Berkurangnya sumber daya fosil dan meningkatnya konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer telah memfokuskan perhatian pada pengembangan plastik
berbasis bio. Upaya tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan biologis untuk dikonversikan menjadi polimer biodegradable yang ramah lingkungan dan dapat menggantikan plastik konvensional yang berbahan dasar minyak bumi. Salah satu polimer yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pengganti plastik konvensional adalah poli asam laktat (PLA). PLA merupakan polimer yang biocompatible, biodegradable, dan berasal dari sumber daya terbarukan (Mofokeng, JP, & Luyt, AS., 2015). PLA dapat diperoleh dari asam laktat yang berasal dari gula, pati-patian, selulosa dan gliserin sisa biodiesel (Lasprilla et al., 2012). Dua stereoisomer asam laktat dapat digunakan untuk membentuk PLA yaitu L- dan D-asam laktat. Oleh karena itu, produk polimer dapat disintesis dalam bentuk poly(L-lactic acid) (PLLA), poly(D-lactic acid) (PDLA), atau produk rasemat (Lasprilla et al., 2012; Lopes & Jardini, 2012). Isotaktik dan optik aktif PLLA dan PDLA adalah kristal, sedangkan yang relatif ataktis dan optik PDLLA aktif adalah amorf (Bouapao, Tsuji, Tashiro, Zhang, & Hanesaka, 2009). Adapun rumus molekul PLA seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Rumus kimia PLA
PLA merupakan polimer yang tidak beracun dan nonkarsinogenik bagi tubuh manusia sehingga sangat baik digunakan untuk aplikasi biomedis dan pengemasan makanan. Disamping keunggulan sifat yang dimilikinya, PLA juga mempunyai kekurangan. PLA memiliki sifat getas, mudah rapuh dan hidrofobik (Zuo et al., 2014). Sifat hidrofobik PLA menyebabkan laju degradasi melalui hidrolisis ikatan akhir ester membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menjadi kendala pada aplikasi biomedis dan kemasan makanan. PLA film untuk aplikasi biomedis dan kemasan makanan harus memiliki elastisitas yang tinggi pada temperatur ruang, transparan dan kristalinitas yang rendah (El-Hadi, Ahmed M., 2017). Modifikasi PLA dengan cara blending dengan polimer lain dapat meningkatkan sifat mekanik berupa kuat tarik (tensile strength) dan pemanjangan (elongation at break) serta laju degradasi PLA. Polimer blending merupakan metode yang efektif, sederhana dan serbaguna untuk mengembangkan bahanbahan baru dengan properti tertentu tanpa mensintesis polimer baru (Peesan et al., 2005). Polimer yang umumnya dipadukan dengan PLA diantaranya adalah polietilen glikol (PEG), kitosan dan pati (ElHadi, Ahmed M., 2017). Pemilihan polimer blending yang tepat sangat mempengaruhi perubahan properti PLA, karena berhubungan dengan stabilitas termal dan mekanik pada saat pemrosesan polimer.