Sebelum khatib menyampaikan khutbah Idul Adha dengan tema “Hakikat Idul Adhha”
ini, marilah kita bersama-sama senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmah dan hidayah kepada kita sehingga di pagi yang bahagia ini kita
diberikan kekuatan dan kesempatan oleh Allah SWT berduyun-duyun menuju masjid ini untuk
menjalankan ibadah shalat Ied secara berjamaah sambil mengumandangkan takbir, tahmid, dan
tasbih.
Di samping itu, saya juga mengingatkan sekaligus berwasiat pada diri sendiri dan hadirin
yang berada di masjid ini untuk selalu meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT dengan sebenar-benarnya dengan disertai bentuk ibadah yang nyata, yaitu
menjalankan semua perintah Allah dengan tujuan mengharap ridho-Nya dan menjauhi segala
larangan Allah dengan cara memohon perlindungan kepada-Nya. Jangan sekali-kali kita
melupakan kekuasaannya yang amat besar ini. Dialah penguasa dunia fana ini, Penguasa surga
dan neraka, serta Penguasa dunia abadi atau akhirat. Tiada daya dan upaya manusia tanpa
kekuatan dan kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, tidak sepantasnyalah kita menyombongkan diri
di hadapan-Nya.
Setelah kita peroleh nilai-nilai kesucian Idul Fitri sebagai hasil gemblengan ibadah puasa
Ramadan dua bulan lalu, tentu nilai-nilai kesucian itu kini berubah bermacam-macam, ada yang
tetap terjaga kesuciannya karena kadar keimanan dan ketakwaan kita meningkat, ada juga yang
tercemari sedikit atau banyak karena kontrol kita yang sedikit-banyak kurang diperhatikan,
bahkan juga ada yang menjadi sangat kotor karena kita tak mampu menjaganya akibat
merosotnya kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, sebelum kita benar-benar merugi, kita harus berbenah dan memperbaiki
keimanan dan ketakwaan kita pada Allah SWT di hari raya Idul Idha ini. Mari jadikan Idul Adha
ini sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan
kadar keimanan dan ketakwaan kepada-Nya sebab dalam moment Idul Adha sangat terbuka bagi
kita untuk memperoleh derajat tertinggi di hadapan Allah SWT. Dan ingatlah selalu
bahwasannya indikator kemuliaan manusia di sisi Allah Swt adalah kadar ketakwaannya.
Pada momen Idul Adha ini ada dua bentuk ibadah besar sebagai upaya taqarrub lillah
(pendekatan diri pada Allah) sekaligus peristiwa bersejarah bagi umat Islam, yaitu ibadah haji
dan penyembelihan hewan kurban. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yakni rukun
Islam yang kelima sehingga ibadah ini wajib dilakukan oleh seluruh umat Islam, khususnya bagi
yang mampu atau yang kuasa menempuhnya. Dasar hukum haji ini sangat jelas dalam banyak
ayat dan surat dalam Alquran. Misalnya tampak dalam Surat Ali Imron ayat 97 yang berbunyi
٧ ۚ سبِياٗل
َ ٱستَطَا َع إِلَ ۡي ِه ِ س ِح ُّج ۡٱلبَ ۡي
ۡ ت َم ِن ِ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلنَّا
Artinya: …..Mengerjakan haji merupakan kewajiban umat manusia kepada Allah, yaitu
bagi yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya……
Adapun ibadah qurban merupakan ibadah sunah muakad, yakni ibadah yang bernilai
sunnah yang ditegaskan dan ditekankan untuk melaksanakannya bagi umat Islam. Dasar hukum
perintah untuk berkurban juga tampak dalam berbagai ayat dan surat dalam Alquran misalnya
tampak dalam Surat Alkautsar ayat 1dan 2 yang berbunyi
Artinya: Sesungguhnya Aku (Allah telah memberimu serba banyak, maka dirikanlah
sholat untuk Tuhanmu dan sembelihlah kurban.
Ibadah haji bukan semata-mata aktivitas fisik seperti berkeliling ka’bah, lari-lari kecil dari
shofa ke marwa, melemparkan batu-batu kerikil (mbalang jumrah), memotong rambut, memakai
kain putih tanpa jahitan (pakaian ihram), dan sebagainya. Akan tetapi, ibadah haji merupakan
ibadah lahiriah dan batiniah, material dan spiritual, fisik dan psikis yang berpadu dan menyatu
dalam rangka berkomunikasi pada Allah, untuk taqorrub lillah, sekaligus untuk menghadap
Sang pencipta alam semesta dengan penuh keikhlasan. Oleh karena itulah, Allah mensyaratkan
tiga hal yang wajib dipatuhi oleh orang-orang yang berhaji yakni la rafatsa (tidak melakukan
hal-hal yang bersifat sensualitas dan seksualitas), la fusuqa (tidak boleh berbuat fasiq), dan la
jidala (tidak boleh berbantah-bantahan). Hal ini sangat tegas difirmankan oleh Allah dalam
Alquran surat Albaqarah ayat 197 yang berbunyi.
٩٧ ق َواَل ِجدَا َل فِي ۡٱل َح ۗ ِّج َ ۚت فَ َمن فَ َرٞ ر َّم ۡعلُو ٰ َمٞ ۡٱل َح ُّج أَ ۡش ُه
ُ ُض فِي ِهنَّ ۡٱل َح َّج فَاَل َرفَ َث َواَل ف
َ سو
Artinya: Barangsiapa yang yang menetapkan niatnya akan mengerjakan haji maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
Dari ayat itu cukup jelas, bahwa orang yang akan menyempurnakan Islamnya cukup
berat sebab ketiga hal tersebut sulit dihindari oleh kebanyakan orang. Ayat tersebut secara
tersirat juga dapat dimaknai bahwa orang yang akan mendekatkan diri kepada Allah harus bersih
diri dan sudah bertaubat. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah yang sudah berhaji maupun yang
belum berhaji kita harus dapat mengambil pelajaran dari ayat tadi.
Bentuk peribadatan kedua pada bulan haji ini adalah ibadah kurban, yakni penyembelihan
binatang ternak seperti onta, sapi, kerbau atau kambing. Ibadah ini bukanlah formalitas semata,
yakni memotong kambing dan membagikannya kepada fakir miskin lalu sebagian digunakan
untuk makan-makan. Akan tetapi ibadah ini sesuai dengan namanya Qurban yakni untuk
mendekatkan diri pada Allah dengan penuh keikhlasan dan keimanan. Ingatlah kembali para
hadirin sejarah ibadah ini.
Dulu, Nabi Ibrohim As sangat menginginkan lahirnya seorang anak sebab sudah amat
sangat tuanya beliau berumah tangga tidak kunjung dikaruniai anak, beliau berdoa kepada Allah
sepanjang hari, bulan, dan tahun hingga akhirnya Allah SWT memberinya seorang anak yang
amat cerdas, tampan, dan salih bernama Ismail As. Namun, ketika Ismail menjelang remaja,
Ibrohim bermimpi mendapat perintah Allah untuk menyembelih putranya yang amat dikasihinya
itu.
فَ َما َلَنا: قَالُ ْوا.سنَّةُ اَبِ ْي ُك ْم ِا ْب َراهىِ ْي َمُ :قَا َل:ضا ِح ُّي؟ َ َما هى ِذ ِه ْال، س ْو َل هللا
ُ َيا َر:س ْو ِل هللا صُ اب َرُ ص َح ْ َ قَا َل ا:عَنْ َز ْي ِد ْب ِن اَ ْرقَ َم قَا َل
ٌسنة َ ف َح ِ الص ْو ُّ َش َع َر ٍة ِمن َ
َ بِ ُك ّل:س ْو َل هللا؟ قا َل
ُ الص ْوفُ يَا َر َ ُ َ ٌ
ُّ ف: قال ْوا.سنة َ بِ ُك ّل:س ْو َل هللا؟ قَال
َ ش َع َر ٍة َح ُ فِ ْي َها يَا َر
Artinya: Dari Zaid bin Arqam, ia berkata : Para shahabat Rasulullah SAW bertanya,
“Ya Rasulullah, apakah udlhiyah itu?”. Jawab Nabi SAW, “Itulah sunnah ayahmu,
Ibrahim”. Mereka bertanya, “Apa yang kita peroleh dari udlhiyah itu, ya Rasulullah?”.
Jawab beliau, “Pada tiap-tiap helai bulunya kita peroleh satu kebaikan. Lalu para
shahabat bertanya, “Bagaimana dengan bulu domba, ya Rasulullah?”. Beliau SAW
bersabda, “Pada tiap-tiap helai bulu domba kita peroleh satu kebaikan” (HR. Ibnu
Majah)
Allahu Akbar x3 walillahilhamd
Dari uraian tadi cukup jelas, bahwa pelajaran qurban yang terpenting adalah pendekatan
diri pada Allah dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan ketakwaan bukan karena terpaksa dan
dipaksa, bukan karena gengsi, bukan untuk dipamerkan, bukan untuk tujuan politik tertentu.
Sebab Allah tidak akan menerima ibadah kurban yang seperti itu. Hal ini ditegaskan dalam
Alquran Surat Alhajj ayat 37.
ۚۡلَن يَنَا َل ٱهَّلل َ لُ ُحو ُم َها َواَل ِد َمآ ُؤهَا َو ٰلَ ِكن يَنَالُهُ ٱلت َّۡق َو ٰى ِمن ُكم
Artinya : Tiadalah Allah akan menerima daging-daging hewan yang menjadi qurban dan
tidak pula darahnya, melainkan Allah akan menerima ketakwaanmu
Akhirnya, saya mengajak diri saya dan kaum muslimin-muslimat untuk senantiasa lebih
mendekatkan diri kepada Allah, melaksanakan perintah-perintahnya dengan penuh keikhlasan.
Makmurkanlah dan syiarkanlah Idul Adha sekarang dan yang akan datang dengan ibadah haji,
qurban, dan amal-amal salih. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita. Amin ya robbal
alamin.
َّ َونَفَ َعنِي َوإِيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِمنْ آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِنَّهُ ه َُو ال،بَا َر َك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُ ْرآ ِن ْال َع ِظ ْي ِم
س ِم ْي ُع
ْ َوأَقُ ْو ُل قَ ْولِي َه َذا فَأ،ال َعلِ ْي ُم
ستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم إِنَّهُ ُه َو ال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْيم
هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر هللَا ُ أَ ْكبَ ُر
سيِّ َدنَا
ش َه ُد أنَّ َش ِر ْي َك لَهُ َوأَ ْ ش َه ُد أَنْ الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ الَ َش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِهَ .وأَ ْ
سانِ ِه َوال ُّاَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى إِ ْح َ
سلِ ْي ًما ِكث ْي ًرا ِّ
سل ْم تَ ْ ص َحابِ ِه َو َ َ َ
سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد ِو َعلى اَلِ ِه َواَ ْ َ
ص ِّل َعلى َ ض َوانِ ِه .الل ُه َّم َ إلى ِر ْ
س ْولهُ الدَّا ِعى َ ُ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ
ْس ِه س ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُد ِ اس اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أَنَّ هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِ
أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ
ص ِّل َعلَى َ
سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد سلِ ْي ًما .الل ُه َّم َ سلِّ ُم ْوا تَ ْصلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ صلُّ ْونَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ َوقَا َل تَعاَلَى إِنَّ هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ
َ
اش ِديْنَ أبِى َ َ ُ ْ
ض الل ُه َّم َع ِن الخلفا ِء ال َّر ِ ّ ار َ َ ْ َ
سلِ َك َو َمآلئِك ِة ال ُمق َّربِيْنَ َو ْ ْ َ َ َ
سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئِ َك َو ُر ُ سلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ َ
ض َعنَّا َم َع ُه ْم بِ َر ْح َمتِكَ ار َ ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ
س ٍ ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعيْنَ لَ ُه ْم بِا ِ ْح َ بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى َوعَنْ بَقِيَّ ِة ال َّ
َيا اَ ْر َح َم ال َّر ِ
اح ِميْنَ
سلِ ِميْنَ َوأَ ِذ َّل الش ِّْركَ سالَ َم َو ْال ُم ْ ت الل ُه َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْ ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ سلِ َما ِ سلِ ِميْنَ َو ْال ُم ْ ت َو ْال ُم ْ اَلل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا ِ
سلِ ِميْنَ َو َد ِّم ْر أ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن َواع ِْل َكلِ َماتِكَ إِلَى َ َ
اخذ ْل َمنْ َخذ َل ْال ُم ْ ُ ص َر ال ِّديْنَ َو ْ ص ْر َمنْ نَ َ َ
ص ْر ِعبَا َد َك ْال ُم َو ِّح ِديَّة َوا ْن ُ ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ َو ْال ُم ْ
سيَّا ي
ْ ن
َ ِ ِ ِ ُِو د ْ
ن ا ا َ ن د َ ل ب َنْ ع نَ َ ط ب ا م
ََ ِ َ َ َ َ و ا هنْ م ر ه َ
ظ ا م نَ ح م ل ْ
ا و
ِ َ َ ِ َ َ ُْ َ ِ ِ َ ِ َ َ ة َ ن ْ
ت ف ل ْ
ا ء و س و نَ ح م ل ْ
ا و ل ز َ ال َّ
ز ال و ء
َ َ َ ََ َ َا ب و ل ْ
ا و ء َ ال ب ل ْ
ا اَّ ن ع
َ ع
ْ َ ف د
ْ ا م
ُ َّ ه الل . ن
َي ْو َم ال ِ
ي ْ د
ِّ
اب النا ِرَ .ربَّنَا َّ َ
سنَة َوقِنَا َعذ َ ً ْ
سنَة َوفِى اآل ِخ َر ِة َح َ ً ْ
ب ال َعال ِميْنَ َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّدنيَا َح َ َ ْ ً
سلِ ِميْنَ عآ َّمة يَا َر َّ ْ
سائِ ِر البُلدَا ِن ال ُم ْ ْ ْ صةً َو َ خآ َّ
بى َ ر
ْ ُ ق ل ْ
ا ي ذ ِ ء
ِ تآ ي
ْ إ و
ِ َِ ن ا س
َ حْ إل ْ
ا
ِ َ ِو ْلدعَ لْ ا ِ ب ا َ ن ر
ُ م
َ ُ ْ أ ي
َ هللا نَِّ إ ! ِ هللا د َ ا َ ب ع
ِ . ْنَي ر
ِ سِ ا َ
لخ ْ
ا نَ م ِ نَّ َ ن و ْ ُ
ك َ نَ ل ا َ ن م
ْ ح
َ َر
ْ ت وَ ا َ ن َ ل رْ ِ ف ْ
غ َ ت مْ َ ل نْ ِ ا و
َ ا َ نسَ ُ ف ْ
ن َ ا ا ظَلَ ْمنَ
ْ َ ُ
َلى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْدك ْم َول ِذك ُر هللاِ شك ُر ْوهُ ع َ ُ ُ ُ ْ ُ ْ َّ َ ُ َّ
َويَ ْن َهى َع ِن الف ْحشآ ِء َوال ُمن َك ِر َوالبَغي يَ ِعظك ْم ل َعلك ْم تَذك ُر ْونَ َواذك ُروا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَذك ْرك ْم َوا ْ
ْ َ ُ ُ ْ ْ ْ ْ َ ْ
أَ ْكبَ ْر