Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR II

”PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BERBAGAI


TINGKAT USIA DENGAN BERBAGAI KONDISI”

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 4 Kelas D

 Samuel Tungga (011200811)


 Susan Pattinama (011200812)
 Tedygus Luli Uhe (011200813)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2012

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
AnugerahNya,Makalah yang berjudul “Penggunaan komunikasi terapeutik pada
berbagai tingkat usia dengan berbagai kondisi”,dapat di selesaikan tepat pada
waktunya . Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan Terima Kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung kami dengan caranya masing-masing untuk
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan pendengar yang tentunya bersifat
membangun, sehingga Makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap kiranya Makalah
ini bermanfaat bagi kita semua, Amin .

Kupang, 16 september 2012

Penulis

DAFTAR ISI
COVER. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . hal
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4


1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
1.3 Tujuan Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.4 Manfaat Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6


2.2 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.3 Manfaat dan Tujuan Komunikasi Terapeutik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.4 Pada Usia Berapakah Komunikasi Terapeutik digunakan. . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.5 Pada Kondisi apa saja Komunikasi Terapeutik di gunakan . . . . . . . . . . . . . . . 9

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan dapat membantu membina hubungan


yang konstruktif antara perawat dan klien . Tidak seperti hubungan sosial,yang mungkin tidak
memiliki tujuan dan arah yang spesifik,hubungan terpeutik diarahkan pada klien dan tujuan yang ada.
Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien,mencegah terjadinya masalah legal,memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi pelayanan keperawatan
serta citra rumah sakit,tetapi yang paling penting telah mengamalkan ilmunya untuk sesama manusia .
Perawat perlu merespons tidak hanya isi pesan verbal klien,tetapi juga perasaan yang di
ekpresikan . Penting untuk memahami cara pandang dan perasaan klien terhadap situasi sebelum
berespons. Isi dari komunikasi klien adalah kata-kata atau pemikiran yang berbeda dari perasaan.
Terkadang manusia dapat menyampaikan pemikiran melalui kata-kata sementara emosi mereka
bertolak belakang dengan kata-kata tersebut;dengan demikian ,kata-kata dan perasaan tidak kongruen.
Terkadang klien perlu waktu untuk mengatasi perasaannya. Emosi yang kuat terkadang melelahkan .
manusia biasanya perlu mengatasi berbagai perasaan yang ada sebelum mampu berkoping dengan
masalh yang lalu,seperti mempelajari berbagai keterampilan baru dan merencanakan masa depan .
Hal ini paling jelas terlihat di rumah sakit,saat klien mengetahui bahwa mereka menderita
penyakit terminal. Sebagian orang memerlukan waktu beberapa jam,beberapa hari,atau bahkan
beberapa minggu sebelum mereka siap memulai tugas-tugas yang lain . Sedangkan yang lainnya ada
yang memerlukan orang lain untuk mendengarkan,membutuhkan bantuan untuk mengidentifikasi dan
menyatakan perasaannya,dan ada yang memerlukan bantuan untuk membuat keputusan tentang
rangkaian tindakan selanjutnya .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi terapeutik ?
2. Apakah manfaat dan tujuan komunikasi terapeutik ?
3. Dari usia berapakah komunikasi terpeutik di perlukan ?
4. Apa saja teknik-teknik komunikasi terpeutik ?
5. Pada kondisi apa saja komunikasi terapeutik digunakan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan pengertian komunikasi terpeutik
2. Mendeskripsikan teknik-teknik komunikasi terapeutik
3. Mendeskripsikan komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab moral perawat
4. Mendeskripsikan penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia
5. Mendeskripsikan pada kondisi apa saja komunikasi terapeutik digunakan

1.4 Manfaat Penulisan


2. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
3. Mengetahui manfaat dan tujuan komunikasi terapeutik
4. Mengetahui usia berapakah komunikasi terapeutik di perlukan
5. Mengetahui teknik-teknik komunikasi terpeutik
6. Mengetahui pada kondisi apa saja komunikasi terapeutik digunakan

B A B II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan


dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling


memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan
ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan.

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus


direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam
latar belakang dan masalahnya.

2.2 Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik

Teknik-teknik komunikasi terpeutik dibedakan menjadi beberapa bagian :

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian


Berusaha mendengarkan klien,menyampaikan pesan non verbal bahwa perawat perhatian terhadap
kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non verbal yang sedang di komunikasikan . ketermpilan
mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan :
 Pandang klien ketika sedang berbicara
 Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
 Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
 Hindarkan gerakan yang tidak perlu
 Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
 Condongkan tubuh ke arah lawan bicara

2. Menunjukan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui . menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukan keraguan atau tidak setuju . tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima
semua perilaku klien . perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menunjukan tidak setuju,seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak
percaya.
Berikut ini menunjukan sikap perawat yang menerima apa yang di katakan klien :
 Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
 Memberikan umpan balik verbal yang menampakan pengertian
 Memperhatikan bahwa isyarat non verbal cocok dengan komunikasi verbal
 Menghindar dari perdebatan,mengekspresikan keraguan atau mencoba untuk mengubah
Pikiran klien
 Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ Ya ” , “Saya mengikuti apa
Anda ucapkan.”

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien .
paling baik jika pertanyaan di kaitkan dengan topik yang di bicarakan dengan menggunakan kata-kata
dalam konteks sosial budaya klien .selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan .

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri


Dengan mengulang kembali ucapan klien,perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya di mengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat
harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini,karena pengertian bisa rancu jika pengucapan
ulang mempunyai arti yang berbeda .

5. Mengklarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman , perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasikan dengan menyamakan pengertian karena informasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan . agar pesan dapat sampai dengan benar,perawat perlu
memberikan contoh yang konkret dan mudah di mengerti klien .

6. Memfokuskan
Metode ini di lakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan
dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutuskan pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru .

7. Menyatakan hasil observasi


Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya
sehingga dapat diketahui apakah pesan di terima dengan benar . menyampaikan hasil pengamatan
perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertanya,memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.

8. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikirannya .
penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu,jika tidak maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak . diam memungkinkan klien berkomunikasi terhadap dirinya
sendiri ,mengorganisir pikirannya dan memproses informasi . diam terutama berguna pada saat klien
harus mengambil keputusan .

9. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah di komunikasikan secara singkat. Metode ini
bermafaat untuk membantu mengingat topik yang telah di bahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan selanjutnya . meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting
dalam interaksinya sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan .

10. Memberikan penghargaan


Memberikan salam kepda klien dengan menyebutkan namanya menunjukan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi,menghargai klien sebagai manusia seutuhnya mempunyai hak dan tanggung
jawab atas dirinya sendiri sebagai individu .

11. Menawarkan diri


Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak
mampu untuk membuat dirinya mengerti. Sering kali perawat hanya menawarkan,rasa tertarik,teknik
komunikasi ini harus di lakukan tanpa pamri .

2.3 Manfaat dan Tujuan Komunikasi Terapeutik

 Manfaat

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja


sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat.

 Tujuan

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan
perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang
mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.
2.4 Usia Berapakah Komunikasi Terapeutik di perlukan ?

1. Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi
sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.

2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa
yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak
dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis
atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik,
menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak
diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek
tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari
sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan
membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi
atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah
yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

6. Usia lansia (diatas 65 tahun)

Klasifikasi Umur Lansia


• Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia) adalah
sebagai berikut :
• Middle age : 45-59 tahun
• Elderly (lansia) : 60-70 tahun
• Old (lansia tua) : 75-90 tahun
• Very Old (lansia sangat tua) : >90 tahun

Lansia mungkin mengalami masalah fisik atau kognitif yang memerlukan peningkatan
keterampilan berkomunikasi pada intervensi keperawatan . Beberapa masalah yang umum di
jumpai adalah sebagai berikut :
1. Defisit sensorik, seperti penglihatan dan pendengaran
2. Gangguan kognitif,seperti pada penderita demensia
3. Defisit neurologis akibat stroke atau kondisi neurologis lain,seperti afasia (expresix
dan atau reseptif dan hambatan pergerakan.
4. Masalah psikososial
Upaya untuk mengenali kebutuhan yang spesifik dan menemukan sumber-sumber yang tepat
bagi klien dapat meningkatkan sosialisasi dan kualitas hidup mereka . intervensi yang
bertujuan meningkatkan komunikasi pada klien dengan kebutuhan khusus tersebut antara
lain:
1. Pastikan bahwa alat bantu,kaca mata,dan alat bantu dengar sedang digunakan dan
berfungsi dengan baik
2. Buat rujukan ke sumber-sumber yang tepat seperti terapi bicara .
3. Buat alat bantu komunikasi seperti papan komunikasi (komputer,atau gambar,jika
memungkinkan)
4. Bicara dalam kalimat yang sederhana dan pendek .
5. Selalu tatap individu saat berbicara
6. Libatkan keluarga dan teman-teman dalam percakapan
7. Gunakan metode pengingatan,baik dalam komunikasi individu maupun kelompok .
8. Temukan hal apa saja yang penting dan bermakna bagi klien dan upayakan untuk
mempertahankan hal tersebut sedapat mungkin .

 Komunikasi terapeutik pada anak ADHD

Komunikasi terapeutik pada anak ADHD


Apakah ADHD itu?
ADHD adalah kependekan dari attention deficit hyperactivity disoerder, ( Attention =
perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan disorder = gangguan ). Atau
gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Secara umum menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom kurang
konsentrasi, hiperaktif, dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas hidup mereka.
Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak ADHD?
Hubungan efektif dan proaktif antara orang tua dan sekolah adalah vital bagi keberhasilan
menyeluruh dalam menghadapi siswa ADHD.
Umumnya, orang tua mencoba untuk bertindak demi kepentingan anak sepanjang waktu.
Tindakan mereka biasanya berdasarkan informasi yang dapat mereka peroleh pada waktu itu.
Jika ternyata ada kontradiksi antara apa yang disebut nasihat professional dan atas apa yang
orang tua lakukan, biasanya ada alasan kuat untuk ini. Orang tua harus menemukan cara
mereka sendiri dalam menerima mereka dan menghadapi masalah lingkungan mereka sendiri.
Merupakan hal yang biasa, bahwa orang tua dari anak ADHD mengalami konflik antara yang
satu dan yang lainnya. Misalnya, si Bapak menyalahkan si ibu karena tidak mengawasi si
anak. Si ibu menjelaskan, bahwa segala yang di usahakannya tidak berhasil. Sementara si
bapak, meskipun ada potensiuntuk membantu situasi tersebut, namun dapat member reaksi
dengan cara tidak membantu, seperti menghindari pulang ke rumah sampai si anak tidur atau
memihak si anak melawan ibunya.
Beberapa cara membantu orang tua adalah mencoba menempatkan mereka ke dalam cara
pandang depan yang meskipun menjengkelkan, namun tidak mengancam jiwa, serta
mendorong mereka agar proaktif dan tidak reaktif. Nasihat tau saran yang paling penting
adalah agar mereka memiliki kesabaran luar biasa.
Kontak telepon, saling berkirim sms, atau mengirim faks, rapat orang tua dengan guru secara
periodic, dan penyediaan buku penghubung sehari-hari,semuanya merupakan sarana untuk
membantu mencegah terjadinya kesalapahaman antara orang tua dan sekolah. Komunikasi
yang baik akan menjamin setiap manipulasi dari situasi anak khusus dapat di hindari dengan
kontak yang erat dan proaktif.
Dua pertimbangan yang harus di ingat setiap saat adalah
1. Anak ADHD dapat merasakan banyak tekanan atas hubungan keluarga, khususnya anak
yang menralami Oppositional Depiant Disorder ( ODD ).
2. Dalam situasi yang selalu sulit, kemungkinan ADHD dan ODD, juga orangtua yang tidak
di akui harus dipertimbangkan.

Ada banyak progaram yang bagus di rancang untuk membantu orang tua mengenali masalah
antara yang satu dan yang lainnya. Dalam hal ini, hubungan mereka dengan si anak dan
anggota keluarga lainnya. Teknik penanganan/pengurusan rumah dapat di ajarkan melalui
permainan peran dan sampai batas tertentu dengan terapi kelompok. Keberhasilan program-
program ini sebagian besar bergantung pada mutu konsultan dan keterbukaan semua pihak
untuk nasihat yang objektif.
Mutu terbaik yang di miliki searang konsultan adalah bersikap tidak membingungkan dan
tidak rumit. Mereka perlu mengarahkan pada satu atau dua masalah khusus dan
mengembangkan strategi untuk membantu orang tua menolong diri mereka sendiri di
kemudian hari.

Beberapa unsure penting pelatihan orang tua adalah


- Pendidikan keluarga mengenai ADHD
- Keterampilan memecahkan masalah
- Memperbaiki pengawasan orang tua
- Mengurangi ketegangans
- Meningkatkan pengaruh medikasi
- Keterampilan berkomunikasi
- Reframing atau restrukturisasi
- Psikoterapi individual

 Komunikasi terapeutik pada anak autis


Di Indonesia menurut data yang ada terdapat kecenderungan autisme ini meningkat, merujuk
pada prevalensi di dunia, saat ini terdapat 15-20 kasus per 10.000 anak atau 0,15%-0,20%.
Jika kelahiran di Indonesia enam juta per tahun maka jumlah penyandang autis di Indonesia
bertambah 0,15% atau sekitar 6900 anak pertahun dengan perbandingan anak laki-laki tiga
sampai empat lebih banyak dari anak perempuan.
Autisme tidak dapat disembuhkan (not curable) namun dapat di terapi (treatable). Maksudnya
adalah kelainan yang ada di dalam otak tidak dapat diperbaiki, namun gejala-gejala yang ada
dapat dikurangi semaksimal mungkin. Sehingga anak tersebut bisa berbaur dengan anak lain
secara normal. Secara umum anak-anak dengan gangguan perkembangan ini minimal
memerlukan terapi intesif awal selama 2 tahun. Dengan merujuk pada data maka akan ada
1000 anak setiap tahun yang tidak dapat mengikuti terapi tersebut.
Tujuh puluh lima persen anak autis yang tidak tertangani akhirnya menjadi tuna grahita.3
Salah satu metode yang sering digunakan karena terbukti efektif adalah terapi metoda
Lovaas, yaitu terapi yang dikembangkan dari terapi applied behaviour application (ABA). Di
dalam terapi Lovaas salah satu pelatihannya adalah pelatihan komunikasi melalui gambar-
gambar, tujuannya selain untuk melatih daya ingat juga untuk mengenal benda-benda sekitar.
Ini dikarenakan anak autis secara umum memiliki kemampuan yang menonjol di bidang
visual. Mereka lebih mudah untuk mengingat dan belajar, bila diperlihatkan gambar atau
tulisan dari benda-benda, kejadian, tingkah laku maupun konsep-konsep abstrak. Dengan
melihat gambar atau tulisan, anak autis akan membentuk gambaran mental atau mental image
yang jelas dan relatif permanen dalam benaknya.
Bila materi tersebut hanya diucapkan saja mereka akan mudah melupakannya karena daya
ingat mereka amat terbatas. Karena itu dalam melakukan terapi digunakan sebanyak mungkin
kartu-kartu bergambar dan alat bantu visual lain untuk membantu mereka mengingat, hal ini
juga berlaku untuk anak autis yang hanya mengalami gangguan di bidang verbal.4
Untuk melatih penderita agar bisa berkomunikasi, kita harus menyesuaikan diri dengan gaya
komunikasi mereka. Orang tua dan pendidik bisa menggunakan ekspresi wajah, gerak isyarat,
mengubah nada suara, menunjuk gambar, menunjuk tulisan, menggunakan papan komunikasi
dan menggunakan simbol-simbol. Cara-cara tersebut tidak hanya digunakan secara tersendiri,
tetapi juga dapat digabungkan sehingga membentuk pesan yang lebih kuat.
Masalah yang timbul adalah di Indonesia belum ada alat yang secara terintegrasi dengan
unsur-unsur tersebut diatas. Yang ada adalah alat-alat yang harus didatangkan dari luar negeri
atau dibuat sendiri, ini jelas tidak praktis. Melihat dengan meningkatnya jumlah penderita
autis, maka dibutuhkan sebuah alat yang mampu mengintegrasikan unsur-unsur visual dan
audio yang dapat berinteraksi untuk menunjang pelatihan komunikasi pada anak autis.
Sebagai pemecahan teknologi multimedia yang mengemas dan mampu mengintegrasikan
unsur visual dan audio secara interaktif untuk mendidik anak autis, karena CD-ROM yang
merupakan bagian dari teknologi itu mampu menampung data yang setara dengan 11.000
tumpukan kertas ukuran A4, bahkan lebih dengan menggunakan teknik kompresi data.
4 Arh,“Meningkatkan komunikasi pada anak autis”, artikel pada harian Kompas (21-04-
2002): 21 3
Selain itu dengan aplikasi multimedia interaktif ini dimungkinkan pemilihan materi yang
hendak dipelajari secara bebas, misalnya pada hari ini pengenalan warna yang akan
dipelajari, esok hari mungkin pengenalan huruf, atau kombinasi keduanya dalam satu hari,
tergantung dari minat

 Cara komunikasi dengan anak

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan
atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri
anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.

2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.

3. Memfasilitasi

Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

4. Biblioterapi

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

6. Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.

7.Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

8.Menulis

Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara
ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9.Menggambar

Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan


ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan
anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar
yang ditulisnya.

10. Bermain

Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan
dapat disampaikan.

2.5 Pada kondisi apa saja komunikasi terapeutik digunakan


Kondisi penggunaan komunikasi terepeutik :
1. Lingkungan : manusia biasanya berkomunikasi paling efektif di dalam lingkungan
yang nyaman. Suhu yang ekstrem, suara yang sangat bisim, dan fentilasi yang buruk
dapat mengganggu komunikasi.
Kondisi yang tepat saat melakukan komunikasi terapeutik adalah kondisi yang
nyaman. Baik di rumah sakit, rumah, atau lingkungan sekitar serta tempat-tempat
yang tidak memungkinkan untuk melakukan komunikasi terapeutik.
2. Rumah sakit : perhatikan kondisi tempat sekitar agar bersih dan nyaman saat
melakukan komunikasi terapeutik, sehingga informasi yang di sampaikan dapat di
terima oleh pasien atau klien.
3. Lingkungan keluarga : perhatikan juga kondisi sekitar lingkungan agar bersih dan
nyaman sehingga tercipta komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien atau
klien.
B A B III
P E N U T U P III

3.1 Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman
perasaan karena komunikasi terjadi tidak dalam kehampaan , tetapi dalam dimensi nilai,waktu dan
ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya
bagi klien atau pasien dan juga kepuasan bagi perawat,sehingga sebagai seorang perawat,kita harus
mampu menerapkan komunikasi terapeutik terhadap klien dan pasien dengan baik agar tercipta
hubungan yang baik antara perawat dengan pasien atau klien .

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah,
memahami serta menanggapi apa yang telah di susun untuk kemajuan untuk penulis makalah
selanjutnya. Dan pada umumnya, untuk lebih melaksanakan etika keperawatan dalam mengambil
keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila kearah perawat yang profesional
DAFTAR PUSTAKA

Wulan,Kencana dan Hastuti,M .2011. cetakan 1. Etika keperawatan.Jakarta: prestasi pustaka raya

Kozier,Barbara dan Erb,Glenora. Edisi 7: Volume 1.Fundamental keperawatan.Jakarta:EGC

Buku karangan Joice Angel Edisi 2 posted by Vefi Agustin Efendi at 7:30 PM. 26 Sep 2012.
20:00 WITA

Teguh Subianto.2009.http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/10/komunikasi-pada-anak.html.
26 Sep 2012. 20:00 WITA

Putri . 2012 . http://okok-putri15.blogspot.com/2012/05/komunikasi-terapeutik-pada-


klien.html . 26 sep 2012. 20:00 WITA

Ni Luh Putu Ayu Eliana Kusuma Wati . 18 Mei 2012 10:55. http://www.nwu.ac.id/blog-
kampus/597-teknik-komunikasi-terapeutik-pada-remaja. 26 Sep 2012. 20:00 WITA

Anda mungkin juga menyukai