Anda di halaman 1dari 4

SEPULUH LANGKAH

MENGENAL MASALAH PERILAKU


TENTANGAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

Kelompok 4 :

1. Aulia Azkia 7. Ni Ketut Susanti


2. Berliana Dewi 8. Risa Ellenczynska
3. Hawazen 9. Riska Rahmayanti
4. Inayah Safwah 10. Siti Khurata A’yuni
5. Jordi Ego Pratama 11. St. Maria Ulpah
6. Naili Laili

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA
JURUSAN SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2020/2021
Langkah langkah mengenal masalah perilaku :

1. Mengenal Masalah

Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya
orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap
cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang

Selama ini masih banyak jajanan sekolah yang kurang terjamin kesehatannya dan berpotensi
menyebabkan keracunan. Dengan banyaknya makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya di
pasaran, kantin-kantin sekolah, dan penjaja makanan di sekitar sekolah merupakan agen penting
yang bisa membuat siswa mengkonsumsi makanan tidak sehat. Oleh karena itu, keamanan pangan
jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian
serius, konsisten dan disikapi bersama

2. Mengenal Penyebab Masalah


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan meliputi faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan khususnya pengetahuan gizi,
kecerdasan, persepsi, emosi dan motivasi dari luar. Pengetahuan gizi adalah kepandaian
memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih
makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan
makanan jajanan
3. Mengenal sifat masalah

Penelitian deskriptif, Dilansir dari Laporan Tahunan dari Direktorat Pemberdayaan


Masyarakat dan Pelaku Usaha tahun 2018, masih banyak jajanan anak sekolah yang
tidak memenuhi syarat sehat. Sebagai contoh, mutu dan kualitas mikrobiologi yang
rendah pada produk es, minuman berwarna dan sirup, jelly/agar dan bakso. Belum
lagi bahan tambahan pangan seperti zat aditif yang berlebih pada jajanan anak
sekolah. Oleh sebab itu, jajanan yang dijual di area sekolah, khususnya yang tidak
dikelola oleh pihak sekolah bisa dikatakan belum bisa dipastikan telah memenuhi
syarat sehat. Pangan jajanan untuk anak sekolah yang tidak aman bisa menyebabkan
anak sakit.

4. Mengenal Perkembangan Masalah

Apabila anak tersebut dibiarkan membeli jajanan yang kurang sehat, anak bisa
mengalami kondisi seperti pusing dan mual, mual-muntah, kram perut, kram otot,
lumpuh otot, diare, cacat, bahkan mungkin bisa menyebabkan kematian bila kondisi
anak sudah sangat serius. Jadi, sebagai orangtua, Anda tidak sepatutnya menganggap
sepele mengenai jajanan yang dikonsumsi anak di sekolah. Seberapa parah dampak
buruk yang bisa terjadi pada anak karena pangan jajanan yang tidak aman tergantung
dari beberapa faktor. Bila semakin banyak konsumsi jajanan yang tidak aman,
semakin lama penanggulangan diberikan. Sementara, semakin lemah kekebalan dan
kondisi fisik anak, maka semakin serius dampak buruk yang bisa dialami anak. Perlu
diketahui bahwa anak lebih rentan terhadap keracunan pangan dibandingkan orang
dewasa.

5. Mengenal Kebiasaan

Kebiasaan membeli jajanan sekolah menyebabkan banyaknya kasus anak sekolah


yang keracunan akibat makanan. Makanan jajanan beresiko terhadap kesehatan
karena penangannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan
terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang tidak diizinkan. Makanan jajanan mengandung resiko, debu dan lalat
yang hinggap pada makanan yang tidak ditutupi dapat menyebabkan terutama pada
sistem pencernaan. Belum lagi bila persediaan air terbatas, maka alat – alat yang
digunakan seperti sendok, garpu, gelas dan piring tidak dicuci dengan bersih.

6. Mengenal sebab kebiasaan


Anak yang sering jajan disekolah biasanya dirumah mereka tidak sarapan dan meraka
akan mebeli makanan yang ada disekolah. Kurangnya perhatian orang tua dan
banyaknya orang tua yang sibuk dan tidak menyepatkan waktu untuk membuatkan
sarapan atau bekal untuk anak mereka. Makanan yang sering dijual sekolah memiliki
warna, penampilan, tekstur, aroma dan rasa yang menarik. Banyak jajanan anak
sekolah yang dijual dengan harga yang murah menjadi daya tarik anak-anak untuk
membeli dengan uang saku mereka.

7. Rumusan perilaku yang diharapkan

Perilaku itu sendiri oleh masyarakat pada umumnya dikelompokkan menjadi perilaku yang baik
(adaptif) dan perilaku tidak baik (mal-adaptif). Perilaku baik (adaptif) adalah perilaku yang sesuai
dengan aturan maupun norma-norma yang ada dalam lingkungannya, contohnya: peserta didik yang
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, peserta didik yang memakai seragam saat berada di
sekolah tepat pada waktunya, dll. Perilaku tidak baik (mal-adaptif) adalah perilaku yang tidak sesuai
atau yang bertentangan dengan aturan maupun norma-norma yang ada, seperti: orang yang
melakukan tindakan korupsi, anak yang tumbuh menjadi remaja agresif karena meniru contoh orang
tua dan tekanan keadaan di dalam keluarga yang tidak harmonis, anak yang suka memukul teman
sebayanya, dan sebagainya. Tentunya perilaku-perilaku tersebut menimbulkan respon atau dampak
yang berbedabeda, baik itu positif maupun negatif tergantung dari perilaku apa yang ditimbulkan

8. Mengenal hambatan
Kendala-kendala itu dapat bersifat nyata maupun bersifat perseptual. Menurut Stokols pada tahun
1987 (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) lingkungan dapat membatasi dan menghambat perilaku
organisme yang menempati lingkungan itu. Sebagai contoh, suara bising yang berkesinambungan
dapat menyebabkan terganggunya proses komunikasi timbal balik antar pengunjung di sebuah pasar
besar Kota Malang. Teori ini sangat menekankan situasi tempat seseorang merasa kehilangan
kontrol terhadap lingkungannya.

9. Mengenal hal – hal yang mendorong

UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan, Kesehatan adalah keadaan


sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

10. Mengenal hasil – hasil sampingan

Hasil sampingan dari perubahan perilaku masyarakat yaitu, masyarakat menjadi lebih
peduli terhadap penyakit usus buntu dan jika terkena penyakit tersebut tidak ragu
untukmemeriksakan diri kepada dokter dan melakukan operasi pengangkatan usus
buntu. Hal ini bisa disebabkan dengan adanya upaya – upaya sosialisasi yang
dilakukan oleh petugas pelayan kesehatan, sehingga apabila muncul gejala tersebut
tidak ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

Anda mungkin juga menyukai