Dosen Pembimbing :
Ibu Fitri Wijayanti, M.T
Disusun Oleh :
Johanes Paskalis Marton / 1802321036
1.3. Tujuan
Makalah ini disusun agar dapat lebih mendalami tentang makna suhu,
kalor dan kapasitas kalor. Mengetahui Hukum Termodinamika I dan II dan
seterusnya seperti yang ada pada rumusan masalah. Tidak hanya itu,
penyusunan makalah ini juga tidak hanya bagi para pembaca saja, akan tetapi
agar dapat pula menjadi bahan informasi/bahan ajar bagi orang lain (siswa).
BAB II
PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Q = m . c . (t2 – t1)
Dimana :
digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L
Dengan
U adalah kalor uap (J/kg) L adalah kalor lebur (J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda
yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c)
H = Q / (t2-t1)
c = Q / m . (t2-t1)
H = m.c
Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai
menjadi uap. Dalam grafik ini dapat dilihat semua persamaan kalor digunakan.
Keterangan :
C=m.c
Keterangan :
C = kapasitas kalor
m = massa benda (Kg)
c = kalor jenis (J/Kg.K)
Untuk menurunkan satuan kapasitas kalor (C), kita oprek saja persamaan
kapasitas kalor (C) di atas :
Catatan :
Pertama, skala celcius dan skala Kelvin mempunyai interval yang sama.
Karenanya selain menggunakan Co, kita juga bisa menggunakan K. Mengenai
hal ini sudah gurumuda jelaskan pada pokok bahasan Termometer dan Skala
suhu (bagian terakhir).
∆U = Q - W
Dengan ketentuan :
Q adalah positif jika sistem memperoleh kalor dan negatif jika kehilangan
kalor. Usaha (W) postif jika usaha dilakukan oleh sistem dan negatif jika
usaha dilakukan pada sistem. Jadi hukum I termodinamika adalah prinsip
kekekalan energi yang diaplikasikan pada kalor, usaha dan energi dalam.
B. Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu :
1. Kalor tidak pernah mengalir secara spontan dari benda bersuhu rendah ke
benda bersuhu tinggi.
2. Tidak ada satu mesin kalor yang bekerjadalam suatu siklus yang semata-
mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah menjadi usaha.
P1 P1
=
T1 T1
W = P . ΔV = P.0 = 0
Keterangan :
P : tekanan (Pa)
T : suhu (K)
ΔV : perubahan volume (m3)
B. Proses Isotermik
Proses isotermik adalah proses perubahan keadaan pada suhu tetap.
W = nRT
Keterangan :
W : usaha (J)
n : Mol
R : ketetapan gas ideal (8.31 J/mol K)
T : suhu (K)
V : volume (m3)
C. Proses Isobarik
Proses isobaric adalah proses perubahan keadaan gas yang tekananya
tetap, sedangkan suhu, dan volume berubah.
Rumus : V1 V1
=
T1 T1
W = Pc ΔV = Pc (V2 –V1)
Keterangan :
Pc : tekanan
D. Proses Adiabatik
Adalah proses perubahan sistem tanpa kalor yang masuk atau keluar
dari sistem,.
Rumus :
P1V1Y=P2V2Y
Keterangan :
Y : konstanta Laplace = Y = Cp / Cv
Cp : kalor jenis gas pada tekana tetap
Cv : kalor jenis gas pada volume tetap
2.4. Mesin Kalor dan Mesin Pendingin
A. Mesin Kalor
Mesin kalor memindahkan kalor Q1 dari redervoir panas, melakukan
usaha W1 dan membuang kalor Q2 ke reservoir dingin. Efisiensi mesin kalor
adalah nilai perbandingan antara usaha yang dilakukan terhadap kalor total
yang diserap.
Rumus η = W1 Q2
= 1–
Q1 Q1
Q2 T2
Untuk mesin kalor ideal (mesin carnot), = sehingga,
Q1 T1
T2
η = 1 -
T1
B. Mesin Pendingin
Mesin Pendingin memindahkan kalor Q2 dari reservoir dingin,
menerima usaha listrik W, dan membuang kalor Q1 ke reservoir panas.
Jadi proses dalam mesin pendingin berlawanan arah dengan proses
dala mesin kalor. Koefisien performasi Cp dari suatu mesin pendingin adalah
nilai perbandingan antara kalor yang dipindahkan dari reservoir dingin
terhadap usaha listrik yang diterima sistem.
Q2 Q2
Cp = =
W Q1 - Q2