Anda di halaman 1dari 25

Review Industri Baja

Febri Andini Putri, Hildayati Amri dan Laila Suryani

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Padang

Email : febriandinip99@gmail.com

ABSTRAK. Industri baja termasuk satu dari banyaknya industri yang


dibutuhkan oleh industri lain karena baja merupakan bahan baku
penting bagi industri lain secara keseluruhan maka dari itu industri
baja memiliki peranan yang penting dalam kehidupan perindustrian.
Tujuan dari jurnal ini yaitu dapat mengetahui : (1) karakteristik dan
klasifikasi baja; (2) proses pembuatan baja tahan karat (stainless
steel); dan (3) industri baja di Indonesia maupun di luar negeri.
Kesimpulan dari jurnal ini yaitu : (1) Sifat-sifat baja diantaranya
teguh, elastis, kenyal atau liat, dapat ditempa, dapat dilas dan keras;
Klasifikasi baja secara umum adalah baja karbon, baja campuran atau
paduan dan baja tahan karat; (2) Proses pembuatan baja tahan karat
antara lain konventor, siemens martin dan dapur listrik; dan (3) Salah
satu industri baja di Indonesia yaitu Krakatau Steel,sedangkan di luar
negeri yaitu ArcelorMittal.

Kata kunci : sifat, klasifikasi, proses pembuatan dan industri.

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Industri ialah sebuah aktivitas ekonomi manusia dimana kegiatannya berupa pengolahan
bahan mentah sehingga menghasilkan suatu produk atau barang baik itu barang setengah
jadi maupun barang jadi atau produk utuh yang benar-benar siap untuk digunakan.
Menurut Departemen Perindustrian, industri ini memiliki beberapa jenis diantaranya :
industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar serta industri kecil. Industri kimia
dasar[1] yaitu industri yang bahan baku utamanya berbahan dasar kimia, contoh dari
industri kimia dasar ini adalah industri semen dan industri baja.
Industri mesin dan logam dasar merupakan industri yang menghasilkan produk setengah
jadi, biasanya berhubungan dengan barang-barang elektronik. Contohnya adalah industri
pabrik. Industri kecil yaitu industri yang berhubungan dengan rumah tangga, contohnya
berdagang. Industri baja merupakan salah satu pendorong utama pembangunan suatu
negara[2], selain itu industri baja termasuk salah satu industri kimia dasar karena
memproduksi barang setengah jadi berupa baja dan baja tersebut akan dan bisa diolah lagi
menjadi suatu produk yang siap guna. Baja merupakan barang setengah jadi yang banyak
digunakan di industri-industri lain karena merupakan produk setengah jadi. Kebutuhan
bahan baku industri besi baja dalam negeri cukup besar.[3]
Baja ialah logam campuran yang berasal dari besi, dimana besi sebagai bahan dasarnya
dan karbon sebagai bahan campurannya. Banyaknya kandungan karbon yang terdapat pada
baja berkisar 0,2% sampai 2,1%. Manfaat adanya kandungan karbon dalam baja yaitu
untuk mengeraskan tiap-tiap kisi kristal pada atom besi. Baja karbon ialah sebuah baja

1
yang dimana terdapat unsur karbon yang berkisar <1,7%, tetapi besi memiliki kadar karbon
besar dari 1,7%. Komponen-komponen ini selalu terdapat pada baja yaitu unsur karbon,
mangan, fosfor, sulfur, oksigen, nitrogen, dan alumunium.[4] Unsur pencampur lain yang
sering digunakan dari pada karbon ialah mangan (manganese), nikel[5], krom (chromium),
vanadium dan tungsten.[6]
Baja karbon merupakan perpaduan antara baja dan karbon yang mana karakteristinya
ditentukan oleh unsur karbon[7], sedangkan unsur-unsur paduan lainnya terdapat
terkandung di baja tersebut disebabkan saat pembuatannya. Karakteristik dari baja
karbon[8] biasanya dipengaruhi dari persen karbon dan mikrostrukturnya.[9]
Industri baja merupakan industri yang penting karena merupakan bahan bakudari
industri yang lainnya, seperti digunakan dalam infrastruktur (contohnya seperti pembuatan
jembatan yang menggunakan baja sebagai bahan utamanya), pembuatan alat-alat pabrik,
alat transportasi, otomotif.[10] Selain itu baja digunakan juga untuk industri pelat timah
sebagai kaleng makanan dan minuman, kaleng cat, juga kontainer kimia. [11]
Indonesia merupakan suatu negara yang mengkonsumsi serta memproduksi baja yang
luas. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Perindustrian, industri besi dan
baja Indonesia berkembang sebanyak 12,74% dan pada tahun 2012. Sekarang negara kita
mengkonsumsi baja sebanyak 12,53 juta ton.
Sektor kontruksi adalah salah satu sektor yang menggunakan baja paling banyak sekitar
80%, dari sektor pembuatan rangkaian pipa sebanyak 8%, dari sektor manufaktur sebanyak
3%, dari pabrik-pabrik pembuatan besi sebanyak 2% dan dari pabrik pabrik yang
berkenaan dengan otomotif[12] 1% dan selebihnya 6% untuk kebutuhan pabrik lain. Namun
industri baja yang ada di Indonesia tidak mengalami perkembangan dan justru mengalami
kebangkrutan dengan ditandai adanya PHK besar-besaran pada tahun 2009[13] yang
disebabkan kurang bersaingnya industri baja indonesia dengan industri baja di luar negeri
yang sangat mudah masuk ke dalam negeri.
Berikut adalah sejarah singkat penemuan baja di dunia:
1. Besi pertama kali ditemukan sekitar tahun 1500 SM. Pada 1100 SM, bangsa Hittites
menyembunyikan produksi itu lebih kurang 400 tahun yang didominasi oleh Asia Barat.
Saat itu proses peleburan besi sudah berkembang secara menyeluruh.
2. Pada 1000 SM, NegaraMesir, Rome, Yunani, Jews, Carhaginians dan Asiria tersebut
mempelajari peleburan tersebut dan mempergunakan besi untuk kebutuhan sehari-harinya.
Kemudian saattahun 800 SM, Negara india mampu menciptakan besi setelah diinvansi
oleh bangsa Arya.
3. Selanjutnya sekitar tahun 700 – 600 sebelum masehi, Cina mempelajari pembuatan besi
dan dilanjutkan saat tahun 400 – 500 sebelum masehi, baja telah ditemukan
penggunaannya di dunia terutamadi bagian Eropa.
4. Tahun 250 sebelum masehiakhirnya salah satu negara di Asia yaitu India menemukan cara
membuat baja. Ini merupakan awal dari penggunaan baja di bagian Asia setelah Eropa.
5. Sekitar tahun 1000 M, baja mulai didapati mengalami pembaharuan dengan adanya
campuran unsur lain didalamnya yang ditemukan pada kekaisaran Fatim yang disebut
dengan baja damaskus[14]. Namun hal ini masih disembunyikan dari negara-negara lain.
6. Sekitar tahun 1300 M, rahasia produksi baja damaskus telah punah. Dan baja pun tersebar
luas di daratan Asia.
7. Sekitar tahun 1700 M, baja diteliti kembali pembuatan dan penggunaannya di Eropa.[15]

2
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat ditentukan rumusan masalah yang cocok untuk dibahas
padajurnal ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja karakteristik dan klasifikasi baja?
2. Bagaimana proses produksi baja tahan karat?
3. Apa saja industri baja di Indonesia maupun di luar negeri?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakteristik dan klasifikasi baja.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan baja tahan karat (stainless steel).
3. Untuk mengenalindustri baja di Indonesia dan di luar negeri.

BAB II
Pembahasan
A. Sifat Baja
Beikut ini uraian beberapa sifat-sifat baja secara umumyang perlu diketahui :
1) Teguh
Baja memiliki sifat yang solid [16] yaitu mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan
atau lentur sehingga baja dapat dibentuk atau dicetak dengan berbagai macam bentuk
namun tidak hancur dan tetap kokoh.
2) Elastis
Merupakan sifat baja[17-18] berupa kemampuan untuk berubah bentuk sesuai pembebanan
yang diberikan namun mampu mempertahankan susunan partikelnya dalam pembebanan
tertentu. Ketika pembebanan tersebut ditiadakan maka baja akan kembali kebentuk
semulanya.
3) Kekenyalan / Keliatan
Merupakan sifat baja yang mana baja memiliki kemampuan untuk menerima perubahan
atau gangguan struktur yang signifikan tanpa mengalami perubahan yang merugikan
berupa kerusakan atau kecacatan yang tampak dari luar dan dalam kurun waktu yang
singkat.
4) Dapat ditempa
Sifat baja ketika baja tersebut dalam proses merah pijar akan menjadi lunak sehingga dapat
destruksi bentuknya atau ditempa sesuai yang diinginkan.
5) Kekerasan [19-20]
Baja memiliki struktur yang kuat sehingga kekuatan tersebut dapat melawan masuknya
pengotor atau komponen atau benda lainnya.[21]

D. Klasifikasi Baja
Baja dapat dibedakan berdasarkan5 komponen sebagai berikut :
1. Berdasarkan komposisinya, baja[22] dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
a. Baja karbon
b. Baja paduan rendah
c. Baja tahan karat

2. Berdasarkan proses pembuatannya, baja dibedakan pada 3 proses yaitu :


a. Konventor
b. Siemens martin
c. Dapur listrik

3
3. Berdasarkan bentuk produk, baja dibedakan menjadi 5 bentuk yaitu :

a. Pelat batangan

Sumber : google
b. Tabung

Sumber : google
c. Lembaran

Sumber : google

4
d. Pita
e. Bentuk struktural
4. Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi, baja dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Baja Struktural
b. Baja Non-Struktural[23]
Baja dikelompokkan secara umum dengan uraiannya berdasarkan “Handbook
of Comparative World Steel Standards”[24] ialah seperti dibawah ini:
 Baja Karbon (Carbon Steel)

Sumber : google
Baja karbon ialah baja dengan kandungan karbon kurang lebih 1,7%. Baja tersebut
sering digunakan untuk infrastruktur.
Berikut ini pembagian baja karbon :
a. Baja Rendah Karbon (<0,2 % karbon)
Baja rendah karbon[25-29] ini sering dipakai untuk keperluan automobile body
panels , tin plate [31]. memerlukan kesungguhan besar maka dibutuhkan kemurnian baja
[30]

dengan kadar karbon yang rendah. Kadar unsur karbon dalam baja ini kurang dari 0,2%
atau sangat sedikit sehingga dinamakan low carbon steel[32-35].
b. Baja Sedang Karbon (0,2-0,5 % Carbon)
Baja sedang karbon sering dipakai untuk berbagai keperluan kondisi hasil quench
dan tempered[36], serta ada juga yang dipakai untuk shaft[37-39], axle, gear, serta crankshaft[40-
41]
. Kadar unsur karbon dalam baja ini sekitar 0,2% sampai 0,5% atau lebih banyak
daripada baja rendah karbon sehingga dinamakan medium carbon steel.
c. Baja Tinggi Karbon (>0,5 % Carbon)
Baja tinggi karbon sering dipakai dalam spring material dan high-strength wire[42].
Kadar unsur karbon dalam baja ini besar dari 0,5% atau paling tinggi diantara dua jenis
karbon di atas sehingga dinamakan high carbon steel.

5
 Baja Paduan (alloy steel)

Sumber : google
Baja paduan atau alloy steel[43] adalah baja karbon yang didalamnya terdapat
campuran unsur lainnya mampu mengubah sifat baja tersebut. Karakteristik baja
diantaranya liat, cepat memadat, keras, dan sebagainya dimana bertujuan untuk membuat
baja menjadi lebih berkualitas. Adanya pengotor yang mengurangi kemurnian baja
tersebut. Pada baja karbon kita dapat melakukan dengan cara menambahkan satu,dua, atau
lebih unsur, berdasarkan pada karakter atau sifat khususnya alloy[44] berdasarkan yang
diinginkan.
a. Baja Rendah Alloy
Jenis baja rendah alloy[45] yang terkenal yang sering digunakan adalah HSLA[46].
b. Baja Tinggi Aloy (high alloy steel) (> 8% alloying element)
Tujuan pemanfaatan high alloy steel yaitu untuk meningkatkan karakteristik baja,
diantaranya agar lebih tahan korosi[47-49], lebih tahan panas dan lebih tahan aus
dibandingkan baja rendah alloy.
 Baja Tahan Karat (stainless steel)

Sumber : google
Baja tahan karat adalah gabungan besi menggunakan paling sedikit mengandung
12% unsur chromium. Tanpa penambahan unsur lainnya, paduan besi sebanyak 12%
chromium dikenal dengan baja tahan karat. Campuran tersebutakan membuat  thin
protective layer Cr2O3[50-52]. Baja stainless steel[53] biasanya banyak digunakan untuk

6
keperluan di dalam rumah tangga seperti peralatan makan dan minum seperti sendok,
garpu dan gelas serta alat-alat memasak seperti kuali dan sendok penggorengan.
E. Proses Produksi Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Bahan utama pembuatan baja yaitu dengan[54] besi kasar sebagai bahan utamanya
dapat berupa padat, cair, maupun besi bekas yang dibuat pada dapur pengolahan baja[55]
(skrap) dan beberapa paduan logam atau alloy. Berikut adalah beberapa prosedur yang
terdapat dalam pembuatan baja, berikut ini gambaran pembuatan baja dari bahan utamanya
besi kasar:[56]

Sumber : google
1. Proses Konvertor
Konventor sendiri berasal dari kata “konversi” yang artinya pengubah. Konvertor
merupakan alat yang dapat mengubah besi itu sendiri menjadi baja yang siap diproduksi
untuk dimanfaatkan selanjutnya. Konventor terbuat dari pelat baja yang menggunakan
penyambung las atau paku keling[57]. Sisi terdalamnya menggunakan batu yang harus
antiapi. Batu anti api[58]yang kita gunakan terdapat sifat asam dan sifat basa tergantung
kepada sifat baja yang akan kita olah untuk keperluan yang dibutuhkan.
Pada sisi bawah alat ini ada celah-celah atau lubang-lubang angin yang disebut juga
dengan tuyer yang mempunyai fungsi sebagai saluran tempat udara penghembus yang
dikenal dengan air blast[59]. Selain itu terdapat pula penyangga yang dilengkapi dengan
trunnion yang mempunyai fungsi sebagai pengatur posisis horizontal maupun posisi
vertikal pada konvertor.

Sumber : google
Prosedur kerja :

7
• Pertama dengan cara memanaskan bahan baku kokas sampai dengan suhu + 1500 derajat
celcius.
• Selanjutnya konvertor tersebut dimiringkan dan dimasukkan kedalamnya bahan baku
kokas tadi sampai dengan + 1/8 bagian dalam konvertor tersebut.
• Tegakkan kembali konventor setelah bahan baku baja tersebut dimasukkan.
• Saat tekanan udara pengolahan mencapai 1,5-2 atm akan dihemuskan oleh kompresor.
• Terakhirnya konvertor tersebut kita balikkan agar hasilnya didalamnya keluar.
 Proses bassemer(Asam) :

Sumber : google
Proses pengolahan produksi baja menggunakan proses bassemer yaitu dengan
digunakannya batu tahan api yag mengandung kwarsa asam[60] atau silikon dioksida[61-64]
pada lapisan dalamnya. Bahan baku dibuat dari besi kasar kelabu cair, tanpa penambahan
kalsium oksida karena bisa bereaksi dengan silikon dioksida, kalsium oksida dan kalsium
silikat.
 Proses Thomas (Basa)

Sumber : google
Proses thomas (basa) menggunakan batu yang tahan akan api yang digunakan
untuk bahan pembuatan bagian dalam dinding. Bahan baku dibuat dari besi kasar putih
yang mengandung fosfor antara Thomas pada lapisan 1,7-2%, Mangan 1-2% dan Silikon

8
0,6-0,8%. Sesudah unsur Mangan dan Silikon terbakar, fosfor menciptakan oksida
fosfor(P2O, dengan penambahan zat kapur (kalsium oksida) dapat membuat besi cair
keluar, 3CaO + P2O5Ca3(PO4)2 (terak cair).
2. Proses Siemens Martin
Proses ini mengolah baja dengan cara meleburkan baja pada suhu tinggi. Dapur
Siemens Martin memiliki tungku kerja yang memiliki banyak ruangan hampa.
Tungku pengolahan dapat menampung muatan dengan kapasitas 30-50 ton. Besi
bekas atau besi tua dapat dijadikan sebagai bahan baku selain bahan baku utamanya yaitu
besi kasar. Seandainya besi digunakan terdapat kandungan fosfor, lapisan bahan dalam
dapur akan bersifat basa. Sedangkan besi yang kita masukkan tanpa ada kandungan
fosfor, lapisan dalam bahannya bersifat asam.

Sumber : google
 Sistematika kerja :
Prinsip kerja pada pembuatan dengan metode Siemens Martin digunakan alat
regenerator menggunakan temperatur hingga 30000C. Kegunaan regenerator yaitu :
1. Bisa untuk menguapkan gas dan udara yang dapat menaikkan suhu dapur olah.
2. Berfungsi sebagai fundamental atau landasan dapur.
3. Bisa diguanakan untuk penghematan penggunaan ruangan pada dapur.
Bahan dasar yang dapat dipakai untuk proses ini bisa berupa besi putih maupun besi
kelabu. Pada besi kelabu[65-68] dinding bagian dalamnya dilapisi dengan silikon dioksida
sedangkan pada besi putih bagian dalamnya dilapisi dengan batu dolomit [69] (40%
Magnesium karbonat + 60% Kalium karbonat).
3. Proses Dapur Listrik
Proses dapur listrik yaitu proses pengolahan baja dengan cara mengontrol
temperatur peleburan dan memperkecil unsur-unsur yang akan dimurnikan. Dapur listrik
ini menggunakan arus listrik yang dapat menimbulkan panas untuk mencairkan bahan yang
akan diolah. Tahap permulaan pemurnian baja yaitu menggunakan konvertor. Selanjutnya
yaitu proses memurnikan baja dilakukan pada dapur listrik agar mendapatkan baja dengan
kualitas yang baik. Dapur listrik itu sendiri memiliki 2 macam dapur[70].

9
Sumber : google
 Dapur listrik busur nyala
Dapur listrik busur nyala dapat menampung muatan dengan kisaran 25-100 ton dan
juga terdiri dari 3 buah elektroda karbon diletakkan pada sisi atas atau atap dapur.
Elektroda karbon[71-72] menghasilkan busur nyala yang berfungsi untuk membuat logam
cair.
Dapur listrik busur nyala tersebut mampu memproses logam melalui proses asam
maupun proses basa. Batu tahan api melapisi bagian dalam dapur. Bahan mentah yang bisa
ditambahkanke dapur adalah besi kasar.
Saat proses pengolahan baja[73-74] dilakukan proses[75] basa maka terak akan
teroksidasi oleh kapur yang dimasukkan pada saat unsur campuran yang tereduksi.
Berikutnya didapatkan pemisahan terak dari baja cair. Pada proses ini [76] kita harus
menambahkan campuran logam pada baja untuk meminimalisir terjadinya oksidasi.
 Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur tersusun atas kawat dililitkan pada kumparan. Arus listrik akan bersirkulasi
dalam logam dan menyababkan pencairan.
F. Penerapan penggunaan baja stainless steel atau baja tahan karat
Penerapan penggunaan baja tahan karat terbagi tiga yaitu :[77]
1. Sebagai perlengkapan baja tahan karat untuk industri makanan
 Trolli makanan

Sumber : google

10
 Trolli barang

Sumber : google
[78]
 Bowl sink (Sink Bowl)

Sumber : google

2. Sebagai perlengkapan baja tahan karat untuk dapur hotel


 Penghangat piring

Sumber : google

11
 Pengeringan handuk

Sumber : google
 Tempat sampah

Sumber : google

3. Sebagai pelengkap baja tahan karat lainnya


 Meja kerja

Sumber : google

12
 Work table knock down

Sumber : google
 Tiang antrian (Queue Stand)

Sumber : google

G. Industri Baja
Industri baja digunakan salah satunya sebagai pemenuhan kebutuhan
infrastruktur[79-82] dan perkembangan ekonomi[83-88] sebuah negara secara menyeluruh[89]
baik negara maju maupun negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi di India dan
Tiongkok semakin berkembang pesat akibat terjadinya kemajuan yang signifikan akan
permintaan baja[90-99] pada beberapa tahun belakangan ini. Terdapat industri baja di
Tiongkok dan India[100] yang merupakan industri besar pada sektor industri baja seperti
Tata Steel[101-104], Shanghai Baosteel Corporation[105-114] dan Grup Shagang. Saat ini
produsen baja terbesar di dunia adalah ArcelorMittal[115-117].
Berdasarkan data pada tahun 2005, British Geological Survey[118-121] mengeluarkan
pernyataan yang berbunyi bahwa Tiongkok merupakan negara sebagai produsen baja
terbesar di dunia[122], setidaknya 1/3 produksi baja yang digunakan di dunia berasal dari
Tiongkok, yang kemudian diikuti oleh Jepang, Russia dan Amerika Serikat. [123] Pada akhir
2008, industri baja sempat terpuruk sehingga banyak menyebabkan pemutusan hubungan
kerja.[124] Saat ini jumlah investasi 4 pabrikan baja lokal sekitar US$ 1,89 miliar.[125]
Salah satu industri baja di Indonesia yang terkenal yaitu perusahaan Krakatau
Steel[126-132].

13
• Perusahaan Krakatau Steel berdiri pada tanggal 31 Agustus 1970 dan diresmikan
pada tahun 1977.
• Tahun 1983 dilakukan pembangunan pabrik Slab Baja[133-136], pabrik Baja Lembaran
Panas dan pabrik Besi Spons yang telah resmi dioperasikan.
Berikut produk dari Krakatau Steel :

Sumber : google
[137]
1. Hot Rolled Coil Steel
Pada pengerolan panas didapatkan baja dengan kapasitas produksi sebanyak 49%.
Penggunaan : Konstruksi umum & las, pipa & tabung, komponen & rangka otomotif,
konstruksi kapal, baja tahan korosi cuaca.
2. Cold Rolled Coil Steel [138-147]
Pada pengerolan dingin didapatkan baja dengan kapasitas produksi sebanyak 27%.
Penggunaan : otomotif, pipa & tabung, porcelain enamelware[148-159].
3. Wire Rod
Produk batangan dari baja billet.
Penggunaan: Kawat, paku, mesh, mur & baut, spring bed, kawat elektroda.

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Sifat-sifat baja yaitu teguh, elastis, kekenyalan / keliatan, dapat ditempa, dapat dilas dan
keras sedangkan klasifikasi baja secara umum adalah baja karbon, baja paduan dan baja
anti karat.
2. Proses produksi bajatahan karat antara bisa dengan proses konventor, siemens martin dan
dapur listrik.
3. Salah satu industri baja yang terkenal di Indonesia yaitu Krakatau Steel, sedangkan di luar
negeri yaitu ArcelorMittal.

H. Saran
Diharapkan dengan adanya jurnal ini, kita dapat menambah wawasan tentang
industri baja dan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka
[1]
Kusumawati, I. T. (2014). Pengaruh Family Control Terhadap Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan Pada Industri Dasar dan Kimia. Business Accounting Review, 2(1), 170-179.

14
[2]
Cahyani, C. A. (2014). ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI BESI BAJA DALAM
RANGKA MENGHADAPI ACFTA. Economics Development Analysis Journal, 3(2).
[3]
HARYADI, H., & SALEH, R. (2012). Analisis Keekonomian Bijih Besi Indonesia.
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, 8(1), 1-16.
[4]
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Baja
[5]
Andinata, F., Destyorini, F., Sugiarti, E., & Munasir, M. (2012). Pengaruh Ph Larutan
Elektrolit Terhadap Tebal Lapisan Elektroplating Nikel Pada Baja St 37. Jurnal Penelitian
Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 2(2), 48-52.
[6]
Tarkono, Siahaan,G.dan Zulhanif. 2012. Studi penggunaan elektroda las yang berbeda
terhadap sifat mekanikpengelasan SMAWbaja AISI1045. Jurnal mechanical. 3 (2).
[7]
Istiqlaliyah, H. (2016). Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan
Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42. Prosiding SENIATI, (Book-1).
[8]
Syafei N. Riset Material ANALISA FENOMENA KOROSI PELAT PIPA BAJA
KARBON API 5L-X65 DALAM LARUTAN 7900 ML AIR LAUT DAN 100 ML
AMONIAK PADA KONDISI GAS CO2 DAN H2S JENUH PADA SUHU RUANG.
EKSAKTA [Internet]. 21Apr.2018 [cited 23Apr.2019];19(1):7-3.
[9]
Amanto H., dan Daryanto. 1999.Ilmu bahan. Jakarta : Bumiaksara.
[10]
https://www.lenterabisnis.com/ruang-lingkup-industri-baja
[11]
Sobandi, A., 2009. Pemakaian bahan baku lokal pada pembuatan besi di PT. Krakatau
Steel, Divisi Riset Pengembangan dan Konservasi Energi PT. Krakatau Steel, Banten. 96
hal.
[12]
Ishlah, T., & Geologi, P. M. P. S. D. (2009). Potensi Bijih Besi Indonesia Dalam
Kerangka pengembangan Klaster Industri Baja. Buletin Sumber Daya Geologi, 4(2), 13-23.
[13]
Prasetyo, P. E. (2010). Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia tidak
Sekuat dan Sekokoh Namanya. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, 3(1).
[14]
Suprapto, A., & Suwarno, S. (2018). Pengaruh Temperatur Penempaan pada Baja 0.5
CCrMnSi dan JIS SUP 9 terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro. Jurnal Teknik ITS, 7(1),
40-45.
[15]
http://www.kompasiana.com/febrian.plm/5500aa8aa333115372511a2b/sejarah-baja
[16]
Febriani, S. S., Yolanda, T., Arianti, V. A., & Zainul, R. (2018, October 12). A Review
Solid Stated : Principles and Methode.
[17]
SULISTIYO, R. (2007). PENGARUH PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT
MEKANIS BAJA S 45 C (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

15
[18]
Masykur, M. (2011). Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Mekanik pada Baja Karbon
Sedang St 60. ENGINEERING, 3(2).
[19]
Aziza, Y. (2017). Pengaruh Kadar Garam Dapur (Nacl) dalam Media Pendingin
terhadap Tingkat Kekerasan pada Proses Pengerasan Baja St-60. G-Tech: Jurnal
Teknologi Terapan, 1(1), 18-25.
[20]
Mabruri, E. (2016). Pengaruh Mo dan Ni terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Baja
Tahan Karat Martensitik 13Cr [The Effect of Mo And Ni on The Microstructure and
Mechanical Properties of 13Cr Martensitic Stainless Steels]. Metalurgi, 30(3), 133-140.
[21]
https://www.academia.edu/28608674/Makalah_Industri_Baja?auto=download
[22]
MUTAWALLI, M. (2007). Stabilitas sambungan struktur baja ringan Smart Frame
Type T terhadap beban siklik pada bangunan rumah sederhana tahan gempa sistem Knock
Down (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
[23]
https://pelatihanteknik.wordpress.com/
[24]
DS67B, A. (2004). Handbook of Comparative World Steel Standards (Third ed.). (J. E.
Bringas, Penyunt.) USA.

[25]
Ananda, T. F. (2018, December 13). PENGARUH PROSES POST WELD HEAT
TREATMENT PADA HASIL PENGELASAN SMAW TERHADAP KETANGGUHAN
BAJA KARBON RENDAH.
[26]
Wardoyo, J. T. (2005). Metode Peningkatan Tegangan Tarik Dan Kekerasan Pada Baja
Karbon Rendah Melalui Baja Fasa Ganda. Jurnal Fakultas Hukum UII, 10(3).
[27]
Kuswanto, B. (2010). Perlakuan pack carburizing pada baja karbon rendah sebagai
material altrenatif untuk pisau potong pada penerapan teknologi tepat guna. Prosiding
SNST Fakultas Teknik, 1(1).
[28]
Tarwijayanto, D. (2013). Pengaruh Arus Dan Waktu pelapisan hard chrome terhadap
ketebalan lapisan dan tingkat kekerasan mikro pada plat baja karbon rendah aisi 1026
dengan menggunakan cro3 250 gr/lt dan h2so4 2, 5 gr/lt pada proses elektroplating.
[29]
Putri, F. (2010). Analisa Pengaruh Variasi Kuat Arus dan Jarak Pengelasan Terhadap
Kekuatan Tarik, Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Elektroda 6013.
AUSTENIT, 2(02).
[30]
Short, W. T., Mentzer, C. C., & Cox, H. W. (1988). U.S. Patent No. 4,769,100.
Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office.
[31]
Lowenheim, F. A., & Hirschland, H. E. (1956). U.S. Patent No. 2,737,483. Washington,
DC: U.S. Patent and Trademark Office.

16
[32]
Kitahara, Hiromoto, et al. "Crystallographic features of lath martensite in low-carbon
steel." Acta Materialia 54.5 (2006): 1279-1288.
[33]
Hodgson, Peter D., M. R. Hickson, and R. K. Gibbs. "Ultrafine ferrite in low carbon
steel." scripta Materialia 40.10 (1999).
[34]
Liu, Gang, et al. "Low carbon steel with nanostructured surface layer induced by high-
energy shot peening." Scripta Materialia 44.8-9 (2001): 1791-1795.
[35]
Martinez, Sanja, and Ivica Stern. "Thermodynamic characterization of metal dissolution
and inhibitor adsorption processes in the low carbon steel/mimosa tannin/sulfuric acid
system." Applied Surface Science 199.1-4 (2002): 83-89.
[36]
Zuk, M., Górka, J., Czuprynski, A., & Adamiak, M. (2016). Properties and structure of
the weld joints of quench and tempered 4330V steel. Metalurgija, 55(4), 613-616.
[37]
Krause, W. R., & Edwards, G. U. (2000). U.S. Patent No. 6,053,922. Washington, DC:
U.S. Patent and Trademark Office.
[38]
Schall, Christopher J., Jerome R. Morgan, and Frederick E. Shelton IV. "Surgical
instruments with reconfigurable shaft segments." U.S. Patent No. 8,763,877. 1 Jul. 2014.
[39]
Douglas, P., LaBombard, D., Whipple, G., & Evans, S. (2005). U.S. Patent Application
No. 10/736,199.
[40]
Boyd, Richard H., and S. M. Breitling. "The conformational analysis of crankshaft
motions in polyethylene." Macromolecules 7.6 (1974): 855-862.
[41]
Halkes, Gertjan P., and K. G. Langendoen. "Crankshaft: An energy-efficient MAC-
protocol for dense wireless sensor networks." European conference on wireless sensor
networks. Springer, Berlin, Heidelberg, 2007.
[42]
Budek, A. M., Priestley, M. J. N., & Lee, C. O. (2002). Seismic design of columns with
high-strength wire and strand as spiral reinforcement. Structural Journal, 99(5), 660-670.
[43]
Sulardjaka, S., Atmaja, S. T., Nugroho, S., Adnan, F., & Cahyono, A. D. (2013). The
Effect Of Alloy Elements On Fatigue Strength Of Gray Cast Iron At Room And High
Temperature. ROTASI, 15(1), 23-28.
[44]
Darmawanti, T., Suhartana, S., & Widodo, D. (2010). Pengolahan Limbah Cair Industri
Batik dengan Metoda Elektrokoagulasi Menggunakan Besi Bekas Sebagai Elektroda.
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 13(1), 18-24.
[45]
https://goodminds.id/proses-pembuatan-baja/
[46]
Wirabuana, R. P., & Wibowo, D. B. (2015). Analisis Kekuatan Paku Keling Pada Sub-
Asembly Kampas Rem Bus. JURNAL TEKNIK MESIN, 3(1), 38-43.
[47]
Afandi, Y. K., Arief, I. S., & Amiadji, A. (2015). Analisa Laju Korosi Pada Pelat Baja
Karbon Dengan Variasi Ketebalan Coating. Jurnal Teknik ITS, 4(1), G1-G5.

17
[48]
Afandi, Y. K., Arief, I. S., & Amiadji, A. (2015). Analisa Laju Korosi Pada Pelat Baja
Karbon Dengan Variasi Ketebalan Coating. Jurnal Teknik ITS, 4(1), G1-G5.
[49]
Karim, A. A., & Yusuf, Z. A. (2012). Analisa pengaruh penambahan inhibitor kalsium
karbonat dan tapioka terhadap tingkat laju korosi pada pelat baja tangki ballast air laut.
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan, 10(2), 206.
[50]
Sabioni, A. C. S., Huntz, A. M., Silva, F. D., & Jomard, F. (2005). Diffusion of iron in
Cr2O3: polycrystals and thin films. Materials Science and Engineering: A, 392(1-2), 254-
261.
[51]
Bijker, M. D., Bastiaens, J. J. J., Draaisma, E. A., De Jong, L. A. M., Sourty, E., Saied,
S. O., & Sullivan, J. L. (2003). The development of a thin Cr2O3 wear protective coating
for the advanced digital recording system. Tribology international, 36(4-6), 227-233.
[52]
Teratani, T., Suidzu, T., Tani, K., & Harada, Y. (2003). Formation of Alumina
Protective Layer on MCrAlY Atmospheric Plasma Sprayed Coating by Chromate
Processing. Journal of High Temperature Society of Japan, 29, 247-252.
[53]
Bayuseno, A. P. (2009). Pengembangan dan Karakterisasi Material Keramik Untuk
Dinding Bata Tahan Api Tungku Hoffman K1. ROTASI, 11(4), 5-10.
[54]
Zainul, Rahadian (2015) Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada
Panel Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4. Project Report. FMIPA UNP, Padang.
[55]
Antara, I. N. G. (2008). Aging characteristic and mechanical properties of formed Mg-
Zn-Al-RE-Ca alloys. Jurnal Energi Dan Manufaktur.
[56]
Kelly, P. M., Jostsons, A., & Blake, R. G. (1990). The orientation relationship between
lath martensite and austenite in low carbon, low alloy steels. Acta Metallurgica et
Materialia, 38(6), 1075-1081.
[57]
Ricks, R. A., Howell, P. R., & Barritte, G. S. (1982). The nature of acicular ferrite in
HSLA steel weld metals. Journal of Materials Science, 17(3), 732-740.
[58]
Sato, Y. S., Nelson, T. W., Sterling, C. J., Steel, R. J., & Pettersson, C. O. (2005).
Microstructure and mechanical properties of friction stir welded SAF 2507 super duplex
stainless steel. Materials Science and Engineering: A, 397(1-2), 376-384.
[59]
Mansour, A., & Chigier, N. (1995). Air-blast atomization of non-Newtonian liquids.
Journal of Non-Newtonian Fluid Mechanics, 58(2-3), 161-194.
[60]
Ardi, N. D., & Aryanti, M. (2009). Profil Resistivitas 2D pada Gua Bawah Tanah
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger (Studi Kasus Gua Dago
Pakar, Bandung). Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2), 79-86.
[61]
Rahmawati, Risa S. "Struktur Padatan Silikon Dioksida." Makalah jurusan Pengajaran
Kimia Institut Teknologi Bandung, Bandung (2009).

18
[62]
Sa’diyah, H., S. Nurhimawan, and S. A. Fatoni. "Irmansyah, and Irzaman,“Ektraksi
silikon dioksida dari daun bambu,”." Pros. Semin. Nas. Fiz 5 (2016): 13-16.
[63]
Masrur, Irmansyah. "Irzaman 2013 Optimasi Kelajuan Pemanasan pada Ekstraksi
Silikon Dioksida (SiO2) dari Sekam Padi." Jurnal Biofisika 9.2: 13-20.
[64]
Yusmaniar, Soegijono B. "Pengaruh Suhu Pemanasan pada sintesis silikon dioksida dari
abu sekam padi." Jurnal Sains Materi Indonesia (2007): 115-117.
[65]
Pratowo, Bambang, and Kunarto Kunarto. "Peningkatan Kekerasan dan Ketahanan Aus
Permukaan Besi Cor Kelabu Melalui Proses Boronisasi." Jurnal Momentum UNWAHAS
7.1 (2011).
[66]
Karim, A. (2008). pengaruh penambahan Cu 0, 4% dan Ni 0, 6% terhadap sifat fisis
dan mekanis pada besi cor kelabu (Doctoral dissertation, Universitas muhammadiyah
Surakarta).
[67]
Suprihanto, Agus, Yusuf Umardani, and Dwi Basuki Wibowo. "Perbaikan Sifat Mekanis
Besi Cor Kelabu Dengan Penambahan Unsur Crom Dan Tembaga." Media Mesin:
Majalah Teknik Mesin 6.1 (2007).
[68]
Rasid, Muhammad, and Ibnu Asrafi. "Analisis pengaruh proses Heat treatment paska
pengelasan terhadap sifat mekanis pada besi tuang kelabu." AUSTENIT 5.1 (2013).
[69]
Maulana, I., Budio, S. P., & Hidayat, M. T. (2015). Pengaruh Variasi Dolomit Material
Lokal Kabupaten Bangkalan Sebagai Subsitusi Agregat Dalam Pembuatan Batako
Terhadap Kuat Tekan Dan Absorbsi. Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 1(3), pp-
1268.
[70]
Ginting, B. (2008). Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Alumunium Dan
Paduannya Dengan Kapasitas 30kg Untuk Keperluan Lab. Foundry.
[71]
Nurdiansah, H., & Susanti, D. (2013). Pengaruh Variasi Temperatur Karbonisasi dan
Temperatur Aktivasi Fisika dari Elektroda Karbon Aktif Tempurung Kelapa dan
Tempurung Kluwak Terhadap Nilai Kapasitansi Electric Double Layer Capacitor (EDLC).
Jurnal Teknik ITS, 2(1), F13-F18.
[72]
Ariyanto, T., Prasetyo, I., & Rochmadi, R. (2012). Pengaruh Struktur Pori Terhadap
Kapasitansi Elektroda Superkapasitor Yang Dibuat Dari Karbon Nanopori. Reaktor, 14(1),
25-32.
[73]
Mohruni, Amrifan Saladin, and Billy Hizkya Kembaren. "Pengaruh Variasi Kecepatan
Dan Kuat Arus Terhadap Kekerasan, Tegangan Tarik, Struktur Mikro Baja Karbon Rendah
Dengan Elektroda E6013." Jurnal Rekayasa Mesin Universitas Sriwijaya 13.1 (2013): 1-8.
[74]
Aprilian, Tomas. "Analisis produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan struktur rangka
atap baja (studi kasus proyek pembangunan rumah sakit dr. Moewardi, Surakarta Jawa
Tengah)." (2010).

19
[75]
Zainul, Rahadian (2015) Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada
Panel Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4. Project Report. FMIPA UNP, Padang
[76]
Zainul, Rahadian (2015) Disain dan Modifikasi Kolektor dan Reflektor Cahaya pada
Panel Sel Surya Al/Cu2O-Gel Na2SO4. Project Report. FMIPA UNP, Padang
[77]
Maryanti, Amanda Salsabila. 2016. Makalah Industri Baja.
https://www.academia.edu/28608674/Makalah_Industri_Baja
[78]
Arnold, D. C. (2004). U.S. Patent Application No. 29/184,064.
[79]
Prasetyo, R. B., & Firdaus, M. (2009). Pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan
ekonomi wilayah di indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, 2(2), 222-
236.
[80]
Van Laak, D. (1999). DER BEGRIFF „INFRASTRUKTUR” UND WAS ER VOR
SEINER ERFINDUNG BESAGTE. Archiv für Begriffsgeschichte, 41, 280-299.
[81]
Riehm, R., & Vogler, P. (1996). Middleware: Infrastruktur für die Integration. In
Middleware (pp. 25-135). Vieweg+ Teubner Verlag.
[82]
Bertram, H., Rösler, W., & Ehlert, N. (2005). Zeit, Infrastruktur und Geld:
Familienpolitik als Zukunftspolitik. Aus Politik und Zeitgeschichte, 23(24), 6-15.
[83]
Arsyad, L. (2014). Ekonomi pembangunan.
[84]
Suyanto, B. (2014). Sosiologi ekonomi. Prenada Media.
[85]
Soepono, P. (1993). Analisis shift-Share: perkembangan dan penerapan. Journal of
Indonesian Economy and Business, 8(1), 43-54.
[86]
Spillane, J. J. (1991). Ekonomi pariwisata: sejarah dan prosepeknya. Kanisius.
[87]
Hamid, E. S. (2014). Sistem Ekonomi.
[88]
Praswati, A. N. (2017). Perkembangan model Helix dalam peningkatan Inovasi.
[89]
"Steel Industry"
[90]
Prasetyo, P. E. (2010). Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia tidak
Sekuat dan Sekokoh Namanya. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, 3(1).
[91]
Siahaan, M. (2010). Perancangan Tataletak Teknologi Kelompok dengan Menggunakan
Metode Based Sorted Algorithm dan Similarity Coefficient Pada PT. Baja Pertiwi Industri.
[92]
Hudori, M. (2017). Penentuan Kelompok Persediaan Sparepart Mesin pada Industri
Baja dengan Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC. Jurnal Citra Widya Edukasi, 9(2),
153-162.

20
[93]
Sugiyono, A. (1999). Pengembangan Industri Padat Energi di DAS Mamberamo
Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Prosiding Teknologi,
Ekonomi, dan Otonomi Daerah, BPPT, Jakarta.
[94]
Istiqlaliyah, H. (2016). Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan
Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42. Prosiding SENIATI, (Book-1).
[95]
Pardiarto, B. (2011). Peluang bijih besi dalam pemenuhan kebutuhan komoditas mineral
strategis nasional. Buletin Sumber Daya Geologi, 6(2), 59-70.
[96]
Anakottapary, D. S., & Nindhia, T. G. T. (2010). Interaksi antara Proyektil dan
Komposit Polimer diperkuat Butiran Silikon Karbid (SiCp) dan Serat Karbon pada
Pengujian Balistik. Jurnal Energi Dan Manufaktur.
[97]
Nugraha, Y. F., & Singgih, M. L. (2016). Perencanaan Tata Letak Gudang
Penyimpanan Produk PT Pipa Baja Dengan Metode Dedicated Storage. In Seminar
Nasional Manajemen Teknologi XXIV.
[98]
Pratama, D., & Yulianto, E. (2016). Analisis Nilai Tukar Rupiah, Produksi Batubara,
Permintaan Batubara Dalam Negeri Dan Harga Batubara Acuan Terhadap Volume Ekspor
Batubara Indonesia (Studi|| pada Ekspor Batubara Indonesia Tahun| 2005-2014). Jurnal
Administrasi Bisnis, 33(2), 145-153.
[99]
Cahyani, C. A. (2014). ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI BESI BAJA DALAM
RANGKA MENGHADAPI ACFTA. Economics Development Analysis Journal, 3(2).
[100]
"India's steel industry steps onto world stage"
[101]
Sinha, G. P., Chandrasekaran, B. S., Mitter, N., Dutta, G., Singh, S. B., Choudhury, A.
R., & Roy, P. N. (1995). Strategic and operational management with optimization at Tata
Steel. Interfaces, 25(1), 6-19.
[102]
Pandey, S. N. (1989). Human side of Tata steel. Tata McGraw-Hill Publishing
Company.
[103]
Maheshwari, S. K., & Ganesh, M. P. (2006). Ethics in organizations: The case of Tata
Steel. Vikalpa, 31(2), 75-88.
[104]
Vaizey, J. (1974). The history of British steel. London: Weidenfeld & Nicolson.
[105]
Sun, P. (2005). Industrial policy, corporate governance, and the competitiveness of
China's national champions: The case of Shanghai Baosteel Group. Journal of Chinese
Economic and Business Studies, 3(2), 173-192.
[106]
Kang, F., LU, Z. X., JIANG, X. F., & ZHONG, Z. M. (2005). Research and
Development of BRP Technology at Baosteel [J]. Iron and Steel, 3, 25-28.
[107]
Jian, C., Yiyu, Z., & Lixin, Z. (2005). Progress of Production Technology of Clean
Steel at Baosteel [J]. Engineering Science, 6.

21
[108]
Feng, B. A. I. Z. L. J. L. I., & Jianqiang, W. A. N. G. (2002). RESEARCH OF THE
ROLL CROWN OPTIMIZATION ON SKIN PASS MILL IN BAOSTEEL 2050 HOT
ROLLING PLANT [J]. Iron and Steel, 9.
[109]
Chunlei, Z. L. J. X. X. (2000). Development of production technology of clean steel at
Baosteel [J]. Iron and steel, 11.
[110]
Longlai, X. W. J. W. Z., Xiao, Z. P. W. K. L., & Fei, Z. (2004). The technology of the
raceway probe at BF and the utilization in Baosteel [J]. Iron Making, 1.
[111]
Jinming, Z. (2005). The practice on Baosteel blast furnace over 200 kg/t pulverized
coal rate [J]. IRONMAKING.
[112]
Zhanming, J. (2009). Corporate strategies of Chinese multinationals. Chinese
multinationals, 1.
[113]
Tongqing, L., Xianlin, C., & Yaohuan, X. (1997). The research and parameter test for
the technology of Bao Steel′ s pickling tension leveler [J]. Heavy Machinery, 2.
[114]
Fan, J. G., Li, F., Cai, X. B., Peng, Y. D., Ao, Q. H., & Gao, Y. (2007). The importance
of metabolic factors for the increasing prevalence of fatty liver in Shanghai factory
workers. Journal of gastroenterology and hepatology, 22(5), 663-668.
[115]
Lenart, A., & Wolny-Koładka, K. (2013). The effect of heavy metal concentration and
soil pH on the abundance of selected microbial groups within ArcelorMittal Poland
steelworks in Cracow. Bulletin of environmental contamination and toxicology, 90(1), 85-
90.
[116]
Lehmann, J. (2008). Application of ArcelorMittal Maizières thermodynamic models to
liquid steel elaboration. Revue de Métallurgie–International Journal of Metallurgy,
105(11), 539-550.
[117]
Bieda, B. (2012). Life cycle inventory processes of the ArcelorMittal Poland (AMP) SA
in Kraków, Poland—basic oxygen furnace steel production. The International Journal of
Life Cycle Assessment, 17(4), 463-470.
[118]
Kessler, H., Mathers, S., & Sobisch, H. G. (2009). The capture and dissemination of
integrated 3D geospatial knowledge at the British Geological Survey using GSI3D
software and methodology. Computers & geosciences, 35(6), 1311-1321.
[119]
Melville, R. V., & Freshney, E. C. (1982). British regional geology: the Hampshire
Basin and adjoining areas. HM Stationery Office.
[120]
Waters, C. N. (2011). A revised correlation of Carboniferous rocks in the British Isles.
Geological Society of London.
[121]
Secord, J. A. (1986). The Geological Survey of Great Britain as a research school,
1839–1855. History of science, 24(3), 223-275.

22
[122]
Prasetyo, P. E. (2010). Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia tidak
Sekuat dan Sekokoh Namanya. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, 3(1).
[123]
"Long-term planning needed to meet steel demand"
[124]
"Steel Industry, in Slump, Looks to Federal Stimulus"
[125]
https://investor.id/archive/tujuh-perusahaan-baja-investasi-us-47-miliar
[126]
Arndt, H. W. (1975). PT Krakatau steel. Bulletin of Indonesian Economic Studies,
11(2), 120-126.
[127]
Chapman, R. (1992). Indonesian trade reform in close-up: the steel and footwear
experiences. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 28(1), 67-84.
[128]
Rudnyckyj, D. (2011). Circulating tears and managing hearts: Governing through
affect in an Indonesian steel factory. Anthropological Theory, 11(1), 63-87.
[129]
Moon, S. (2009). Justice, geography, and steel: Technology and national identity in
Indonesian industrialization. Osiris, 24(1), 253-277.
[130]
Stagnoli, P. (2011). Smart injection tools in DRI-based EAF steelmaking at Krakatau
Steel. Steel Times International, 35(8), 13.
[131]
Aklis, N. (2017). Studi Heat Losses Pada Isobaric Zone Reaktor Hyl Iii Direct
Reduction Plant Pt. Krakatau Steel. Media Mesin: Majalah Teknik Mesin, 7(2).
[132]
Hermawan, A. D. (2012). Perencanaan Persediaan Bahan Baku Pellet Dengan
Menggunakan Metode Heuristic Silver-Meal Pada Pabrik Direct Reduction (Studi Kasus
Di PT. Krakatau Steel) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
[133]
Wen, G., Sridhar, S., Tang, P., Qi, X., & Liu, Y. (2007). Development of fluoride-free
mold powders for peritectic steel slab casting. ISIJ international, 47(8), 1117-1125.
[134]
McHarg, P. J., Cook, W. D., Mitchell, D., & Yoon, Y. S. (2000). Benefits of
concentrated slab reinforcement and steel fibers on performance of slab-column
connections. ACI Structural Journal, 97(2), 225-234.
[135]
Swamy, R. N., & Ali, S. A. R. (1982, September). Punching shear behavior of
reinforced slab-column connections made with steel fiber concrete. In Journal
Proceedings (Vol. 79, No. 5, pp. 392-406).
[136]
Nagai, J., Suzuki, K., Kojima, S., & Kollberg, S. (1984). Steel flow control in a high-
speed continuous slab caster using an electromagnetic brake. Iron Steel Eng., 61(5), 41-47.
[137]
Chen, R. Y., & Yuen, W. Y. D. (2001). Oxide-scale structures formed on commercial
hot-rolled steel strip and their formation mechanisms. Oxidation of metals, 56(1-2), 89-
118.

23
[138]
Arvedi, Giovanni, and Giovanni Gosio. "Process and plant for obtaining steel strip coils
having cold-rolled characteristics and directly obtained in a hot-rolling line." U.S. Patent
No. 5,329,688. 19 Jul. 1994.
[139]
Ball, D. F., & Shewring, D. (1973). Some problems in the use of Lamb waves for the
inspection of cold-rolled steel sheet and coil. Non-destructive Testing, 6(3), 138-145.
[140]
Kawasaki, Y., Hioki, Y., Ohno, Y., Ichida, K., Yamaguchi, S., Sudo, M., & Chikazawa,
B. (1989). U.S. Patent No. 4,872,245. Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office.
[141]
Ginzburg, V. B. (1993). High-quality steel rolling: theory and practice. CRC Press.
[142]
Hancock, Gregory J., Thomas Murray, and Duane S. Ellifrit. Cold-formed steel
structures to the AISI specification. CRC Press, 2001.
[143]
Suh, C. M., Song, G. H., Suh, M. S., & Pyoun, Y. S. (2007). Fatigue and mechanical
characteristics of nano-structured tool steel by ultrasonic cold forging technology.
Materials Science and Engineering: A, 443(1-2), 101-106.
[144]
Liang, Y. F., Ye, F., Lin, J. P., Wang, Y. L., & Chen, G. L. (2010). Effect of annealing
temperature on magnetic properties of cold rolled high silicon steel thin sheet. Journal of
alloys and Compounds, 491(1-2), 268-270.
[145]
Ray, A. K., Mishra, K. K., Das, G., & Chaudhary, P. N. (2000). Life of rolls in a cold
rolling mill in a steel plant-operation versus manufacture. Engineering Failure Analysis,
7(1), 55-67.
[146]
Moen, C. D., Igusa, T., & Schafer, B. W. (2008). Prediction of residual stresses and
strains in cold-formed steel members. Thin-walled structures, 46(11), 1274-1289.
[147]
Tokunaga, Yoshikuni, and Masato Yamada. "Method for the production of cold rolled
steel sheet having super deep drawability." U.S. Patent No. 4,504,326. 12 Mar. 1985.
[148]
Scott, D. W. (1951). U.S. Patent No. 2,539,486. Washington, DC: U.S. Patent and
Trademark Office.
[149]
Hommel, E. M., & Goldstein, E. H. (1945). U.S. Patent No. 2,385,573. Washington,
DC: U.S. Patent and Trademark Office.
[150]
Moore, D. G., Pitts, J. W., Richmond, J. C., & Harrison, W. N. (1954). Galvanic
corrosion theory for adherence of porcelain enamel ground coats to steel. Journal of the
American ceramic Society, 37(1), 1-6.
[151]
Wheeler, D. D. (1937). U.S. Patent No. 2,076,329. Washington, DC: U.S. Patent and
Trademark Office.
[152]
Richmond, J. C., Moore, D. G., Kirkpatrick, H. B., & Harrison, W. N. (1953). Relation
between roughness of interface and adherence of porcelain enamel to steel. Journal of the
American Ceramic Society, 36(12), 410-416.

24
[153]
Platte, E. (2004). Towards an African modernity: Plastic pots and enamel ware in
Kanuri-women's rooms (northern Nigeria). Paideuma, 173-192.
[154]
Walsh, S. S., & Stanley, M. J. (1944). U.S. Patent No. 2,355,474. Washington, DC:
U.S. Patent and Trademark Office.
[155]
Hayes, R. (1997). Using pyrometric cones to monitor firing of porcelain enamel ware:
Plant and laboratory trials. In 59th Porcelain Enamel Institute Technical Forum David
Thomas Conference Director May 19-23, 1997 (Vol. 18, No. 5, p. 81).
[156]
Nishimura, S., Sakamoto, S., & Murakami, H. (2014). U.S. Patent No. 8,758,893.
Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office.
[157]
Kinzie, C. J., & Commons, J. C. H. (1941). U.S. Patent No. 2,249,007. Washington,
DC: U.S. Patent and Trademark Office.
[158]
Fellows, R. L., & Wheeler, P. M. (1941). Relation of Coefficient of Expansion to
Impact Resistance of Porcelain Enamels. Journal of the American Ceramic Society, 24(11),
356-360.
[159]
Wallace, R. A., & Kuo, M. C. (2001). U.S. Patent No. 6,177,201. Washington, DC:
U.S. Patent and Trademark Office.
[160]
Sitorus, T. (2010). Kajian Experimental dan Teoritis Efek Beban Kerja Tidak di Pusat
Geser Terhadap Lateral Buckling pada Balok Kantilever Struktur Baja (Master's thesis).
[161]
Siregar, A. P. Studi Tingkat Permeabilitas Beton Serat Baja Benrat. Smartek, 6(2).
[162]
BAJA, B. D. (2000). Pengetahuan Bahan Teknik.

25

Anda mungkin juga menyukai