Oleh :
NURJANNAH A202 19 009
UUN NADIANTI A 202 19 011
PENGERTIAN
Uji Wilcoxon Rank Sum Test adalah uji komparatif 2 sampel bebas apabila skala data ordinal,
interval atau rasio tetapi tidak berdistribusi normal. Uji Jumlah-Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon
Rank Sum Test) merupakan prosedur Non Parametrik yang sederhana yang diajukan oleh
Wilcoxon untuk membanding-kan nilai tengah dua populasi bukan normal yang kontinu, apabila
dua contoh yang bebas diambil dari kedua populasi itu.
ASUMSI
Asumsi normalitas tidak boleh terpenuhi
Skala data ordinal atau skala data rasio dan interval perlu diubah ke ordinal
PROSEDURPENGUJIAN
1. penentuan hipotesis
h0 = tidak ada perbedaan antara kedua sampel dengan keadaan yang berbeda
h1 = ada perbedaan antara kedua sampel dengan keadaan yang berbeda
tentukan pula α = tingkat signifikansinya
2. penentuan n1 dan n2
3. didapatkan nilai w1 dan w2 ( pada uji mann whitney u test di sebut r1 dan r2)
5. tentukan nilai u
uji wilcoxon
MENGGUNAKAN SPSS
42
43
44
berdasarkan hasil output test statistic dalam uji mann whitney u test diketahui bahwa nilai
asymp.sig. ( 2-tailed) sebesar 0,000 lebihkecil dari nilai probabilitas 0,05 sehingga h1 diterima
dan menolak h0
CONTOH JURNAL
1) 2)
Fakhruddin Arrazzi , Hidayati
1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Dosen Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
fakhruddinarrazzi1994@gmail.com
hidayati@fmipa.unp.ac.id
ABSTRACT
This paper discusses the use of student worksheet (LKS) oriented by Think-Talk-Write (TTW)
cooperative learning model with Team Assisted Individualization (TAI) type on parabolic and circular
motion material on physics learning outcomes from class X students of SMAN 8 Padang. The aim of
the study is to investigate differences in physics learning outcomes by using this LKS. The type of this
research is a pseudo-experimental study using the Randomized Control-Group Posttest Only design.
The population of this study was the class X students of SMAN 8 Padang in the first semester who
were registered in the 2018/2019 academic year. The sampling technique used purposive sampling.
Based on data analysis, it was found that the data on students' physics learning outcomes were as
follows. First, for the attitude competencies, the average value of students in the experimental class 1
and 2 were 77.34 and 88.38 respectively. Second, for knowledge competencies, the average value of
students in the experimental class 1 and 2 were 41.32 and 43.24, respectively. Third, for skills
45
competency, the average values of students in the experimental class 1 and 2 are 76.14 and 79.29,
respectively. The hypothesis test result showed differences that mean physics learning outcomes of
students using LKS oriented cooperative learning model TTW type with TAI type on parabolic motion
material and circular motion in class X SMAN 8 Padang only in the attitude competence at a
significant level of 0.05.
Keywords : LKS, Team-Assisted Individualization, Think Talk
Write
48
dilakukan berdasarkan indikator masing-masing
kompetensi sikap siswa untuk kelas eksperimen
aspek yang
1 dan eksperimen 2 yang diperoleh secara statistik. dinilai sesuai rubrik penskoran kompetensi
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai keterampilan. Perolehan nilai kedua kelas
rata- rata kompetensi sikap kelas eksperimen 1 sampel
lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata dapat dilihat pada Tabel
kompetensi sikap kelas eksperimen 2. 4.
Data kompetensi pengetahuan siswa diperoleh Tabel 4. Data Kompetensi
dari tes akhir (Posttest) pada kedua kelas Keterampilan
eksperimen di akhir penelitian. Peneliti Kelas N 𝐱 2 S
S
menggunakan instrumen tes tertulis berupa soal Eksperimen 1 35 76,14 66,89 8,19
pilihan ganda sebanyak 20 butir soal. Deskripsi data
hasil penelitian untuk kelas eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2 34 79,29 71,55 8,46
eksperimen 2 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Kompetensi
Pengetahuan Tabel 4 menunjukkan nilai rata-rata (x),
2
variansKelas(S ), dan Nsimpangan𝐱 baku2 (S), dataS
kompetensi keterampilan siswa S
untuk kelas
Eksperimen 11 dan34eksperimen
eksperimen 41,32 247,44 6,89
yang diperoleh
Eksperimen
secara 2 Berdasarkan
statistik. 34 43,24tabel 43,76 6,62
tersebut, terlihat
bahwa nilai rata- rata kompetensi keterampilan
Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata (x), kelas eksperimen 1
2
simpangan baku (S), dan varians (S ), data lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata
kompetensi pengetahuan siswa untuk kelas kompetensi keterampilan kelas eksperimen 2.
eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang diperoleh Analisis data pada ketiga kompetensi
secara statistik. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat dilakukan melalui uji hipotesis secara statistik
bahwa nilai rata-rata kompetensi pengetahuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kedua kelas
kelas eksperimen 1 lebih rendah dibandingkan eksperimen. Maksudnya, uji hipotesis
dengan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan dilakukan
kelas eksperimen untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak.
2 Uji
. hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua
Data untuk kompetensi keterampilan rata-rata. Syaratnya, uji normalitas dan uji
fisika siswa menggunakan lembar unjuk kerja homogenitas untuk kedua kelas eksperimen harus
yang diperoleh melalui hasil pengamatan selama dilakukan terlebih dahulu. Apabila data untuk
kegiatan praktikum berlangsung. Penilaian kedua
tidak. Setelah dilakukan perhitungan pada kedua
kelas sampel tidak terdistribusi normal, maka
kelas sampel didapatkan hasil seperti pada Tabel 6.
langkah selanjutnya lakukan uji U Mann Whitney.
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Kompetensi
Deskripsi analisis masing-masing kompetensi
Sikap
dijelaskan sebagai berikut.
Analisis data kompetensi sikap didasarkan Kelas N Fh Ft Ket
data pada Tabel 2. Uji normalitas dan uji Eksperimen 1 35 Homogen
1,20 1,84
homogenitas terlebih dahulu dilakukan untuk Eksperimen 2 34
menentukan statistik yang digunakan dalam Tabel 6 menunjukkan hasil uji homogenitas
penarikan kesimpulan. Uji normalitas yang pada taraf nyata 0,05 dkpembilang 34 dan dkpenyebut 33
digunakan adalah uji Lilliefors. Untuk mengetahui didapatkan Fh = 1,20 dan Ft = 1,84. Jadi, Fh > F(0,05),
apakah masing-masing sampel berasal dari populasi
(34:33). Hal ini berarti populasi bervarians homogen
yang berdistribusi normal atau tidak. Dilakukan uji
pada kedua kelas sampel.
normalitas. Hasil uji normalitas didapatkan harga
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas yang
Lo dan Lt pada taraf nyata 0,05 seperti yang terlihat
dilakukan pada kedua kelas sampel, terlihat jelas
pada tabel 5.
bahwa data setiap kelas sampel berdistribusi normal
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Kompetensi Sikap
dan bervarians homogen. Oleh karena itu, uji
Kelas N 𝛂 Lo Lt Ket hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji
Eksperimen 1 35 0,05 0,11 0,15 Normal kesamaan dua rata-rata berupa uji t. Hasil uji t dapat
Eksperimen 2 34 0,05 0,12 0,15 Normal dilihat pada Tabel 7.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa kedua kelas Tabel 7. Hasil Uji t Kompetensi Sikap
sampel mempunyai
Kelas N harga
𝐱 LoS2 < Ltt pada t taraf
hitung tabel
nyata
Eksperimen 1 35 77,34 73,70
0,05. Hal ini berarti data 61,64 3,05
masing-masing 2,00
kelas
Eksperimen 2 34 83,38
sampel
pada kompetensi sikap berasal dari populasi Tabel 7 memperlihatkan bahwa daerah pe-
nerimaan H0 dengan taraf nyata (α) = 0,05
yang berdistribusi normal. Uji homogenitas yang (1− α) hitung (1− α)
digunakan adalah uji F. Uji ini dilakukan bertujuan didapatkan
dengan −t < t < t
untuk melihat kedua kelas sampel berasal dari
populasi yang memiliki varians homogen atau
49
populasi setiap kelas sampel. Setelah itu, harga Lo
dan Lt pada taraf nyata 0,05 berhasil didapatkan
seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
Kompetensi
Pengetahuan
Kelas N 𝜶 Lo Lt Ket
Eksperimen 1 34 0,05 0,26 Tidak
Gambar 1. Kurva Penerimaan dan Penolakan 0,15
Normal
Hipotesis Nol pada Hasil
Eksperimen 2 34 0,05 0,19 0,15 Tidak
Belajar Aspek Sikap
Normal
Berdasarkan Gambar 1. kurva penerimaan
dan penolakan hipotesis pada kompetensi Tabel 8 memperlihatkan bahwa masing-
sikap masing kelas sampel mempunyai harga Lo > Lt.
Artinya, data populasi dari kedua kelas sampel pada
memperlihatkan bahwa t hitung berada di luar kompetensi pengetahuan tidak berdistribusi normal.
daerah penerimaan H0 . Hal ini menunjukkan Karena data masing-masing kelas sampel pada
bahwa Hi diterima pada taraf nyata (α) 0,05. Dapat kompetensi pengetahuan tidak berdistribusi
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang normal,
berarti pada kompetensi sikap fisika siswa kelas X maka uji kesamaan dua rata-rata tidak bisa
MIPA di SMAN 8 Padang di mana model dilakukan. Oleh karena itu, perlu digunakan uji
kooperatif tipe TTW lebih baik digunakan statistik lain yang tidak mensyaratkan data harus
dalam pembelajaran fisika daripada model terdistribusi normal. Uji tersebut adalah uji U Mann
kooperatif tipe TAI. Whitney.
Analisis data kompetensi pengetahuan Uji U Mann Whitney digunakan untuk
didasarkan data pada Tabel 3. Uji normalitas mengetes signifikansi perbedaan antara dua
terlebih dahulu dilakukan untuk menentukan populasi
dengan menggunakan sampel random yang ditarik
statistik yang digunakan dalam penarikan
dari populasi yang sama. Uji ini berfungsi sebagai
kesimpulan. Uji normalitas yang digunakan adalah alternatif uji kesamaan dua rata-rata bilamana
uji Lilliefors. Uji normalitas dipakai untuk persyaratan-persyaratan parametriknya
mengetahui normal atau tidaknya distribusi tidak
1 1
2 2
derajat kebebasan dk = n1 + n2 − 2 terpenuhi, dan bila datanya berskala ordinal. Uji
sehingga t 0.975 67 = 2. karena nilai thitung U
berada diluar daerah penerimaan H0 , maka Hi Mann Whitney tidak mensyaratkan data kedua
kelas sampel harus berdistribusi normal. Hasil uji U
diterima. Kurva penerimaan dan penolakan
hipotesis nol (H0) dapat dilihat pada Gambar1. Mann Whitney pada data kompertensi pengetahuan
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji U Mann Whitney Kompetensi Tabel 12. Hasil Uji t Kompetensi Keterampilan
Kelas Pengetahuan
N 𝐱 𝐑 U Zhitung Ztabel Kelas N 𝐱 S2 thitung ttabel
Eksperimen 1 34 41,32 1054 697 Eksperimen 1 35 76,14 66,89
1,46 1,96 1,58 2,00
Eksperimen 2 34 43,24 1292 459 Eksperimen Tabel
2 34 12 memperlihatkan
79,29 71,55 bahwa pada
Tabel 9 memperlihatkan bahwa harga daerah taraf nyata (α) = 0,05 dan derajat kebebasan
penerimaan H0 dengan taraf nyata (α) = 0,05 dk = n1 + n2 − 2 didapatkan t 0.975 67 = 2.
didapatkan Zhitung = 1,46 dan Ztabel = 1,96. Karena Karena nilai t berada di dalam daerah
penerimaan H0
Zhitung berada di wilayah −zα/2 < 𝑧 < zα/2 , maka Ho −t (1−1 α) < t hitung < t (1−1α) dengan, maka Hi
2 2
diterima. Jadi, kesimpulannya, tidak 0,05 didapatkan seperti terlihat pada Tabel
terdapat 10.
perbedaan berarti pada kompetensi pengetahuan Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kompetensi
fisika siswa kelas X MIPA di SMAN 8 Padang. Keterampilan
Meski demikian,Nmodel𝜶 kooperatif
Kelas Lo tipe
Lt TTW masih
Ket
lebih baik 1digunakan
Eksperimen 35 0,05dalam0,10pembelajaran
0,15 Normal fisika
daripada
Eksperimenmodel
2 kooperatif tipe TAI.
34 0,05 0,10 0,15 Normal
Analisis data kompetensi keterampilan Tabel 10 memperlihatkan harga Lo< Lt pada
didasarkan data pada Tabel 4. Uji normalitas dan uji taraf nyata 0,05 untuk kedua kelas sampel. Artinya,
homogenitas terlebih dulu dilakukan untuk pada kompetensi keterampilan, data masing-masing
menentukan statistik yang digunakan dalam kelas sampel bersumber dari populasi berdistribusi
penarikan kesimpulan. Uji normalitas yang normal. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
digunakan adalah uji Lilliefors. Sementara, uji F. Uji ini dilakukan bertujuan untuk melihat kedua
normalitas dikerjakan untuk mengetahui normal atau kelas sampel berasal dari populasi yang memiliki
tidaknya distribusi populasi dari kedua kelas sampel. varians homogen atau tidak. Setelah dilakukan
Dari uji tersebut, harga Lo dan Lt pada taraf nyata perhitungan pada kedua kelas sampel didapatkan
hasil seperti pada Tabel 11.
50
Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas Kompetensi ditolak. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis
Keterampilan nol (H0) dapat dilihat pada Gambar 2.
Kelas N Fh Ft Ket
Eksperimen 1 35
1,07 1,84 Homogen
Eksperimen 2 34
Tabel 11 menunjukkan hasil uji homogenitas
dengan dkpembilang = 33 dan dkpenyebut = 34 diperoleh
nilai Fh = 1,070 dan Ft = 1,84. Jadi, Fh > F(0,05),(33:34).
Hal ini menandakan varians homogen terdapat pada Gambar 2. Kurva Penerimaan dan Penolakan
populasi dari kedua kelas sampel. Hipotesis Nol pada Hasil Belajar
Dari uji normalitas dan uji homogenitas yang
Aspek Keterampilan
dilakukan, terlihat bahwa data masing-masing kelas
Berdasarkan Gambar 2. kurva penerimaan dan
penolakan hipotesis pada kompetensi sikap
memperlihatkan bahwa t hitung berada di dalam
daerah penerimaan H0 . Hal ini menunjukkan bahwa
Hi ditolak pada taraf nyata (α) 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat tidak terdapat perbedaan
yang berarti pada kompetensi keterampilan fisika
siswa kelas X MIPA di SMAN 8 Padang di mana
model kooperatif tipe TTW lebih baik digunakan
dalam pembelajaran fisika dari pada model
kooperatif tipe TAI.
B. Pembahasan
Ada dua kelas eksperimen yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2. Pada kelas eksperimen 1, perlakuan
yang diberikan berupa penggunaan LKS berorientasi
model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Sementara,
pada kelas eksperimen 2, perlakuan yang diberikan
berupa penggunaan LKS berorientasi model
pembelajaran kooperatif tipe TTW. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menyelidiki perbedaan hasil belajar
fisika pada masing-masing kelas eksperimen setelah
diberikan perlakuan, baik dari kompetensi sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan.
Pada kompetensi sikap, peneliti menggunakan
instrumen observasi sikap untuk memperoleh data.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis.
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti memperoleh
bahwa thitung = 3,05 dan ttabel = 2. Ingat! Daerah
penerimaan H0 dengan taraf nyata (α) = 0,05 adalah
sampel berdistribusi normal dan memiliki varians −t (1−1α) < t hitung < t(1 −1 α) . Karena thitung berada di
2 2
homogen. Oleh sebab itu, untuk menguji luar daerah penerimaan Ho, maka Hi diterima.
hipotesis Artinya, terdapat perbedaan hasil belajar fisika
penelitian, digunakan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan LKS berorientasi model pembelajaran
menggunakan statistik uji t. Hasil uji kesamaan dua kooperatif tipe TTW dengan tipe TAI pada materi
rata-rata dapat dilihat pada Tabel 12.
Rendahnya nilai rata-rata siswa kelas yang
gerak parabola dan gerak melingkar pada kelas X
mengggunakan LKS berorientasi model kooperatif
SMAN 8 Padang pada kompetensi sikap.
Perbedaan tersebut bisa dilihat dari nilai rata-rata tipe TAI dapat dilihat dari proses penerapan model
kedua kelas eksperimen. Nilai rata-rata sikap siswa pembelajaran itu sendiri. Pada kelas eksperimen 1,
kelas ekperimen 1 adalah 77,34, sedangkan nilai rata- sebelum melakukan praktikum, siswa diminta untuk
rata sikap siswa kelas eksperimen 2 adalah 83,38. mengerjakan soal sesuai dengan nomor urut masing-
Artinya, nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 2 masing di dalam kelompok. Setelah itu, siswa
lebih baik daripada nilai rata-rata kelas eksperimen 1. tersebut diminta menerangkan jawabannya kepada
Hal ini menandakan bahwa nilai rata-rata siswa kelas teman sekelompoknya. Misal, siswa dengan nomor 1
eksperimen yang menggunakan LKS berorientasi dalam kelompoknya mengerjakan soal nomor 1,
model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik sedangkan siswa dengan nomor 2 dalam
daripada nilai rata-rata siswa kelas eksperimen yang kelompoknya mengerjakan soal nomor 2. Demikian
menggunakan LKS berorientasi model kooperatif seterusnya sampai dengan siswa nomor 5. Setelah itu,
tipe TAI. siswa diminta menerangkan jawaban soalnya masing-
masing kepada teman sekelompok. Misal, siswa
51
dengan nomor 1 menerangkan jawaban dari soal
fokus untuk belajar. Pada kelas ini, sebelum
nomor 1 kepada teman sekelompok sampai teman-
praktikum, setiap siswa diminta untuk mengerjakan
temannya tersebut paham. Di sinilah terjadi diskusi
soal sesuai waktu yang telah ditetapkan guru. Setelah
kelompok. Jika siswa nomor 1 tidak bisa
itu, jika ada siswa yang belum dapat, maka siswa
menerangkannya karena belum tahu jawabannya,
tersebut diminta untuk diskusi dengan teman-teman
maka teman sekelompoknya boleh membantu untuk
sekelompoknya. Pada saat inilah nampak keaktifan
memecahkan soal tersebut. Namun, pada
siswa. Pada kelas eksperimen 2, siswa tidak menyalin
kenyataannya, siswa cenderung menyalin langsung
tugas teman saat membuat tugas. Siswa juga lebih
jawaban temannya tanpa mendengarkan penjelasan
berkontribusi dalam kelompok dengan
dari temannya tersebut, atau mencek kebenarannya
menyampaikan pendapat. Selain itu, siswa juga lebih
terlebih dahulu. Artinya, di kelas ekperimen 1, siswa
tertib mengikuti instruksi dan selesai tepat waktu
belum sepenuhnya mengikuti instruksi guru. Alhasil,
dibandingkan siswa dari kelas eksperimen 1. Tak
nilai rata-rata siswa pada kelas ini untuk keempat
salah jika nilai rata-rata keempat aspek dinilai pada
aspek sikap yang dinilai, yakni jujur, kerja sama,
instrumen observasi sikap, yakni jujur, kerja sama,
tanggung-jawab, dan percaya diri, cenderung lebih
tanggung-jawab, dan percaya diri, pada kelas
rendah dibandingkan siswa dari kelas eksperimen
eksperimen yang menggunakan LKS berorientasi
lain.
model kooperatif tipe TTW lebih tinggi
Bukan apa-apa! Siswa kelas eksperimen 1 ini
dibandingkan siswa dari kelas yang menggunakan
belajar 1 jam pelajaran sebelum istirahat dan 2 jam
LKS berorietasi model kooperatif tipe TAI.
pelajaran setelah istirahat. Waktu istirahat di SMAN Model pembelajaran kooperatif tipe TTW
8 Padang berlangsung selama 15 menit. Pada saat merupakan model yang diharapkan dapat
jam istirahat, sebagian siswa cenderung menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan
menggunakannya untuk makan atau mengerjakan [11]
komunikasi siswa . Alur model kooperatif tipe ini
salat sunat duha, termasuk siswa kelas eksperimen 1.
dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau
Tak ayal, mereka sering terlambat masuk kelas
berdialog dirinya sendiri setelah proses membaca,
setelah jam istirahat meski telah berkali-kali
selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan
dinasihati guru. Hal inilah yang menyebabkan siswa temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih
kurang memaksimalkan jam pelajaran. efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen
Berbeda hal dengan siswa dari kelas eksperimen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok, siswa diminta
2. Mereka belajar pagi. Jadi, 3 jam pelajaran memang membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, dan
mendengarkan serta membagai ide bersama ke teman
kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Dengan demikian, kemampuan pemahaman dan
komunikasi siswa pun akan meningkat.
Pada kompetensi pengetahuan, data diperoleh dari
post test siswa yang diadakan di akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil posttest, peneliti mendapatkan
bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 1 adalah
41,32 dan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 2
adalah 43,24. Artinya, nilai rata-rata siswa kelas
eksperimen yang menggunakan LKS berorientasi
model kooperatif tipe TTW lebih tinggi
dibandingkan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen
yang menggunakan LKS berorietansi model
kooperatif tipe TAI. Meski begitu, bukan berarti
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara
kedua kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan
untuk kompetensi pengetahuan.
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti
memperoleh Zhitung = 1,46 dan Ztabel = 1,96. Karena
Zhitung berada di wilayah −zα/2 < 𝑧 < zα/2 , maka Ho
diterima. Artinya, Hi ditolak. Lebih lanjut, hal ini
menandakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil
belajar fisika menggunakan LKS berorientasi model
pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan tipe TAI
pada materi gerak parabola dan gerak melingkar pada
kelas X SMAN 8 Padang pada kompetensi
pengetahuan.
52
Pada kompetensi keterampilan, peneliti [5] Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian
menggunakan lembar unjuk kerja untuk memperoleh Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
data. Berdasarkan analisis data, peneliti mendapatkan Kurikulum 2013. Jakarta: PT Rajawali Pers.
bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 1 adalah [6] Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran:
76,14 dan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 2 Mengembangkan Profesionalisme Guru.
adalah 79,29. Artinya, nilai rata-rata siswa kelas Jakarta: PT Rajawali Pers.
eksperimen yang menggunakan LKS berorinetasi [7] Syahrial, Husni, Hidayati, & Zulhendri
model kooperatif tipe TTW lebih tinggi Kamus. 2018. “Penggunaan Lembar Kerja
dibandingkan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen Siswa Berorientasi Model Pembelajaran
yang menggunakan LKS berorietansi model Kooperatif Tipe Think Talk Write Kompetensi
kooperatif tipe TAI. Meski begitu, bukan berarti Fisika Siswa.” Pillar of Physic Education (Vol
bahwa LKS tipe TTW lebih baik daripada LKS tipe 11). Hlm 241-248.
TAI. [8] Maulana, Imron, Hidayati, & Ramli. 2018.
Berdasarkan hasil analisis data, peeliti “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
memperoleh thitung = 1,58 dan ttabel = 2. Daerah Tipe Think Talk Write Dilengkapi Time Token
(1− α) o (1− α) hitung
tpenerimaan H adalah −t 1 <t 1< Terhadap Kompetensi Fisika Kelas X.” Pillar
2 2
of Physic Education (Vol 11). Hlm 89-96.
pada taraf nyata (α) =0,05. Oleh Karena itu, Ho
[9] Wilda, Nurfah, Hufri, dan Fatni Mufit. 2015.
diterima. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat
terdapat perbedan hasil belajar fisika menggunakan “Pengaruh Penerapan LKS Berorientasi Model
LKS berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Assisted
TTW dengan tipe TAI pada materi gerak parabola Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar
dan gerak melingkar pada kelas X SMAN 8 Padang IPA Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Ranah
pada aspek kompetensi keterampilan. Pesisir.” Pillar Of Physic Education (Vol 6).
Hlm 169-176.
KESIMPULAN [10] Asma, Nur. 2012. Model Pembelajaran
Setelah melaksanakan penelitian terhadap hasil Kooperatif. Padang: UNP Press.
belajar fisika menggunakan LKS berorientasi model [11] Yamin, Martinis & Ansari, Bansu L. 2009.
pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan tipe TAI Taktik Mengembangkan Kemampuan Indiidual
pada materi gerak parabola dan gerak melingkar pada Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
siswa kelas X SMAN 8 Padang, kemudian dilakukan [12] Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi
pengolahan data serta analisis data, dapat ditariik Penelitian. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
kesimpulan yaitu terdapat perbedaan hasil belajar [13] Djamas, Djusmaini. 2015. Modul Metodelogi
fisika menggunakan LKS berorientasi model Penelitian Pendidikan Fisika Cetakan ke-1.
pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan tipe TAI Padang
pada kompetensi sikap di mana model kooperatif tipe [14] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
TTW lebih baik digunakan dalam pembelajaran Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
fisika daripada model kooperatif tipe TAI.. Penerbit Alfabeta.
Sementara, pada kompetensi pengetahuan dan
keterampilan, peneliti tidak menemukan perbedaan
hasl belajar fisika.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
[2] Trianto. 2012. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Group.
[3] Afandi, Muhamad., Evi Chamalah, & Oktarina
Puspita Wardani. 2013. Model dan Metode
Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula
Press.
[4] Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.