Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SIAGA BENCANA LANJUTAN

DOSEN PEMBIMBING : Pitri Subani, SST, M.Kes

NAMA : WATI NENGSIH

NPM : 1826040129.P

KELAS: B 1

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU TAHUN 2019
Bencana Alam Tanah longsor

Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi

karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya

bebatuan atau gumpalan besar tanah.

Secara umum longsor bisa terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan

faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material itu

sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material

tersebut.
Bencana longsor terjadi karena setelah hujan yang cukup lebat dan tanah tersebut tidak

sama sekali ditumbuhi tanaman maka terjadilah longsor itu. Tanaman berguna untuk menahan

tanah-tanah agar tidak mudah longsor atau terseret. Ada juga bencana longsor yang terjadi secara

alami, karena memang tanah yang kurang padat, curah hujan yang cukup tinggi dan kemiringan

yang cukup curam.

Indonesia menjadi negara dengan potensi bencana alam yang cukup tinggi. Berdasarkan

data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018),

tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini belum termasuk bencana tsunami,

gempa bumi, dan longsor yang terjadi selama Desember 2018.

Bencana tanah longsor kerap dipicu karena kombinasi tingginya curah hujan, lereng

terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi,

dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya

waktu untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di

jalur longsoran. Oleh karena itu, masyarakat mesti mengetahui kondisi alam dengan potensi

tanah longsor tersebut.

Untuk mengantisipasi bencana tanah longsor ada beberapa cara yang bisa dilakukan,

seperti dilansir dari Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana
Prabencana

1. Anda bisa mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. Perhatikan

fungsi drainase untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam

lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi, drainase harus dijaga agar

jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.

2. Membuat bangunan penahan, jangkar (anchor), dan pilling untuk tanah longsor.

Kemudian, hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan

fasilitas utama lainnya.

3. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras-teras dijaga

jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).

4. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat

(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80%

sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih

pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).

5. Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.

6. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan.

7. Membuat  tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).

8. Menutup rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
9. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi

cairan).

10. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.

11. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang

dengan tanaman yang memiliki akar kuat, banyak, dan dalam seperti nangka, durian,

petai, kaliandra dan sebagainya.

12. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah

gerak).

13. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.

14. Waspada ketika curah hujan tinggi.

15. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.

Saat Bencana

1. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran.

2. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi ke arah zona

evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di Indonesia telah terpasang Sistem

Peringatan Dini Longsor).


Pasca Bencana

1. Hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.

2. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.


Bencana Alam Gempa Bumi

Gempa bumi adalah guncangan atau getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat

pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba lalu menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi

biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).

Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama Seismometer. Moment

Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia.

Skala Rickter adalah skala besarnya lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada

daerah-daerah yang dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam yang

tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana alam yang sangat

berbahaya.
Ada berbagai cara untuk mengurangi kerugian akibat dampak gempa bumi, seperti

membangun bangunan yang dapat meredam getaran gempa, memperkuat pondasi bangunan dan

masih banyak yang lain.

Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara serius sejak

terjadinya gempa bumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan sekitarnya pada 2004.

Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi

kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap

penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana

adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional

penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:

1. Legislasi

Dari sisi legislasi, pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di bawahnya antara lain:

Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan

daerah.

2. Kelembagaan

Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di

tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal,
forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran

penanggulangan bencana di Indonesia.

Di tingkat nasional,terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur

masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. Pada

tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.

3. Pendanaan

Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan

internasional. Komunitas internasional mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun

manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik.

Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan pemerintah Indonesia terhadap masalah

bencana sangat tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan khususnya

untuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.

Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia:

1. Dana DIPA (APBN/APBD)

2. Dana Kontijensi

3. Dana On-call

4. Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah

5. Dana yang bersumber dari masyarakat

6. Dana dukungan komunitas internasional


Bencana Alam Tsunami

Tsunami secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan” adalah perpindahan badan air

yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan mendadak/tiba-tiba.

Perubahan permukaan laut terjadi karena disebabkan oleh gempa bumi yang berada di bawah

laut, letusan gunung berapi di bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.

Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti

gelombang. Bencana ini termasuk yang paling berbahaya karena tidak dapat diprediksi kapan

terjadinya dan sulit untuk mencegah datangnya tsunami dengna kecepatan tinggi. Menyikapi

kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap

penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana
adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional

penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:

1. Legislasi

Dari sisi legislasi, pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Produk hukum di bawahnya antara lain: Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan

Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah.

2. Kelembagaan

Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di

tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal,

forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran

penanggulangan bencana di Indonesia. Di tingkat nasional,terbentuk Platform Nasional

(Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan

lembaga internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum

PRB Nusa Tenggara Timur.


3. Pendanaan

Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan

internasional. Komunitas internasional mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun

manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan

keseriusan pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan

dengan penganggaran yang signifikan khususnya untuk pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana dalam pembangunan.

Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di

Indonesia:

1. Dana DIPA (APBN/APBD)

2. Dana Kontijensi

3. Dana On-call

4. Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah

5. Dana yang bersumber dari masyarakat

6. Dana dukungan komunitas internasional


Bencana Alam Kekeringan

Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang

amat berkepanjangan (berbulan-bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya bencana ini terjadi bila

suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau

yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat

penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan manusia yang lainnya.

Bencana ini hampir tiap tahun terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya di

Indonesia, bencana ini sudah umum terjadi pada negara yang lain di dunia.

Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah

manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain:
1. Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang

menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat

dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi

(hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi

(technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).

2. Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen

didalam kota/kawasan yang berisiko bencana.

3. Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai