Bisnis Internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas- batas suatu negara. Dalam hal ini suatu Negara ataupun suatu perusahaan yang ada di dalam suatu negara dapat melakukan transaksi bisnis dengan Negara lain ataupun perusahaan lain serta orang lain di negara lain tersebut. Transaksi bisnis seperti itu merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain sering disebut sebagai Perdagangan Internasional (International Trade). Transaksi bisnis itu dilakukan oleh suatu perusahaan dalam suatu negara dengan perusahaan lain atau orang/individu di negara lain disebut Pemasaran Internasional yang biasanya diartikan sebagai Bisnis Internasional. Jadi dapat dibedakan dua buah transaksi Bisnis Internasional yaitu: a. Perdagangan Internasional (International Trade) Perdagangan Internasional merupakan transaksi antarnegara itu biasanya dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan adanya transaksi ekspor-impor itu maka timbul “Neraca Perdagangan Antarnegara” atau “Balance of Trade”. Neraca perdagangan merupakan gambaran perbandingan atau perimbangan antara besarnya ekspor dari suatu negara tertentu dengan besarnya impor yang dilakukannya dari negara yang bersangkutan. Suatu negara dapat memiliki Surplus Neraca Perdagangan atau Defisit Neraca Perdagang. Neraca Perdagangan yang Surplus menunjukkan keadaan dimana negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari negara partner dagangnya itu. Dengan Neraca Perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila keadaan yang lain konstan maka aliran kas masuk ke negara itu akan lebih besar dengan aliran kas keluarnya ke 66 negara partner dagangnya tersebut. Besar kecilnya aliran uang sey masuk dan keluar antarnegara tersebut sering disebut sebaga “NERACA PEMBAYARAN" atau “BALANCE OF PAYMENTS. Dalam hal Neraca Pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga dikatakan bahwa negara ini mengalami PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA. Sebaliknya apabila negara itu mengalami devisit neraca perdagangannya maka berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang dapat dilakukannya dengan negara lain tersebut. Dengan demikian maka negara itu akan mengalami defisit neraca pembayar- ternasional nilah yang ipun pada can adanya annya dan akan menghadapi PENGURANGAN DEVISA NEGARA. b. Pemasaran Internasional (International Marketing) Pemasaran Internasional yang sering juga disebut sebagai Bisnis Internasional (International Business) merupakan keadaan di mana suatu perusahaan dapat terlibat dalam suatu transaksi bisnis dengan negara lain, perusahaan lain ataupun masyarakat umum di luar negeri. Dengan masuk langsung dan melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran di negeri asing itu maka berarti tidak terjadi ekpor-impor. Produk yang dipasarkannya itu tidak saja berupa barang akan tetapi dapat pula berupa jasa seperti: keahlian tertentu, jasa pendidikan, keterampilan manajerial dan sebagainya. Transaksi bisnis internasional semacam ini dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain: Licencing. Franchising. Management Contracting, Marketing in Home Country by Host Country. Joint Venturing. Multinational Corporation (MNC). Semua bentuk transaksi bisnis internasional tersebut di atas akan memerlukan transaksi pembayaran yang sering disebut sebagai Fee. Dala hal itu negara penerima atau Home Country harus membayar sedangkan negara pengirim atau Host Country akan memperoleh pembayaran fee tersebut. Pengertian Perdagangan Internasional dengan Pemasaran Inter-nasional sering dikacaukan atau sering dianggap sama saja, akan tetapi seperti kita lihat pada uraian di atas ternyata berbeda. Perbedaan utama terletak pada pelakunya di mana Perdagangan Internasional dilakukan oleh Negara sedangkan Pemasaran Internasional adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan. Adapun perbedaan dari kedua pengertian tersebut secara rinci dapat kita ikuti dengan melihat tabel berikut: Faktor Penentu Perdagangan Pemasaran Internasional Internasional Pelaku Negara Perusahaan Barangnya pindah ke Ya Ya/Tidak negara lain Kekuatan Komparatif Persaingan Sumber Informasi Neraca Pembayaran Data Perusahaan Internasional Kegiatan Bisnis: 1. Jual Beli Ya Ya 2. Distribusi Fisik Ya Ya/Tidak 3. Penentuan Harga Ya Ya 4. Research Pasar Umumnya tidak Ya 5. Pengembangan Umumnya tidak Ya Produk 6. Promosi Umumnya tidak Ya 7. Manajemen Umumnya tidak Ya distribusi
1.2 ALASAN MELAKSANAKAN BISNIS INTERNASIONAL
Suatu Negara ataupun suatu perusahaan melakukan transaksi bisnis internasional baik dalam bentuk perdagangan internasional pada umunya memiliki beberapa pertimbangan ataupun alasan. Pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan ekonomis, politis ataupun sosial budaya bahkan tidak jarang atas dasar petimbangan militer. Bisnis internasional memang tidak dapat dihindarkan karena sebenarnya tidak ada satu Negara pun didunia yang dapat mencukupi seluruh kebutuhan negerinya dari barang-barang atau produk yang dihasilkan oleh Negara itu sendiri. Tidak ada suatu Negara pun yang dapat memenuhi 100% swasembada. Hal ini disebabkan karena terjadinya penyebaran yang tidak merata dari sumber daya baik dari sumber daya alam modal maupun sumber daya manusia. Ketidakmeratanya sumber daya tersebut akan mengakibatkan adanya keunggulan terstentu baik suatu Negara tertentu yang memiliki sumber daya tertentu pula. Beberapa alasan untuk melaksanakan bisnis internasional antara lain berupa: 1. Spesialisasi Antar Bangsa – bangsa Dalam hubungan dengan keunggulan atau kekuatan tertentu beserta kelemahannya itu maka suatu Negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk memproduksikan suatu komoditi yang strategis yaitu: a. Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benar-benar paling unggul sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling murah diantara Negara-negara yang lain. b. Menitik beratkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil diantara Negara-negara yang lain. c. Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk memproduksikan atau menguasai komoditi yang memiliki kelemahan yang tertinggi bagi negerinya. Ketiga strategi tersebut berkaitan erat dengan adanya dua buah konsep keunggulan yang dimiliki oleh suatu Negara ketimbang Negara lain dalam satu ataupun beberapa bidang tertentu, yaitu : A. Keunggulan absolute (absolute advantage) Suatu negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara itu memegang monopoli dalam berproduksi dan perdagangan terhadap produk tersebut. Hal ini akan dapat dicapai kalau tidak ada negara lain yang dapat menghasilkan produk tersebut sehingga negara itu menjadi satu-satunya negara penghasil yang pada umumnya disebabkan karena kondisi alam yang dimilikinya, misalnya hasil tambang, perkebunan, kehutanan, pertanian dan sebagainya. Disamping kondisi alam, keunggulan absolut dapat pula diperoleh dari suatu negara yang mampu untuk memproduksikan suatu komoditi yang paling murah di antara negara-negara lainnya. B. Keunggulan komperatif (comparative advantage) Konsep Keunggulan komparatif ini merupakan konsep yang lebih realistik dan banyak terdapat dalam bisnis Internasional. Yaitu suatu keadaan di mana suatu negara memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut dibandingkan dengan negara lain. Kemampuan yang lebih tinggi dalam menawarkan suatu produk itu dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yaitu: a. Ongkos atau harga penawaran yang lebih rendah. c. Mutu yang lebih unggul meskipun harganya lebih mahal. d. Kontinuitas penyediaan (Supply) yang lebih baik. e. Stabilitas hubungan bisnis maupun politik yang baik. f. Tersedianya fasilitas penunjang yang lebih baik misalnya fasilitas latihan maupun transportasi. Dari neraca perdagangan kita dapat melihat komoditi apa yang kita ekspor adalah komoditi yang memiliki keunggulan komparatif bagi Indonesia dan yang kita impor adalah yang keunggulan komparatif kita paling lemah. NERACA PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA BEBERAPA TAHUN TERAKHIR ( Dalam jutaan US $ ) Tahun Eksport Import Surplus (Defisit) 1985 18,590 10,262 8,328 186 16,075 10,718 5,357 1987 17,135 12,891 4,244 1988 19,465 13,249 6,216 1989 22,160 16,444 5,716 1990 25,674 21,837 3,837 Sumber : International Financial Statistics. IMF. Volume XLV. No.5 May 1992
2. Pertimbangan Pengembangan Bisnis
Perusahaan yang sudah bergerak di bidang tertentu dalam suatu bisnis di dalam negeri seringkali lalu mencoba untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri. Hal ini akan menimbulkan beberapa pertimbangang yang mendorong mengapa suatu perusahaan melaksanakan atau terjun ke bisnis internasiional tersebut: a. Memanfaatkan kapasitas mesin yang masih menganggur yang dimiliki oleh suatu perusahaan. b. Produk tersebut di dalam negeri sudah mengalami tingkat kejenihan dan bahkan mungkin sudah mengalami tahapan penurunan (decline phase) sedangkan di luar negeri justru sedang berkembang (growth). c. Persaingan yang terjadi di dalam negeri kadang justru lebih tajam katimbang persaingan terhadap produk tersebut di luar negeri. d. Mengembangkan pasar baru (ke luar negeri) merupakan tindakan yang lebih mudah ketimbang mengembangkan produk baru (di dalam negeri). e. Potensi pasar internasional pada umumnya jauh lebih luas ketimbang pasar domestik. POTENSI PASAR INTERNASIONAL Potensi pasar ditentukan oleh tiga faktor yaitu struktur penduduk, daya beli serta pola konsumsi masyarakat. Dalam hal pasar Internasional inipun potensi pasar Internasional juga ditentukan oleh ketiga faktor tersebut hanya saja dalam hal ini diberlakukan untuk negara lain.
1.3 TAHAP-TAHAP DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL
Perusahaan yang memasuki bisnis internasional pada umumnya terlibat atau melibatkan diri secara bertahap dari tahap yang paling sederhana yang tidak mengandung risiko sampai dengan tahap yang paling kompleks dan mengandung risiko bisnis yang sangat tinggi. Adapun tahap tersebut secara kronologis adalah sebagai berikut: 1. Ekspor Insidentil. 2. Ekspor Aktif. 3. Penjualan Lisensi. 4. Franchising. 5. Pemasaran di Luar Negeri. 6. Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri.
1. EKSPOR INSIDENTIL (INCIDENTAL EXPORT)
Dalam rangka untuk masuk ke dalam dunia bisnis internasional suatu perusahaan pada umumnya dimulai dari suatu keterlibatan yang paling awal yaitu dengan melakukan ekspor insidentil. Dalam tahap awal ini pada umumnya terjadi pada saat adanya kedatangan orang asing di negeri kita kemudian dia membeli barang-barang dan kita harus mengirimkannya ke negeri asing itu. 2. EKSPOR AKTIF (ACTIVE EXPORT) Tahap terdahulu itu kemudian dapat berkembang terus dan terjalinlah hubungan bisnis yang rutin dan kontinyu bahkan transaksi tersebut makin lama akan semakin aktif. Keaktifan hubungan transaksi bisnis tersebut ditandai pada umumnya dengan semakin berkembangnya jumlah maupun jenis komoditi perdagangan internasional tersebut. 3. PENJUALAN LISENSI (LICENSING) Tahap berikutnya adalah tahap penjualan lisensi. Dalam tahap ini Negara pendatang menjual lisensi atau merek dari produknya kepada negara penerima, dalam tahap ini yang dijual adalah hanya merek atau lisensinya saja, sehingga negara penerima dapat melakukan manajemen yang cukup luas terhadap pemasaran maupun proses produksinya termasuk bahan baku serta peralatannya. 4. FRANCHISING Tahap berikutnya merupakan tahap yang lebih aktif lagi yaitu perusahaan di suatu negara menjual tidak hanya lisensi atau merek dagangnya saja akan tetapi lengkap dengan segala atributnya termasuk peralatan, proses produksi, resep-resep campuran proses produksinya, pengendalian mutunya, pengawasan mutu bahan baku maupun barang jadinya, serta bentuk pelayanannya. Cara ini sering dikenal sebagai bentuk "Franchising". Dalam hal bentuk Franchise ini maka perusahaan yang menerima disebut sebagai "Franchisee" sedangkan perusahaan pemberi disebut sebagai "Franchisor". Bentuk ini pada umumnya berhasil bagi jenis usaha tertentu misalnya makanan, restoran, supermarket, fitness centre dan sebagainya. Bentuk Frechise yang pada saat ini populer di negeri kita dan juga di negan lain dan banyak dilaksanakan di dalam negeri sendiri antar perusahaan domestik ini memiliki beberapa kebaikan yang antara lain: a. Manajemen sistem yang sudah teruji. b. Memiliki nama yang sudah terkenal dan popiler. c. Performance Record yang sudah mapan untuk alat penilaian Sebaliknya bentuk ini juga memiliki kejelekan yaitu: a. Biaya tinggi untuk mendapatkan Franchise. b. Keputusan bisnis akan dibatasi oleh Franchisor. c. Sangat dipengaruhi oleh kegagalan dari bentuk Franchise lain. Apabila terdapat kegagalan yang satu akan timbul anggapan bahwa bentuk franchise yang lain pun jelek juga 5. PEMASARAN DI LUAR NEGERI Tahap berikutnya adalah bentuk Pemasaran di Luar Negeri Bentuk ini akan memerlukan intensitas manajemen serta keterlibatan yang lebih tinggi karena perusahaan pendatang (Host Country) haruslah betul-betul secara aktif dan mandiri untuk melakukan manajemen pemasaran bagi produknya itu di negeri asing (Home Country). dalam tahap ini pengusaha pendatang yang nota bene adalah orang asing harus mampu untuk mengetahui perilaku serta kebiasaan yang ada di negeri penerima itu sehingga dapat dilakukan program-program pemasaran yang efektif. Tahap ini sering pula disebut sebagai tahap pemasaran Aktif" atau "Active Marketing". 6. PRODUKSI DAN PEMASARAN DI LUAR NEGERI (TOTAL INTERNATIONAL BUSINESS) Tahap yang terakhir adalah tahap paling intensif dalam melibatkan diri pada bisnis internasional yaitu tahap "Produksi dan pemasaran di Luar Negeri" Tahap ini juga disebut sebagai "Total international Business” Bentuk inilah yang menimbulkan MNC atau Multy National Corporation yaitu Perusahaan Multi Nasional. Dalam tahap ini perusahaan asing datang dan mendirikan perusahaan di nageri asing itu lengkap dengan segala modalnya, lalu melakukan proses produksi di negeri itu, kemudian menjual hasil produksinya itu di negeri itu juga bahkan dijualnya ke negara asing lagi sebagai ekspor dari negeri penerima tersebut.
1.4 HAMBATAN DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL
Melaksanakan bisnis internasional Tentu saja akan lebih banyak memiliki kesepakatan disetujui di pasar domestik. Negara lain tentu saja akan memiliki berbagai kepentingan yang sering kali menghambat terlaksananya transaksi bisnis internasional. Disamping itu kebiasaan atau budaya Negara lain tentu saja akan berbeda dengan negeri sendiri. Oleh karena itu maka ada beberapa kendala dalam bisnis internasional yaitu: 1. Batasan perdagangan dan bea masuk 2. Perbedaan bahasa, sosial budaya / budaya 3. Kondisi politik dan hukum / pendaftar-undangan 4. Hambatan operasional 1. BATASAN PERDAGANGAN DAN TARIF BEA MASUK Dalam melakukan bisnis internasional khusus yang berbetuk perdagangan internasional yaitu ekspor atau impor, transportasi akan terdiri atas hambatan dalam hal perdagangan serta sering digunakan guna mempertanyakan-diperlukan tarif bea masuk.Suatu negara yang ingin melindungi salah satu industri di dalam negeri akan selalu membayar bea masuk yang tinggi terhadap masuknya barang-barang hasil industri yang bersangkutan dari negara asing ke negerinya. Hal tersebut akan diberlakukan sedemikian rupa tingginya sehingga harga barang yang di impor akan lebih tinggi dari barang industri di negerinya. Suatu cara lain yang sering dipergunakan oleh suatu negara untuk membatasi impor suatu komoditi tertentu adalah dengan mene tapkan "Quota Impor". Dalam hal ini negara tersebut menentukan bahwa untuk komoditi tertentu hanya dapat diimpor sampai dengan jumlah tertentu saja dan tidak diperkenankan melebihi jumlah yang telah ditentukan. Oleh sebab itulah maka bagi Indonesia ingin melebarkan jalur perdagangan internasionalnya selalu mencari negara-negara lain yang tidak mengenakan quota terhadap bara yang dagangan kita. Negara yang tidak menetapkan quota lalu disebut sebagai "Negara nonquota". Cara lain lagi yang terasa sangat keras adalah dengan melakukan "embargo". Dengan cara demikian maka negara tersebut melarane masuknya semua komoditi yang datang dari suatu negara tertentu yang dikenakan embargo tersebut. Sebagai contoh negara Irak setelh kalah perang dalam perang teluk dan tidak mau mematuhi ketentuan PBB untuk memusnahkan senjata nuklirnya lalu dikenai sanksi oleh semua negara di seluruh dunia. Dengan embargo itu maka Irak mengalami penderitaan ekonomi yang akhirnya lalu memenuhi tuntutan PBB dan kemudian berhasil mengendorkan embargo tersebut. Masih ada satu bentuk lain lagi bagi suatu negara untuk membatasi Impor dari negara lain yaitu dengan cara yang sering disebut sebagai "Exchange Control" atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai "Imbal Beli". Dengan cara ini maka setiap negara yang akan menjual barangnya ke suatu negara maka dia harus juga membeli komoditi dari negara tersebut. Dengan cara ini maka apabila negara itu tidak membeli komoditi imbalan maka transaksi Impor itu pun akan gagal. 2. PERBEDAAN BAHASA, SOSIAL BUDAYA / KULTURAL Perbedaan dalam hal bahasa merupakan hambatan bagi bisnis Internasional, hal ini disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang penting baik bahasa lisan maupun bahasa. Tanpa komunikasi yang baik maka hubungan bisnis dapat dilakukan dengan Iancar. Hambatan bahasa pada saat ini semakin berkurang berkat bahasa Internasional yaitu bahasa lnggris. Meskipun demikian perbedaan bahasa ini tetap merupakan kendala yang harus diwaspadai dan diperhitungkan dengan baik karena suatu pembahasan dalam bahasa tertentu tidak dapat dilakukan (letterlijk) dengan kata yang sama dengan bahasa yang lain. Beberapa merek dagang atau produk pun dapat memiliki arti yang lain dan sangat negatif bagi suatu negara tertentu. Sebagai contoh pabrik mobil Chevrolet yang memberikan nama jenis mobilnya dengan nama "Chevrolet's Nova", pada hal di negara Spanyol kata "No Va" berarti "tidak dapat berjalan". Oleh karena itu maka sangat sulit untuk memasarkan produk tersebut di negara Spanyol tersebut. Perbedaan kondisi sosial merupakan masalah yang harus dicermati pula dalam melakukan bisnis Internasional. Misalnya saja memberikan warna pada suatu produk atau bungkus harus hati-hati karena warna tertentu yang ada di suatu negara memiliki makna tertentu di negara lain dapat membantu yang menentang. Perbedaan budaya selain kebiasaan juga perlu diperhatikan. Misalnya orang Jepang memiliki kebiasaan untuk tidak mau membeli wanita ketika membeli di supermarket, mengambil barang ini membawa barang-barang yang mengandung alat-alat kosmetik yang tidak dapat diakses dengan kosmetik wanita, karena tidak akan didekati oleh pembeli pria.
3. HAMBATAN POLITIK, HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
Hubungan politik yang kurang baik antara satu negara dengan negara lain juga akan membatasi hubungan bisnis dari kedua negara tersebut. Sebagai contoh yang ekstrim Amerika melakukan embargo terhadap komoditi perdagangan dengan negara-negara komunis. Ketentuan Hukum atau Perundang-undangan yang berlaku di suatu negara kadang-kadang juga berlaku berkelanjutan internasional. Misalnya negara-negara Arab membutuhkan barang-barang yang mengandung minyak babi. Lebih lanjut, itu undang-undang di negaranya sendiri pun dapat dilakukan selanjutnya, Internasional, misalnya, Indonesia, mengekspor ekspor kulit mentah, setengah jadi, rotan mentah, dan setengah jadi dan sebagainya. 4. HAMBATAN OPERASIONAL Hambatan perdagangan atau bisnis internasional merupakan masalah operasional yaitu pengangkutan atau pengangkutan barang dari negara yang lain. Transportasi ini dilakukan secara sukarela dilakukan oleh negara kedua yang belum memiliki jalur pelayaran kapal laut reguler. Hal ini akan dapat mengalihkan biaya pengangkutan atau ekspedisi kapal laut untuk jalur ini akan menjadi sangat mahal. Mahalnya biaya angkut itu selain menyangkut kapal pengangkutnya hanya melayani satu negara itu saja yang lalu mahal, maka kembalinya kapal tersebut dati negara tujuan yang akan menjadi kosong. Perjalan kapal kosong di samudera luas akan sangat berbahaya bagi keselamatan kapal itu sendiri.
1.5 PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Perusahaan multinasional pada hakikatnya adalah suatu perusahaan yang melaksanakan kegiatan secara internasional atau dengan kata lain melakukan operasinya di beberapa Negara. Perusahaan macam ini sering disebut Multinasional Corporations yang biasanya disingkat MNC. Era Globalisasi yang melanda dunia pada saat ini dimana dalam kondisi itu tidak ada satu Negara pun di dunia ini yang terbebas dan tak terjangkau oleh pengaruh dari Negara lain. Setiap Negara setiap saat akan selalu terpengaruh oleh tindakan yang dilakukan oleh Negara lain. Hal ini bisa terjadi karena pada saat ini kita berada dalam abad komunikasi, sehingga dengan cara yang sangat cepat dan bahkan dalam waktu yang bersamaan kita dapat mengetahui suatu kejadian yang terjadi di setiap Negara di manapun di dunia ini Dari keadaan itu maka seolah-olah tidak ada lagi batas-batas antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kehidupan sehari-hari menjadi lebih bersifat sama. Dengan kecenderungan yang terjadi pada saat ini bahwa permintaan ataupun kebutuhan masyarakat di mana pun di dunia ini mendekati hal yang sama. Kebutuhan akan barang-barang konsumsi atau untuk kehidupan sehari-hari cenderung tidak berbeda antara negara yang satu dengan negara lain. Kebutuhan akan sabun mandi, sabun cuci, alat-alat tulis, alat-alat kantor, pakaian, juga perabot rumah tangga dan sebagainya tidaklah banyak berbeda antara masyarakat Indonesia dengan Filipina, Jepang, Korea, Arab atupun di Eropa dan Amerika. Kecenderungan untuk adanya kesamaan inilah yang mendorong perusahaan untuk beroperasi secara Internasional Perusahaan yang demikian akan mencoba untuk mencari tempat pabrik guna memproduksikan barang-barang tersebut yang paling murah dan kemudian memasarkannya keseluruh penjuru dunia sehingga akan menjadi lebih ekonomis dan memiliki daya saing yang lebih tinggi. Di samping itu adanya batasan-batasan ekspor-impor antar negara mendorong suatu perusahaan untuk memproduksikan saja barang itu di negeri itu sendiri dan kemudian menjualnya di negeri itu juga meskipun pemiliknya adalah dari luar negeri. Dengan cara itu maka problem pembatasan ekspor-impor menjadi tidak berlaku lagi baginya. Banyak contoh perusahaan multinasional ini misalnya saja: Coca Cola, Colgate, Johnson & Johnson, IBM, General Electric, Mitzubishi Electric, Toyota, Philips dari negeri Belanda, Nestle dari Switzerland, Unilever dari Belanda dan lnggris, Bayer dari Jerman, Basf juga dari Jerman, Ciba dari Switzerland dan sebagainya.