Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEWARGANEGARAAN

KASUS TENTANG WAWASAN NUSANTARA

(Sengketa Pulau Miangas Indonesia-Filiphina)

OLEH

ZUMRATUL AINI RAMADANI MURSAL

N1A119147

1F

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2019
SENGKETA PULAU MIANGAS INDONESIA-FILIPHINA

Latar Belakang

Miangas adalah pulau terluar Indonesia yang terletak dekat perbatasan antara Indonesia dengan
Filipina. Pulau ini termasuk kedalam desa Miangas, kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan
Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.

Untuk menjangkau Pulau Miangas, kita dapat terbang dari Jakarta ke Manado (± 2,5 jam) dan
melanjutkan penerbangan ke Pulau Tahuna (± 1 Jam). Dari Pulau tahuna, perjalanan dilakukan
dengan menggunakan kapal perintis yang singgah setiap 2 minggu.

Perjalanan dengan kapal perintis ke Pulau Miangas membutuhkan waktu sekitar 14 jam.

Pulau Miangas atau Las Palmas (Palmas Island) memiliki keunikan dalam persoalan tapal-batas
dua negara, yaitu antara Indonesia-Filipina. Miangas, pernah dipersengketakan antara dua negara
besar yakni Amerika Serikat (yang kala itu masih menjajah Filipina) dengan Kerajaan Belanda
(yang juga menjajah kepulauan Nusantara atau Hindia Belanda).

Tak kunjung mendapat kata mufakat, sengketa tentang status kepemilikan Pulau Miangas ini
berakhir di Mahkamah Arbitrase Internasional. Pada tanggal 4 april 1928, Hakim Dr. Max
Hubert, arbitrator tunggal Mahkamah Arbitrase Internasional, menyatakan bahwa Miangas
adalah bagian dari wilayah Hindia Belanda. Oleh karena itu, Pulau Miangas berarti menjadi
milik kerajaan Belanda.

Pasca kemerdekaan masing-masing kedua negara (Republik Indonesia dan Filipina), keputusan
Arbitrase Internasional tentang pulau Miangas tetap dipegang teguh, baik oleh Indonesia maupun
Filipina. Pengakuan ini diperjelas lebih lanjut di dalam perjanjian Lintas Batas (Border Crossing
Agreement) antara Indonesia dan Filipina yang ditandatangani pada tahun 1956.

Di dalam perjanjian ini, kedua negara mengakui bahwa Pulau Miangas merupakan pos lintas
batas di pihak Indonesia. Keputusan Arbitrasi Internasional ini diperkuat oleh hasil penelitian
dari 2 orang pakar hukum internasional, yaitu Willem Johan Bernard Versfelt dan Daniel-
Eramus Khan.
Kronologi Kejadian

Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300 tahun lalu dan Trakat Paris
tahun 1989, merupakan wilayah Filipina, bahkan masalah ini dengan UU pemerintah Filipina
yang baru, kedua pulau masuk pada peta pariwisata Filipina.

Pemerintah Filipina mengakui keberadaan pulau Miangas sebagai miliknya berdasarkan Trakat
Paris tahun 1989, Trakat Paris tersebut memuat batas-batas Demarkasi Amerika serikat (AS)
setelah menang perang atas Spanyol yang menjajah Filipina hingga ke Miangas atau La Palmas.

Masyarakat Pulau Miangas  memiliki adat dan budaya. (FOTO: ACHI MASUNENENG)

Trakat itu sudah dikomunikasikan Amerika Serikat ke Pemerintah Hindia Belanda, tetapi tidak
ada reservasi formal yang diajukan pemerintah Hindia Belanda terhadap Trakat itu. Hingga kini
Indonesia dan Filipina belum mengikat perjanjian batas wilayah tersebut.

Putusan Mahkamah Internasional (MI), International Court of Justice (ICJ) tanggal 17-12-2002
yang telah mengakhiri rangkaian persidangan sengketa kepemilikan P. Sipadan dan P. Ligitan
antara Indonesia dan Malaysia mengejutkan berbagai kalangan. Betapa tidak, karena keputusan
ICJ mengatakan kedua pulau tersebut resmi menjadi milik Malaysia. Disebutkan dari 17 orang
juri yang bersidang hanya satu orang yang berpihak kepada Indonesia. Hal ini telah memancing
suara-suara sumbang yang menyudutkan pemerintah khususnya Deplu dan pihak-pihak yang
terkait lainnya.

Dapat dipahami munculnya kekecewaan di tengah-tengah masyarakat, hal ini sebagai cermin
rasa cinta dan kepedulian terhadap tanah air Indonesia.

Sengketa Indonesia dengan Filipina adalah perairan laut antara P. Miangas (Indonesia) dengan
pantai Mindanao (Filipina) serta dasar laut antara P. Balut (Filipina) dengan pantai Laut Sulawesi
yang jaraknya kurang dari 400 mil.
Disamping itu letak Pulau Miangas (Indonesia) di dekat perairan Filipina, dimana kepemilikan
Miangas oleh Indonesia berdasarkan Keputusan Peradilan Arbitrage di Den Haag tahun 1928. Di
Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Pulau Miangas merupakan titik terluar yang paling jauh
dan berbatasan dengan Filipina.

Dalam adat Nanusa, Miangas disebut Tinonda. Konon, pulau ini kata para tetua adat di sana,
sering menjadi sasaran bajak laut. Selain merebut harta benda, perompak ini membawa warga
Miangas untuk dijadikan budak di Filipina.

Di masa Filipina dikuasai penjajah Spanyol, Miangas dikenal dengan sebutan Poilaten yang
memiliki arti: Lihat pulau di sana. Karena di Miangas banyak ditumbuhi palm mulailah disebut
Las Palmas. Lambat laun pulau ini disebut Miangas.

Miangas bukan hanya menjadi sasaran perompakan. Pulau ini memiliki sejarah panjang karena
menjadi rebutan antara Belanda dan Amerika. Amerika mengklaim Miangas sebagai jajahannya
setelah Spanyol yang menduduki Filipina digeser Amerika. Tapi, Belanda keberatan. Sengketa
berkepanjangan terjadi, kasus klaim Pulau Miangas ini diusung ke Mahkamah Internasional.

Secara geografis, penjajah Amerika Serikat mulai bersentuhan dengan Sulawesi bagian utara
sejak akhir abad ke 19. Di tahun 1898 itu, Amerika baru saja menguasai Filipina, setelah
memerangi Spanyol yang ratusan tahun menduduki negara kepulauan itu.

Setelah Spanyol ditaklukkan, muncul sengketa antara Amerika dengan Hindia Belanda.
Sejumlah warga Karatung mempertahankan pulau itu sebagai bagian dari gugusan Kepulauan
Nanusa.

Saat penentuan demarkasi antara Amerika dan Belanda, wakil raja Sangihe dan Talaud, serta
tokoh adat Nanusa dihadirkan di Miangas. Dalam pertemuan untuk menentukan pulau itu masuk
jajahan Belanda atau Spanyol, salah seorang tokoh adat Petrus Lantaa Liunsanda mengucapkan
kata-kata adat bahwa Miangas merupakan bagian Nanusa. Gugusan Nanusa mulai dari Pulau
Malo atau disebut Tanggeng Kawawitan (yang pertama terlihat) hingga Miangas.
Setelah Indonesia merdeka, kehidupan di Kepulauan Nanusa ini tidak berubah. Di masa
Soekarno menjadi Presiden, hampir tak ada pembangunan di daerah itu. Terutama untuk fasilitas
umum, seperti sekolah. Sekolah di pulau-pulau ini paling banyak dijalankan Yayasan Pendidikan
Kristen.

Daerah perbatasan tampaknya selalu berarti wilayah terisolasi, tertinggal. Ini merupakan dampak
kebijakan pembangunan nasional di masa lalu. Potensi sumber daya laut yang dapat menjadi
sumber kemakmuran masyarakat kepulauan, tidak mendapat perhatian.

Sebanyak 16 pulau di Talaud sendiri telah membentuk kabupaten. Dari jumlah itu, sembilan
pulau belum didiami dan tujuh pulau lainnya sudah berpenghuni. Pembentukan kabupaten ini
tidak lepas akibat rendahnya tingkat pengembangan daerah perbatasan selama ini.

Akibat dan Penyelesaian

Indonesia dan Filipina adalah dua negara yang ikut menandatangani Konvensi PBB tentang
Hukum Laut (UNCLOS) pada 1982. Alhasil, berdasarkan UNCLOS, Indonesia berusaha
mengklaim wilayah teritori laut Filipina yang termaktub dalam Perjanjian Paris 1898. Indonesia
berpendapat bahwa batas garis persegi dalam Perjanjian Paris tidak mengikuti aturan dalam
UNCLOS. Filipina memahami sengketa tersebut tapi Filipina cenderung untuk mematuhi
Perjanjian Paris karena tekanan internal.

Pada Juni 1994, negosiasi untuk menyelesaikan sengketa perbatasan dimulai antanegara selama
Pertemuan Pejabat Tinggi dalam Penetapan Batas Laut di Manado, Indonesia. Setelah pertemuan
tersebut, negosiasi kedua negara tidak terjalin hingga 2003. Pada Desember 2003, Arif Havas
Oegroseno dari Kementerian Luar Negeri Indonesia ditunjuk untuk melanjutkan pembicaraan
negosiasi dengan Filipina. Ia melanjutkan negosiasi dengan Filipina sampai 2010 ketika
penggantinya mengambil alih pekerjaannya untuk bernegosiasi mengenai perbatasan laut
sengketa. Dalam serangkaian negosiasi dari tahun 1994 hingga 2014 yang ditangani oleh
Kelompok Kerja Permanen dalam Urusan Maritim dan Kelautan (Joint Permanent Working
Group on Maritime and Ocean Concerns/JPWG-MOC) dibantu oleh tiga subkelompok kerja dan
bersama tim teknis.

Selama negosiasi berlangsung, Filipina mempertimbangkan kembali posisinya menurut


Perjanjian Paris 1898 untuk menyesuaikan dengan UNCLOS 1982. Pada 8 Maret 2011, Menteri
Luar Negeri Filipina Alberto del Rosario dan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa
setuju untuk mempercepat pembicaraan bilateral dengan menandatangani Deklarasi Bersama
yang dikeluarkan selama kunjungan kenegaraan Presiden Filipina Benigno Aquino III.[12]

Setelah delapan pertemuan JPWG-MOC, perjanjian penetapan batas maritim akhirnya


diselesaikan pada tanggal 18 Mei 2014 di Jakarta, Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani Menlu
Del Rosario dan Natalegawa pada tanggal 23 Mei 2014 di Istana Malacañang . Perjanjian
perbatasan laut itu diratifikasi oleh Indonesia pada tanggal 27 April 2017 sementara persetujuan
ini masih ditunda ratifikasinya oleh Senat Filipina hingga 30 Agustus 2017.

Tanggapan

Untuk menanggapi masalah perbatasan umumnya dan pulau-pulau terluar khususnya agar lebih
efektif dan optimal pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Terluar dalam rangka memberdayakan pulau-pulau terluar Indonesia, pemerintah juga telah
melakukan beberapa pembangunan pos dan fasilitas pengamanan di Pulau Miangas, serta telah
mengupayakan pembangunan infrastruktur di pulau tersebut.

Pemerintah Indonesia perlu menegaskan dan merealisasikan komitmen untuk mempercepat


pengembangan pulau-pulau terluarnya secara komprehensif, melalui berbagai pembangunan fisik
dan non fisik, pernaikan infrastuktur dan menjadikan pulau-pulau terluar sebagai beranda
nusantara. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam memberikan jaminan kehidupan yang lebih
baik kepada penduduk Miangas, akan semakin menegaskan dan mengokohkan klaim kedaulatan
Negara Indonesia atas Pulau Miangas.
Sumber Rujukan

Widiyanta, Danar. 2007. Upaya Mempertahankan dan Memberdayakan Pulau-Pulau Terluar di


Indonesia Pasca Lepasnya Sipadan dan Ligitan (2002-2007)

https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/pulau_miangas/

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-internasional/592-menilik-perbatasan-
indonesia-filipina-pulau-miangas

https://id.wikipedia.org/wiki/Perbatasan_Indonesia%E2%80%93Filipina

Anda mungkin juga menyukai