Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nadia Beliuk

Nim : 2014471065

RANGKUMAN MODUL 1

A. Pengertian berfikir kritis


Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang perawat,
agar menjadi seorang perawat yang profesional, sehingga mampu menyelesaikan masalah.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah
lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis
adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan.
Proses
tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada
sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan
masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks
dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan
mengevaluasimempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan
beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut
directed
thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada
dikemukakan
Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Penekanan kepada proses dan tahapan
berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu
proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian
atau
konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua
kegiatan
tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan
komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001:
1). Pernyataan
tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan
pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
B. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi,
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam
berbagai
aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau
keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun
menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk
mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
5. Model berpikir kritis
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam
keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran
berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaituTotal Recall, Habits,
Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think. Sebelum mempelajari lebih jauh
tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk mempelajari asumsi yang menggarisbawahi
pendekatan lima model tersebut. Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian
mengerjakan seluruh komponen
esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berpikir tanpa

mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah


membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu
yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang mempengaruhi
berpikir dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar berpikir dan
menyimpulkan sesuatu.

Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional
ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa
dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan
mendiskusikan
secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan
mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai
praktek keperawatan.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka
dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat
berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu
kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai dengan
pikiran dan yang sudah dipelajari.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk
menggambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana
pelajar
dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”. Asumsi
yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan dari beberapa
aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir dituangkan.

B. Tahapan berfikir kritis


Tahap-Tahap Proses Keperawatan Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik,
mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan. a.
Pengumpulan data

 Tujuan: Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut
aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data
tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain: Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,
pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga
pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi : Status kesehatan sebelumnya dan
sekarang
Pola koping sebelumnya dansekarang
Fungsi status sebelumnya dan sekarang
Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
Resiko untuk masalah potensial
Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

B. Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional


sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

C. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah
Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.
Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi,
sedangkan Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan
harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow,
yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi
tentang kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah
keperawatan kemungkinan.
Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam
transisi
dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi
yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan
saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi
sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
konyinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan
untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan
pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang(potter,1997)

4. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan
klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan
dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut: Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/
rencana yang telah disusun.
Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan
dalam rencana evaluasi.
Hasil Evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil
evaluasi yaitu :Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan
sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di
cari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai
dengan
evaluasi kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai