Kelompok 4 :
1. Mengenal Masalah
Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya
orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap
cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang
Selama ini masih banyak jajanan sekolah yang kurang terjamin kesehatannya dan berpotensi
menyebabkan keracunan. Dengan banyaknya makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya di
pasaran, kantin-kantin sekolah, dan penjaja makanan di sekitar sekolah merupakan agen penting
yang bisa membuat siswa mengkonsumsi makanan tidak sehat. Oleh karena itu, keamanan pangan
jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian
serius, konsisten dan disikapi bersama
Apabila anak tersebut dibiarkan membeli jajanan yang kurang sehat, anak bisa
mengalami kondisi seperti pusing dan mual, mual-muntah, kram perut, kram otot,
lumpuh otot, diare, cacat, bahkan mungkin bisa menyebabkan kematian bila kondisi
anak sudah sangat serius. Jadi, sebagai orangtua, Anda tidak sepatutnya menganggap
sepele mengenai jajanan yang dikonsumsi anak di sekolah. Seberapa parah dampak
buruk yang bisa terjadi pada anak karena pangan jajanan yang tidak aman tergantung
dari beberapa faktor. Bila semakin banyak konsumsi jajanan yang tidak aman,
semakin lama penanggulangan diberikan. Sementara, semakin lemah kekebalan dan
kondisi fisik anak, maka semakin serius dampak buruk yang bisa dialami anak. Perlu
diketahui bahwa anak lebih rentan terhadap keracunan pangan dibandingkan orang
dewasa.
5. Mengenal Kebiasaan
Perilaku itu sendiri oleh masyarakat pada umumnya dikelompokkan menjadi perilaku yang baik
(adaptif) dan perilaku tidak baik (mal-adaptif). Perilaku baik (adaptif) adalah perilaku yang sesuai
dengan aturan maupun norma-norma yang ada dalam lingkungannya, contohnya: peserta didik yang
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, peserta didik yang memakai seragam saat berada di
sekolah tepat pada waktunya, dll. Perilaku tidak baik (mal-adaptif) adalah perilaku yang tidak sesuai
atau yang bertentangan dengan aturan maupun norma-norma yang ada, seperti: orang yang
melakukan tindakan korupsi, anak yang tumbuh menjadi remaja agresif karena meniru contoh orang
tua dan tekanan keadaan di dalam keluarga yang tidak harmonis, anak yang suka memukul teman
sebayanya, dan sebagainya. Tentunya perilaku-perilaku tersebut menimbulkan respon atau dampak
yang berbedabeda, baik itu positif maupun negatif tergantung dari perilaku apa yang ditimbulkan
8. Mengenal hambatan
Kendala-kendala itu dapat bersifat nyata maupun bersifat perseptual. Menurut Stokols pada tahun
1987 (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) lingkungan dapat membatasi dan menghambat perilaku
organisme yang menempati lingkungan itu. Sebagai contoh, suara bising yang berkesinambungan
dapat menyebabkan terganggunya proses komunikasi timbal balik antar pengunjung di sebuah pasar
besar Kota Malang. Teori ini sangat menekankan situasi tempat seseorang merasa kehilangan
kontrol terhadap lingkungannya.
Hasil sampingan dari perubahan perilaku masyarakat yaitu, masyarakat menjadi lebih
peduli terhadap penyakit usus buntu dan jika terkena penyakit tersebut tidak ragu
untukmemeriksakan diri kepada dokter dan melakukan operasi pengangkatan usus
buntu. Hal ini bisa disebabkan dengan adanya upaya – upaya sosialisasi yang
dilakukan oleh petugas pelayan kesehatan, sehingga apabila muncul gejala tersebut
tidak ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.