Anda di halaman 1dari 4

Nama : Indah Tri Wahyanti

Reguler XXI B

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

*Penggolongan Gangguan Jiwa*

1). Bagaimana cara menetapkan masalah / diagnosa keperawatan jiwa?

• Diagnosa "penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari individu , keluarga atau
masyarakat terhadap masalah atau proses kehidupan" (Carpenito, 1995)

• Rumusan diagnosa : Permasalahan (P) berhubungan dengan Etiologi (E)

• Diagnosa Keperawatan :

° Merupakan gabungan dari 2 masalah keperawatan (problem dan etiologi)

° Dihubung : "berhubungan dengan"

° Dapat disusun dengan menyusun masalah-masalah keperawatan dalam bentuk "pohon masalah"

° Menggambarkan kondisi klien

• Dalam menentukan diagnosa

° Perawat kesehatan jiwa menganalisa data pengkajian dalam menentukan diagnosa

° Landasan untuk pemberian asuhan keperawatan adalah pengenalan dan pengidentifikasian pola
respon terhadap masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri yang aktual dan potensial

Contoh :

1. Sebagai diagnosa utama :

° Resiko menciderai diri sendiri , orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran

2. Perubahan sensori persepsi

° Halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri

3. Isolasi sosial

° Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronik


2). Dari apa yang dijelaskan tentang PPDGJ ini maka jika pasien menunjukkan perilaku isolasi sosial,
Maka menurut PPDGJ pasien masuk dalam klasifikasi PPDGJ apa?

a. Pikiran bergema (thought echo), penarikan pikiran atau

penyisipan (thought withdrawal atau thought insertion), dan

penyiaran pikiran (thought broadcasting).

b. Waham dikendalikan (delusionofbeingcontrol), waham

dipengaruhi (delusionofbeing influenced), atau “passivity”, yang

jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota

gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)

khusus; waham persepsi.

c. Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku

pasien atau sekelompok orang yang sedang mendiskusikan

pasien, atau bentuk halusinasi suara lainnya yang datang dari

beberapa bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya

dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti

misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau

kekuatan dan kemampuan “manusia super” (tidak sesuai

dengan budaya dan sangat tidak mungkin atau tidak masuk

akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan makhluk asing

yang datang dari planit lain).


e. Halusinasi yang menetap pada berbagai modalitas, apabila

disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun

yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,

ataupun oleh ide-ide berlebihan (overvaluedideas) yang

menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-

minggu atau berbulan-bulan terus menerus

f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan

(interpolasi) yang berakibat inkoheren atau pembicaraan tidak

relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),

sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea,

negativism, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap masa bodoh (apatis),

pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang

menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

i. Perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap


malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan

diri secara sosial.

Anda mungkin juga menyukai