Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

KESEHATAN
TRADISI POTONG JARI DI PAPUA

DISUSUN OLEH:
 EKA PUTRI RAHMAWATI (N1A119135)
 ROZI HASYMI ERIZAL (N1A119139)
 BINTANG AGUNG NUGRAHA (N1A119140)
 ZUMRATUL AINI (N1A119147)
 RISA NOFRIANI (N1A119223)
 NURUL PEENES GULTOM (N1A119224)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
kesehatan kepada kita sekalian, hanya kepada-Nya kita berlindung dan memohon pertolongan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Uswatun Hasanah kita Nabi Besar
Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya sepanjang masa.

Alhamdulillah telah terselesaikannya tugas makalah pada mata kuliah “sosiologi dan
antropologi” dengan judul “tradisi potong jari di papua” dan terima kasih kepada semua anggota
kelompok yang sudah berkontribusi untuk menyelesaikan makalah ini dan terima kasih atas
kekompakannya. Semoga dengan adanya tugas ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua, Amin ya rabbal’alamin.......
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki etnis dan budaya yang beragam dari Sabang sampai
Merauke,bahkan budaya di Indonesia sebagai objek wisata yang menguntungkan negara.
Ihromi (1999) Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun
dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat
dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan.Bila disesuaikan dengan antropologi sosial maka
kebudayaan itu bersifat relativisme yaitu berdasarkan pendapat masyarakat yang
mengalami atau masyarakat yang memiliki kebudayaan.
Kebudayaan sangat penting di dalam kehidupan manusia hal ini didukung
dengan pendapat Ihromi (1999) karena kebudayaan mewujudkan suatu integrasi,maka
perubahan pada satu unsur sering menimbulkan pantulan yang dahsyat dan kadang-kadang
pantulan itu terjadi pada bidang-bidang yang sama sekali tidak
disangka semula.Papua merupakan salah satu pulau yang masih mengikat erat
budayanya,walaupun di pulau ini terdapat kota (Jaya Pura) namun masih terdapat daerah-
daerah tertentu yang masih hidup dengan kebudayaan tanpa dipengaruhi oleh budaya
asing. Kebudayaan memotong jari sebagai ungkapan kesedihan dan pencegahan terjadi
kembali tidak dapat ditemukan di kebudayaan di daerah lain.Pemotongan jari tangan ialah
menghilangkan sebuah organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.

B. RUMUSAN MASALAH
Melihat salah satu kebudayaan yang masih ada tetapi tidak lazim dilakukan masyarakat
Wamena dalam memaknai duka cita, yakni memotong jari yang dimiliki saat keluarga dekat
meninggal, maka dalam makalah akhir ini perumusan masalah yang akan dikaji yaitu :

1. Bagaimana kebudayaan potong jari yang dilakukan masyarakat suku Dani di Wamena
yang dijadikan sebagai simbol duka cita keluarga ?

2. Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan terhadap kebudayaan potong jari yang


dilakukan masyarakat suku Dani di Wamena ?

3. Apa solusi lain yang dapat dilakukan masyarakat setempat agar kebudayaan potong jari
tidak lagi dilakukan untuk memaknai duka cita ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah akhir ini adalah untuk menganalisis kebudayaan
potong jari yang ada dalam masyarakat suku Dani di Wamena, untuk menganalisis
pandangan ilmu pengetahuan terhadap kebudayaan potong jari yang berlaku di Wamena,
serta menganalisis solusi lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat agar
kebudayaan potong jari tidak lagi dilakukan untuk memaknai duka cita.
BAB II

PEMBAHASAN
A . Tradisi potong jari

Tradisi iki palek merupakan tradisi pemotongan jari tangan yang di lakukan oleh
masyarakat Suku Dani, Papua. Hal ini dilakukan ketika kerabat dekat mereka meninggal dunia
dan sebagai tanda kesetian mereka terhadap kerabat dekatnya.Mereka beranggapan bahwa
memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota
keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang
kembali' malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.

Seseorang yang sudah mati masih memiliki hubungan dengan mereka yang masih hidup.
Agar hubungan tersebut menjadi seimbang maka manusia yang masih hidup harus menyerahkan
sebagian dari rohnya kepada orang yang meninggal tersebut dan jari merekalah yang menjadi
sasaran pengorbanan tersebut. Tradisi iki palek biasanya dilakukan oleh kaum wanita karena
kaum wanita mempunyai perasaan yang sangat mendalam terhadap seseorang yang mereka
sayangi seperti ibu, suami, atau anak mereka.

Banyaknya jari mereka yang terpotong menandakan banyaknya jumlah keluarga yang
sudah meninggal. Walaupun umumnya iki palek umumnya dilakukan oleh kaum wanita namun
kaum pria juga punya cara tersendiri untuk menandakan rasa berkabung sekaligus rasa kesetiaan
mereka. Kaum pria yang sedang berkabung akan mengiris daun telinga mereka menggunakan
sebilah bambu tajam.

Di akhir ritual iki palek ini kaum pria akan mandi lumpur sebagai pertanda bahwa
manusia yang hidup akan meninggal dan kembali lagi ke tanah.Bagi Suku Dani, jari bisa
diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun
sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya
menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari.

Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota
keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota
tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting.
Bagi masyarakat Baliem Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai
tersendiri.

Pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup
kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki
atau pun perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk
mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam
keluarga yang berduka.
Seperti kisah seorang ibu asal Moni (sebuah suku di daerah Paniai), dia bercerita bahwa
jari kelingkingnya digigit oleh ibunya ketika ia baru dilahirkan. Hal itu terpaksa dilakukan oleh
sang ibu karena beberapa orang anak yang dilahirkan sebelumnya selalu meninggal dunia.
Dengan memutuskan jari kelingking kanan anak baru saja ia lahirkan, sang ibu berharap agar
kejadian yang menimpa anak-anak sebelumnya tidak terjadi pada sang bayi. Hal ini terdengar
sangat eksrim, namun kenyataannya memang demikian, wanita asal Moni ini telah memberikan
banyak cucu dan cicit kepada sang ibu.

Pemotongan jari dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan
menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan mengikat
jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringan yang terikat menjadi mati
kemudian dipotong. Namun kini budaya 'potong jari' sudah ditinggalkan. sekarang jarang
ditemui orang yang melakukannya beberapa dekade belakangan ini. Yang masih dapat kita
jumpai saat ini adalah mereka yang pernah melakukannya tempo dulu. Hal ini disebabkan oleh
karena pengaruh agama yang telah masuk hingga ke pelosok daerah di Papua.

B. Alasan Pemotongan Jari

Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan
dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan
manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati
perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan
untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah
kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya
saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya
menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.

Alasan lainya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman
dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting
bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang
ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak
terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada
keluarga yang meninggal dunia.

C. Proses Pelaksanaan Potong Jari

Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari
menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Ada juga yang melakukannya
dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran
darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.Selain
tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung.
Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau
kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang
meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.

Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir
ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama
yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa
menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.

D. Hubungan budaya Dani dengan kesehatan

Pemotongan jari ini akan menyulitkan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sederhana,


seperti sulit untuk mengambil makanan dengan tangan juga sendok sehingga lambat laun nutrisi
atau kadar gizi tidak sesuai dengan yang tubuh butuhkan, atau ketika sidik jari kemungkinan
ketiga organ jari yang dibutuhkan tidak mencukupi.

Apabila melakukan amputasi atau potong jari dengan sendiri tanpa saran dokter,
kemungkinan akan mengubah struktur pertumbuhan dan perkembangan organ lain manakala
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi atau tetanus.

Apabila pemotongan dilakukan sendiri tidak tertutup kemungkinan alat yang digunakan
tidak sterill sehingga dapat menyebabkan penyaki “tetanus”. Tetanus adalah penyakit akut,
bahkan fatal, yang disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Bakteri tetanus banyak ditemukan di tanah, debu, pupuk, kotoran manusia, kotoran hewan, dan
sampah.

Gejala yang timbul pada awalnya adalah sakit kepala, gelisah, nyeri pada otot rahang
yang kemudian diikuti rasa kaku (trismus), demam, otot perut mengeras, kejang, dan akhirnya
pada seluruh tubuh. Gejala ini biasanya mulai terjadi 8 hari setelah tubuh terkena infeksi dan
akan menyerang selama 3 hari sampai 3 minggu. Nyeri pada tulang rahang dan gigi seringkali
membuat pasien sulit untuk membuka mulutnya atau untuk menelan makanan, dan akhirnya
dapat mengakibatkan kematian akibat sesak atau sukar bernafas. Tetanus sendiri tidak dapat
ditularkan antara sesama manusia.

Kurangnya akses kesehatan di daerah ini akan mempermudah penyakit ini untuk
menyebar dalam tubuh.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Papua terutama suku
Dani sangat memegang teguh tradisi potong jari mereka sebagai ungkapan duka cita dan
kesedihan yang amat mendalam dari anggota keluarga yang ditinggalkan. Pemotongan jari
tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang kembali' malapetaka yang
telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.

Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari
menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Ada juga yang melakukannya
dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran
darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.

Tradisi potong jari di Papua memiliki dampak dalam bidang kesehatan. Apabila
pemotongan dilakukan sendiri tidak tertutup kemungkinan alat yang digunakan tidak sterill
sehingga dapat menyebabkan penyakit “tetanus”. Pemotongan jari ini akan menyulitkan dalam
melakukan aktivitas-aktivitas sederhana, seperti sulit untuk mengambil makanan dengan tangan
juga sendok sehingga lambat laun nutrisi atau kadar gizi tidak sesuai dengan yang tubuh
butuhkan, atau ketika sidik jari kemungkinan ketiga organ jari yang dibutuhkan tidak
mencukupi.

B. Saran

Untuk menghilangkan budaya potong jari yang dianggap kurang tepat dalam menyikapi
duka cita, maka masyarakat dapat mengungkapkan rasa dukacitanya melalui kurban babi ataupun
hewan penting (sakral) lainnya. Agar menjadi lebih efektif dalam penyampaian saran tersebut,
maka penyuluh dapat melakukan pendekatan dengan kepala suku dan menyosialisasikan pada
saat perkumpulan adat yaitu acara bakar batu.

 Kita sebagai mahasiswa hendaknya mengetahui adat istiadat yang ada di berbagai daerah
untuk memperdalam pengetahuan tentang keragaman bangsa Indonesia.
 Kita harus menghargai seluruh adat istiadat di berbagai daerah tersebut, terutama adat di
Papua. Walau kedengarannya asing bagi kita, namun alangkah baiknya jika kita menyikapi
dengan bijak bahwa tradisi potong jari Papua ini sudah dilakukan sejak lama.

Ketertarikan pembaca terhadap kebudayaan Suku Dani akan membangkitkan keinginan


antropolog Indonesia untukmemenuhi rasa ingin tahu pembaca. Sehingga mereka akan
melakukan lebih banyak penelitian mengenai adat dan Budaya Suku Dani.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/download/17450/16983

http://repository.maranatha.edu/17496/3/0933007_Chapter1.pdf

https://www.academia.edu/30795764/ADAT_DAN_BUDAYA_SUKU_DANI_DI_TANAH_PA
PUA_-_ANTROPOLOGI

http://ariyaninur.blogspot.com/2013/06/makalah-manusia-dan-kebudayaan-indonesia.html

https://putriginting31.wordpress.com/2013/05/08/makalah-akhir-mata-kuliah-antropologi-sosial-
kebudayaan-masyarakat-suku-dani-wamena-kebudayaan-potong-jari-sebagai-simbol-duka-cita/

https://www.kompasiana.com/darrellleebenevaldi2853/5ba226f5677ffb773a6b2662/iki-palek-
tradisi-memotong-jari-di-papua?page=all
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai