NPM : 1826040129.P
KELAS: B 1
Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
Secara umum longsor bisa terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material itu
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut.
Bencana longsor terjadi karena setelah hujan yang cukup lebat dan tanah tersebut tidak
sama sekali ditumbuhi tanaman maka terjadilah longsor itu. Tanaman berguna untuk menahan
tanah-tanah agar tidak mudah longsor atau terseret. Ada juga bencana longsor yang terjadi secara
alami, karena memang tanah yang kurang padat, curah hujan yang cukup tinggi dan kemiringan
Indonesia menjadi negara dengan potensi bencana alam yang cukup tinggi. Berdasarkan
data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018),
tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini belum termasuk bencana tsunami,
Bencana tanah longsor kerap dipicu karena kombinasi tingginya curah hujan, lereng
terjal, tanah yang kurang padat serta tebal, terjadinya pengikisan, berkurangnya tutupan vegetasi,
dan getaran. Bencana longsor biasanya terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan terbatasnya
waktu untuk melakukan evakuasi mandiri. Material longsor menimbun apa saja yang berada di
jalur longsoran. Oleh karena itu, masyarakat mesti mengetahui kondisi alam dengan potensi
Untuk mengantisipasi bencana tanah longsor ada beberapa cara yang bisa dilakukan,
seperti dilansir dari Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana
Prabencana
1. Anda bisa mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. Perhatikan
fungsi drainase untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam
lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi, drainase harus dijaga agar
2. Membuat bangunan penahan, jangkar (anchor), dan pilling untuk tanah longsor.
3. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras-teras dijaga
4. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat
(khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80%
sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih
8. Menutup rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
9. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi
cairan).
11. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang
dengan tanaman yang memiliki akar kuat, banyak, dan dalam seperti nangka, durian,
12. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah
gerak).
Saat Bencana
1. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran.
2. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi ke arah zona
evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di Indonesia telah terpasang Sistem
Gempa bumi adalah guncangan atau getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba lalu menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama Seismometer. Moment
Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia.
Skala Rickter adalah skala besarnya lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada
daerah-daerah yang dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam yang
tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana alam yang sangat
berbahaya.
Ada berbagai cara untuk mengurangi kerugian akibat dampak gempa bumi, seperti
membangun bangunan yang dapat meredam getaran gempa, memperkuat pondasi bangunan dan
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara serius sejak
terjadinya gempa bumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan sekitarnya pada 2004.
Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi
penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana
adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Legislasi
24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di bawahnya antara lain:
Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan
daerah.
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan
tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal,
forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran
masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga internasional. Pada
tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
bencana sangat tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan khususnya
2. Dana Kontijensi
3. Dana On-call
Tsunami secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan” adalah perpindahan badan air
yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan mendadak/tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut terjadi karena disebabkan oleh gempa bumi yang berada di bawah
laut, letusan gunung berapi di bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti
gelombang. Bencana ini termasuk yang paling berbahaya karena tidak dapat diprediksi kapan
terjadinya dan sulit untuk mencegah datangnya tsunami dengna kecepatan tinggi. Menyikapi
penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana
adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Legislasi
Produk hukum di bawahnya antara lain: Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal, Badan
tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal,
forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran
(Planas) yang terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan
lembaga internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan
keseriusan pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan
Indonesia:
2. Dana Kontijensi
3. Dana On-call
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
amat berkepanjangan (berbulan-bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya bencana ini terjadi bila
suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau
yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat
Bencana ini hampir tiap tahun terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya di
Indonesia, bencana ini sudah umum terjadi pada negara yang lain di dunia.
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain:
1. Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang
menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat