Oleh:
Fajar Yusya Ramadhan 1306448312 (21)
Ira Adelina 1306448331 (22)
Kelompok 11- paralel
Universitas Indonesia
Hukum Hess
Tidak semua pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi dapat ditentukan langsung dengan
kalorimeter atau secara langsung di laboratorium. Maka berdasarkan fakta tersebut muncul Hukum
Hess yang dikemukakan oleh seorang ahli kimia berasal dari Swiss bernama Germain Henry Hess
yang berbunyi:
“Kalor reaksi yang dibebaskan atau diperlukan pada suatu reaksi tidak bergantung pada
jalannya reaksi, tetapi hanya bergantung kepada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi.”
Dengan kata lain, perubahan entalpi reaksi hanya ditentukan oleh kalor pereaksi dan kalor hasil
reaksi. Perubahan entalpi suatu sistem tetap sama, baik berlangsung dalam satu tahap maupun
beberapa tahap.
[ ] ]
[ [ ]
[ () ()
]
*+
∫ ∫
∫ ()
( )
Hukum II Termodinamika
Setelah mempelajari Hukum I Termodinamika, kita mengetahui bahwa energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, melainkan energi dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain. Namun ternyata tidak semua bentuk energi dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain
sesuai keinginan manusia. Ada proses perubahan energi yang dapat kembali ke bentuk awal atau
dengan kata lain proses tersebut dapat dibalik. Proses termodinamika tersebut dinamakan dengan
proses reversibel. Kemudian ada pula proses termodinamika yang merupakan kebalikan dari proses
reversibel yaitu proses yang berlangsung secara spontan tetapi tidak dapat dibalik arahnya
dinamakan dengan proses irreversibel. Contoh dari proses irreversibel adalah aliran panas dari
benda panas ke benda dingin dan ekspansi bebas pada gas. Berdasarkan kedua proses tersebut
maka digunakan Hukum II Termodinamika untuk menentukan apakah suatu proses berjalan secara
reversibel atau ireversibel yang berbunyi:
“ Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan
tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”
Dengan Hukum II Termodinamika kita dapat mengetahui apakah dalam suatu proses
berjalan secara spontan atau tidak spontan. Beberapa manfaat dari proses spontan antara lain
energi panas dapat menggerakkan mesin panas, ekspansi gas dapat menggerakkan piston (motor
bakar), air terjun untuk menggerakkan turbin listrik. Hukum II Termodinamika dalam pernyataan
tentang mesin kalor yang dinyatakan oleh Kevin Planck berbunyi:
“Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam satu siklus yang
semata- mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha
luar.”
Kerja dapat dikonversi langsung menjadi panas contohnya pada pengaduk air. Tetapi hal tersebut
tidak berlaku sebaliknya atau panas tidak dapat dikonversi langsung menjadi kerja. Maka dibutuhkan
mesin kalor untuk mengkonversi panas menjadi kerja.
Hukum II Termodinamika dapat dinyatakan pula dalam konsep entropi, sebuah ukuran
kuantitatif derajat ketidakteraturan atau keacakan sebuah sistem.
Mesin Kalor
Mesin kalor adalah alat yang berfungsi untuk mengubah energi panas menjadi energi
mekanik. Pada setiap pengubahan energi panas ke energi mekanik, selalu disertai pengeluaran gas
buang yang membawa sejumlah energi panas hasil pembakaran bahan bakar. Hasil pembakaran
tersebut yang akan diubah ke energi mekanik. Sebuah mesin kalor dapat dikarakteristikkan sebagai
berikut :
1. Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi matahari, furnace bahan
bakar, reaktor nuklir, dll).
2. Mesin kalor mengkonversi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam dalam bentuk poros
yang berputar)
Menurut Hukum II Termodinamika, tidak ada mesin kalor yang dapat memiliki efisiensi
sebesar 100%. Untuk mengembangkan mesin kalor yang memiliki efisiensi maksimum yang masih
sesuai dengan Hukum II Termodinamika, maka seorang insinyur Prancis bernama Sadi Carnot (1796-
1832) menciptakan siklus pada mesin kalor yang saat ini disebut dengan siklus Carnot.
Siklus Carnot terdiri dari empat proses yaitu:
Pada gas ideal, energi dalam hanya bergantung pada suhu, sehingga akan konstan pada proses
isotermal manapun. Maka untuk proses ini didapat (A-B) :
Karena proses isotermal (C-D) serupa dengan proses isotermal (A-B) namun dengan arah
yang berbalik maka didapat:
Karena lebih kecil dari , maka didapat negatif ( | |), panas mengalir keluar dari
gas selama kompresi isotermal pada suhu . Maka didapat rasio kedua kuantitas kalor tersebut:
( )
( )
( )
Rumus di atas dapat disederhanakan dengan menggunakan hubungan suhu-volume untuk
proses adiabatik, maka diperoleh:
1 1 1 1
THb VT VCc dan THa VT VCd
( ) ( )
( ) ( )
Carnot adalah:
Rumus mesin Carnot mempunyai rumus lain yang berhubungan dengan usaha dan panas.
Entropi
Pengertian Entropi
Entropi (S) merupakan sebuah konsep termodinamika yang dikemukakan oleh Rudolph
Clausius pada abad ke 19. Clausius berpendapat bahwa ada hubungan spesifik antara jumlah kalor
dan temperatur ketika suatu proses terjadi.
S=
Entropi adalah ukuran pola distribusi energi total sistem dikalangan atom-atom
penyusunnya. Makin luas distribusinya, maka semakin tersebara dan kurang teratur strukturnya,
sehingga tingkat ketersediaan energi untuk melakukan usaha semakin rendah. Jadi entropi dapat
juga dikaitkan dengan tingkat keteraturan sistem dan ketersediaan energi (energi bebas) untuk
melakukan usaha.
Untuk proses spontan, perubahan entropi (dS) dari suatu sistem adalah lebih besar dibanding panas
dibagi temperatur mutlak
dQ
dS
T
△S > 0
1. Proses Isotermal
PV = nRT
V = nRT/P
dV = -nRT/P2
dQ = dU +
dW
dQ = pdV
dS =
dQ/T
PdV dV
dS nR
T V
V2
S nR ln
V1
PV = nRT
dQ = dU = ncvdT
dQ = ncpdT
∆S = dQ/T
ncpdT/T =
ncplnT2/T1
Perubahan entropi berkaitan dengan perubahan system entropi dengan perubahan entropi
sekelilingnya atau lingkungannya. Total (jumlah) perubahan sistem entropi dengan sekitarnya
disebut perubahan entropi keseluruhan. Hal ini dapat dituliskan sebagai :
dS dQ
rev
T
o Tanda > untuk proses reversible
o Tanda = untuk proses ireversibel
Entropi adalah fungsi keadaan sistem dan digunakan sebagai parameter keadaan. Entropi
hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir. Perubahan entropi paada proses adiabatik
reversible selalu konstan dan proses ireversibel selalu bertambah. Entropi pada sistem yang diisolasi
tidak pernah berkurang tetapi selalu bertambah.
Entropi merupakan suatu ukuran kuantitatif dari ketidakteraturan. Untuk mengenal konsep
ini, tinjaulah suatu ekspansi isothermal yang sangat kecil pada gas ideal. Kita tambahkan panas dQ
dan membiarkan gas berekspansi secukupnya untuk menjaga suhu konstan. Kerja dW yang dilakukan
oleh gas setara dengan panas dQ yang ditambahkan. Yaitu,
dQ = dW = p dV = nRTdV/V,
Gas berada dalam keadaan tidak teratur setelah berekspansi karena molekul bergerak dalam volume
yang lebih besar dan memiliki keacakan posisi. Fraksi perubahan volume dV/V adalah ukuran
naiknya ketidakteraturan, dan persamaan di atas menunjukkan bahwa hal itu berbanding lurus
dengan dQ/T. S adalah entropi system, dan perubahan entropi yang sangat kecil dS selama proses
reversible yang sangat kecil pada suhu T sebagai
dS = dQ/T
Jika jumlah panas total Q ditambahkan selama proses isothermal reversible pada suhu mutlak T,
perubahan entropi total ∆S=S2-S1 diberikan oleh
∆S = S2 - S1 = QT
Daftar Pustaka
http://www.zakapedia.com/2013/11/bunyi-hukum-i-dan-ii-termodinamika.html
http://geronimo2012.vv.si/hukum-termodinamika-ii/
http://books.google.co.id/books?id=8alYO9n5f7wC&pg=PA70&dq=entalpi+hukum+h
ess&hl=id&sa=X&ei=DFMeVLW5DM2eugSP6YDQAw&ved=0CCYQ6AEwAQ#v=onepa
ge&q=entalpi%20hukum%20hess&f=false
http://books.google.co.id/books?id=kgb-
nz278esC&pg=PA64&dq=entalpi+hukum+hess&hl=id&sa=X&ei=DFMeVLW5DM2eug
SP6YDQAw&ved=0CCAQ6AEwAA#v=onepage&q=entalpi%20hukum%20hess&f=false
https://docs.google.com/document/d/1kMbIpw9eb6rRUoR5LVjVOlSn16_A5Bf7gmvj
CZASNQk/edit
http://www.ilmukimia.org/2013/02/entropi.html