Anda di halaman 1dari 9

TOPIK V: Therapeutic Community Program

A. Therapeutic Community (TC)


TC didefinisikan sebagai metode dan lingkungan yang terstruktur untuk mengubah perilaku
manusia dalam konteks kehidupan komunitas yang bertanggungjawab (Richard Hayton, 1998).
Prinsip yang digunakan dalam TC adalah “Self-help, Mutual-help”. Anggota komunitas
(resident) bertanggungjawab untuk saling menolong satu sama lain, dengan menolong orang lain
ia sekaligus juga menolong dirinya sendiri. Komunitas yang saling membantu ini diyakini dapat
mengembalikan seorang pecandu pada kehidupan yang benar (right living).
Tujuan utama TC adalah menghentikan penyalahgunaan NAPZA dan mendorong ke arah
pertumbuhan pribadi. Kegiatan di komunitas mendorong mereka untuk mengenal diri sendiri
baik dari segi emosional, intelektual, spiritual, perilaku, dan ketrampilan. TC percaya bahwa
manusia bisa berubah dan pembelajaran itu terjadi melalui teguran dan aksi, pengertian, serta
saling membagikan pengalaman antar sesama residen (Daytop.org)

B. Tahapan  dalam Program TC :


1) Induction
Tahap ini berlangsung pada sekitar 30 hari pertama saat residen mulai masuk. Tahap ini
merupakan masa persiapan ke tahap Primary yang meliputi : penilaian dan orientasi program TC,
penegasan latar belakang dan keinginan resident, kecocokan, penyesuaian dalam komunitas, dan
partisipasi harian.

 2) Primary
Tahap ini difokuskan pada perkembangan sosial dan psikologis residen. Dalam tahap ini residen
diharapkan dapat melakukan sosialisasi, mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan
kepekaan psikologis dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi teraputik yang telah
ditetapkan. Dilaksanakan selama kurang lebih 6 sampai dengan 9 bulan. Primary

terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

 Younger member
 Middle member
 Older member
 3) Re-entry
Re-entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-entry memiliki tujuan untuk
memfasilitasi residen agar dapat bersosialisasi dengan kehidupan luar setelah menjalani
perawatan di Primary. Tahap ini dilaksanakan selama maksimal 6 bulan.

 4) Aftercare
Program yang ditujukan bagi eks-residen/alumni. Program ini dilaksanakan di luar panti dan
diikuti oleh semua angkatan di bawah supervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati
bersama.

Dengan budaya TC seperti di atas, maka diharapkan pelaksanaan program benar-benar


dijalankan oleh residen. Residen sebagai objek dan subjek yang menjalankan treatment. Program
disusun untuk membuat residen terlibat secara penuh dalam setiap kegiatan, sesuai dengan job
function-nya masing-masing. Kedudukan petugas hanya sebagai pengawas, yang mengawasi
jalannya program.

Topic VI: Tembakau


Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai sama.
Tanaman tembakau terutama adalah Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica, meskipun
beberapa anggota Nicotiana lainnya juga dipakai dalam tingkat sangat terbatas.
Tembakau adalah produk pertanian semusim yang bukan termasuk komoditas pangan,
melainkan komoditas perkebunan. Produk ini dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai
pengisi waktu luang atau "hiburan", yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga
dapat dikunyah. Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat sebagai
pestisida dan bahan baku obat.
Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa
ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang.
Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan.
Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja
menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi
perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-
20.
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol
"tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam
bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini
(menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa
berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk
sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk
mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang
dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan.
Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk
tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.
Tembakau adalah produk yang sangat sensitif terhadap cara budidaya, lokasi tanam,
musim/cuaca, dan cara pengolahan. Karena itu, suatu kultivar tembakau tidak akan menghasilkan
kualitas yang sama apabila ditanam di tempat yang berbeda agroekosistemnya. Produk tembakau
sangat khas untuk suatu daerah tertentu dan kultivar tertentu. Akibatnya, macam-macam produk
tembakau biasanya dinamai sesuai lokasi tanam.

Di Indonesia, macam-macam tembakau komersial yang baik hanya dihasilkan di daerah-


daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh kultivar, lokasi penanaman, waktu
tanam, dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, hanya beberapa tempat yang memiliki
kesesuaian dengan kualitas tembakau terbaik, tergantung produk sasarannya.
Berdasarkan cara pengolahan pascapanen, dikenal tembakau kering-angin (air-cured), kering-
asap (fire-cured), kering-panas (flue-cured), dan kering-jemur (sun-cured).
Macam-macam tembakau kualitas tinggi di Indonesia

Macam/tipe Daerah Kegunaan

Deli Deli wrapper cerutu

Srintil Temanggung Temanggung, Parakan, Ngadirejo rokok (rajangan), kunyah

Klaten, Sleman, Boyolali,
Virginia-Vorstenlanden sigaret
Sukoharjo

filler, binder,
Vorstenlanden Klaten, Sleman
dan wrapper cerutu

Madura Madura rajangan rokok

Besuki Voor-Oogst
Jember, ditanam musim hujan,
(VO, "sebelum panen rajangan rokok
panen awal kemarau
padi")

Besuki Na-Oogst Jember, ditanam akhir musim


filler, binder,
(NO, "setelah panen hujan,
dan wrapper cerutu
padi") panen akhir kemarau

Virginia-Lombok Timur Lombok Timur rajangan sigaret

Selain itu, terdapat beberapa daerah penghasil tembakau kualitas menengah ke bawah, biasanya
ditanam untuk pasar domestik atau rokok kualitas rendah, tingwe ("linting dhewe"),
atau tembakau kunyah, seperti tembakau Kaponan dari Ponorogo.
a. Biologi

Nikotin adalah senyawa candu yang ada pada tembakau. Terdapat beberapa spesies dalam
genus Nicotiana yang bisa disebut tembakau. Genus ini merupakan bagian dari
famili Solanaceae. Berbagai tumbuhan mengandung nikotin, senyawa neurotoksin yang mampu
mematikan serangga. Tembakau adalah tumbuhan yang mengandung jumlah nikotin tertinggi
dibandingkan tumbuhan lainnya. Namun tidak seperti tumbuhan dari famili Solanaceae lainnya,
tembakau tidak mengandung senyawa tropan alkaloida yang beracun bagi manusia. Meski
mengandung cukup nikotin dan senyawa psikoaktif lainnya (germakren, anabasin, dan
alkaloida piperidin lainnya) untuk mengusir herbivora, namun sejumlah hewan telah
berevolusi dan mampu memakan spesies daru genus Nicotiana tanpa mengalami gangguan.
Tembakau masih tidak mampu dimakan oleh banyak spesies. Karena minimnya predator,
tembakau liar seperti Nicotiana glauca telah menjadi spesies invasif.

b. Dampak produk tembakau


- Sosial
Merokok di tempat umum telah sejak lama hanya dilakukan oleh pria. Wanita yang merokok
dianggap telah merusak kesuciannya. Di Jepang pada zaman Edo, pelacur dan kliennya saling
mendekati dengan berpura-pura menawarkan rokok. Hal yang sama juga dilakukan di Eropa
pada abad ke-19. Sejak Perang Sipil Amerika, penggunaan tembakau dikaitkan
dengan maskulinitas dan kekuasaan, dan menjadi ikon pencitraan penguasa kapitalis.
Saat ini tembakau banyak ditentang karena mengakibatkan banyak masalah kesehataNsehingga
muncul kampanye anti rokok di beragai tempat di seluruh dunia. Bhutan adalah satu-satunya
negara yang melarang penjualan tembakau.
- Demografi
Tembakau hampir seluruhnya dijadikan rokok, dan pemanfaatan tembakau hampir seratus persen
berupa rokok. Pada tahun 2000, merokok dilakukan oleh setidaknya 1.22 miliar orang dan
sebagian besar merupakan laki-laki. Namun selisih antar gender berkurang dengan meningkatnya
usia. Orang miskin memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk merokok, demikian pula
masyarakat di negara miskin dan berkembang jika dibandingkan dengan masyarakat di negara
maju. Hingga tahun 2004, WHO melaporkan jumlah kematian sebesar 5.4 juta jiwa akibat
rokok.]
- Kesehatan
Berdasarkan WHO, tembakau merupakan penyebab terbesar kematian oleh penyakit-yang-dapat-
dicegah. Bahaya penggunaan tembakau mencakup penyakit yang terkait dengan jantung dan
paru-paru seperti serangan jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, emfisema,
dan kanker (terutama kanker paru-paru, kanker laring, dan kanker pankreas).
WHO memperkirakan bahwa tembakau menyebabkan kematian bagi 5.4 juta jiwa pada tahun
2004. 100 juta kematian akibat tembakau telah terjadi akibat tembakau sepanjang abad ke
20. Tembakau juga penyebab kematian bayi dan janin di seluruh dunia ] karena orang tua
perokok.
Perokok pasif meski tidak merokok, dapat mengalami kanker paru-paru. Di Amerika Serikat
3000 orang dewasa meninggal akibat paparan asap rokok sebagai perokok pasif. Setidaknya
46000 orang perkok pasif mengalami penyakit jantung dan meninggal.
Jumlah perokok secara umum berkurang dengan meningkatnya kesejahteraan dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara. Dengan kata lain, jumlah perokok berkurang seiring
dengan bergeraknya suatu negara menjadi negara maju. Di Amerika Serikat, jumlah perokok
telah berkurang setengahnya secara persentase sejak tahun 1965, dari 42% menjadi
20.8%. Sedangkan di negara miskin dan negara berkembang, jumlah perokok justru meningkat
secara persentase per tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi jumlah perokok
di Indonesia sendiri akan meningkat sebanyak 24 juta jiwa dari 2015-2025 mendatang. India dan
China, dengan penduduk yang sangat berlimpah dan IPM yang tidak terlalu tinggi menjadikan
keduanya pasar bagi rokok dari seluruh dunia. China sendiri telah menjadi produsen rokok
terbesar di dunia dengan memproduksi 2.4 triliun batang rokok per tahun atau setara dengan 40%
produksi total dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, para ahli mulai meneliti Alternative Nicotine Delivery
Systems (ANDS) atau produk penghantar nikotin alternatif dalam upaya pengendalian
tembakau. Produk mengandung nikotin seperti koyo nikotin, rokok elektronik, dan produk
tembakau yang dipanaskan bukan dibakar yang tidak melibatkan proses pembakaran, 95% lebih
rendah risiko kesehatan dibanding rokok konvensional yang membakar tembakau untuk
menghantarkan nikotin ke sistem penggunanya.
Di Indonesia, pada tahun 2005 Muncul Tokoh Ulama yang menghasilkan rokok kesehatan. Yang
membedakan adalah Saus yang menjadi bagian dari racikan Tembakau dan Cengkih nya adalah
saus dari bahan/unsur ramuan tradisional yang berasal dari dalam negeri (Indonesia) maupun dari
beberapa Negara Penghasil Rempah-rempah.[butuh rujukan]

c. Syarat Tumbuh
Ada beberapa krteria yang menjadi syarat tumbuhnya tanaman tembakau, yakni suhu, curah
hujan, dan kondisi tanah. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tembakau berada pada rentang
200C sampai 300 C dari mulai transplantasi hingga panen. Namun kondisi yang ideal untuk
produksi daun tembakau dengan kualitas yang baik biasanya pada suhu 26 0 C dengan
kelembapan 70-80%. Selain itu, tembakau membutuhkan distribusi curah hujan tahunan antara
500 hingga 1.250 mm. Namun, kelebihan air dapat menyebabkan tanaman menjadi tipis dan
bersisik. Untuk kondisi tanah, tembakau umumnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.
Akan tetapi tanah yang baik untuk pertumbuhan tembakau adalah tanah liat yang dalam dan
berdrainase baik dengan sedikit atau tanpa risiko banjir. Meskipun tembakau toleran terhadap
kekeringan, tembakau tumbuh optimum pada tanah dengan suhu 20 hingga 30 derajat dengan
kapasitas pasokan air yang tinggi.

d. Proses Budidaya Tembakau


Proses penanaman atau budidaya tembakau dimulai dari proses pengolahan lahan. Keadaan lahan
sangat penting karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman tembakau sangat dipengaruhi
oleh perakaran yang aktif. Pertumbuhan perakaran dipengaruhi oleh aerasi tanah yang baik dan
kelembaban yang cukup. Untuk memaksimalkan pertumbuhan tembakau dibutuhkan aerasi tanah
yang baik, kecukupan air dan nutrisi tanaman.
Penentuan bulan tanam disesuaikan dengan waktu panen. Tembakau umumnya ditanam di akhir
musim hujan yang umumnya hujan sudah jarang, dan dipanen saat musim kemarau. Ketepatan
penentuan waktu tanam berpengaruh pada saat panen dan prosesing. Waktu panen yang salah
dapat berpengaruh terhadap mutu tembakau yang dihasilkan. Penanaman tembakau dilakukan
pada saat umur bibit 40–45 hari dan penanaman dilakukan pada sore hari, karena sore hari
intensitas cahaya matahari telah menurun sehingga penguapan lebih rendah. Setelah bibit
tembakau ditanam Kemudian dilakukan pemupukan. Dalam pemupukan tembakau ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tidak
mengandung klor (Cl) dalam jumlah besar karena klor dalam daun lebih dari 1% dapat
menurunkan daya bakar. Waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Tanaman tembakau mengalami pertumbuhan sangat cepat pada umur 3 - 7 minggu, ditandai
dengan peningkatan bahan kering tanaman (McCants dan Woltz 1967) . Intensitas penyiraman
dipengaruhi ada/tidaknya hujan. Kebutuhan air untuk tembakau sawah berbeda dengan tembakau
tegal, pada kondisi tanpa hujan masing-masing memerlukan 0,5 liter dan 2 liter dalam sekali
penyiraman. Penyiraman dilakukan hingga 39 kali. Kualitas air yang digunakan untuk menyiram
tanaman tembakau juga harus diperhatikan, terutama kandungan klor di dalamnya, yaitu tidak
lebih dari 20 mg/liter.
Tanaman tembakau umumnya berbunga pada umur 60 - 70 hari setelah tanam. Pada fase ini
perlu dilakukan pemangkasan bunga (topping). Pemangkasan adalah kegiatan pemotongan
tangkai bunga dan daun pucuk dengan tujuan untuk merangsang/memacu pertumbuhan dan
perkembangan daun terutama daun atas, serta memperoleh kualitas sesuai permintaan pasar.
Karena tidak ada pembentukan biji maka energi/fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan
untuk meningkatkan luas daun, berat, bodi, dan kadar nikotin. Panen tembakau dilakukan pada
saat tepat masak secara fisiologis, dengan ciri-ciri warna sudah berubah menjadi hijau
kekuningan dan gagangnya mudah dipatahkan pada saat dipetik. Waktu yang tepat untuk panen
adalah pada pagi hari setelah embun menguap sekitar jam 8 pagi. Dalam pemeraman dibutuhkan
kadar air cukup agar proses kimia dapat berlangsung, tetapi kelebihan air juga dapat
mengakibatkan tanaman busuk saat diperam. Jangan memanen daun muda karena klorofilnya
masih stabil, sehingga menghasilkan warna hijau mati. Dalam asap rokok klorofil menyebabkan
bau langu/getir. Setelah dipanen, dilakukan sortasi daun yaitu dikelompokkan sesuai dengan
ukuran dan tingkat kemasakan daun dan dilanjutkan dengan pemeraman. Pemeraman biasanya
berlangsung 2–3 hari. Jika warna daun telah berubah menjadi kuning rata dilanjutkan dengan
perajangan dan pengeringan.
e. Kajian Metabolomik yang telah dilakukan
Kajian metabolomik terkait tembakau telah dilakukan. Salah satu penelitian tembakau melalui
pendekatan metabolomik adalah menentukan senywara aktif yang terkandung dalam daun
tembakau. Uji Keberadaan komponen senyawa tersebut berguna untuk penentuan kualitas daun
tembakau yang baik serta kondisi geografis yang baik bagi pertumbuhan tembakau. Pada
penelitian tersebut, Daun tembakau yang berasal dari Cina dan Zimbabwe digiling dan
diekstraksi dengan dua pelarut, untuk melepaskan komponen hidrofilik dan hidrofobik. Dalam
kondisi ekstraksi yang dioptimalkan, lebih dari 79 dan 84% dari metabolit hidrofilik dan
hidrofobik, masing-masing (terhitung 96,3 dan 92,2% dari kuisioner) memiliki CV lebih rendah
dari 20%, yang dianggap bahwa reproduktifitas tembakau tersebut memiliki kualitas baik
REFERENSI

1. http://www.sekarmawar.com/2015/06/12/therapeutic-community-tc-bagian-i/
2. http://www.sekarmawar.com/2015/06/12/tahapan-dalam-program-tc-therapeutic-community-
bagian-iii/

3.  Screech, "Tobacco in Edo Period Japan" in Smoke, pp. 92-99


4.  Timon Dampak kesehatan dari tembakau
5.  The First Nonsmoking Nation, Slate.com
6.  "Guindon & Boisclair" 2004, pp. 13-16.
7.  Women and the Tobacco Epidemic: Challenges for the 21st Century 2001, pp.5-6.
8.  Surgeon General's Report — Women and Smoking 2001, p.47.
9.  "WHO/WPRO-Tobacco". World Health Organization Regional Office for the Western
Pacific. 2005. Diakses tanggal 2009-01-01.
10.  The Global Burden of Disease 2004 Update 2008, p.23.
11.  World Health Organization (2008). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic
2008: The MPOWER Package (PDF). Geneva: World Health Organization. ISBN 92-4-
159628-7.
12.  "WHO global burden of disease report 2008" (PDF). Diakses tanggal 2013-10-03.
13.  "WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008" (PDF). Diakses tanggal 2013-10-
03.
14.  "Nicotine: A Powerful Addiction." Centers for Disease Control and Prevention.
15.  Secondhand Smoke by BeTobaccoFree.gov
16.  "Cigarette Smoking Among Adults - United States, 2006". Cdc.gov. Diakses
tanggal 2013-10-03.
17.  WHO/WPRO-Smoking Statistics[pranala nonaktif]
18. Drope J, Schluger N, Cahn Z, Drope J, Hamill S, Islami F, Liber A, Nargis N, Stoklosa
M. 2018. The Tobacco Atlas. Atlanta: American Cancer Society and Vital Strategies.
19.  Robert N. Proctor The history of the discovery of the cigarette-lung cancer link:
evidentiary traditions, corporate denial, global toll, Tobacco Control, Tobacco Control
2012;21:87e91. doi:10.1136/tobaccocontrol-2011-050338
20. Abrams, D.B., Glasser, A.M., Pearson, J.L., Villanti, A.C., Collins, L.K., & Niaura, R.S.
(2018). Harm minimization and tobacco control: Reframing societal views of nicotine
use to rapidly save lives. Annual Review of Public Health, 39(14), 1-21
21.  20. Pengurangan Risiko dan Pengendalian Tembakau: Mengubah Pandangan Masyarakat
tentang Nikotin untuk Menyelamatkan Nyawa lebih Cepat. (2019). Retrieved
from https://koalisibebastar.com/article/2019/02/09/pengurangan-risiko-dan-
pengendalian-tembakau-mengubah-pandangan-masyarakat-tentang-nikotin-untuk-
menyelamatkan-nyawa-lebih-cepat/145
22. DAFF.2015.Production Guideline Tobacco.[Online].
https://www.daff.gov.za/Daffweb3/Portals/0/Brochures%20and%20Production
%20guidelines/tobacco%20production%20guideline%20publication.pdf diakses pada
5/4/2019
23.  a b Tso, T.C. 1990. Production, Physiology, and Biochemistry of Tobacco Plant.
Beltsville, Maryland, USA: IDEALS, Inc
24. a b Nurhidayati, Sulis Nur.Spuriyadi.2019.Budidaya Tembakau Madura. Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat
25. Rahman, A. dan Suwarso. 2003. “Studi Populasi pada Tembakau Madura dengan Cara
Panen Satu Kali”. dalam Jurnal Littri 9(3): 98-103. September 2003
26. Karaivazoglou, N.A., D.K. Papakosta, and S. Divanidis. 2005. Effect of Chloride in
Irrigation Water and Form of Nitrogen Fertilizer on Virginia (Flue-Cured) Tobacco.
dalam Field Crops Research, 92(2005):61–74
27. SeparationsNow.2019.Tobacco Metabolomics by LC/MS: Geographical variations in
leafy components.[Online].
https://www.separationsnow.com/details/ezine/sepspec24698ezine/Tobacco-
metabolomics-by-LCMS-Geographical-variations-in-leafy-components.html?
tzcheck=1,1,1,1,1&&tzcheck=1 diakses pada 5/4/2019

Anda mungkin juga menyukai