Anda di halaman 1dari 12

1.

1 HAKIKAT BISNIS INTERNASIONAL


Bisnis Internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas-
batas suatu negara. Dalam hal ini suatu Negara ataupun suatu perusahaan yang ada
di dalam suatu negara dapat melakukan transaksi bisnis dengan Negara lain ataupun
perusahaan lain serta orang lain di negara lain tersebut. Transaksi bisnis seperti itu
merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun transaksi bisnis yang dilakukan
oleh suatu negara dengan negara lain sering disebut sebagai Perdagangan
Internasional (International Trade). Transaksi bisnis itu dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam suatu negara dengan perusahaan lain atau orang/individu di
negara lain disebut Pemasaran Internasional yang biasanya diartikan sebagai Bisnis
Internasional. Jadi dapat dibedakan dua buah transaksi Bisnis Internasional yaitu:
a. Perdagangan Internasional (International Trade)
Perdagangan Internasional merupakan transaksi antarnegara itu biasanya
dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara ekspor dan impor. Dengan
adanya transaksi ekspor-impor itu maka timbul “Neraca Perdagangan
Antarnegara” atau “Balance of Trade”. Neraca perdagangan merupakan
gambaran perbandingan atau perimbangan antara besarnya ekspor dari suatu
negara tertentu dengan besarnya impor yang dilakukannya dari negara yang
bersangkutan. Suatu negara dapat memiliki Surplus Neraca Perdagangan atau
Defisit Neraca Perdagang. Neraca Perdagangan yang Surplus menunjukkan
keadaan dimana negara tersebut memiliki nilai ekspor yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai impor yang dilakukan dari negara partner dagangnya
itu. Dengan Neraca Perdagangan yang mengalami surplus ini maka apabila
keadaan yang lain konstan maka aliran kas masuk ke negara itu akan lebih besar
dengan aliran kas keluarnya ke 66 negara partner dagangnya tersebut. Besar
kecilnya aliran uang sey masuk dan keluar antarnegara tersebut sering disebut
sebaga “NERACA PEMBAYARAN" atau “BALANCE OF PAYMENTS.
Dalam hal Neraca Pembayaran yang mengalami surplus ini sering juga
dikatakan bahwa negara ini mengalami PERTAMBAHAN DEVISA NEGARA.
Sebaliknya apabila negara itu mengalami devisit neraca perdagangannya maka
berarti nilai impornya melebihi nilai ekspor yang dapat dilakukannya dengan
negara lain tersebut. Dengan demikian maka negara itu akan mengalami defisit
neraca pembayar- ternasional nilah yang ipun pada can adanya annya dan akan
menghadapi PENGURANGAN DEVISA NEGARA.
b. Pemasaran Internasional (International Marketing)
Pemasaran Internasional yang sering juga disebut sebagai Bisnis Internasional
(International Business) merupakan keadaan di mana suatu perusahaan dapat
terlibat dalam suatu transaksi bisnis dengan negara lain, perusahaan lain
ataupun masyarakat umum di luar negeri. Dengan masuk langsung dan
melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran di negeri asing itu maka berarti
tidak terjadi ekpor-impor. Produk yang dipasarkannya itu tidak saja berupa
barang akan tetapi dapat pula berupa jasa seperti: keahlian tertentu, jasa
pendidikan, keterampilan manajerial dan sebagainya. Transaksi bisnis
internasional semacam ini dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain:
Licencing. Franchising. Management Contracting, Marketing in Home Country
by Host Country. Joint Venturing. Multinational Corporation (MNC). Semua
bentuk transaksi bisnis internasional tersebut di atas akan memerlukan transaksi
pembayaran yang sering disebut sebagai Fee. Dala hal itu negara penerima atau
Home Country harus membayar sedangkan negara pengirim atau Host Country
akan memperoleh pembayaran fee tersebut. Pengertian Perdagangan
Internasional dengan Pemasaran Inter-nasional sering dikacaukan atau sering
dianggap sama saja, akan tetapi seperti kita lihat pada uraian di atas ternyata
berbeda. Perbedaan utama terletak pada pelakunya di mana Perdagangan
Internasional dilakukan oleh Negara sedangkan Pemasaran Internasional adalah
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan. Adapun perbedaan dari
kedua pengertian tersebut secara rinci dapat kita ikuti dengan melihat tabel
berikut:
Faktor Penentu Perdagangan Pemasaran
Internasional Internasional
Pelaku Negara Perusahaan
Barangnya pindah ke Ya Ya/Tidak
negara lain
Kekuatan Komparatif Persaingan
Sumber Informasi Neraca Pembayaran Data Perusahaan
Internasional
Kegiatan Bisnis:
1. Jual Beli Ya Ya
2. Distribusi Fisik Ya Ya/Tidak
3. Penentuan Harga Ya Ya
4. Research Pasar Umumnya tidak Ya
5. Pengembangan Umumnya tidak Ya
Produk
6. Promosi Umumnya tidak Ya
7. Manajemen Umumnya tidak Ya
distribusi

1.2 ALASAN MELAKSANAKAN BISNIS INTERNASIONAL


Suatu Negara ataupun suatu perusahaan melakukan transaksi bisnis internasional
baik dalam bentuk perdagangan internasional pada umunya memiliki beberapa
pertimbangan ataupun alasan.
Pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan ekonomis, politis ataupun sosial
budaya bahkan tidak jarang atas dasar petimbangan militer. Bisnis internasional
memang tidak dapat dihindarkan karena sebenarnya tidak ada satu Negara pun
didunia yang dapat mencukupi seluruh kebutuhan negerinya dari barang-barang atau
produk yang dihasilkan oleh Negara itu sendiri. Tidak ada suatu Negara pun yang
dapat memenuhi 100% swasembada.
Hal ini disebabkan karena terjadinya penyebaran yang tidak merata dari sumber
daya baik dari sumber daya alam modal maupun sumber daya manusia.
Ketidakmeratanya sumber daya tersebut akan mengakibatkan adanya keunggulan
terstentu baik suatu Negara tertentu yang memiliki sumber daya tertentu pula.
Beberapa alasan untuk melaksanakan bisnis internasional antara lain berupa:
1. Spesialisasi Antar Bangsa – bangsa
Dalam hubungan dengan keunggulan atau kekuatan tertentu beserta
kelemahannya itu maka suatu Negara haruslah menentukan pilihan strategis untuk
memproduksikan suatu komoditi yang strategis yaitu:
a. Memanfaatkan semaksimal mungkin kekuatan yang ternyata benar-benar
paling unggul sehingga dapat menghasilkannya secara lebih efisien dan paling
murah diantara Negara-negara yang lain.
b. Menitik beratkan pada komoditi yang memiliki kelemahan paling kecil diantara
Negara-negara yang lain.
c. Mengkonsentrasikan perhatiannya untuk memproduksikan atau menguasai
komoditi yang memiliki kelemahan yang tertinggi bagi negerinya.
Ketiga strategi tersebut berkaitan erat dengan adanya dua buah konsep
keunggulan yang dimiliki oleh suatu Negara ketimbang Negara lain dalam satu
ataupun beberapa bidang tertentu, yaitu :
A. Keunggulan absolute (absolute advantage)
Suatu negara dapat dikatakan memiliki keunggulan absolut apabila negara itu
memegang monopoli dalam berproduksi dan perdagangan terhadap produk tersebut.
Hal ini akan dapat dicapai kalau tidak ada negara lain yang dapat menghasilkan
produk tersebut sehingga negara itu menjadi satu-satunya negara penghasil yang
pada umumnya disebabkan karena kondisi alam yang dimilikinya, misalnya hasil
tambang, perkebunan, kehutanan, pertanian dan sebagainya.
Disamping kondisi alam, keunggulan absolut dapat pula diperoleh dari suatu
negara yang mampu untuk memproduksikan suatu komoditi yang paling murah di
antara negara-negara lainnya.
B. Keunggulan komperatif (comparative advantage)
Konsep Keunggulan komparatif ini merupakan konsep yang lebih realistik dan
banyak terdapat dalam bisnis Internasional. Yaitu suatu keadaan di mana suatu
negara memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menawarkan produk tersebut
dibandingkan dengan negara lain. Kemampuan yang lebih tinggi dalam menawarkan
suatu produk itu dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yaitu:
a. Ongkos atau harga penawaran yang lebih rendah.
c. Mutu yang lebih unggul meskipun harganya lebih mahal.
d. Kontinuitas penyediaan (Supply) yang lebih baik.
e. Stabilitas hubungan bisnis maupun politik yang baik.
f. Tersedianya fasilitas penunjang yang lebih baik misalnya fasilitas latihan maupun
transportasi.
Dari neraca perdagangan kita dapat melihat komoditi apa yang kita ekspor adalah
komoditi yang memiliki keunggulan komparatif bagi Indonesia dan yang kita impor
adalah yang keunggulan komparatif kita paling lemah.
NERACA PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
BEBERAPA TAHUN TERAKHIR
( Dalam jutaan US $ )
Tahun Eksport Import Surplus (Defisit)
1985 18,590 10,262 8,328
186 16,075 10,718 5,357
1987 17,135 12,891 4,244
1988 19,465 13,249 6,216
1989 22,160 16,444 5,716
1990 25,674 21,837 3,837
Sumber : International Financial Statistics. IMF. Volume XLV. No.5 May 1992

2. Pertimbangan Pengembangan Bisnis


Perusahaan yang sudah bergerak di bidang tertentu dalam suatu bisnis di dalam
negeri seringkali lalu mencoba untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri. Hal ini
akan menimbulkan beberapa pertimbangang yang mendorong mengapa suatu
perusahaan melaksanakan atau terjun ke bisnis internasiional tersebut:
a. Memanfaatkan kapasitas mesin yang masih menganggur yang dimiliki oleh suatu
perusahaan.
b. Produk tersebut di dalam negeri sudah mengalami tingkat kejenihan dan bahkan
mungkin sudah mengalami tahapan penurunan (decline phase) sedangkan di luar
negeri justru sedang berkembang (growth).
c. Persaingan yang terjadi di dalam negeri kadang justru lebih tajam katimbang
persaingan terhadap produk tersebut di luar negeri.
d. Mengembangkan pasar baru (ke luar negeri) merupakan tindakan yang lebih
mudah ketimbang mengembangkan produk baru (di dalam negeri).
e. Potensi pasar internasional pada umumnya jauh lebih luas ketimbang pasar
domestik.
POTENSI PASAR INTERNASIONAL
Potensi pasar ditentukan oleh tiga faktor yaitu struktur penduduk, daya beli serta
pola konsumsi masyarakat. Dalam hal pasar Internasional inipun potensi pasar
Internasional juga ditentukan oleh ketiga faktor tersebut hanya saja dalam hal ini
diberlakukan untuk negara lain.

1.3 TAHAP-TAHAP DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL


Perusahaan yang memasuki bisnis internasional pada umumnya terlibat atau
melibatkan diri secara bertahap dari tahap yang paling sederhana yang tidak
mengandung risiko sampai dengan tahap yang paling kompleks dan mengandung
risiko bisnis yang sangat tinggi. Adapun tahap tersebut secara kronologis adalah
sebagai berikut:
1. Ekspor Insidentil.
2. Ekspor Aktif.
3. Penjualan Lisensi.
4. Franchising.
5. Pemasaran di Luar Negeri.
6. Produksi dan Pemasaran di Luar Negeri.

1. EKSPOR INSIDENTIL (INCIDENTAL EXPORT)


Dalam rangka untuk masuk ke dalam dunia bisnis internasional suatu
perusahaan pada umumnya dimulai dari suatu keterlibatan yang paling awal yaitu
dengan melakukan ekspor insidentil. Dalam tahap awal ini pada umumnya terjadi
pada saat adanya kedatangan orang asing di negeri kita kemudian dia membeli
barang-barang dan kita harus mengirimkannya ke negeri asing itu.
2. EKSPOR AKTIF (ACTIVE EXPORT)
Tahap terdahulu itu kemudian dapat berkembang terus dan terjalinlah hubungan
bisnis yang rutin dan kontinyu bahkan transaksi tersebut makin lama akan semakin
aktif. Keaktifan hubungan transaksi bisnis tersebut ditandai pada umumnya dengan
semakin berkembangnya jumlah maupun jenis komoditi perdagangan internasional
tersebut.
3. PENJUALAN LISENSI (LICENSING)
Tahap berikutnya adalah tahap penjualan lisensi. Dalam tahap ini Negara
pendatang menjual lisensi atau merek dari produknya kepada negara penerima,
dalam tahap ini yang dijual adalah hanya merek atau lisensinya saja, sehingga
negara penerima dapat melakukan manajemen yang cukup luas terhadap pemasaran
maupun proses produksinya termasuk bahan baku serta peralatannya.
4. FRANCHISING
Tahap berikutnya merupakan tahap yang lebih aktif lagi yaitu perusahaan di
suatu negara menjual tidak hanya lisensi atau merek dagangnya saja akan tetapi
lengkap dengan segala atributnya termasuk peralatan, proses produksi, resep-resep
campuran proses produksinya, pengendalian mutunya, pengawasan mutu bahan
baku maupun barang jadinya, serta bentuk pelayanannya. Cara ini sering dikenal
sebagai bentuk "Franchising". Dalam hal bentuk Franchise ini maka perusahaan
yang menerima disebut sebagai "Franchisee" sedangkan perusahaan pemberi
disebut sebagai "Franchisor". Bentuk ini pada umumnya berhasil bagi jenis usaha
tertentu misalnya makanan, restoran, supermarket, fitness centre dan sebagainya.
Bentuk Frechise yang pada saat ini populer di negeri kita dan juga di negan lain dan
banyak dilaksanakan di dalam negeri sendiri antar perusahaan domestik ini memiliki
beberapa kebaikan yang antara lain:
a. Manajemen sistem yang sudah teruji.
b. Memiliki nama yang sudah terkenal dan popiler.
c. Performance Record yang sudah mapan untuk alat penilaian
Sebaliknya bentuk ini juga memiliki kejelekan yaitu:
a. Biaya tinggi untuk mendapatkan Franchise.
b. Keputusan bisnis akan dibatasi oleh Franchisor.
c. Sangat dipengaruhi oleh kegagalan dari bentuk Franchise lain. Apabila terdapat
kegagalan yang satu akan timbul anggapan bahwa bentuk franchise yang lain
pun jelek juga
5. PEMASARAN DI LUAR NEGERI
Tahap berikutnya adalah bentuk Pemasaran di Luar Negeri Bentuk ini akan
memerlukan intensitas manajemen serta keterlibatan yang lebih tinggi karena
perusahaan pendatang (Host Country) haruslah betul-betul secara aktif dan mandiri
untuk melakukan manajemen pemasaran bagi produknya itu di negeri asing (Home
Country). dalam tahap ini pengusaha pendatang yang nota bene adalah orang asing
harus mampu untuk mengetahui perilaku serta kebiasaan yang ada di negeri
penerima itu sehingga dapat dilakukan program-program pemasaran yang efektif.
Tahap ini sering pula disebut sebagai tahap pemasaran Aktif" atau "Active
Marketing".
6. PRODUKSI DAN PEMASARAN DI LUAR NEGERI (TOTAL
INTERNATIONAL BUSINESS)
Tahap yang terakhir adalah tahap paling intensif dalam melibatkan diri pada
bisnis internasional yaitu tahap "Produksi dan pemasaran di Luar Negeri" Tahap ini
juga disebut sebagai "Total international Business” Bentuk inilah yang
menimbulkan MNC atau Multy National Corporation yaitu Perusahaan Multi
Nasional. Dalam tahap ini perusahaan asing datang dan mendirikan perusahaan di
nageri asing itu lengkap dengan segala modalnya, lalu melakukan proses produksi di
negeri itu, kemudian menjual hasil produksinya itu di negeri itu juga bahkan
dijualnya ke negara asing lagi sebagai ekspor dari negeri penerima tersebut.

1.4 HAMBATAN DALAM MEMASUKI BISNIS INTERNASIONAL


Melaksanakan bisnis internasional Tentu saja akan lebih banyak memiliki
kesepakatan disetujui di pasar domestik. Negara lain tentu saja akan memiliki
berbagai kepentingan yang sering kali menghambat terlaksananya transaksi bisnis
internasional. Disamping itu kebiasaan atau budaya Negara lain tentu saja akan
berbeda dengan negeri sendiri. Oleh karena itu maka ada beberapa kendala dalam
bisnis internasional yaitu:
1. Batasan perdagangan dan bea masuk
2. Perbedaan bahasa, sosial budaya / budaya
3. Kondisi politik dan hukum / pendaftar-undangan
4. Hambatan operasional
1. BATASAN PERDAGANGAN DAN TARIF BEA MASUK
Dalam melakukan bisnis internasional khusus yang berbetuk perdagangan
internasional yaitu ekspor atau impor, transportasi akan terdiri atas hambatan dalam
hal perdagangan serta sering digunakan guna mempertanyakan-diperlukan tarif bea
masuk.Suatu negara yang ingin melindungi salah satu industri di dalam negeri akan
selalu membayar bea masuk yang tinggi terhadap masuknya barang-barang hasil
industri yang bersangkutan dari negara asing ke negerinya. Hal tersebut akan
diberlakukan sedemikian rupa tingginya sehingga harga barang yang di impor akan
lebih tinggi dari barang industri di negerinya.
Suatu cara lain yang sering dipergunakan oleh suatu negara untuk membatasi
impor suatu komoditi tertentu adalah dengan mene tapkan "Quota Impor". Dalam
hal ini negara tersebut menentukan bahwa untuk komoditi tertentu hanya dapat
diimpor sampai dengan jumlah tertentu saja dan tidak diperkenankan melebihi
jumlah yang telah ditentukan. Oleh sebab itulah maka bagi Indonesia ingin
melebarkan jalur perdagangan internasionalnya selalu mencari negara-negara lain
yang tidak mengenakan quota terhadap bara yang dagangan kita. Negara yang tidak
menetapkan quota lalu disebut sebagai "Negara nonquota".
Cara lain lagi yang terasa sangat keras adalah dengan melakukan "embargo".
Dengan cara demikian maka negara tersebut melarane masuknya semua komoditi
yang datang dari suatu negara tertentu yang dikenakan embargo tersebut. Sebagai
contoh negara Irak setelh kalah perang dalam perang teluk dan tidak mau mematuhi
ketentuan PBB untuk memusnahkan senjata nuklirnya lalu dikenai sanksi oleh
semua negara di seluruh dunia. Dengan embargo itu maka Irak mengalami
penderitaan ekonomi yang akhirnya lalu memenuhi tuntutan PBB dan kemudian
berhasil mengendorkan embargo tersebut.
Masih ada satu bentuk lain lagi bagi suatu negara untuk membatasi Impor dari
negara lain yaitu dengan cara yang sering disebut sebagai "Exchange Control" atau
dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai "Imbal Beli". Dengan cara ini maka
setiap negara yang akan menjual barangnya ke suatu negara maka dia harus juga
membeli komoditi dari negara tersebut. Dengan cara ini maka apabila negara itu
tidak membeli komoditi imbalan maka transaksi Impor itu pun akan gagal.
2. PERBEDAAN BAHASA, SOSIAL BUDAYA / KULTURAL
Perbedaan dalam hal bahasa merupakan hambatan bagi bisnis Internasional, hal
ini disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang penting baik bahasa
lisan maupun bahasa. Tanpa komunikasi yang baik maka hubungan bisnis dapat
dilakukan dengan Iancar. Hambatan bahasa pada saat ini semakin berkurang berkat
bahasa Internasional yaitu bahasa lnggris. Meskipun demikian perbedaan bahasa ini
tetap merupakan kendala yang harus diwaspadai dan diperhitungkan dengan baik
karena suatu pembahasan dalam bahasa tertentu tidak dapat dilakukan (letterlijk)
dengan kata yang sama dengan bahasa yang lain. Beberapa merek dagang atau
produk pun dapat memiliki arti yang lain dan sangat negatif bagi suatu negara
tertentu. Sebagai contoh pabrik mobil Chevrolet yang memberikan nama jenis
mobilnya dengan nama "Chevrolet's Nova", pada hal di negara Spanyol kata "No
Va" berarti "tidak dapat berjalan". Oleh karena itu maka sangat sulit untuk
memasarkan produk tersebut di negara Spanyol tersebut.
Perbedaan kondisi sosial merupakan masalah yang harus dicermati pula dalam
melakukan bisnis Internasional. Misalnya saja memberikan warna pada suatu
produk atau bungkus harus hati-hati karena warna tertentu yang ada di suatu negara
memiliki makna tertentu di negara lain dapat membantu yang
menentang. Perbedaan budaya selain kebiasaan juga perlu diperhatikan. Misalnya
orang Jepang memiliki kebiasaan untuk tidak mau membeli wanita ketika membeli
di supermarket, mengambil barang ini membawa barang-barang yang mengandung
alat-alat kosmetik yang tidak dapat diakses dengan kosmetik wanita, karena tidak
akan didekati oleh pembeli pria.

3. HAMBATAN POLITIK, HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN


Hubungan politik yang kurang baik antara satu negara dengan negara lain juga
akan membatasi hubungan bisnis dari kedua negara tersebut. Sebagai contoh yang
ekstrim Amerika melakukan embargo terhadap komoditi perdagangan dengan
negara-negara komunis. Ketentuan Hukum atau Perundang-undangan yang
berlaku di suatu negara kadang-kadang juga berlaku berkelanjutan
internasional. Misalnya negara-negara Arab membutuhkan barang-barang yang
mengandung minyak babi. Lebih lanjut, itu undang-undang di negaranya sendiri
pun dapat dilakukan selanjutnya, Internasional, misalnya, Indonesia, mengekspor
ekspor kulit mentah, setengah jadi, rotan mentah, dan setengah jadi dan sebagainya.
4. HAMBATAN OPERASIONAL
Hambatan perdagangan atau bisnis internasional merupakan masalah
operasional yaitu pengangkutan atau pengangkutan barang dari negara yang
lain. Transportasi ini dilakukan secara sukarela dilakukan oleh negara kedua yang
belum memiliki jalur pelayaran kapal laut reguler. Hal ini akan dapat mengalihkan
biaya pengangkutan atau ekspedisi kapal laut untuk jalur ini akan menjadi sangat
mahal. Mahalnya biaya angkut itu selain menyangkut kapal pengangkutnya hanya
melayani satu negara itu saja yang lalu mahal, maka kembalinya kapal tersebut dati
negara tujuan yang akan menjadi kosong. Perjalan kapal kosong di samudera luas
akan sangat berbahaya bagi keselamatan kapal itu sendiri.

1.5 PERUSAHAAN MULTINASIONAL


Perusahaan multinasional pada hakikatnya adalah suatu perusahaan yang
melaksanakan kegiatan secara internasional atau dengan kata lain melakukan
operasinya di beberapa Negara. Perusahaan macam ini sering disebut Multinasional
Corporations yang biasanya disingkat MNC. Era Globalisasi yang melanda dunia
pada saat ini dimana dalam kondisi itu tidak ada satu Negara pun di dunia ini yang
terbebas dan tak terjangkau oleh pengaruh dari Negara lain. Setiap Negara setiap
saat akan selalu terpengaruh oleh tindakan yang dilakukan oleh Negara lain. Hal ini
bisa terjadi karena pada saat ini kita berada dalam abad komunikasi, sehingga
dengan cara yang sangat cepat dan bahkan dalam waktu yang bersamaan kita dapat
mengetahui suatu kejadian yang terjadi di setiap Negara di manapun di dunia ini
Dari keadaan itu maka seolah-olah tidak ada lagi batas-batas antara negara yang
satu dengan negara yang lain. Kehidupan sehari-hari menjadi lebih bersifat sama.
Dengan kecenderungan yang terjadi pada saat ini bahwa permintaan ataupun
kebutuhan masyarakat di mana pun di dunia ini mendekati hal yang sama.
Kebutuhan akan barang-barang konsumsi atau untuk kehidupan sehari-hari
cenderung tidak berbeda antara negara yang satu dengan negara lain. Kebutuhan
akan sabun mandi, sabun cuci, alat-alat tulis, alat-alat kantor, pakaian, juga perabot
rumah tangga dan sebagainya tidaklah banyak berbeda antara masyarakat Indonesia
dengan Filipina, Jepang, Korea, Arab atupun di Eropa dan Amerika.
Kecenderungan untuk adanya kesamaan inilah yang mendorong perusahaan
untuk beroperasi secara Internasional Perusahaan yang demikian akan mencoba
untuk mencari tempat pabrik guna memproduksikan barang-barang tersebut yang
paling murah dan kemudian memasarkannya keseluruh penjuru dunia sehingga akan
menjadi lebih ekonomis dan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Di samping itu adanya batasan-batasan ekspor-impor antar negara mendorong
suatu perusahaan untuk memproduksikan saja barang itu di negeri itu sendiri dan
kemudian menjualnya di negeri itu juga meskipun pemiliknya adalah dari luar
negeri. Dengan cara itu maka problem pembatasan ekspor-impor menjadi tidak
berlaku lagi baginya. Banyak contoh perusahaan multinasional ini misalnya saja:
Coca Cola, Colgate, Johnson & Johnson, IBM, General Electric, Mitzubishi
Electric, Toyota, Philips dari negeri Belanda, Nestle dari Switzerland, Unilever dari
Belanda dan lnggris, Bayer dari Jerman, Basf juga dari Jerman, Ciba dari
Switzerland dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai