Anda di halaman 1dari 12

Pelanggaran Etika Periklanan oleh Garuda

Indonesia

Maulidiana Yulia Ariani


1606832076

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Idonesia


Statement of Authorship
“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa
saya menyatakan menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Maulidiana Yulia Ariani

Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran

Judul Makalah/Tugas : Pelanggaran Etika Pariwara Oleh PT. Garuda Indonesia

Tanggal : 10 Desember 2017

Dosen : Rifelly Dewi Astuti

Demikian Statement of Authorship ini di buat dengan sebenarnya.

Pembuat Statement of Authorship

Maulidiana Yulia Ariani


Garuda Indonesia - All the Reasons Why You
Should Fly With Us

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai suatu pelanggaran-pelanggaran


dalam hukum dan etika komunikasi bisnis dalam proses pemasaran produk yang akan
di publikasikan dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian konsumen dan
mempersuasi konsumen agar ada rasa ingin memiliki atau mencoba suatu produk
tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi pemasaran iklan yang
akan di publikasikan mengenai suatu produk dalam sebuah media yang akan
ditujukan dan diperlihatkan kepada seluruh masyarakat yang ada di Indonesia
ataupun sampai pada ranah iklan internasional. Semua iklan yang akan di
publikasikan pada media sosial dengan menggunakan internet sudah menjadi sasaran
setiap perusahaan dalam meletakkan iklan.

Media sosial menggunakan internet merupakan salah satu media beriklan


yang sangat efektif digunakan karena dapat dengan mudah dilihat oleh orang lain dan
dapat dijangkau dimana saja. Berbeda dengan iklan yang disiarkan melalui radio, hal
tersebut terjadi karena ketika beriklan dengan media radio dapat dikatakan kurang
efektif terutama pada kalangan anak muda pada saat ini. Terbukti pada saat ini
cenderung anak muda tidak pernah lagi mendengarkan radio, hal ini terjadi karena
pesatnya perkembangan penggunaan gadget dan berbasis internet, dengan
menggunakan gadget mereka bisa mengakses apapun yang mereka mau.

Iklan pada umumnya dipasang pada media televisi, majalah, papan,


pengumuman, dan sebagainya dengan tujuan agar iklan yang telah dipasang tersebut
lebih mudah untuk dilihat dan diperhatikan oleh para konsumen atau masyarakat luas.
Semua iklan yang telah dibuat biasanya akan berusaha untuk membujuk dan
meyakinkan konsumen terhadap suatu produk barang ataupun jasa. Berdasarkan hal
tersebut dapat didefenisikan bahwa iklan adalah suatu bentuk komunikasi yang terdiri
atas informasi-informasi dan gagasan tentang suatu produk yang akan ditujukan pada
khalayak ramai secara serentak dan bersamaan agar mendapatkan feedback dengan
penilaian dan sambutan positif dari iklan suatu produk.

Iklan bertujuan untuk memperkenalkan dan menampilkan suatu produk


barang ataupun jasa dengan cara yang efektif sehingga dapat mempengaruhi target
iklan untuk membeli produk barang ataupun jasa tersebut. Kesuksesan atau
kelancaran suatu iklan dinilai buruk atau tidak sangat bergantung pada orang-orang
yang melihat iklan tersebut. Ketika orang tidak melihat iklan tersebut maka tidak
akan memberikan pengaruh dan terpersuasi untuk membeli produk barang dan jasa
yang di iklankan.

Berdasarkan Etika Pariwara Indonesia menurut Dewan Periklanan Indonesia


yang mengatakan bahwa iklan merupakan suatu pesan komunikasi pemasaran tentang
suatu produk yang akan disampaikan melalui media dengan menggunakan bayaran.
Dalam membuat iklan harus dapat membuat konsumen tertarik dengan iklan yang
kadang dibuat dengan cara yang menarik bahkan terkadang pesan yang disampaikan
sangat dramatis. Iklan yang telah dibuat akan dikomunikasikan kepada khalayak luas
dengan menggunakan media massa dan orang lain akan lebih mudah untuk menerima
pesan iklan dengan demografis semua orang, semua usia, suku yang berbeda-beda
tanpa memandang latarbelakang yang berbeda-beda. Iklan yang di nilai baik oleh
semua konsumen dapat dilihat berdasarkan etika, moral, ataupun bisnis yang akan
digunakan dan dipasarkan kepada khalayak ramai.

Salah satu iklan yang telah melanggar nilai hukum etika dan komunikasi
bisnis dalam pemasaran berada pada iklan pesawat maskapai Garuda Indonesia.
Dalam iklan maskapai pesawat Garuda Indonesia ini dapat dilihat bahwa iklan ini
telah menampilkan perbandingan antara produk atau keunggulan yang menjadi ciri
khas maskapai pesawat Garuda Indonesia dengan kelemahan dari produk barang dan
jasa dari maskapai lain dengan tujuan untuk menjatuhkan dan merendahkan produk
maskapai lain. Walaupun iklan yang sudah dibuat dengan strategi iklan yang sudah
bagus, akan tetapi pesan di dalamnya akan menimbukan masalah pada produk lain.
Dalam Strategi iklan maskapai pesawat Garuda Indonesia menunjukkan bahwa
kenyamanan dari konsumen ketika sedang dilayani dengan maskapai Garuda
Indonesia yang menjadi sumber utama bagi mereka, akan tetapi dengan menggunakan
produk pesaing yaitu maskapai pesawat yang lain merupakan salah satu pelanggaran
etika dalam beriklan. Seharusnya kasus ini tidak terjadi pada maskapai Garuda
Indonesia, karena dengan terjadinya kasus ini dan diketahui oleh khalayak ramai dan
dapat memperburuk citra maskapai Garuda Indonesia di kalangan masyarakat.

Sebenarnya tanpa harus membuat iklan dengan menampilkan persaingan


dengan produk lain citra yang dimiliki oleh Garuda Indonesia sudah baik dan banyak
diminati oleh banyak orang dengan fasilitas dan pelayanan yang baik. salah satu
prinsip dalam mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan prinsip kejujuran
berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali dilebih-
lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan
kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang
dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari
produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi
logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga. Iklan yang telah dibuat
dan diperlihatkan kepada khalayak ramai perusahaan produk harus bertanggung
jawab terhadap pesan-pesan yang terdapat dalam iklan.

Pemberian informasi yang dilakukan melalui iklan dapat merebut dan


mempertahankan pangsa pasar dalam kondisi persaingan yang kompetitif seperti saat
ini. maka iklannya harus dibuat seefektif mungkin, kreatif, menarik agar merek
produk atau jasa dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini diterapkan pada iklan
maskapai Garuda Indonesia yang menunjukan adanya masalah efektifitas dalam
periklanan yang dilakukan Garuda Indonesia karena ternyata lebih banyak orang yang
lebih ingat iklannya dibandingkan mereknya. Selain itu adanya ketimpangan pada
minat beli bagi masyarakat Indonesia, bahwa masyarakat masih memilih
menggunakan maskapai selain Garuda Indonesia meskipun masyarakat tetap
beranggapan bahwa maskapai Garuda Indonesia tetap maskapai yang terbaik. Model
penelitian ini menggunakan enam hipotesis yaitu semakin tinggi kreatifitas iklan
maka semakin tinggi efektifitas iklan, semakin tinggi kreatifitas iklan maka semakin
tinggi daya tarik iklan, semakin tinggi daya tarik iklan maka semakin tinggi
efektifitas iklan, semakin tinggi efektifitas iklan maka semakin tinggi citra merek,
semakin tinggi efektifitas iklan maka semakin tinggi minat beli, semakin tinggi citra
merek maka semakin tinggi minat beli. Dengan kata lain iklan memang harus
menciptakan gagasan-gagasan baru untuk memenuhi kebutuhan karena hal tersebut
merukan sumber utama untuk dipublikasikan kepada khalayak ramai.

Seharusnya sesama maskapai pesawat-pesawat terutama di Indonesia harus


saling memahami dan mengerti dengan kondisi dan fasilitas yang diberikan oleh
maskapai tertentu, tanpa dengan memburu-burukan atau menjatuhkan citra suatu
produk dan jasa dari suatu maskapai di iklan yang akan sangat memberikan dampak
terhadap pemikiran oleh setiap orang yang melihat iklan tersebut. Dalam periklanan
kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu sendiri mencakup pokok-
pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia tentang iklan
yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Iklan mempunyai unsur
promosi, merayu konsumen, iklan ingin mengiming-imingi calon pembeli. Karena itu
bahasa periklanan mempergunakan bahasa tersendiri. Masalah manipulasi yang
utama berkaitan dengan segi persuasive dari iklan. Karena dimanipulasi, seseorang
mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam
dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang
dapat mengimbangi kerawanan tersebut.

Etika diakui sebagai studi konsep-konsep seperti seharusnya, harus, dan


sebagainya, sementara "moral" cenderung ditendensikan pada kegiatan yang baik
atau buruk dan aturan yang dikembangkan untuk melindungi kegiatan-kegiatan itu
yang ada. Etika terjadi berdasarkan tindakan-tindakan yang dilakukan ketika
berkomunikasi. Komunikasi adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan.
Komunikasi adalah salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya masalah
etika. Faktanya adalah bahwa para praktisi media sangat memilih cara berkomunikasi
untuk mencapai akhir yang diinginkan. media mempengaruhi kehidupan kita di
berbagai aspek, ada yang baik dan ada yang buruk. Kita mengandalkan media sebagai
informasi penting untuk kehidupan kita sehari-hari. Media mencerminkan kehidupan
kita dalam beberapa cara. Bahkan, perdebatan mengenai apakah media berkontribusi
atau hanya mencerminkan adat istiadat masyarakat.

Adapun pelanggaran etika pemasaran iklan yang dilakukan oleh maskapai


Garuda Indonesia berdasarkan Etika Pariwira Indonesia (EPI) adalah pada isi iklan,
dimana Hak Cipta Penggunaan, penyebaran, penggandaan, penyiaran atau
pemanfaatan lain materi atau bagian dari materi periklanan yang bukan milik sendiri,
harus atas ijin tertulis dari pemilik atau pemegang merek yang sah. Hal tersebut bisa
dilihat dari iklan maskapai pesawat Garuda Indonesia yang menggunakan gambar
ataupun ciri khas warna dari maskapai pesawat lain dan disertai dengan
memperlihatkan produk barang ataupun jasa yang diberikan oleh suatu maskapai
pesawat lain. Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai yang paling sering
diminati oleh banyak orang karena fasilitas yang diberikan memang sangat memadai
dan pelayanan yang diberikan sangat eksklusif diberikan kepada konsumen. Akan
tetapi nilai jual untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas tersebut pelanggan atau
konsumen di kenai biaya dengan harga tinggi sesuai dengan fasilitas dan pelayanan
yang di berikan kepada pelanggan.

Hal ini dilakukan untuk memperluas pemasaran dari Iklan maskapai Garuda
Indonesia. dimana pemasaran Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli, atau lebih jelasnya, daerah, tempat, wilayah area yang mengandung
kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu dan membentuk harga.
Istilah pasar mengandung pengertian yang beraneka ragam. Ada yang
mendefinisikannya sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, barang
atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan.

Selain itu pelanggaran nilai etika yang terdapat dalam iklan maskapai Garuda
Indonesia adalah mengenai keselamatan, dimana iklan tidak boleh menampilkan
adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan
dengan produk yang diiklankan. Iklan ini menunjukkan bahwa ketika konsumen atau
masyarakat lebih memilih menggunakan maskapai lain dibandingkan dengan
maskapai pesawat Garuda Indonesia maka keselamatannya kurang terjamin. Iklan
tersebut menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan maskapai pesawat lain maka
penumpang tidak akan mendapatkan pelayanan yang baik dari pegawai-pegawai
maskapai.

Berdasarkan Etika Pariwara Indonesia (EPI), iklan Garuda Indonesia


melanggar etika pemasaran beriklan yang terletak pada nomor:

1.19 Perbandingan

1.19.1 Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek


teknis produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.

1.19.2 Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber
dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset
tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi
penyelenggara riset iklan tersebut.

1.19.3 Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak
menyesatkan pada khalayak.
Dapat dilihat dari iklan Garuda Indonesia tersebut bahwa iklan yang
ditunjukkan adalah perbandingan langsug dengan produk maskapai pesawat lain.
Dalam iklan ini sangat jelas disampaikan bagaimana perbedaan pelayanan dan
fasilitas yang diberikan. Misalnya ketika sedang berada di dalam proses penerbangan
maskapai pesawat Garuda Indonesia mereka memberikan fasilitas yang lengkap dan
diberikan makanan tanpa menggunakan proses transaksi bayaran lagi sedangkan pada
maskapai lain yang terjadi adalah sebaliknya.

Pada maskapai lain konsumen tidak mendapatkan pelayanan makanan gratis


akan tetapi harus dengan bayaran. Perbandingan yang lain dalam iklan ini adalah
ketika melakukan proses chek-in di maskapai Garuda Indonesia bisa melalui jalur
online sehingga para konsumen tidak harus mengantri panjang. Berbeda dengan
maskapai lain yang fasilitasnya belum memadai dan tidak selengkap fasilitas dan
layanan dari Garuda Indonesia untuk mengikuti tehnik dari Garuda Indonesia, dengan
harus sabar untuk mengantri untuk melakukan proses chek in.

Dalam iklan ini yang sangat jelas melakukan perbandingan adalah ketika
pegawai dari maskapai lain menggunakan baju warna merah. Seperti yang kita
ketahui warna merah tersebut identing dengan pesawat AirAsia dan Lion Air. Hal
tersebut sangat berkaitan dengan Etika Pariwara Indonesia bahwa iklan apapun tidak
boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.
Membandingkan produk barang dan jasa yang ada pada maskapai Garuda Indonesia
dengan maskapai lain merupakan iklan yang merendahkan pesaingnya secara tidak
langsung.

Dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI) kesaksian atau testimoni dari


pelanggan berdasarkan kejadian yang dapat dilihat dalam EPI yaitu pemberian
kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili lembaga,
kelompok, golongan, atau masyarakat luas, kesaksian konsumen harus merupakan
kejadian yang benar-benar dialami, tanpa maksud untuk melebih-lebihkannya,
kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda
tangani oleh konsumen tersebut dan identitas dan alamat pemberi kesaksian jika
diminta oleh lembaga penegak etika, harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi
kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa.

Dalam iklan ini perusahaan menunjukkan gambar-gambar berdasarkan


kesaksian yang telah di alami oleh konsumen. Akan tetapi semua yang ditampilkan
dalam iklan tersebut dapat dikatakan tidak semua benar berdasarkan kesaksian atau
pengalaman yang dialami oleh konsumen. Iklan Garuda Indonesia sedikit melebih-
lebihkan informasi dan menjatuhkan image maskapai pesawat lain yang memiliki ciri
khas berwarna merah seperti Lion Air, AirAsia, dan sebagainya yang akan
memberikan dampak buruk terhadap maskapai tersebut karena peminat ataupun
pelanggannya akan berkurang. Dari segi penggunaan media dalam beriklan dengan
menggunakan internet sudah sangat berkelas karena media sosial internet sudah dapat
dilihat dan dijangkau dimana saja.
Kesimpulan dan Saran :

Untuk mengatasi masalah perbandingan antara maskapai Garuda Indonesia


dengan maskapai pesawat lain adalah seorang Public Relation harus memberbaiki
citra perusahaannya sendiri untuk meningkatkan kembali nilai dan meningkatkan
kembali citranya sehingga semua pelanggan tetap kembali dan semakin bertambah
banyak. Kesetiaan dalam media baru, kita mengetahui bahwa tujuan dari media massa
adalah untuk menginformasikan sesuatu kepada khalayak agar dapat dengan mudah
memahami isi pesan yang disampaikan. Kewajiban utama dari media dalam bagian
publik adalah memberikan informasi yang baik dan memberitahukan kepentingan apa
yang mereka inginkan atau minati. Kesetiaan dalam periklanan dan Publik Relation.
Periklanan dan Publik Relation pada perusahaan pesaing dari maskapai Garuda
Indonesia mempunyai kinerja yang baik dalam berurusan dengan umum atau publik.
Periklanan dan public relation didasarkan pada pekerjaan yang melayani nasabah
dibanding dengan masyarakat umum. Sejauh mana tujuan dari periklanan dan humas
itu merupakan sebuah advokasi dibanding penyuluhan yang akan menentukan
prioritas kesetiaan. Advokasi biasanya bertindak sebagai agen dari klien dimana
mereka melakukan beberapa layanan kepada para nama klien atau mewakili dari
kepentingan klien.
Daftar Pustaka

http://satucitra.co.id/unduh/Etika-Pariwara-Indonesia.pdf

https://pratiwikomala.wordpress.com/2016/11/12/pelanggaran-etika-bisnis-dalam-
periklanan-kasus-pt-garuda-indonesia-2014/

https://www.youtube.com/watch?v=NCNaYVRJcns

Anda mungkin juga menyukai