Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pengelolahan Limbah Klinis Laboratorium Imunologi

Disusun oleh :

Nama : Zaskia Frilia Tumewu

NIM : 711345318100

Tingkat/ Semester : III A / V

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

AGUSTUS 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perancanaan


2.2 Unsur-Unsur Perencanaan
2.3 Kegiatan Laboratorium
2.4 Perencanaan Kegiatan Pengolahan Limbah di Laboratorium

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Laboratorium memiliki arti penting dalam perkembangan pengajaran


dan perkembangan kurikulum yang semakin kompleks. Keberadaan
laboratorium juga berperan dalam kemajuan lembaga pendidikan seperti
sekolah, perguruan tinggi, dan pesantren.

Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses daya guna sumber


daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang
diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi
sumber daya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, laboratorium
harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik (Susilowati , 2012). Oleh karena
itu perlu adanya penanganan serius terhadap suatu laboratorium khususnya dalam
pengolahan limbah klinis karena hal tersebut sangat penting untuk kemajuan
sebuah laboratorium dan mengurangi resiko kecelakaan kerja baik tenaga medis
maupun pasien.

Limbah laboratorium adalah sisa atau buangan/sampah yang dihasilkan


dari suatu proses atau kegiatan laboratorium yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu merugikan/merusak lingkungan dan tidak memiliki nilai
ekonomis. Limbah klinis laboratorium imunologi berasal dari pelayanan medis ,
perawatan dan yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan pada saat dilakukan
perawatan, pengobatan atau penelitian .

Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan. Limbah klinis dapat


digolongkan dalam bentuk benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, sitotoksik ,
farmasi, kimia , dan radio aktif. Setiap bahan klinis yang dikirim ke laboratorium
dan setiap alat yang dipakai dalam penanganan bahan tersebut harus dianggap
infeksius. Untuk menghindari kecelakaan di laboratorium, harus benar-benar
memahami cara penanganan spesimen dan pembuangan sampah terkontaminasi
dalam bentuk limbah.

Tujuan :

1. Mampu memahami tentang Manajement Laboratorium


2. Memahami pengertian perencanaan
3. Memahami unsur-unsur perencanaan
4. Mengetahui apa saja kegiatan dalam laboratorium dalam upaya
penanganan dan pengolahan limbah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah proses penentuan tujuan atau sasaran yang


hendak dicapai dan menentapkan sarana dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut secara efisien dan efektif . Perencanaan juga merupakan
suatu rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari oleh tindakan
yang sistematis dan dapat membawa keuntungan tetapi juga dianggap aka nada
tindaklanjut yang juga merupakan rangkaian kegiatan lainnya.

B. Unsur-unsur perencanaan
1. Tujuan
Dalam suatu perencanaan tentunya harus memiliki tujuan yang jelas dan
tepat sasaran untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan dari pengolahan limbah klinis laboratorium imunologi adalah


untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, dan masyarakat sekitar
fasilitas kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera

2. Personal
Dalam upaya pengolahan limbah laboratorium dibutuhkan sosok berupa
atasan atau bawahan yang bertanggungjawab untuk memajukan
perencanaan yang telah disusun untuk kemajuan program tersebut.
Ahli Laboratorium Medis:
bertanggungjawab terhadap sisa specimen yang akan dimasukkan dalam
limbah serta alat bahan yang akan disterilisasi

Manajer puncak : bertanggung jawab atas keseluruhan penanganan


limbah mulai dari pengumpulan , penyimpanan dan pembuangan.
Manajer Administrasi : bertanggung jawab terhadap ketersediaan sarana
dan prasarana untuk keperluan pengelolaan limbah laboratorium.

Manajer Teknik : bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengelolaan


limbah laboratorium.

Teknisi laboratorium : bertanggung jawab sebagai petugas pengumpul


limbah organik di bagiannya masing-masing dan mengalirkan limbah
anorganik ke instalasi pengolah limbah.

Petugas pengelola: limbah merupakan personil yang bertugas melakukan


pengelolaan limbah yang sudah dikumpulkan teknisi dan pengoperasian
instalasi pengolah limbah.

3. Jangka panjang/ jangka pendek


Jangka Panjang :
Visi : “ Laboratorium yang bermutu dan mendukung masyarakat
hidup sehat ’’

Jangka Pendek :
1. Memberikan pelayanan laboratorium sesuai standar, ramah dan
professional
2. Membangun lingkungan kerja yang aman dan nyaman
3. Menyediakan sumber daya yang memadai

4. Program
Pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/ pemusnahan.
5. Bagaimana Pelaksanaanya
- Dengan sumber daya manusia yang memiliki peran yang baik dan
berpengalaman seperti tenaga teknologi laboratorium medis, manager
puncak, manager administrasi, teknisi laboratorium, dan petugas
pengelolah sehingga pelaksanaan penanganan limbah dapat dilakukan
sesuai prosedur
- Mulai dari tahap pengangkutan, pengolahan, pembuangan dan
penimbunan atasan harus melakukan control dalam pelaksanaan
penanganan limbah tersebut

6. Sumber Daya (Resource)


Laboratorium imunologi menyediakan teknisi laboratorium yang
kompeten dan pengelolah yang berpengalaman untuk menangani proses
pengolahan limbah klinis sesuai standar operasional prosedur.

C. Kegiatan Laboratorium
Laboratorium Imunologi harus melaksanakan prosedur pengolahan
limbah klinis dengan baik dan benar dengan cara setiap tenaga medis yang
melakukan penanganan terhadap pasien bertanggungjawab dan mengetahui
jenis-jenis limbah klinis serta prosedur pengolahannya.

1. Identifikasi jenis limbah:


Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiridari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik,
limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
2. Pemisahan Limbah
Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah dihasilkan dengan memisahkan
limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya,
antara lain:

- Limbah Infeksius merupakan limbah yang terkontaminasi darah dan


cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastic berwarna kuning.
Jenis limbah ini seperti sampel laboratorium , limbah patologis
(jaringan, organ, bagiandari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah
yang terdiri dari serum, plasma , trombosit dan lain-lain), diapers
dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran
cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan lewat
darah atu cairan tubuh lainnya
- Limbah non-infeksius merupakan limbah yang tidak terkontaminasi
darah dan cairan tubuh, masukkan kedalam kantong berwarna hitam.
Contoh : sampah rumah tangga, sisa makanan, dan sampah kantor.
- Limbah benda tajam merupakan limbah yang memiliki permukaan
tajam, masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh : jarum
suntik, spuit, ujung infus, lanset, kaca objek dan benda lainnya dengan
permukaan tajam
- Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek)

3, Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang


biohazard.
Beberapa syarat wadah ;imbah di ruangan antara lain tertutup, mudah dibuka
dengan pedal kaki, berdih dan dicuci setiap hari, terbuat dari bahan yang kuat,
ringan dn tidak berkarat, jarak antar wadah 10-20 meter , diletakkan di ruang
tindakan dan tidak boleh dibawah tempat tidur pasien, ikat kantong plastic
limbah jika sudah terisi ¾ penuh.
4. Pengangkutan
Beberapa syarat pengangkutan antara lain,  pengangkutan limbah harus
menggunakan troli khusus yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan, tidak
boleh tercecer, petugas menggunakan APD ketika mengangkut limbah. Juga
lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak memungkinkan
atur waktu pengangkutan limbah

5. Tempat Penampungan Limbah Sementara


Merupakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah sebelum dibawa ke
tempat penampungan akhir pembuangan. Beberapa syarat TPS limbah antara
lain:

- Tempatkan limbah dalam kantong plastic dan ikat dengan kuat


- Beri label pada kantong plastic limbah
- Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari
- Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
- Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup limbah tidak boleh
ada yang tececer
- Gunakan APD ketika menangani limbah
- TPS harus di area terbukam terjangkau oleh kendaraan, aman dans selalu
dijaga kebersihannya dan kondisi kering

6. Pengolahan Limbah
- Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.
- Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator. Limbah cair
dibuang ke spoelhoek.
- Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/ poj ok limbah
(spoelhoek).

7. Penanganan Limbah Benda Tajam/ Pecahan Kaca


- Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
- Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
- Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk dan
tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
- Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
- Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping).
- Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
- Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah
tangga.
- Wadah Penampung Limbah Benda Tajam
- Tahan bocor dan tahan tusukan
- Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
- Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
- Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
- Ditutup dan diganti setelah 3/4 bagian terisi dengan limbah

8. Pembuangan Benda Tajam


- Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkan ke
dalam kantong medis sebelum insinerasi.
- Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi, tetapi bila tidak mungkin
dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain.
- Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan kemungkinan
perlukaan.

9. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen
terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,
termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus
dilakukan dengan hati-hati. Kehatian¬hatian ini mencakup penggunaan
perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur sesuai
pedoman kewaspadaan standar dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat SPO penatalaksanaan linen.
Prosedur penanganan, pengangkutan dan distribusi linen harus jelas,aman dan
memenuhi kebutuhan pelayanan.
2. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan
rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
3. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan
tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat
atau petugas.
4. Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke
udara dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera
dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya
dan tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
5. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
6. Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek
atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor
atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong
tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
7. Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry
TERPISAH dengan linen yang sudah bersih.
8. Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi
seyogyanya langsung masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
9. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan
melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan Natrium
hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka harus
diletakkan di wadah tertutup agar tidak menyebabkan toksik bagi petugas.
D. Perencanaan Kegiatan Pengolahan Limbah di Laboratorium
Pengolahan limbah klinis akan memiliki penerapan pelaksaan yang
berbeda-beda antar laboratorium, pada dasarnya terdiri dari pengangkutan,
pengolahan, pembuangan dan penimbunanm.
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin
pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya
dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman. Oleh karena itu perlu
diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi.
Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang
kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan
semprit bekas, kantung urine dan produk darah.

Untuk melancarkan segala proses kegiatan di dalam laboratorium


Imunologi yaitu pengolahan dan penanganan limbah klinis maka sangat
diperlukan perencanaan kegiatan untuk pengolahan limbah didalam
laboratorium Imunologi dengan suatu sistem yaitu :

1. Sistem perencanaan dan pengendalian limbah laboratorium


Perencanaan pengolahan limbah klinisa laboratorium Imunologi harus
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang baik dan benar agar
program dapat berjalan dengan baik.

2. Kepemimpinan dan Pengembangan Organisasi

Agar suatu perencanaan pengolahan limbah didalam laboratorium


Imunologi dapat terlaksana dengan baik ,aka dibutuhkam seorang
pemimpin berupa atasan atu bawahan, dimana atasan dapat
bertanggungjawab untuk memajukan sistem perencanaan yang telah
disusun untuk kemajuan laboratorium tersebut.

3. Manajement SDM dan Operasional Laboratorium Imunologi

Proses pengolahan dan penanganan limbah laboratorium harus


ditangani oleh tenaga atau teknisi yang berpengalaman.

4. Desain Laboratorium dan Alur Kerja ( Work Flow)


- Desain Laboratorium

Desain untuk pengolahan limbah klinis laboratorium Imunologi harus


sesuai standar dari suatu laboratorium yang baik.

- Alur Kerja (Work Flow)

Alur kerja dalam pengolahan limbah klinis laboratorium Imunologi


harus sesuai dengan standar operasional. Contoh sebagai berikut :

1) Koordinator laboratorium melakukan identifikasi terhadap limbah


apa saja yang akan lakukan pengolahan
2) Kemudian koordinator mengisi format penanganan limbah klinis
3) Kepala laboratorium memverifikasi apa saja yang yang dibutuhkan
dalam proses penanganan tersebut sehingga dapat menyesuaikan
dengan anggaran
4) Petugas atau teknisi yang bertanggungjawab melaksanakan
pengolahan limbah klinis melakukan proses pengolahan
5) Bagian keuangan mengeluarkan dana sesuai anggaran yang
dibutukan berkaitan dengan transportasi dan petugas yang
bertanggungjawab
6) Koordinator laboratorim menerima laporan dan daftar barang apa
saja yang masuk dalam pengolahan limbah klinis

5. Respon Time dan TAT ( Turn Around Time)


Sebuah laboratorium harus menjamin kenyamanan dan
keselamatan pasien dan petugas kesehatan untuk kalancaran
pelayanan laboratorium agar pada waktu laboratorium digunakan
atau beroperasi lingkungan dalam keadaan bersih dan aman dari
limbah klinis.

6. Pencatatan dan pelaporan hasil


Pengolahan limbah klinis dalam laboratorium petugas wajib
memastikan terlebih dahulu barang-barang apa saja yang sudah
tidak digunakan dan kemudian dimasukkan dalam daftar limbah
kemudian mencatat laporan.

7. Manajement Pelayanan Laboratorium

Laboratorium haeus terus melakukan pembenahan dalam kegiatan


pengolahan limbah klinis untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas laboratorium
BAB III

KESIMPULAN

1. Laboratory Manajement Pengelolaan merupakan suatu proses


daya guna sumber daya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan
memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya.

2. Perencanaan juga merupakan suatu rangkaian kerja untuk


merumuskan sesuatu yang didasari oleh tindakan yang sistematis dan
dapat membawa keuntungan tetapi juga dianggap aka nada
tindaklanjut yang juga merupakan rangkaian kegiatan lainnya.

3. Unsur-unsur perencanaan yaitu : Tujuan. Personal, Jangka


panjang/pendek, Latar belakang, bagaimana pelaksanaannya dan
sumber daya.

4. Kegiatan di laboratorium Imunologi dalam penanganan dan


pengoalahan limbah yaitu: Identifikasi limbah, pemisahan limbah,
Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius
berlambang biohazard, pengangkatan, tempat penampungan limbah
sementara, pengolahan limbah, penaganan limbah benda
tajam/pecahan kaca, pembuangan benda tajam, penatalaksanaan
linen
Daftar Pustaka

Audiana, M. 2017. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Teknik


Lingkungan dengan Koagulasi dan Adsorpsi untuk Menurunkan COD,
Fe, dan Pb. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Aplikasi Sistem Informasi dan Manajemen Laboratorium Penulis: Tetty


Resmiaty, S.KM, Reno Sari, S.ST., MARS. dkk Pengembang Desain: Dra.
Lis Setiawati, M.Pd

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan http://www.indonesian-publichealth.com/standar-
pengelolaan-limbah-di-fasilitas-pelayanan-kesehatan/#:~:text=Tujuan
%20Pengelolaan%20Limbah%20pada%20fasilitas,dari%20penyebaran
%20infeksi%20dan%20cidera. Diakses pada 7 Agustus 2020

http://eprints.ums.ac.id/29896/BAB_l.pdf
CURICULUM VITAE

Nama lengkap : Zaskia Frilia Tumewu

Alamat : Jln Raya Winebetan Kec. Langoawan Selatan,

Kabupaten Minahasa

Tempat/tgl lahir : Winebetan, 14 Januari 1999

Pendidikan : 2007-2012 SD Negeri 3 Langowan

2012-2015 SMP Negeri 1 Langowan

2015-2018 SMA Negeri 1 Langowan

2018-Sekarang DIII Teknologi Laboratorium Medis


Poltekkes Kemenkes Manado

Organisasi : UKM KSR PMI PoltekkesKemenkes Manado

Anda mungkin juga menyukai