1. Inhalan
Inhalan adalah zat senyawa organic yang berbau tajam dam mudah menguap, yang
jika di salah gunakan dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan psikis
Inhalan atau solvent adalah zat yang terdapat pada alat perekat (lem), cat, minyak
cat (tiner), bensin, dan lain-lain.
Inhalan atau solvent adalah uap bahan yang mudah menguap yang
dihirup,contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning,
tinner, uap bensin.
Pemakaiannya dengan cara dihirup atau disedot dengan hidung. Gas yang
dihirup akan masuk ke dalam aliran darah dan ke otak. Inhalen biasanya
dipakai oleh anak-anak jalanan karena harganya murah dan mudah
mendapatkannya. Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur atau
golongan kurang mampu/anak jalanan.
Efek dari inhalen adalah mengantuk, pusing, infeksi saluran pernafasan dan
keracunan. Selain itu dapat menyebabkan mati mendadak karena otak kekurangan
oksigen.Bau lem atau minyak cat/tiner dapat menyebabkan ketagihan,
sehingga jangan pernah mencoba-coba bau tersebut. Pemakaian jangka panjang
dapat mengakibatkan gemetaran, kerusakan otak dan kejang. Penggunaan menahun
toluen yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan
otak.
Berikut yang termasuk inhalan adalah berupa gas yaitu Valatic hydrocarbone
termasuk toluene, hexane, metylbatyketone, trichloroetilene, trichloroetane,
dichlorometane gasoline dan butane. Zat tersebut dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Salrent untuk lem (glue)
2. Propellants untuk aerosol spray, semprot cat, semprot rambut dalam
bentuk krim
3. Thinner untuk mengecat
4. Fuels
2. NAPZA Sintetik Baru (Flakka)
A. Pengertian Flakka
Flakka adalah stimulan yang memiliki banyak efek samping berbahaya.
Flakka adalah jenis narkoba paling berbahaya saat ini. Efek dari narkoba
berbentuk kristal putih atau pink dengan bau menyengat ini membuat
penggunanya bertingkah liar dan hilang kendali seperti zombie. Hal tersebut dapat
dilihat dari berbagai video yang tersebar di dunia maya. Menurut BNN,
Flakka memiliki efek 16 kali lipat dari narkoba pada umumnya. Efek dari
penggunaan barang terlarang ini membuat pemakainya menjadi paranoid,
halusinasi, dan psikosis yang mengerikan.
Flakka adalah alpha-Pyrrolidinopentiophenone (alpha-PVP), sebuah cathinone
sintetis yang masuk ke dalam kelas obat psikoaktif. Biasanya, cathinone ditemukan
di dalam khat (semak yang daunnya dikunyah masyarakat Afrika, selama berabad-
abad), sebagai stimulan. Flakka bertindak sebagai halusinogen dan stimulan. Jika
kedua hal ini dikombinasikan, akibatnya bisa sangat fatal, bagi penggunanya.
Buktinya, puluhan ribu orang telah masuk ke ruang instalasi gawat darurat (IGD),
akibat obat-obatan terlarang yang memiliki sifat keduanya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang (Menurut Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika).
Lambat laun penyalahgunaan narkotika menjadi masalah yang serius, maka dari itu
pada zaman Orde Baru pemerintah mengeluarkan regulasi berupa Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Permasalahan
a. Dapat dilihat permasalahan yang timbul adalah dari segi penanganan para
penyalahguna narkotika. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika,
b. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan.
c. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa narkotika adalah zat atau
obat yang sangat penting untuk keperluan pengobatan, tetapi justru akan
menimbulkan masalah yang besar apabila di salah gunakan. Pasal 7 UU
No. 35 Tahun 2009 menyatakan bahwa Narkotika hanya dapat digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
f. Sedangkan sisi keras dan tegas dapat dilihat dari pasal-pasal yang
tercantum di dalam Bab XV UU No. 35 Tahun 2009 (Ketentuan Pidana),
yang mana pada intinya dalam bab itu dikatakan bahwa orang yang tanpa
hak dan melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan, hukumannya adalah pidana penjara. Itu
artinya undang-undang menjamin hukuman bagi pecandu/korban
penyalahgunaan narkotika berupa hukuman rehabilitasi, dan bandar,
sindikat, dan pengedar narkotika berupa hukuman pidana penjara.
g. Permasalahan yang muncul adalah dari perbedaan persepsi antar para aparat
penegak hukum yang kemudian menimbulkan penanganan penyalahguna
narkotika yang berbeda-beda pula. Sangat sering terjadi penyidik
menggunakan pasal yang tidak seharusnya diberikan kepada pecandu dan
korban penyalahgunaan narkotika. Jaksa Penuntut Umum pun hanya bisa
melanjutkan tuntutan yang sebelumnya sudah disangkakan oleh penyidik,
yang kemudian hal itu berujung vonis pidana penjara oleh Pengadilan
(Hakim) kepada para pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika.
h. Seharusnya aparat penegak hukum dapat lebih jeli lagi melihat amanat
Undang-Undang dan regulasi lainnya yang mengatur tentang penanganan
penyalahguna narkotika. Sudah jelas dikatakan dalam pasal 54 yang
mengutamakan bahkan wajib hukumnya pecandu dan korban
penyalahgunaan narkotika untuk menjalani rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial, hal itu diperkuat lagi oleh Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan
Wajib Lapor Pecandu Narkotika.
j. Begitu pula apabila kita lihat dari sisi hakim. Hakim seharusnya dapat
memperhatikan pasal-pasal pada UU No. 35 Tahun 2009, sebagai berikut:
Referensi:
Habibi, H. 2019. Hambatan Komunikasi Badan Narkotika Nasional Kota Banda Aceh Dalam
Menangulangi Penyalahgunaan Narkoba. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh,
(Online), (https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/7234/1/Husnul%20Habibi.pdf, diakses 7
September 2020).
Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pencegahan
Penyalahgunaan Inhalan dan Obat.
Rahma, NA. 2017. Tinjauan Sosiologis Terhadap Perilaku Anak Remaja Menghisap Lem Di
Kota Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, (Online),
(https://core.ac.uk/download/pdf/198219754.pdf, diakses 7 september 2020).
Savitri, T. 2019. Flakka, Narkoba Murah yang Dampaknya 10 Kali Lipat Lebih Berbahaya
dari Kokain, (Online), (https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/narkoba-flakka-
adalah/#gref, diakses 7 September 2020).
Utari, R. 2020. Dikenal Lebih Berbahaya dari Kokain, Apa Itu Flakka?, (Online),
(https://www.sehatq.com/artikel/dikenal-lebih-berbahaya-dari-kokain-apa-itu-flakka, diakses
7 September 2020).