Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Ns. Arief Andriyanto, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Fanny Novita
Nim: 201901081

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TA.2019/2020
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321)390203
1.1 LATAR BELAKANG

Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan meningkatnya

strata pendidikan keperawatan di Indonesia, disamping akses informasi yang sangat cepat di

seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada kemajuan yang cukup berarti di keperawatan

(Jasun, 2006). Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar

bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus

mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian

sampai dengan evaluasi. (http://www.fik.ui.ac.id/).

Keperawatan juga berkewajiban untuk menyediakan pelayanan/asuhan keperawatan

yang didasarkan pada kaedah-kaedah suatu profesi termasuk adanya bukti pertanggung

jawaban melalui sistem informasi yang tepat yang ditunjukkan oleh sistem pendokumentasian

asuhan keperawatan yang baik. Namun pada realitanya dilapangan pendokumentasian asuhan

keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan

sistem /perangkat teknolgi yang memadai, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar

terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Selain itu dalam pelaksanaan

dokumentasi keperawatan, perawat sering mengeluh terhadap dokumentasi yang memakan

waktudan terlalu banyak perawat belum sepenuhnya faham menuliskannya.

(http://www.fik.ui.ac.id/).

Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka perlu

dibuat suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat berkaitan dengan

dokumentasi proses keperawatan. (http://www.fik.ui.ac.id/).

Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat

dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan


yang lebih baik. Metode pendokumentasian asuhan 2 keperawatan saat sudah mulai

menunjukkan perkembangan, dari yang sebelumnya manual, bergeser kearah komputerisasi.

Metode pendokumentasian tersebut dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.

Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanya bermanfaat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan, namun juga dapat menjadi pendukung pedoman bagi

pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan

Executive Information System (Eko,I. 2001). Informasi asuhan keperawatan dalam sistem

informasi manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung

pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan

dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat

digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan

keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara

khususnya dan riset kesehatan pada umumnya (Udin,and Martin, 1997). Oleh karena itu

system sistem informasi manajemen berbasis komputer ini sangat penting dan sangat

dibutuhkan oleh manajemen rumah sakit, dimana aktifitas perawatan dapat termonitor dalam

sebuah data base rumah sakit (http://www.fik.ui.ac.id/).

Manfaat lain yang dapat diperoleh dari sistem informasi yang berbasis komputer ini

ialah system ini sangat praktis karena mampu menyimpan data yang sangat banyak penuh

dalam sebuah kotak kecil/hard disk yang berukuran hanya 15x10x 5 cm. Sistem informasi

berbasis komputer juga dirancang untuk mengikuti era globalisasi sehingga perawat di

Indonesia tidak tertinggal dengan perawat yang diluar negeri (http://www.fik.ui.ac.id/).

(Komputer & Manfaatnya, 2008)


1.2 TINJAUAN PUSTAKA

Sistem informasi keperawatan menurut American Nurses Association (2001) adalah

area khusus yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, ilmu komputer, dan ilmu informasi

untuk mengatur dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktik

keperawatan (Potter & Perry, 2010). Penggunaan sistem informasi keperawatan sebagai

teknologi baru tentunya menuntut peran perawat aktif sebagai instrumen utama dari

organisasi pelayanan kesehatan (Lee, 2006).

Ragneskog dan Gerdnert (2006) menjelaskan bahwa penting bagi perawat untuk

percaya diri dalam menggunakan teknologi informasi. Beberapa perawat tidak memiliki

pengalaman dalam menggunakan komputer karena komputer tidak termasuk dalam

kurikulum keperawatan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Zeigler (2011) yang

menyatakan bahwa sebagian besar self efficacy perawat mendukung perawat menggunakan

komputer dalam melakukan praktik keperawatan.

Teori kognitif sosial (Social cognitive theory) oleh Bandura menyatakan bahwa self

efficacy adalah keyakinan dan kepercayaan diri individu untuk mampu mengkoordinasi dan

melakukan sesuatu yang dibutuhkan dalam suatu tindakan atau pekerjaan terhadap peristiwa

dan lingkungan mereka sendiri (Feist & Feist, 2008; Pajares & Urdan, 2006). Self efficacy

menentukan seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama individu akan

tetap bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.

Individu dengan self efficacy yang rendah, akan diliputi oleh perasaan keragu-raguan

terhadap kemampuannya. Jika individu tersebut dihadapkan pada kesulitan, maka akan

memperlambat dan melonggarkan upayanya, bahkan dapat menyerah (Pajares, 2002).

RSIA Bunda Jakarta baru adalah rumah sakit yang baru mengembangkan sistem

informasi keperawatan yaitu sejak Februari 2011. Sistem informasi keperawatan ini
dinamakan dengan SIMPRO. Hasil wawancara dilakukan kepada beberapa pengguna

SIMPRO menyatakan bahwa mereka sudah bisa dan percaya diri menggunakan SIMPRO,

namun adanya gangguan-gangguan teknis pada sistem menimbulkan rasa kecewa dan malas

untuk menggunakan SIMPRO. Hal hal yang dialami perawat tersebut tentunya dapat

berdampak pada keberhasilan penggunaan, kepuasan dan kinerja perawat, serta kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan. Perawat harus mempunyai keyakinan dan

kepercayaan diri dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan

dalam menggunakan SIMPRO, dengan kata lain perawat penting untuk memiliki self efficacy

yang tinggi dalam menggunakan SIMPRO. Di Indonesia belum banyak informasi yang

diperoleh tentang self efficacy perawat dalam menggunakan SIMPRO. Pendekatan

fenomenologi dalam riset digunakan untuk mendapatkan pengalaman self efficacy perawat

dalam dalam penggunaan SIMPRO di RSIA Bunda Jakarta (Sartika, Hariyati, & Novieastari,

2014)
1.3 PEMBAHASAN

Manfaat Sistem Informasi Keperawatan

Pertama Lebih banyak waktu yang dihabiskan bersama pasien dan lebih sedikit

waktu di ruang perawat, Mengurangi kertas kerja / kehilangan kertas kemudian Alat

dokumentasi keperawatan menjadi otomatis , Standar perawatan diprogram seragam (proses

keperawatan) dapat mengurangi biaya dan Kualitas dapat diukur (Syam & Sukihananto,

2019).

Manfaat yang diperoleh bila rumah sakit menggunakan sistem informasi keperawatan,

yaitu manajemen lebih efisien, penggunaan sumber biaya lebih efektif, meningkatkan

program perencanaan, meningkatkan pendayagunaan perawat (Cornelia, 2007). Manfaat

sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009), lebih banyak waktu dengan

pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station, mengurangi penggunaan kertas dokumentasi

keperawatan secara automatis standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)

mengurangi biaya kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur.(Melianti, 2019)

(Tarigan & Handi2019) Kelebihan lainnya adalah dapat meningkatkan keamanan

sistem perawatan, memungkinkan pertukaran informasi yang lebih dapat diandalkan antara

praktisi dan klien dan peningkatan yang signifikan dalam cara perawatan yang akan

disampaikan, meningkatkan inisiatif perawat, memasukkan dan mengirimkan implementasi

keperawatan yang telah dilaksanakan lebih cepat, dan menciptakan pelayanan yang berpusat

kepada pasien (Mcbride et al., 2018)

Memiliki standarisasi outcome berdasarkan lamanya hari rawat, maka akan teraih

effective cost dalam perawatan pasien (Lia Dwi Jayanti & Rr. Tutik Sri Hariyati, 2020)
(Timur, Arso, & Ardani, 2020) Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang

digunakan untuk mengelola informasi sedangkan sistem informasi adalah kombinasi dari

teknologi informasi dan penggunanya (Standing & Standing, 2009; Sutabri & Napitupulu,

2019). Teknologi informasi dapat dimanfaatkan melalui perangkat elektronik untuk

membantu perawat dalam mengakses informasi, komunikasi serta monitoring secara

cepat(Standing & Standing, 2009). Peningkatan kualitas perawatan pasien, pengurangan

terjadinya kesalahan dan penurunan biaya perawatan dapat dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi informasi (Putzer & Park, 2010).

Meningkatkan komunikasi antar perawat dan antara perawat dengan anggota tim

kesehatan lainnya(Oberty Elvi, 2016).

Dampak sistem informasi keperawatan

dengan sistem komputerisasi ini, mereka lebih banyak berhadapan dengan komputer

dibandingkan bersama dengan pasien. Perawat harus memanfaatkan teknologi informasi,

terutama teknologi klinis, untuk berfungsi dalam pengaturan perawatan kesehatan

kontemporer di seluruh dunia (Melianti, 2019)

penerapan sistem pencatatan keperawatan elektronik ini memberikan dampak

terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan, efisiensi dan keamanan data pasien.

Dampak sistem informasi keperawatan bisa mempertahankan sistem klien dalam

keadaan stabil melalui upaya prevensi primer, sekunder dan tersier.(Febrianti et al., 2020)

Dampak lain yaitu dari rekan kerja dalam menggunakan SIMPRO, yaitu rekan kerja

malas menggunakan SIMPRO. (Sartika et al., 2014)

Dampak dari teknologi informasi menuntuk perawat sebagai pemberi pelayanan


kesehatan
untuk dapat mengembangkan teknologi informasi dalam keperawatan yang tujuanya untuk
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan.(Syam & Sukihananto, 2019)

Kelemahan sistem informasi keperawatan

Sebagian besar pengguna sistem TI ini mengeluh karena tidak memiliki cukup

terminal komputer dan waktu respons yang lambat. Akses ke komputer, printer, dan jaringan

yang dapat diandalkan merupakan persyaratan dasar bagi pengguna Axford dan Carter (1996)

memperingatkan bahwa waktu respons komputer yang lambat dapat memiliki dampak negatif

yang dapat dikenali terhadap praktik keperawatan(Syam & Sukihananto, 2019).

dalam kajian literatur ditemukan beberapa kendala, yakni sistem perangkat yang

dimana tidak semua perawat mampu mengoperasikan sistem yang ada, kemudian dengan

sistem sendiri yang tak kala menemui malah seperti proses yang lambat

sehinggamembutuhkan lebih banyak waktu, kerahasian data pasien yang dirasakan kurang

terjaga dengan adanya sistem ini, dan dengan adanya sistem ini perawat terkadang merasa

kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis, sebab kemampuan menyimpulkan diagnosa dan

intervensi dirumuskan langsung oleh sistem yang ada.(Melianti, 2019)

(Tarigan & Handiyani, 2019) butuh anggaran yang besar pada permulaan, akan sangat

bergantung pada teknologi, membutuhkan tempat penyimpanan data yang sangat besar, risiko

terbukanya kerahasiaan data privacy pasien (Permenkes RI No 82, 2013).

Format dokumentasi hanya digunakan untuk per masalah spesifik tidak untuk

keseluruhan penyakit sehingga tidak efisien dari segi alat (Lia Dwi Jayanti & Rr. Tutik Sri

Hariyati, 2020)

Selama menggunakan SIMPRO, ada beberapa kendala yang dihadapi perawat. Bentuk

kendala yang dihadapi oleh perawat terdiri atas kendala terkait perangkat SIMPRO yang
terdiri atas loading lama, loading error, dan tidak ada sinyal. dan kendala dari rekan kerja

yaitu rekan kerja malas menggunakan SIMPRO.(Sartika et al., 2014)

Kemungkinan diterapkan di indonesia

Perawat mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan pada umumnya dan keperawatan pada khususnya. Kondisi pelaksanaan suhan

keperawatandan pelaksanaan dokumentasi keperawatan di Indonesia masih perlu

ditingkatkan. Dalam pelaksanaandokumentasi keperawatan perawat srring mengeluh terhadap

dokumentasi yang memakan waktu, terlalu banyak memerlukan tulisan dan banyaj perawat

belum sepenuhnya faham menuliskannya. Sistem informasi yang berbasis computer sangat

praktis karena mampu menyimpan data yang sangat banyak dalam sebuah kotak kecil/hard

disk yang berukurab 15x10x5 cm. sistem informasi juga dirancang untuk mengikuti era

globalisasi sehingga perawat di Indonesia tidak tertinggal dengan perawat yang di luar negeri.

Sistem informasi manajemen berbasis computer sangat banyak keuntungannya tapi perlu

dipersiapkan dengan matang sehingga diperoleh sistem informasi yang efektif, handal, akurat

dan terpercaya.(R. T. S. Hariyati, 2014)

Penerapan jaringan sistem informasi kesehatan berbasis elektronik dan internet

memberikan harapan baru terhadap peningkatan kualitas layanan keperawatan di Indonesia.

Jaringan sistem informasi kesehatan berbasis elektronik dan internet ini sangat

memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia, apabila pemerintah menginginkan tujuan

MDG’s tercapai dengan indikator menurunkan angka kematian ibu dan bayi.(Tonsuk, 2011)

Penggunaan teknologi PDA ini sebaiknya secara bertahap sudah mulai diterapkan di

Indonesia supaya pelayanan keperawatan yang diberikan semakin lebih baik dan bermutu.

Akan tetapi tentu harus diimbangi dengan kemampuan perawat itu sendiri dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga penggunaan teknologi PDA tersebut betul-betul

bermanfaat dan berhasil guna.(Oberty Elvi, 2016)

Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun


pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala.
Hal ini mengingat komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan
dalam keperawatan masih banyak kelemahannya. (R. . Hariyati, 2009)

Di Indonesia belum banyak informasi yang diperoleh tentang self efficacy perawat
dalam menggunakan SIMPRO. Pendekatan fenomenologi dalam riset digunakan untuk
mendapatkan pengalaman self efficacy perawat dalam dalam penggunaan SIMPRO di RSIA
Bunda Jakarta.(Sartika et al., 2014)

1.4 KESIMPULAN

Pengaplikasian sistem informasi keperawatan dirasakan memberikan manfaat bagi

perawat dan juga pasien, namun manfaat tersebut belum sempurna karena adanya hambatan

dan kendala dalam pengaplikasian sistem tersebut yang menjadikan manfaat yang dirasakan

belum begitu maksimal.

Kemudian direkomendasikan bahwa tingkat ketersediaan, keandalan, dan dukungan

teknis yang lebih besar. Setiap sistem harus cukup fleksibel untuk disesuaikan agar sesuai

dengan budaya pemberi perawatan dan organisasi di area mana pun daripada memaksakan

metode pengorganisasiannya sendiri. Jadi sistem harus bersifat ‘organik’, memungkinkan

pengembangan dan perbaikan untuk memenuhi kebutuhan instansi.

Pelatihan lebih lanjut dibutuhkan untuk lebih mengefektifkan sistem ini, agar perawat

tidak merasa lebih banyak meluangkan waktu didepan komputer dibandingkan bersama

dengan pasien. Selain dari sumber daya pengguna, sistem ini juga sebaiknya diberikan
dukungan oleh manajemen tingkat atas, agar pemeliharaan sistem juga dapat dilakukan guna

memperlancar operasional sistem yang ada.(Syam & Sukihananto, 2019)

Daftar pustaka

Febrianti, T., Ode, L., Rahman, A., Indonesia, U., Depok, B. K., Barat, J., … Melitus, D.

(2020). PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN KESEHATAN

KOMUNITAS BERBASIS APLIKASI PADA PONSEL UNTUK MANAJEMEN DIRI

PASIEN DIABETES MELITUS : 2(2), 56–66.

Hariyati, R. . (2009). Sistem Infomasi Keperawatan Berbasis Komputer Sebagai Salah Satu

Solusi Meningkatkan Profesionalisme Keperawatan. Universitas Indonesia.

Hariyati, R. T. S. (2014). Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer di Indonesia,

Sudah Perlukah? Jurnal Keperawatan Indonesia, 6(1), 35–40.

https://doi.org/10.7454/jki.v6i1.118

Komputer, B., & Manfaatnya, D. A. N. (2008). Program Magister Ilmu Keperawat an

Kekhususan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Tahun 2008. 0–10.

Lia Dwi Jayanti & Rr. Tutik Sri Hariyati. (2020). 21(1), 1–9.

https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027

Melianti. (2019). Penerapan Ilmu Pengetahuan Teknologi Dan Informasi Yang Mendukung

Cara Berpikir Kritis Perawat.

Oberty Elvi. (2016). Efektifitas dalam penerapan teknologi pda (. Efektifitas Dalam

Penerapan Teknologi Pda Di Pelayanan Keperawatan, (983), 1–6.


Sartika, D., Hariyati, R. T. S., & Novieastari, E. (2014). Self Efficacy Perawat dalam

Penggunaan Sistem Informasi Keperawatan Di RSIA Bunda Jakarta: Studi

Fenomenologi. Jurnal Keperawatan Indonesia, 17(2), 65–73.

https://doi.org/10.7454/jki.v17i2.443

Syam, ahmad dahlan, & Sukihananto. (2019). Manfaat dan hambatan dalam pelaksanaan

sistem Informasi Keperawatan. Jurnal Keperawatan MUhammadiyah, 3, 156–164.

https://doi.org/10.30651/jkm.v4i2.2203

Tarigan, R., & Handiyani, H. (2019). Manfaat Implementasi Dokumentasi Asuhan

Keperawatan Berbasis Komputerisasi Dalam Meningkatkan Mutu Asuhan

Keperawatan. 08(2), 110–116.

Timur, C. N., Arso, S. P., & Ardani, M. H. (2020). Inovasi Pengembangan Sistem Infomasi

untuk Meningkatkan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Pasien Jatuh. Jurnal

Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 3(1), 37.

https://doi.org/10.32584/jkmk.v3i1.545

Tonsuk, D. (2011). PENERAPAN JARINGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

KESEHATAN. https://doi.org/10.16194/j.cnki.31-1059/g4.2011.07.016

Anda mungkin juga menyukai