Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini berjudul REKAYASA GENETIKA. Makalah ini disusun agar dapat
bermanfaat sebagai media sumber informasi dan pengetahuan.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam,
teman-teman dan semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan dalam
bentuk moral maupun materil dalam proses penyusunan Makalah ini, sehingga
dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan. Semoga Makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 24 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................2
1.3. Tujuan ..................................................................................2
1.4. Manfaat.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................4
2.1. Pengertian rekayasa genetika...............................................4
2.2. Tujuan rekayasa genetika.....................................................4
2.3. Manfaat rekayasa genetika...................................................5
2.4. Pembuatan insulin................................................................5
2.5. Penyebab berkembangnya rekayasa genetika......................8
2.6. Pemanfaatan rekayasa genetika ..........................................8
2.7. Dampak rekayasa genetika................................................13
2.8. Prinsip rekayasa genetika...................................................14
2.9. Isolasi DNA ......................................................................16
2.10.................................................................... Konstruksi DNA 17
2.11. Proses rekayasa genetika..................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................21
3.1. Kesimpulan........................................................................21
3.2. Saran..................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa
latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara “Etimologi”kata genetika
berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian.
Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-
batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genitika adalah ilmu
yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh
karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya
perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat
dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam
ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada
anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.

Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan


kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita sebagai
manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita
menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain kita harus mengetahui sifat-
sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula
prinsip-prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena
manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita
mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam
tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan
murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan
murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika
dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti
bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan
evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan
ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat.

1
Rekayasa genetika dalam arti paling luas adalah penerapan genetika untuk
kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan hewan atau
tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula
penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Masyarakat ilmiah
sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan
teknik-teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam
kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik  yang diarahkan pada
kemanfaatan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu rekayasa genetika?

1.2.2 Apa tujuan rekayasa genetika?

1.2.3 Bagaimana tahap – tahap pembuatan insulin?

1.2.4 Apa yang menyebabkan berkembangnya Rekayasa genetika?

1.2.5 Bagaimana penerapan rekayasa genetika?

1.2.6 Apa dampak dari rekayasa genetika?

1.2.7 prinsip dasar Rekayasa genetika ?

1.3 Tujuan

            Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini yakni sebagai
berikut:

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika.

b. Untuk mengetahui apa tujuan rekayasa genetika.

c. Untuk mengetahui tahap – tahap pembuatan insulin.

d. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan berkembangnya rekayasa genetika.

e. Untuk mengetahui bagaimana penerapan rekayasa genetika.

f. Untuk mengetahui dampak dari rekayasa genetika.

g. Untuk mengetahui prinsip dasar dari rekayasa genetika

2
1.4 Manfaat

            Diharapkan melalui penulisan karya ilmiah hubungan pertumbuhan dan


perkembangan dengan teknologi ini dapat memberikan informasi kepada pembaca
dan menambah wawasan penulis mengenai aplikasi Rekayasa Genetika.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen


ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga
mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai
perpindahan gen.

Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi


didifinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan
dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga
taksonomi; yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami,
dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau


melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel
pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli
yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

2.2 Tujuan Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain
peningkatan produksi, peningkatan mutu produk  supaya tahan lama dalam
penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan
hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap
herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida),
toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan
nutrisi, perubahan pigmentasi.

4
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja
mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara,
meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan
makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk
menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.

2.3 Manfaat rekayasa genetika

 Untuk mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar


bahan yang sekarang di gunakan di dalam pengobatan, pertanian dan
industri.
 Untuk menggembangkan tanaman-tanaman pertanian yang bersifat unggul
namun secara praktis.
 Untuk menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya,
menginduksi sel untuk membuat bahan-bahan yang sebelumnya tidak
pernah dibuat.

2.4 Pembuatan Insulin dan Peranan Mikroorganisme

Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun
1921 oleh para ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles
Hebert Best serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang
ahli boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat
kemurnian yang cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada
tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin
merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara
tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi
atau babi. Walaupun insulin hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk
penggunaan pada manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya
perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek
samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit
dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara
sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi
insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini

5
mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA
rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen.
Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai
efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang
diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak
mengandung kontaminan berbahaya.
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β
kelenjar Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar
gula darah (kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang
diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun,
ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon
insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat
berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen.
Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus
tergantung insulin (diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul
insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan
ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30
asam amino.
Produk hormon insulin manusia dapat dihasilkan dari teknik rekayasa genetika
dengan teknologi Plasmid. Insulin adalah hormon yang berfungsi menurunkan
kadar gula dalam darah. Hormon ini sangat diperlukan oleh penderita diabetes
mellitus karena kelenjar pankreas penderita tidak mampu menghsilkan hormone
tersebut. Hormon insulin berfungsi untuk mengubah glukosa dalam darah menjadi
glikogen.
Produksi insulin dapat dilakukan dengan cara mentransplantasikan gen-gen
pengendali hormon tersebut ke plasmid bakteri. Keberhasilan memindahkan gen
insulin manusia ke dalam bakteri sudah dapat diperoleh, yaitu melalui bakteri-
bakteri yang tumbuh dengan metode fermentasi. Teknik Plasmid bertujuan untuk
membuat hormone dan antibodi. Misal untuk membuat hormon insulin dengan
teknik plasmid. Gen /DNA digunting dengan Enzim Endonuklease Restriksi
Gen /DNA disambung dengan Enzim Ligase.

6
Proses Pembuatan Insulin

Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:


1. Tahap pertama dalam membuat bakteria yang bisa menghasilkan insulin
adalah dengan mengisolasi plasmid pada bakteri tersebut yang akan
direkayasa. Plasmid adalah materi genetik berupa DNA yang terdapat pada
bakteria namun tidak tergantung pada kromosom karena tidak berada di
dalam kromosom.
2. Kemudian plasmid tersebut dipotong dengan menggunakan enzim di
tempat tertentu sebagai calon tempat gen baru yang nantinya dapat membuat
insulin.
3. Gen yang dapat mengatur sekresi (pembuatan) insulin diambil dari
kromosom yang berasal dari sel manusia.
4. Gen yang telah dipotong dari kromosom sel manusia itu kemudian
‘direkatkan’ di plasmid tadi tepatnya di tempat bolong yang tersedia setelah
dipotong tadi.
5. Plasmid yang sudah disisipi gen manusia itu kemudian dimasukkan
kembali ke dalam bakteria.
6. Bakteria yang telah mengandung gen manusia itu selanjutnya berkembang
biak dan menghasilkan insulin yang dibutuhkan. Dengan begitu diharapkan
insulin dapat diproduksi dalam jumlah yang tidak terbatas di pabrik-pabrik.

Insulin bervariasi dari satu organisme ke organisme lainnya, namun hal ini tidak
membedakan aktivitasnya. Pada mulanya sumber insulin untuk penggunaan klinis
pada manusia diperoleh dari pancreas sapi atau babi. Insulin yang diperoleh dari
sumber – sumber tersebut efektif bagi manusia karena indentik dengan insulin
manusia. Insulin pada manusia, babi, dan sapi mempunyai perbedaan dalam
susunan asam aminonya, tapi aktivitasnya tetap sama.

2.5 Penyebab Berkembangnya Rekayasa Genetika

 Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease

7
 Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan
operon laktosa pada prokariota
 Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase
 Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel
mikroorganisme

Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang


biostatistika, bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting
dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini.

2.6 Pemanfaatan teknologi rekayasa


Pemanfaatan teknologi rekayasa genetik telah diaplikasikan pada banyak
bidang untuk memenuhi dan menyokong kebutuhan manusia. Pemanfaatan
teknologi rekayasa genetik ini tentu tidak lepas dari adanya masalah-masalah
dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang melatarbelakangi pengembangan
aplikasi rekayasa genetik sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mendasari teknik rekayasa genetik, maka aplikasi dan produk hasil rekayasa
genetik juga turut berkembang dengan pesat. Dalam tulisan ini akan dijelaskan
aplikasi dan produk hasil rekayasa genetik dalam bidang industri, agrikultur, dan
kesehatan.

Bidang Industri
            Teknologi rekayasa genetika dalam bidang industri lebih banyak
diaplikasikan dalam industri farmasi untuk menciptakan banyak produk farmasi
yang sebagian besar merupakan protein. Protein tertentu yang pada kondisi
alaminya hanya dapat diproduksi dalam jumlah sedikit atau hanya dapat
diproduksi oleh organisme tertentu dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dan
cepat dengan cara mentransfer gen tertentu ke mikrobia seperti bakteri, virus,
fungi, dan jenis sel lainnya yang dapat dikultur. Keuntungan penggunaan
mikrobia sebagai penghasil produk dalam industri yaitu mikrobia dapat
dikulturkan dengan cepat dalam lahan kecil untuk menghasilkan produk dalam
jumlah banyak dan waktu yang singkat.

8
            Secara prinsipnya, mikrobia dimodifikasi dengan dua cara. Cara yang
pertama adalah dengan menyisipkan gen tertentu yang pada awalnya tidak
dimiliki mikrobia tersebut, sehingga mikrobia tersebut menjadi memiliki
kemampuan untuk mensintesis protein yang dikode oleh gen asing tersebut. Cara
yang kedua adalah dengan memasukkan promoter dan sekuen kontrol gen lain
yang sangat aktif ke dalam DNA vektor, sehingga mikrobia mampu mensintesis
produk yang diinginkan dalam jumlah yang lebih banyak (meningkatkan ekspresi
gen). Produk-produk industri farmasi yang dihasilkan melalui rekayasa genetik
pada mikrobia ini antara lain hormon-hormon terapis, enzim, antibiotik, dan
vaksin.

Hormon dan protein terapis


            Produksi hormon-hormon terapis melalui mikrobia mulai dikembangkan
karena adanya berbagai masalah kesehatan, khususnya berkembangnya penyakit-
penyakit degeneratif, baik yang merupakan penyakit genetis atau bukan. Salah
satu penyakit yang banyak diderita masyarakat modern adalah diabetes tipe I,
yaitu penyakit dimana tubuh tidak dapat mensintesis hormon insulin dalam jumlah
cukup untuk pengaturan kadar gula darah. Karena ketidakmampuan tubuh untuk
mensintesis, maka satu-satunya cara pengobatan adalah dengan menginjeksikan
sumber insulin dari luar tubuh, yaitu menggunakan insulin dari ternak seperti babi
ataupun dari cadaver.
            Penggunaan insulin dari cadaver dan hewan menimbulkan banyak
masalah. Selain jumlahnya yang terlalu sedikit untuk mengobati banyak penderita
diabetes tipe I, insulin dari hewan juga berpotensi untuk menimbulkan reaksi
alergik karena ketidakcocokan struktur insulin tersebut. Karena masalah yang ada,
produksi insulin kemudian dialihkan ke cara lain, yaitu dengan merekayasa
mikrobia agar dapat menghasilkan insulin manusia.
            Mikrobia yang digunakan untuk mensintesis insulin manusia
adalah Escherichia coli. Pertama-tama gen pada manusia yang mengkode insulin
dan kloning vektor pUC19 dipotong menggunakan enzim restriksi SalI
menghasilkan sticky ends pada daerah gen LacZ pada plasmid. Kemudian
fragmen DNA yang membawa gen insulin dan vektor disambungkan

9
menggunakan enzim ligase, menghasilkan sejumlah plasmid rekombinan dan juga
plasmid yang gagal terekombinasi. Plasmid kemudian diintegrasikan kedalam
sel E. coli melalui proses transformasi dan kemudian dikulturkan. Proses seleksi
transforman kemudian dilakukan dengan melihat ekpresi gen resistensi antibiotik
dan gen LacZ untuk menentukan transforman yang mana yang sukses menerima
plasmid rekombinan.

Antibiotik dan Vaksin


            Produk farmasi lain yang dihasilkan melalui rekayasa genetik adalah
berbagai macam antibiotik yang digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikrobia. Berbeda dengan
rekayasa genetik untuk mensintesis hormon dan protein terapis yang dilakukan
dengan cara menyisipkan gen tertentu yang kemudian akan diekspresikan oleh
expression host, antibiotik memang merupakan produk sampingan dari mikroba
secara alami. Rekayasa genetik dilakukan dengan cara menyisipkan promoter dan
sekuen kontrol gen yang sangat aktif sehingga jumlah produk yang diinginkan
dapat ditingkatkan.
            Fungi Acremonium chrysogenum adalah mikrobia yang digunakan dalam
industri antibiotik penicillin N dan cephalosporin. Kedua antibiotik ini merupakan
produk yang dibentuk dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim bifungsional DAOC
ekpandase-hidroksilase dan DAC asetiltransferase. Kedua enzim ini dikode oleh
gen cefEF dan cefG yang kemudian diamplifikasi dan diperkuat ekspresinya
dengan menggunakan promoter aktif sehingga dapat menghasilkan produk yang
lebih banyak hingga 50%
            Antibiotik lainnya yang disintesis oleh fungi yang diproduksi dalam
industri farmasi adalah erythromycin. Erythromycin adalah antibiotik yang
disintesis oleh Saccharopolyspora erythrae yang digunakan untuk mengobati
infeksi oleh Streptococcus, Staphylococcus, Mycoplasma, Ureaplasma,
Chlamydia, dan Legionella. Peningkatan sintesis erythromycin dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan metabolisme oksigen. Metabolisme oksigen dapat
ditingkatkan dengan mengekspresikan gen haemoglobin bakteri Vitreoscilla(vhb).
Rekayasa genetik pada Sac. erythrea dengan memasukkan gen vhb yang dikontrol

10
dengan promoter PermE menggunakan vektor pETR432 memperlihatkan hasil
produksi erythromycin 60% lebih banyak daripada wild strain Sac. erythrea 

Bidang Agrikultur
            Pemanfaatan teknologi rekayasa genetik di bidang agrikultur bertujuan
untuk meningkatkan produksi hasil pertanian maupun peternakan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan manusia akan bahan makanan. Dalam bidang
pertanian, mikrobia digunakan sebagai agen untuk mengklon gen dan
mentransferkan gen tersebut melalui vektor plasmid ke sel tumbuhan untuk
menciptakan tumbuhan transgenik. Pada bidang peternakan mikrobia digunakan
sebagai expression host untuk menghasilkan hormon tertentu yang diperlukan
untuk meningkatkan produksi ternak.

Bidang pertanian

            Peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman dapat dilakukan dengan


merekayasa bahan genetik tanaman tersebut sehingga memiliki sifat-sifat khusus

11
yang sebelumnya tidak dimiliki oleh tanaman tersebut. Berdasarkan perubahan
sifat tersebut, tanaman transgenik terbagi atas tiga generasi. Generasi pertama
adalah tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida dan serangan
serangga. Generasi kedua adalah tanaman transgenik yang ditingkatkan
kandungan nutrisinya. Generasi ketiga adalah tanaman transgenik yang dapat
menghasilkan zat-zat biopharmaceutical.
            Metode utama yang paling pertama digunakan dalam mentransfer gen ke
dalam genom tumbuhan adalah dengan Sistem Agrobacterium. Sesuai namanya,
sistem ini menggunakan bakteri Agrobacterium tumefasciens, organisme yang
bertanggungjawab atas tumbuhnya tumor pada jaringan tanaman, sebagai vektor
transfer. Bakteri ini digunakan karena kemampuan plasmidnya, plasmid Ti, untuk
mengintegrasikan segmen DNAnya yang disebut T-DNA ke dalam kromosom
tumbuhan. Teknologi ini yang sekarang banyak digunakan untuk menciptakan
tanaman transgenik.

Bidang peternakan
            Selain dengan menciptakan hewan-hewan transgenik, pemanfaatan
teknologi rekayasa genetik yang paling dikenal dalam bidang peternakan adalah
sintesis hormon pertumbuhan sapi (bGH) oleh mikrobia. Mikrobia yang
digunakan untuk mensintesis bGH adalah E. coli. Ekstraksi bGH dari E. coli
kemudian digunakan untuk diinjeksikan kepada sapi perah untuk meningkatkan
produksi susu hingga 10. Injeksi bGH juga terbukti dapat meningkatkan perolehan
bobot dalam daging ternak.

Bidang Kesehatan

12
            Selain dalam industri farmasi, pemanfaatan teknologi rekayasa gen dalam
bidang kesehatan yang dianggap paling potensial dan bermanfaat adalah terapi
gen. Terapi gen merupakan penyisipan atau introduksi gen asing ke sel yang cacat
untuk memperbaiki kesalahan fenotip yang ditimbulkan. Terapi gen
dikembangkan sebagai jawaban atas masalah penyakit-penyakit genetis yang
frekuensinya semakin meningkat. Percobaan pertama terkait terapi gen dilakukan
pada tahun 1989 di National Institutes of Health (NIH), Maryland oleh tim yang
dipimpin Steven Rosenberg. Rosenberg menandai secara genetik sel-sel yang
diperoleh dari pasien penderita kanker. Sel limfosit T dari lima pasien kanker
diambil dari bagian tumornya, dimana sel-sel tersebut ditransduksi menggunakan
retrovirus untuk menyisipkan gen penanda (marker) secara ex vivo sehingga gen
kanker tersebut dapat ditandai. Percobaan inilah yang kemudian menjadi dasar
bagi terapi gen yang sekarang sedang dikembangkan.
            Secara prinsipnya terapi gen terbagi atas dua macam, yaitu terapi gen sel
somatik dan terapi gen sel germinal. Terapi gen yang saat ini dikembangkan
difokuskan kepada terapi gen sel somatik karena terapi gen sel germinal dianggap
salah secara etik dan moral karena akan mengubah genom manusia sejak sebelum
dilahirkan, sehingga disebut sebagai usaha menciptakan manusia transgenik.
Terapi gen sel somatik melibatkan stem sel dewasa yang dapat ditemukan pada

13
beberapa bagian tertentu pada organ khusunya pada sumsum tulang belakang dan
darah. Tujuan dari terapi gen ini adalah untuk menggantikan fungsi dari gen
tunggal yang mengalami mutasi atau kerusakan.
            Metode pelaksanaan terapi gen ada 2 macam, yaitu secara in vivo dan ex
vivo. Metode transfer in vivo dilakukan dengan cara langsung menginjeksikan gen
target yang baik ke dalam jaringan tubuh pasien, sedangkan metode transfer ex
vivo dilakukan dengan cara mengeluarkan terlebih dahulu stem sel dari tubuh
pasien. Metode yang lebih banyak dilakukan adalah metode yang kedua.

2.7 Dampak Rekayasa Genetika

a. Dampak di bidang sosial ekonomi

Dampak ekonomi yang tampak adalah paten hasil rekayasa, swastanisasi


dan kosentrasi bioteknologi pada kelompok tertentu, memberikan pengaruh yang
sangat luas pada masyarakat. Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil.
Penggunakan hormon pertumbuhan sapi dapat meningkatkan produksi susu sapi
sampai 20%, niscaya akan menggusur peternak kecil.

b. Dampak di bidang kesehatan

Produk rekayasa di bidang kesehatan ini memang sudah ada yang


menimbulkan masalah yang serius. Contohnya adalah penggunaan insulin hasil
rekayasa menyebabkan 31 orang meninggal di inggris. Tomat Flavr Savr
diketahui mengandung gen resisten terhaap antibiotic. Susu sapi yang disuntik
dengan hormone BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya
potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.

c. Dampak di bidang etika dan moral

Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki


dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak
berkerabat 5 dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit
diterima manusia. Bahan pangan transgenic yang tidak berlabel juga membawa
konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada organisme
hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organisme. Hal ini

14
bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang mengghargai nilai intrinsic
makhluk hidup.

2.8 Prinsip Dasar Rekayasa Genetika

 Rekayasa genetika adalah semua proses yang ditujukan untuk


menghasilkan organisme transgenik. Organisme transgenik merupakan organisme
yang urutan informasi genetik dalam kromosomnya telah diubah sehingga
mempunyai sifat menguntungkan yang dikehendaki. Ada beberapa prinsip dasar
dalam rekayasa genetika antara lain Rekombinasi DNA, fusi protoplasma, dan
kultur jaringan.

a. Rekombinasi DNA

 Proses mengidentifikasi dan mengisolasi DNA dari suatu sel hidup atau
mati dan memasukkannya dalam sel hidup lainnya, itulah rekombinsi DNA.
Rekayasa genetika ini merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk
menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan atau disebut juga
pencangkokan gen. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk

15
menggabungkan sifat makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk
hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat direkombinasikan.
Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-
temurun.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah melakukan perubahan


susunan asam nukleat dari DNA (gen) dan menyelipkan gen baru ke dalam
struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima
dapat berasal dari organisme apa saja. Pada proses rekayasa genetika organisme
yang sering digunakan adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia
coli dipilih karena paling mudah dipelajari pada taraf molekuler.

Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu

1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa
plasmid atau virus. Plasmid yaitu lingkaran kecil DNA yang terdapat pada
bakteri yang diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing. Pemasukannya
melalui pemanasan dalam larutanNaCl atau melalui elektroporasi.

2. Bakteri atau virus berperan dalam memperbanyak plasmid atau DNA virus.
Plasmid di dalam tubuh bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak
diri, makin banyak plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang
dicopy sehingga terjadi cloning gen.

3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini disebut
enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim
endonuklease yang dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan basa
nitrogen tertentu.

b. Teknologi Hibridoma

16
 

Teknologi hibridoma adalah suatu cara untuk menyatukan dua sel dari
jaringan-jaringan berbeda suatu organisme yang sama atau bahkan organisme
yang berbeda, sehingga diperoleh satu sel tunggal (sel hibrid). Selanjutnya, sel
hibrid dapat dikembangbiakkan,sehingga diperoleh bertriliun-triliun sel, yang
masing-masing mengandung satu set gen komplit dari dua sel aslinya. Sebagai
contoh, salah satu dari dua sel yang asli mungkin berupa sel manusia. Sel tersebut
khusus mensekresikan produk yang berguna seperti antibodi atau hormon.
Hormon atau antibodi disekresikan dalam jumlah sangat sedikit, karena hasil
produksi dikendalikan mekanisme pengaturan sel yang normal. Jika sel tersebut
dilebur dengan sel kanker (sel yang tidak memiliki pengendalian normal terhadap
pertumbuhan dan sintesis protein), maka produksi hormone atau antibodi secara
dramatis meningkat.

Peristiwa peleburan dua sel seperti tersebut, menghasilkan sel hibrid dan
dikenal sebagai hibridoma (hibrid = sel asli yang dicampur, oma = kanker).
Tujuan teknik hibridoma adalah untuk menghasilkan antibodi dalam jumlah yang
besar, sehingga dapat digunakan untuk diagnostic dan terapeutik. Selain itu,
teknik ini merupakan jalan untuk menyilang atau memotong dalam spesies secara
genetik pada sel eukariotik yang tidak dapat diselesaikan dengan cara peleburan

17
gamet secara seksual. Secara umum sel-sel tidak melebur secara otomatis,
sehingga ilmuwan berusaha merancang teknik laboratorium untuk menstimulir
sel-sel tersebut berfusi atau bergabung.

c. Kultur Jaringan

Teori yang melandasi teknik kultur jaringan ini adalah teori Totipotensi.
Setiap sel tumbuhan memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru
bila ditempatkan pada lingkungan yang sesuai. Individu-individu yang dihasilkan
akan mempunyai sifat yang sama persis dengan induknya.

Tahap-tahap kultur jaringan dalam membentuk embrio dari sel somatik


serupa pada tahap perkembangan zigot menjadi embrio. Kultur jaringan sering
disebut sebagai perbanyakan secara in vitro karena jaringan ditanam (dikultur)
pada suatu media buatan (bukan alami). Materi yang akan dikulturkan dalam
kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan dapat diambil dari yang dewasa ataupun
pembenihan (seeding). Pada media yang sesuai, eksplan akan tumbuh menjadi
kalus. Selanjutnya, kalus akan berkembang menjadi tanaman kecil yang disebut
plantlet. Kultur jaringan merupakan salah satu rangkaian teknik rekayasa genetika
karena dapat menumbuhkan sel-sel transgenik. Oleh karena itu, dapat pula
dikatakan bahwa kultur jaringan sebagai alat (tool) dalam pelaksanaan rekayasa
genetika.

2.9 Isolasi DNA

DNA merupakan senyawa kimia yang paling penting dalam makhluk


hidup. DNA merupakan senyawa yang mengandung informasi genetik makhluk
hidup dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Keseluruhan DNA dalam suatu sel akan membentuk genom. Genom


meliputi bagian gen yang fungsional maupun non-fungsional dalam sel
organisme. DNA genom meliputi DNA berbentuk sirkular, sedangkan organisme
eukariotik mempunyai DNA berbentuk linier. DNA eukariotik terletak dalam inti
sel, sedangkan DNA prokariot terletak dalam sitoplasma.

Struktur DNA pertama kali dijelaskan oleh James Watson dan Francis
Crick. Mereka memperoleh model DNA dari hasil foto di fraksi sinar X yang

18
dibuat oleh Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins. Watson dan Crick
manyimpulkan bahwa struktur DNA merupakan rantai ganda (double helix)

2.10 Konstruksi DNA

Merupakan bagian asam nukleat yang dibangun secara artifisial yang akan
ditransplantasikan ke jaringan atau sel target. Konstruksi DNA plasmid sering kali
terdiri dari urutan promotor, diikuti oleh gen yang diinginkan, dan berakhir pada
terminasi transkripsi atau urutan sinyal poligadenilasi. Konstruksi DNA dapat
berisi sisipan DNA, yang berisi urutan gen yang mengkode protein yang menark,
yang telah disubkloning menjadi vektor, yang berisi gen resistensi bakteri untuk
pertumbuhan bakteri, dan promotor untuk ekspresi dalam organisme. Konstruksi
DNA dapat mengekspresikan pesaing atau inhibitor, atau mengekspresikan
protein mutan, seperti mutasi penghapus atau mutasi missense. Konstruksi DNA
sering digunakan dalam biologi molekuler untuk menganalisis makromolekul
seperti protein atau RNA secara lebih rinci.

2.11Proses rekayasa gen

Secara sederhana, tahapan proses rekayasa genetika meliputi:

 Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan


 Membuat DNA/AND salinan dari RNAd
 Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
 Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri
 Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
 Pemanenan produk

19
Proses rekayasa genetika diatas, praktiknya mengadopsi prinsip teknik rekayasa
berikut ini.

a. Kloning Gen

Kloning gen adalah tahapan awal rekayasa genetika. Adapun tahapan dalam
kloning gen diataranya yaitu pemotongan DNA menjadi fragmen dengan ukuran
beberapa ratus hingga ribuan kb (kilobase), selanjutnya fragmen tersebut
dimasukkan ke dalam vektor bakteri untuk kloning. Berbagai macam vektor
didesain untuk membawa DNA dengan panjang yang berbeda. Setiap vektor
hanya mengandung satu DNA yang kemudian teramplifikasi membentuk suatu
klon di dalam dinding bakteri. Dari setiap klon sejumlah fragmen DNA akan
diisolasi yang selanjutnya akan diekspresikan. DNA rantai tunggal akan diubah
menjadi rantai ganda dengan bantuan DNA polimerase. Fragmen DNA yang
dihasilkan selanjutnya dikloning ke dalam plasmid untuk menghasilkan bank
cDNA.

b. Sequensing DNA

Sekuensing adalah teknik penentuan urutan basa suatu fragmen DNA yang
membutuhkan proses dan waktu yang lama. Sekarang proses Sekuensing ini
sudah bersifat automatis, dalam artian sekuensing yang dilakukan memungkinkan
dalam skala industri hingga ribu kilobasa/hari.

c. Amplifikasi gen secara in-vitro

20
Proses amplifikasi DNA untuk mensitesis komplementer suatu fragmen DNA
yang dimulai dari suatu rantai primer dikenal dengan teknik PCR (Polimerase
Chain Reaction).

d. Konstruksi Gen

Setiap gen terdiri dari promotor (yaitu daerah yang bertanggungan jawab
untuk transkripsi gen yang berakhir pada wilayar terminator), gen pendanda
dipilih (yaitu gen yang berperan sebagai resistensi antibiotik yang
membantu membedakan perubahan sel), dan terimanator. Konstruksi gen
mengandung sedikitnya daerah promotor, daerah transkrip, dan daerah terminator.
Untuk itu, konstruksi gen disebut vektor ekspresi.

Konstruksi gen mengimplikasikan penggunaan elemen seperti enzim restriksi


yang memotong DNA pada daerah spesifik, sistesis nukleotida secara kimiawi,
amplifikasi fragmen DNA secara in vitro menggunakan teknik PCR (Polimerase
Chain Reaction), serta menyambung fragmen DNA yang berbeda dengan ikatan
kovalen menggunakan enzim ligase. Selanjutnya, fragmen tersebut ditambahkan
dalam plasmid yang kemudian ditransfer ke dalam bakteri membentuk klon
bakteri. Klon bakteri ini akan diseleksi dan diamplifikasi. Penambahan elemen
dalam konstruksi gen bergantung pada tujuan eksperimen, terutama dimana jenis
sel konstruksi tersebut akan diekspresikan.

e. Transfer gen ke dalam sel

Suatu gen hasil isolasi bisa ditranskripsikan secara in vitro dan mRNA-nya
juga bisa ditranskripsikan pada suatu sistem bebas sel. Untuk dikodekan secara
efektif dan ditranslasikan menjadi protein, suatu gen harus ditransfer ke dalam sel
yang secara alami bisa mengandung semua faktor yang dibutuhkan dalam proses
transkripsi dan translasi. Dalam praktiknya, transfer gen terdiri atas variasi teknik
diantaranya fusi sel, penggunaan senyawa kimia, elektroporasi, mikroinjeksi, dan
injeksi menggunakan vektor virus.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Rekayasa genetika adalah upaya pencangkokan gen dengan teknik


rekombinan DNA pada mikroorganisme tertentu. Dengan rekayasa genetika,
manusia dapat memuat organisme yang tidak dapat menghasilkan bahan tertentu
menjadi mampu menghasilkan bahan tertentu yang dibutuhkan manusia.
Mikroorganisme yang berperan ini disebut makluk transgenic.

Contoh makhluk hidup transgenic adalah bakteri yang mampu menambang


tembaga, bakteri yang mampu membersihkan lingkungan yang tercemar, bakteri
yang mampu mengubah bahan tercemar menjadi bahan lain yang tidak berbahaya,
jagung yang memiliki kandungan protein tinggi, tomat yang tahan lama, dan
sebagainya.

Selain produk, dengan bioteknologi modern banyak pula penyakit


menurun yang dapat disembuhkan. Penyembuhan Penyakit menurun ini dilakukan

22
dengan jalan menyisipkan gen yang kurang pada penderita. Proses ini disebut
terapi genetik.

Namun masalah muncul ketika produk rekayasa sudah menimbulkan


masalah yang serius. Contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa
menyebabkan 31 orang meninggal di inggris. Tomat Flavr Savr diketahui
mengandung gen resisten terhadap antibiotic. Susu sapi yang disuntik dengan
hormone BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi
berbahaya bagi kesehatan manusia.

3.2 Saran

Saya memiliki beberapa saran mengenai Rekayasa Genetika, sebagai


berikut:

a. Rekayasa Genetika sangat berperan dalampeningkatan produksi,


peningkatan mutu produk dan lain – lain, jika dilakukan dengan benar.
b.  Masyarakat perlu mengetahui tentang Rekayasa Genetika dan manfaatnya
agar dapat diterapkan dalam kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidup
agar tidak terjadi kesalahan mengenai penggunaan Rekayasa Genetika.
c. Penelitian mengenai Rekayasa Genetika perlu ditingkatkan lagi agar
mendapatkan bibit baru yang lebih unggul dari sebelumnya.
d. Produk-produk Rekayasa Genetika sebaiknya dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya, terutama dalam bidang kesehatan yang mengandung
bahan-bahan kimia agar tidak mengganggu kesehatan masyarakat yang
menggunakan produk-produk tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Huzaifah, Hamid. Genetika Dasar. http://zaifbio.wordpress.com. Diakses tanggal


20 November 2019

Agorsiloku. Dampak Penggunaan Hasil Rekayasa Genetika.


http://agorsiloku.wordpress.com diakses tanggal 20 November 2019

Amarullah, Zakky. Rekayasa Genetika. http://senyawa-kimia.blogspot.com


diakses tanggal 20 November 2019

Anonim. Rekayasa Genetika. www.wikipedia.org. diakses tanggal 20 November


2019 http://id.answers.yahoo.com/www.google.co.id

Herwandi, Yuyun. 2005. Pelajaran Biologi Untuk Kelas XII Jurusan IPA
Semester 1 dan 2

24
25

Anda mungkin juga menyukai