Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN HEPATITIS

DISUSUN OLEH :

DIKA APRIANI RAHAYU

NIM 18903

Dosen Pembimbing : Ns.Novita Kusuma Rini,S.Kep

POLTEKKES KEMENKES RIAU

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN DILUAR KAMPUS UTAMA

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN HEPATITIS” ini sesuai dengan
perencanaan yang telah ditentukan.

Salawat serta salam tidak lupa Kita haturkan atas junjungan nabi besar kita
Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang
menderang, semoga kami mengikuti jejak beliau sampai akhir zaman. Amin.

Tak ada gading yang tak retak dan tak seorang pun yang luput dari kesalahan dan
kelemahan, Oleh karena itu, Penulis menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk
masukan dan kritik karena dengan adanya kritik dan saran yang membangun tersebut dapat
memberikan wawasan kepada saya untuk kesempurnaan makalah-makalah berikutnya. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pematang reba, 20 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 5
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS 7


A. Defenisi Hepatitis 7
B. Etiologi Hepatitis 7
C. Patofisiologi Hepatitis 8
D. Manifestasi Hepatitis 9
E. Pemeriksaan Diagnostik Hepatitis 10
F. Penatalaksanaan Hepatitis 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 12


1. Pengkajian 12
2. Diagnosa 14
3. Intervensi 15
4. Implementasi 19
5. Evaluasi 19

BAB IV PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO,2018) dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 9 Nomor 1 dewasa ini angka kejadian Hepatitis di dunia semakin meningkat
setiap tahun dan menginfeksi sepertiga penduduk dunia, diperkirakan 500 juta jiwa yang
terinfeksi penyakit Hepatitis dan 1,5 juta orang di dunia meninggal pertahunnya
disebabkan oleh penyakit Hepatitis, ini merupakan angka kematian yang cukup besar di
dunia. Virus Hepatitis diperkirakan menyerang 350 juta 3 orang di dunia dan
menyebabkan 1,2 juta orang meninggal pertahunnya. Virus Hepatitis akan menjadi
kronik dan 20% penderita Hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan
mengalami kegagalan fungsi hati yang dapat berlanjut menjadi Sirosis Hepatis,
Karsinoma Hepatoseluler (hematoma), dan kanker hati.

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes, 2016) dalam www.depkes.go.id yang


diakses pada tanggal 27 Januari 2019, Di Asia Tenggara diperkirakan 100 juta orang
hidup dengan Hepatitis B kronis dan 30 juta orang hidup dengan Hepatitis C kronis.
Setiap tahun di wilayah tersebut, Hepatits B menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru
dan 300.000 kematian. Sementara Hepatitis C menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru
dan 160.00 kematian.

Hasil Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) didapatkan di


Indonesia prevelensi penderita Hepatitis di Indonesia sebanyak 0,39% (1.071.290 juta).
Penderita Hepatitis terbanyak di Indonesia adalah Jawa Barat dengan prevelensi 0,45%
(186.809). Kelompok usia terbanyak yang menderita Hepatitis berusia 15-14 tahun
sebanyak 182.338. Sebanyak 510.714 laki-laki penderita Hepatitis. Dan paling banyak
penderita Hepatitis di daerah perkotaan sebanyak 556.419. Sekitar 50% dari orang-orang
ini memiliki penyakit Hepatitis yang berpotensi kronis dan mengalami disfungsi hati
serta 10% berpotensi menuju fibrosis hati yang dapat menyebabkan kanker.

Komplikasi yang akan terjadi pada penderita Hepatitis yaitu disfungsi hati, sirosis
hepatis, fibrosis hati, dan kanker hati. Komplikasi dari Hepatitis diawali dengan
terjadinya disfungsi hati yang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi dan malnutrisi.

4
Defisiensi nutrisi atau malnutrisi merupakan kondisi ketika manusia tidak mendapatkan
unsur pembangun tubuh yang dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh bisa berfungsi
dengan baik. Pada kasus Hepatitis, defisiensi nutrisi diakibatkan karena ketidakmampuan
sel-sel hati yang rusak untuk memetabolisasi vitamin tertentu dan terjadi kegagalan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. (Brunner & Suddarth, 2010).

Pasien dengan Hepatitis juga timbul gejala klinis berupa selera makan menurun,
rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai
dengan nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu muncul
gejala ikterik seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh kuning,
dan air seni berwarna seperti teh. Berdasarkan gejala klinis yang timbul pada penderita
Hepatitis, kebutuhan dasar yang dapat terganggu adalah termoregulasi, gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan kebutuhan rasa aman nyaman nyeri, gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit serta gangguan integritas kulit. (Kuswiyanto, 2016).

Pada penderita Hepatitis, gangguan kebutuhan yang paling sering terjadi adalah
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Hal ini disebabkan karena adanya kelainan
fungsi hati yang menyebabkan perlemakan pada hati dan adanya rangsangan mual akibat
adanya obstruksi saluran empedu yang mengakibatkan aliran balik cairan empedu di
hepar dan menyebabkan 3 terjadinya peradangan sehingga makanan tertahan di lambung
dan mengakibatkan peningkatan rasa mual yang menyebabkan muntah. (Yusmara, D,
Nursiswati, & Arafat, R, 2017).

Masalah malnutrisi pada penyakit Hepatitis ini juga disebabkan karena adanya
penurunan nafsu makan. Hal ini dikarenakan adanya pelepasan toksin oleh hati yang
rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Dan ini juga disebabkan
karena adanya peradangan pada hati yang akan mengganggu metabolisme di hati yang
memengaruhi pusat pengaturan nafsu makan. (Kuswiyanto, 2016)

Penanganan yang tepat dan sedini mungkin terhadap pasien malnutrisi atau
kekurangan nutrisi pada pasien Hepatitis adalah dengan pemberian nutrisi yang adekuat
dan juga berkualitas untuk menghindari kerusakan hati yang permanen dan memperbaiki
sel-sel hati yang rusak. Pada umumnya, selsel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa
sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan
diet dan istirahat yang baik. Oleh karena itu, penilaian yang akurat terhadap kebutuhan

5
nutrisi pasien merupakan hal penting menuju tatalaksana yang adekuat dalam mencegah
terjadinya kekurangan nutrisi. (Sunaryati, S. S, 2011)

Nutrisi sangat penting bagi penyembuhan penderita Hepatitis, karena Nutrisi


berfungsi untuk mempertahankan kebutuhan metabolisme tubuh. Jika kebutuhan nutrisi
tidak tercukupi, akan mengakibatkan gangguan pada metabolisme sehingga tidak akan
memberikan energi bagi tubuh untuk dapat tumbuh dan berkembang serta memperbaiki
jaringan yang rusak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menetapkan rumusan masalah “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada pasien Hepatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi pada pasien Hepatitis.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi pada pasien Hepatitis.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan nutrisi pada pasien Hepatitis.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi pada pasien Hepatitis.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi pada pasien Hepatitis.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus Hepatitis
terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis E. Diantara
keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya adalah Hepatitis B, karena virus ini
intinya dapat menyatu dengan inti sel hati dan hal itu memungkinkan terjadinya
keganasan atau kanker hati dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).
Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh virus.
Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan Hepatitis A
(HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E
(HEV), Hepatitis F dan Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc,
2015).
B. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya menurut Riyadi, S. (2011)
adalah sebagai berikut :
a. Hepatitis A Virus Hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering
terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
b. Hepatitis B Virus Hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah Hepatitis A. Penularan biasanya terjadi diantara
para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau
diantara mitra seksual. Selain itu pula bisa 28 menularkan virus kepada bayi
selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang
membawa virus Hepatitis B.
c. Hepatitis C Menyebabkan minimal 80% kasus Hepatitis akibat transfusi darah.
Virus Hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang
menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan
seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati alkoholik
seringkali menderita Hepatitis C.

7
d. Hepatitis E Virus Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai
Hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara belakang.
C. Patofisiologi
Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi,
prodromal (pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus Hepatitis.
b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya keluhan-keluhan
pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum yang timbul pada fase ini
biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas
atas, anoreksia, mual, muntah, demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan
dan menetap dikuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodomal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata. 29
d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan
keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
Beberapa agens penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai penyebab
cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan interleukin 6 muncul dalam
sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui ini menyebabkan set point di hipotalamus
sebagai pusat termoregulasi. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya demam.
Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus (jaundice)
merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin sehingga sklera terlihat
kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan gangguan suplai darah ke hati
yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada parenkim, hati,
hepatosit, dan duktuli. Jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke
dalam hati tetap normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati
menyebabkan hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau
menyekresikannya akibat dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan
kemampuan hati untuk mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah
terkonjugasi bersirkulasi kembali ke dalam darah dan meningkatkan bilirubin
conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak tidak larut air. Akibat

8
dari peningkatan bilirubin conjugated dan unconjugated di dalam darah dan menyebar
ke seluruh tubuh maka pasien terlihat ikterik.
Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya
akibat duktus intrahepatik yang terdesak. Akibat sekresi bilirubin terkonjugasi ke
duodenum berkurang yang berdampak pada menurunnya kemampuan dalam
mengemulsi lemak sehingga tidak toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu,
menurunnya sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya
pembentukan sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses menjadi gelap,
pucat seperti dempul (abolis).
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-
garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit. Selain itu
fungsi hati dalam melakukan metabolisme serta regulasi lemak dan asam amino
terganggu. Hal ini menyebabkan peningkatan asam lemak dan asam amino dalam
darah, keadaan ini menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan
menyebabkan pasien tidak nafsu makan (anoreksia).
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu
sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu,
dan kolesterol) menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di
saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem
saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus
dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual
yang mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranial
ke wajah, kerongkongan, serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen
dan diafragma sehingga menyebabkan muntah. (Yasmara, D, Nursiswati, & Arafat, R.
2017)

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penderita Hepatitis secara umum menurut Nurarif,A.H, dan
Kusuma, H (2015) yaitu :
a. Anoreksia, malaise, mual, dan muntah
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan mialgia
c. Demam ditemukan pada infeksi HAV
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)

9
f. Nyeri tekan pada hati
g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopati

E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
b. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi.
c. Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
d. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler.
e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin akibat
kerusakan sel hati.
g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi
duktus biliaris. (Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015)

F. Penatalaksanaan Hepatitis
Jika seseorang telah didiagnosis menderita Hepatitis, maka ia perlu
mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak menyebar.
Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih besar pada hati dan
menyebabkan kanker.
a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A Penderita yang menunjukkan gejala
Hepatitis A diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala
yang timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik dan
analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan
serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B Setelah diagnosa ditegakkan sebagai
Hepatitis B, maka ada beberapa cara pengobatan untuk Hepatitis B, yaitu
pengobatan oral dan injeksi.
1) Pengobatan oral
a) Lamivudine : dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, pemakaian obat ini

10
cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat
monitor berkesinambungan dari dokter.
b) Adefovir dipivoxil (Hepsera) : pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi
ginjal.
c. Baraclude (Entecavir) : obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek
samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan
terjadi peningkatan enzim hati.

2) Pengobatan dengan injeksi Microsphere :


mengandung partikel radioaktif pemancar sinar B yang akan menghancurkan
sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferon
(INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang
memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-
otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan
dengan pemberian antipiretik.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C Saat ini pengobatan Hepatitis C
dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon Alfa, Pegylated interferon
alfa dan Ribavirin. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu
yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong,
untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya. (Nuarif & Kusuma, 2015)

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit,
nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis adalah penurunan nafsu makan,
mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam, nyeri perut, sakit kepala dan pruritus.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penderita Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit
hepatitis atau tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita
Hepatitis, apakah ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang, dan tanyakan apakah pernah mendapat transfusi darah
atau cuci darah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan
pasien yang menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia,
nafsu makan menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas,
terjadi penurunan berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah
dengan malaise umum

3) Riwayat penyakit keluarga


Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitis
adalah apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah
menderita penyakit Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, atau penyakit lainnya.

12
4) Pengkajian pola kesehatan fungsional
a) Nutrisi
Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi
adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan
dengan mengukur tinggi badan, berat badan, perubahan berat
badan, dan diagnosis primer. Dan identifikasi adanya gejala
yang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya : mual,
muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat badan
menurun.
b) Sirkulasi
Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis,
ditemukan adanya bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik
pada sklera kulit dan membran mukosa.
c) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum,
toileting, mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah,
serta ambulasi. Pada pasien Hepatitis didapatkan adanya
kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.
d) Nyeri dan kenyamanan
Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan
Hepatitis, didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada
kuadran atas, nyeri tekan pada abdomen karena adanya
pembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
dan gelisah.
e) Eliminasi
Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis,
ditemukan adanya urine berwarna gelap, dan feses berwarna
tanah liat.
f) Neurosensori

13
Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung
tidur, letargi, dan asteriksis.
5) Pemeriksaan fisik
Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat
dari aspek-aspek berikut :
a. Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.
b. Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak
eritema, atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
c. Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada
membran mukosa.
d. Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus.
e. Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik
usus, pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen,
splenomegali.
f. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran liver atau lien.
g. Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9oC.

6) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi


7) Pemeriksaan laboratorium

2. Diagnosa
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual, muntah
b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hepar
c. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati

14
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


dengan kegagalan masukan asuhan keperawatan Observasi
untuk memenuhi kebutuhan selama 3x24 jam, 1. Identifikasi status
metabolik karena anoreksia, diharapkan kebutuhan nutrisi
mual, muntah nutrisi terpenuhi. 2. Identifikasi alergi
Kriteria Hasil : a. dan intoleransi
Adanya peningkatan makanan
berat badan sesuai 3. Identifikasi
tujuan b. Berat badan makanan yang
ideal sesuai tinggi badan disukai
c. Mampu 4. Identifikasi jenis
mengidentifikasi nutrien
kebutuhan nutrisi 5. Monitor asupan
makanan
6. Monitor berat
badan Terapeutik
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
2. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi

15
sebelum makan
(misalnya,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen
dengan inflamasi hepar asuhan keperawatan Hipertermia
selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan suhu tubuh 1. Identifikasi
dalam rentang normal. penyebab hipertermia
Kriteria hasil : 2. Monitor suhu
a) Suhu tubuh dalam tubuh
rentang normal 3. Monitor haluaran
b) Nadi dan RR dalam urine
rentang normal 4. Monitor
c) Tidak ada perubahan komplikasi akibat
warna kulit dan tidak hipertermia
ada pusing Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
pasien
3. Basahi dan kipasi
bagian tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
6. Lakukan

16
pendinginan eksternal
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemberian cairan
intravena, bila perlu
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan pembengkakan hepar asuhan keperawatan Observasi
yang mengalami inflamasi selama 3x24 jam, 1. Identifikasi lokasi,
hati diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
berkurang. Kriteria hasil frekuensi, kualitas,
: a) Mampu mengontrol intensitas nyeri
nyeri 2. Identifikasi skala
b) Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang 3. Identifikasi faktor
c) Mampu mengenali yang memperberat
nyeri dan memperingan
d) Mengatakan rasa nyeri
nyaman setelah nyeri 4. Identifikasi
berkurang pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
5. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
6. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

17
2. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri Kolaborasi 1.
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Implementasi

18
Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi dari
perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. (Nursalam,
2008). Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi adalah :
a. Secara mandiri (independent) Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan
lainnya.
b. Saling ketergantungan (interdependent) Adalah kegiatan yang memerlukan
kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi, dan dokter.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent) Adalah kegiatan yang berhubungan
dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan
suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan

5. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika
pasien dan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian
tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. (Kozier &
Barbara, 2010).

BAB IV

19
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus Hepatitis
terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis E. Diantara keempat
Hepatitis tersebut yang paling berbahaya adalah Hepatitis B, karena virus ini intinya dapat
menyatu dengan inti sel hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker hati
dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).

Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh virus.
Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan Hepatitis A (HAV),
Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis
F dan Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc, 2015).

B. Saran
Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis. Pelayanan keperawatan hendaknya
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan tetap memperhatikan dan menjaga privacy
klien. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik
kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan
Keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

20
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan  Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal , Trans Info Media : Jakarta
Muttaqin, Arif,. Kumala Sari.( 2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi  
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Salemba Medika : Jakarta.
Sasongko, Rahadyan. (2009).  Petunjuk Modern Kesehatan Keluarga. Panji
Pustaka: Jakarta
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/190/2/BAB%20l.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai