gambar 1.
4. PT. Pasific Food Indonsia
PT. Pasific Food Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan
dan minuman. Khususnya makanan ringan yang berbahan dasar kentang. Perusahaan
ini sendiri terletak di Kawasan Industri Manis, Kota Tangerang, Banten. Perusahaan
ini menggunakan kentang atlantik, Dakota pearl, serta kentang Hermes yang di petik
dengan cermat sehingga menghasilkan kentang-kentang yang bagus untuk di
produksi. Setelah dipetik dari perkebunan kentang-kentang tersebut tidak langsung di
bersihkan dan diproduksi tapi kentang-kentang tersebut harus melewati seleksi untuk
mendapatkan kentang yang terbaik, tidak aka nada kentang busuk, kulit rusak, serta
tekstur yang buruk. Terkesan membosankan namun hal tersebut dilakukan akan
mendapatkan keripik kentang yang lezat bagi produk-produknya. Kemudian kentang-
kentang tersebut direndam didalam air untuk dibersihkan sisa-sisa serpihan tanahnya
dan di cuci, dikupas sampai sangat bersih sampai akhirnya dipotong tipis. Dalam
proses pemotongannya pisau yg digunakan ini diganti setiap dua sampai tiga jam
untuk menjaga ketipisan kentang saat di potong. Lalu, kentang di goreng didalam
minyak dengan panas 18oC yang digoreng dengan menggunakan minyak sayur.
Kemudian diberi perisa dan dipasarkan. Perusahaan ini memasarkan produk hasil
olahan kentang tersebut ke beberapa supermarket yang ada di seluruh wilayah
Indonesia. berikut beberapa foto hasil produksi dari perusahaan yang menggunakan
bahan dasar kentang ini:
Gambar 1.

5. PT. Indofood Fritolay Makmur


PT. Indofood Fritolay Makmur adalah perusahaan snack serta beberapa makanan
lainnya. Perusahaan mengeluarkan berbagai macam merek snack yg diolah dari
kentang diantaranya seperti chitato, dan lays. Perusahaan ini memasarkan beberapa
produknya ke supermarket-supermarket di seluruh wilayah Indonesia. Berikut
beberapa hasil produksi dari perusahaan ini:
Gambar 1.
Jenis kentang :

1. Kentang Atlantik
Umur optimal panen Kentang Alantik adalah 3 bulan, namun dapat pula di panen saat
berumur 2 bulan tetapi kualitas hasilnya lebih rendah. Mengenai harga benih dari kentang
atlantik tergolong cukup tinggi yakn Rp 12.500,- per kilogram. Petani kentang bisanya
menyiasatinya dengan sistem “kodok” yakni setelah kentang tumbuh, umbi bibit diambil
lalu ditanam lagi dan cara ini bisa sampai 3 ulangan. Sebagian besar petani altantik
sangat terbuka dengan teknologi yang ada dan antara satu petani dengan petani yang lain
saling berbagi pengalaman dan keerhasilan, intinya informasi cukup transparan. Usaha
kentang altantik ini lebih mudah jika dibandingkan dengan usaha kentang sayur atau
kentang varietas granola karena terdapat kemitraan yang dapat dijalin dengan industry
pengolahan kentang misalnya
2. Kentang granola, kentang varietas ini yang dugunakan sebagai kentang sayur, yang mana
biasanya pembiayaan penanaman benihnya apabila lewat kredit bank biasanya dengan
pembiayaan bai mubarahah yang digunakan untuk pembelian benih kentang

Kemitraan :

Dalam hal usaha budidaya sector kentang sangat diperlukan adanya kerjasama kemitraan dengan
industry sebagai penampung produksi sekaligus sebagai off-taker, hal ini karena kentang jenis
industry saja yan diperlukan,kentang industry ini tidak bisa dijual sebagai kentang sayur karena
harganya tentu tidak akan sesuai dengan biaya produksi. Maka bentuk dari kerjasama kemitraan
ini diharapkan untuk saling menguntungkan, selain saling menguntungkan pun harus bersifat
saling membutuhkan ini perlu terus dikembangkan

1. Dengan PT. Indofood Fritolay Makmur untuk memperlancar kemitraan yang melibatkan
urusan dengan ratusan petani, PT. Indofood Fritolay Makmur dan pihak dari Gapoktan
menunjuk ketua kelompok tani sebagai coordinator. Pembentukan kelompok tani tersebut
muncul dari inisiatif petani dan PT. Indofood Fritolay Makmur sebagi perusahaan yang
bermitra secara terang-terangan menghendaki petani bergabung dalam kelompok jika
ingin melakukan kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur. Pola kemitraan yang
dilaksanakan oleh pelaku usaha ini yakni dengan pembinaan dan kredit bibit antara PT.
Indofood Fritolay Makmur dengan para petani atau kelompok tani kentang atlantik telah
dikembangkan di beberapa wilayah Indonesia di wilayah Garut yakni di daerah Cikajang,
Cisoreupan, Bayongbong, dan satu wilayah diantara banyak wilayah lainnya adalah
Bandung yang berada di daerah Pangalengan, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Pola
kemitraan yang dilaksanakan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur dilaksnakan tertutup
antara para kelompok tani dengan PT. Indofood Fritolay Makmur, yang mana artinya
hanya petani yang menerima bibit dari perusahaan tersebut yang ditampung hasulnya
dengan kontrak saat penanaman sebesar Rp 4.950,- per kilogram. PT. Indofood Fritolay
Makmur belum melakukan pemberian benih kepada kelompok tani yang belum menjalin
kemitraan dengannya, karena hal ini tidak didasari atas kontrak, adanya pembiayaan dari
PT. Indofood Fritolay Makmur berupa benih kentang yang diberikan ini adalah karena
adanya jaminan terlebih dahulu para petani tersebut dengan mengikuti gapoktan dan
bermitra.
Gambar 1.4 Pola kemitraan budidaya usaha kentang

Berdasarkan gambar, pola kemitraan di atas menunjukan bahwa terdapat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihaknya yang tertuang dalam
perjanjian kemitraan terkait. PT. Indofood Fritolay Makmur disatu sisi berkewajiban
untuk menyediakan benih untuk ditaman oleh petani dan membayar jasa petani menanam
kentang tersebut saat musim panen datang, dan petani setelah diberikan benih harus
menjual hasil panennya kepada PT. Indofood Fritolay Makmur dengan harga yang sudah
ditentukan terlebih dahulu, apabila petani yang bermitra dengan PT. Indofood Fritolay
Makmur menjual hasi panennya kepada industry lain maka petani tersebut akan
mendapatkan sanksi. Situasi semacam ini akan terjadi saat harga jual kentang granola
lebih tinggi disbanding dengan kentang atlantik.
Kemitraan terjadin berdasarkan asas saling percaya, melalui kemitraan tanpa kontrak ini
petani mendapatkan kemudahan dari sector permodalan dan pasar yang akan dituju.
Teknisnya petani yang melaksanakan kemitraan akan diberikan benihlalu akan dibayar
saat sudah panen, sedangkan mengenai modal kerja lainnya (non benih) dapat
mengajukan ke Bank Perkreditan Rakyat Syariah “Amanah Rabaniah” di Banjaran,
Kabupaten Bandung, adanya kemitaan dengan Gapoktan dan PT. Indofood Fritolay
Makmur merupakan pertimbangan bagi BPRS tersebut untuk terlibat dalam pembiayaan
pertanian. Pinjaman yang dilakuakan tergantung melihat kepada kebutuhan yang
doperlukan petani. Jenis dari pembiayaan oleh BPRS yang dapat diberikan yakni :
1) Hiwalah/ anjak piutang, hiwalah dilaksanakan apabila petani yang sudah panen ingin
memdapatkan uang tunai, namuan PT. Indofood Fritolay Makmur baru akan
mencairkan pembayaran melalui gapoktan setelah 12 hari
2) Musyarakah/ pembiayaan bersama, pembiayaan ini terdapat jangwa waktu akad
pembiayaan yakni 4 bulan, biaya panen kentang misalnya dalam dsatu hari
membutuhkan modal Rp 40 juta, pembiayaan oleh bank dilakukan sebagian dan
sebagian lagi oleh petaninya sendiri dan saat panen nanti keuntungan dari hari hasil
panen akan dibagi menjadi sesuai persentase modal awal.
3) Bai mubarahah, sering dijadikan untuk memberi modal para petani kentang granola

Pembayaran dari gapoktan kepada petani kentang dapat dilaksanakan dengan beberapa cara
diantaranya :

1. Dibayarkan 12 hari setelah panen


2. Dibayar tunai saat ditimbang
3. Dibayarkan sebelum panan (pinjang uang, misalnya 1 bulan sebelum panen)

Pola pembiayaan usaha kentang :

Pembiayaan usaha kentang biasanya berasal dari :

1. Modal sendiri
2. Kredit bank
3. Lembaga lain nin bank dengan menaknisme pencairan dana dan pembayaran kredit
melalui bank
Pola pembiayaannya :

Pola pembiayaan ini berbeda-beda biasanya dilihat dari skala ushanya misalkan berdasarkan luas
tanah yang dikelola. Biasanya awalnya petani menggunakan seluruhnya dari modal sendiri lalau
selanjutnya apabila usaha sudah mulai membesar namun modal masih kurang mereka melakukan
kredit bank/non bank. Dalam perkembangannya, beberapa pelaku usaha kentang mendapatkan
kredit dari bank, kemitraan dan bantuan program dari dinas terkait. Misalnya beberapa bank
yang memberikan kredit untuk usaha kentang yakni BRI, BNI dan Bank Mandiri, sedangkan
kredit yang berasal dari modal pemerintah diantaranya KUR, PUAP, dan Dana Bergulir maupun
dana program Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. Selain itu pola bantuan kredit benih oleh
mitra usaha juga merupakan bentuk lain dari pola pembiayaan bididaya kentang khususnya
kentang industry

Permasalahan :

1. Petani yang sering menjadi pihak yang lemah posisi taarnya, khususnya pada saat
produksi kentang saat musim panen besar, hal ini solusinya yakni mengenai jadwal tanam
kentang harus disesuaikan dengan kebutuhan indutsri olahan kentang harus dilakukan
secara baik sehingga tidak akan terjadi lonjakan produksi yang akan mengakibatkan tidak
stabilnya harga kentang

Alur Rantai Pasok Komoditas Kentang

Pertama
Petani menjual hasil produksi kentang ke pedagang pengumpul, di tingkat pengumpul
kentang disortir berdasaekan kualitas dan kuantitas sehingga mendapatkan nilai tambah,
selanjutnya dijual ke distributor, ditingkat distributor kentang ditimbang berdasarkan pesanan
dan di kemas agar kentang tidak mengalami kerusakan selama perjalanan menuju pasar induk,
setelah di pasar induk kentang dijual ke pengecer dengan harga yang bervariasi berdasarkan
kualitas dan kuantitas, di pengecer konsumen baru dapat membei kentang dengan haga yang
bervariasi berdasarkan kualitas dan kuantitas.
Kedua
Petani dapat menjual kentang langsung menuju distributor, biasanya distributor bermitra
dengan petani dengan mengadakan perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak, setelah
sampai di distributor kentang ditimbang dan dikemas agar kentang tidak mengalami kerusakan
selama perjalanan menuju pasar induk, setelah di pasar induk kentang kembali dijual ke pengecer
dengan harga yang bervariasi berdasarjan kualitas dan kuantitas, di pengecer konsumen baru
dapat membeli kentang dengan harga yang bervariasi pula berdasarkan kualitas dan kuantitas.
Ketiga
Petani sebagai penyedia bahan baku menjual kentang ke pengumpul, pengumpul
menyortir berdasarkan kualitas dan kuantitas, pada alur rantai pasok ini pengumpul bermitra
dengan industri makanan, di industri makanan kentang dijadikan berbagai jenis makanan olahan
yang dapat menghasilkan nilai tambah yang sangat tinggi, dari industri ini konsumen dapat
membeli berbagai jenis kentang olahan.
Keempat
Petani sebagai penyedia bahan baku makanan langsung menjual kentang ke industri
makanan. Industri makanan menjadikan kentang dijadikan berbagai jenis makanan olahan yang
dapat menghasilkan nilai tambah yang sangat tinggi, kemudian hasil olahan kentang dijual ke
pengecer dengan harga yang bervariasi berdasarkan jenis olahan kentang, dipengecer konsumen
baru dapat membeli olahan kentang dengan harga yang bervariasi pula.
Kelima
Petani sebagai penyedia bahan baku menjual kentang ke pengumpul, ditingkat
pengumpul kentang disortir berdasarkan kualitas dan kuantitas sehingga mendapatkan nilai
tambah, kemudian dijual kembali ke distributor, ditingkat ini distributor bermitra dengan industri
makanan, kentang ditimbang dan dikemas berdasarkan pesanan agar kentang tidak mengalami
kerusakan selama perjalanan menuju industri makanan, di industri makanan kentang dijadikan
berbagai jenis makanan olahan yang dapat menghasilkan nilai tambah uan sangat tinggi,
kemudian hasil olahan kentang, di pengecer konsumen baru dapat membeli olahan kentang
dengan harga yang bervariasi pula.
Keenam
Petani sebagai penyedia bahan baku menjual kentang langsung ke pengecer di daerah
setempat. Hal ini dilakukan karena kentang sudah mulai rusak, oleh karena itu petani
memutuskan untuk langsung menjual ke pengecer dengan harga yanga sangat rendah, di
pengecer konsumen baru dapat membeli kentang dengan harga yang rendah berdasarkan kualitas
yang kurang baik.
Lebih lengkapnya alur rantai pasok komoditas kentang dapat dilihat pada Gambar :

IV Petani/Produsen

I II
Pedagang Pengumpul

III (Bandar)

Pedagang Besar

(Distributor)
V

Pasar Induk
VI

Industri Makanan Pengecer

Konsumen

Keterangan (Batasan Alur Rantai Pasok yang di Teliti)


:
Alur Rantai Pasok Komoditas Kentang

Identifikasi Risiko Rantai Pasok


Langkah pertama dalam risiko agribisnis adalah mengidentifikasi risiko- risiko yang
terjadi dalam setiap tingkat rantai pasok. Pengidentifikasian dilakukan untuk memperoleh
sekumpulan informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian – kejadian rsiko yang
mengakibatkan kerugian.

Risiko krusial sering terjadi di sub sektor on farm, yaitu di tingkat petani, pengumpul,
dan distributor. Kemunculan risiko di tingkat on farm memiliki frekuensi yang sering terjadi dan
berdampak besar
Risiko krusial di tingkat petani yang diidentifikasi, yaitu risiko konversi lahan, risiko
sarana dan prasarana, risiko produktivitas, dan risiko panen dan pasca panen. Risiko krusial pada
tingkat pengumpul yaitu risiko penyortiran dan risiko penyimpanan. Risiko krusial pada tingkat
distributor yaitu risiko pengemasan dan pengangkutan. Beberapa risiko krusial tersebut dapat
menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kerugian pada tiap tingkat rantai pasok. Identifikasi risiko pada setiap tingkatan
rantai pasok dapat menggunakan metode tulang ikan (fish bone).

Risiko tingkat petani

Umumnya petani di Kabupaten Bandung merupakan petani yang mengolah sawah atau

tanah untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dari bercocok tanam petani dapat menghasilkan

uang untuk bertahan hidup, namun dari tahun ke tahun hingga saat ini permasalahan di tingkat

petani tidak kunjung selesai.

Berdasarkan penelitian di lapangan risiko yang sering muncul di tingkat petani yaitu,
risiko konversi lahan yang setiap tahun mengangalami pengurangan jumlah lahan produktif,
risiko sarana dan prasarana yang tidak memadai, risiko produktivitas yang selalu menurun akibat
kurangnya pengetahuan petani maupun dari alam, dan adanya risiko panen dan pasca panen yang
kurang tepat karena masih banyaknya menggunakan cara yang konvensional

Tingkat Status Risiko Rantai Pasok


Metode aproksimasi digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dan dampak
terjadinya risiko. Penilaian risiko dengan metode ini diperoleh dari hasil pengisian kuesioner

oleh 121 petani, 15 pengumpul, dan 4 distributor. Responden tersebut sebagai representasi untuk

mengetahui kemungkinan (probabilitas) terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut.

Menurut hasil penilaian, didapatkan probabilitas terjadinya risiko tertentu dengan nilai

dampaknya. Penilaian berdasarkan bobot dan skala untuk setiap tingkat rantai pasok komoditas

kentang, dan hasilnya .

Berdasarkan perhitungan dengan metode aproksimasi, diperoleh nilai status risiko, untuk

tingkat petani dengan nilai 11.18, tingkat pengumpul 8.36, dan tingkat distributor dengan nilai

10.95. Nilai status risiko disetiap tingkat rantai pasok. Hal ini menunjukan bahwa nilai status

risiko rantai pasok pada setiap tingkatan tersebut, nilai tertinggi ada pada tingkat petani, dan

terendah pada tingkat pengumpul.

Tingkat petani lebih banyak mengalami risiko karena masih minimnya informasi

mengenai cara-cara yang efektif mengenai peningkatan hasil produksi dalam budidaya kentang

karena selama ini masih banyak sekali petani kentang yang masih mengikuti cara-cara

konvensional. Masih kurangnya tingkat intervensi positif dari pihak penyuluh pertanian juga

berpengaruh penting pada tingginya nilai status risiko pada tingkat petani.

Tingkat pengumpul memiliki nilai status risiko paling rendah diantara setiap tingkatan

rantai pasok, hal ini menunjukan bahwa peran dari pengumpul hanya membeli hasil dari petani

dalam jumlah banyak, kemudian disimpan di gudang dengan berbagai perawatan sebelum di jual

kembali ke pihak ketiga.

Tingkat distributor memiliki nilai status risiko dengan urutan kedua setelah petani, karena

distributor sendiri memiliki banyak risiko yang krusial. Peran distributor berusaha

memperlancar/mempermudah dan menjaga penyampaian produk kentang sampai


pasar/konsumen dengan keadaan yang aman, sehingga jenis dan jumlah yang dipesan sesuai.
Dasar Hukum Mengenai Pola Kemitraan Dalam Bidang Pertanian

Dasar hukum mengenai pola kemitraan di bidang Pertanian dalam hal ini membahas

mengenai ketentuan atas industry kentang diantaranya :

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil, dan menengah.

Dalam undang-undang ini dimaksud dengan :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagai mana diatur dalam
undang-undang ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini.
4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha
menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan,
dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
5. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak
langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan
menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan
usaha besar.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, mempunyai prinsip pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah
antara lain penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan mikro, kecil,
menengah untuk berkarya dengan prakarya sendiri, perwujudan kebijakan publik yang
transparan, akuntabel, dan berkeadilan, pengembangan usaha bersasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi usaha mikro, kecil, dan menengah,
peningkatan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah, dan penyelenggaraan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Mengenai Kemitraan dalam Undang-Undang ini membahasnya di dalam Pasal 25 ayat


(2), tertulis bahwa kemitraan yang terjalin antara usaha mikro kecil menengah dan
kemitraan antara usaha mikro, kecil dan menengah dengan usaha besar mencakup proses
alih keterampilan di bidang produksi dan pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber
daya manusia dan teknologi. Mengenai pola kemitraan, dapat dilaksanakan dengan
beberapa pola yakni pols inti-plasma, subkontrak, waralaba, perdagangan umum,
distribusi dan keagenan, bentuk seoerti bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan
dan outsourcing. Menurut ketentuan Pasal 34 Perjanjian kemitraan dituangkan dalam
perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya mengatur mengenai kegiatan usaha, hak dan
kewajiban masing-masing pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu dan penyelesaian
perselisihan yang harus dilaporkan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, selain itu pun perjanjian kemitraan
tidak boleh bertentangan dengan prinsip kemandirian dari usaha kecil, mikro dan
menengah serta tidak boleh menciptakan ketergantungan kepada usaha yang lebih besar.
Usaha besar yang melaksanakan kemitraan dengan usaha mikro kecil dan menengah
dilarang untuk memiliki dan atau menguasai usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai
mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan kemitraan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang Kemitraan
Menurut ketentuan terkait kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan
usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan
usaha oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pasal 3 menjelaskan
mengenai pola kemitraan, dalam pola kemitraan ini terdapat pola kemitraan Pola Inti
Plasma yang mana usaha besar dan usaha menengah sebagai inti membina dan
mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam :
a. Penyediaan dan penyiapan lahan
b. Penyediaan sarana produksi
c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi
d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan
e. Pembiayaan
f. Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha.
Dalam melaksanakan kemitraannya, usaha besar dan usaha menengah yang
melaksanakan kemitraan dengan usaha kecil berkewajiban untuk :
1) Memberikan informasi tentang peluang kemitraan;
2) Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai perkembangan pelaksanaan
kemitraan;
3) Menunjuk penanggung jawab kemitraan;
4) Mentaati dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sedang diatur dalam perjanjian
kemitraan;
5) Melakukan pembinaan kepada mitra binaannya dalam satu atau lebih aspek :
a. Pemasaran, dengan :
(1) Membantu akses pasar
(2) Memberikan bantuan informasi pasar
(3) Memberikan bantuan promosi
(4) Mengembangkan jaringan usaha
(5) Membantu melakukan identifikasi pasar dan prilaku konsumen
(6) Membantu peningkatan mutu produk dan nilai tambah kemasan
b. Pembinaan dan pengembangan SDM, dengan :
(1) Pendidikan dan pelatihan
(2) Magang
(3) Studi banding
(4) Konsultasi
c. Permodalan, dengan :
(1) Pemberian informasi sumber-sumber kredit
(2) Tata cara pengajuan penjaminan dari berbagai sumber lembaga penjaminan
(3) Mediator terhadap sumber-sumber pembiayaan
(4) Informasi dan tata cara penyertaan modal
(5) Membantu akses permodalan
d. Manajemen, dengan :
(1) Bantuan penyusunan studi kelayakan
(2) Sistem dan prosedur organisasi dan manajemen
(3) Menyediakan tenaga konsultan dan advisor
e. Teknologi, dengan :
(1) Membantu perbaikan, inovasi dan alih teknologi
(2) Membantu pengadaan sarana dan prasarana produksi sebagai unit percontohan
(3) Membantu perbaikan sistem produksi dan kontrol kualitas
(4) Membantu pengembangan desain dan rekayasa produk
(5) Membantu peningkatan efisiensi pengadaan bahan baku
e. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/ OT.210/10/1997 tentang Kemitraan
Usaha Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai