Anda di halaman 1dari 3

1.

MENGECUP INGATAN

Cup..

Yaa kecupan itu, adalah pertama dan terakhir yang dia rasakan sampai detik ini.

Kecupan hangat yang ia dapat dari orang yang sangat ia cintai.

Rasa itu terus terasa nyata sampai detik ini. Kecupan di sudut kampus, kecupan dari lelakinya yang
kini entah kemana. Kini ia tak dapat lagi merasakan kecupan bahkan sentuhannya. Aroma nya saja
sudah ikut menghilang entah kemana. Hanya bayangan senyum teduh yang ia tinggalkan lekat di hati
perempuan ini. Yaaa Gwen Sashi Putri Moerdianto. Putri kedua dari salah seorang pejabat di
daerahnya. Sashi punya seorang kakak laki laki, yang kini sedang fokus menggeluti dunia
pemerintahan selayaknya ayahnya. Yaa, mungkin kakaknya lah penerus ayahnya kelak. Karena,
sampai dengan saat ini tidak banyak yang tau bahwa dia adalah puteri seorang pejabat di daerahnya.
Karena Sashi juga tidak akan nyaman, jika banyak yang tau tentang siapa dia.

Hari harinya, dia habiskan dengan tetap fokus menyelesaikan kuliah. Hingga nanti, dia tetap dapat
mencapai cita cita . Yang dia inginkan, adalah bisa bekerja disalah satu perusahaan besar, sesuai
dengan jurusan kuliah yang diambil. Walaupun sebenarnya keluarganya kurang setuju dengan apa
yang dia inginkan dengan bekerja di perusahaan orang. Tapi entah kenapa Sashi lebih suka seperti
itu. Hidup sebagai wanita mandiri, tanpa harus terlalu bergantung pada latar belakang orangtua.

***

Dia lelaki yang kini telah jauh entah dimana, hanya sisa sisa aroma dan sentuhan yang melekat di
hati, jiwa, dan pikiran Sashi. Bahkan saat Sashi memejamkan mata, iapun bisa melihat dan
merasakan senyumannya. Bintang Ferdiansa Oematan. Lelaki berdarah blasteran Indonesia –
Perancis, dengan postur tubuh tinggi, kulit putih, mata coklat deengan tatapan tajam, gaya berjalan
santai dan selalu menaruh 1 tangan di saku celana, sangat dingin, dan tipe lelaki yang smart. Sashi
tidak tau hubungan mereka seperti apa, yang dia rasakan hanya nyaman setiap kali Sashi bersama
Bintang. Setiap kali ada kelas mata kuliah, dia selalu mencari tempat duduk tidak jauh. Mereka 2
makhluk yang tidak pernah mengikat satu sama lain, tidak pernah mengikrarkan tentang bagaimana
hubungan mereka, tidak pernah menuntut komitmen satu sama lain. Sashi dan Bintang, entah
kenapa seperti ada magnet dimana mereka saling membutuhkan, dan bisa saling melengkapi.
Mungkin banyak yang mengira mereka adalah pasangan kekasih. Tapi, Sashi dan Bintang bahkan
tidak pernah mencetuskan bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih. Tapi, ya begitulah
mereka, hubungan fleksible yang tidak pernah menuntut apapun, namun selalu ada, dan selalu sama
sama bisa merasakan.

***

Tappp tappp tapp …

Suara langkah kaki berlari semakin dekat, semakin dekat dan semakin dekat.

sSssrrrttttt…zzzzzzpppp..

Seketika Sashi menoleh

“Kamu apaan sih bie? Kaya orang kesetanan aja, dikejar siapa sih kamu?”

Tanyanya pada brian, dia sahabat perempuan Sashi sejak sekolah menegah hingga kini. Bukan type
perempuan ember yang ngumbar ngumbar status temennya. Yaaa mungkin karena mereka sudah
berteman sejak kecil, jadi uda kaya biasa aja gitu gaya pertemanannya. Sosok perempuan tomboy,
cantik, tapi kalo uda manja nya keluar uluh uluhh, mulai deh suara kucing nya keluar. Sahabat yang
care banget, ga Cuma ke sahabatnya tapi juga orang lain. Dwi Shabrian namanya. Biasa dipanggil
dengan sebutan “bie”

“Bebebb.. beb kamu tau ga berita terbaru. Aptudet. Berita baru keluar beberapa detik yang lalu???”

Jawab brian sambil terengah engah kesulitan mengatur nafas.

“Iyaa, oke. Keppcalm bebi, pelan. Tenang. Inhale, exhale. Minum dulu, ayo baru cerita”

Jelas Sashi sambil menuntunnya mengendalikan nafas yang amburadul.

Glek glek glek suara dia meneguk sebotol air mineral yang ada dihadapanku.

“Oke.. pelan.. inhale, exhale”

Tuntun Sashi lagi untuk menstabilkan brian.

“Oke beb, fyuhh huhh.. oke. Huhh hahh . Oke aku siap cerita. Tapi kamu janji ya beb, kamu siap
denger ceritaku”

“Iyaa sayang, janji. Apa? Pelan pelan aja ceritanya” rayunya pelan, sambil senyum senyum.

“Beb, kamu tau ga kalo Bintang mau pindah?”

Jelasnya sedikit lirih dan pelan. Seperti takut kalau kalimatnya akan membuat Sashi syok, bahkan
sedih.

“Hah, pindah? Pindah apanya? Gimana sih bie maksut kamu?” tanyanya sedikit kaget, ga percaya
dan teramat sangat penasaran.

“Iya beb, jadi aku ga sengaja denger tadi. Dosen kita tuh lagi ngomongin si Bintang. Usut punya usut,
kabarnya dia mau pindah beb. Serius aku ga bohong beb”

Jelasnya lebih jelas dengan nada bicara yang teramat mantap, sambil memegangi pergelangan
tanganku.

“Iya, nanti aku coba tanya ke Bintang ya bie, dia beneran mau pindah apa engga?”

Sahut Sashi sambil tersenyum kepada brian.

***

Hari sudah sore, dan seperti biasa saat Sashi di rumah kegiatan sore hari adalah menyiram tanaman
di taman, disambi dengan memberi makan ikan koi peliharaan ayahnya. Sebenarnya tugas itu bisa
saja dilakukan oleh pembantu di keluarganya. Tapi, kegiatan itu justru Sashi yang melakukannya.
Karena bagi Sashi, dengan melakukan hal hal kecil seperti itu, pikirannya bisa kembali fresh setelah
menjalani kegiatan sehari hari yang aduhai melelahkan.

“Sashi”

Tersentak Sashi menoleh ke belakang, mungkin kelihatan sekali dia kaget tiba tiba ada memanggil
dari balik punggung.

“Ehh kak Yogi, ada apa kak?”

Tanyanya berlagak santai menutupi kaget.


“kamu kenapa? Kok ngelamun ga kaya biasanya?”

“sapa yang ngelamun kak? Ngarang aja kak Yogi?” kilahnya berdalih.

“Hmm ngeles. Tuu liat, pot bunga mu. Air sampe banjir2 ga karu2an gitu dibilang ngarang.”sahut kak
Yogi sambil menuding kemana arah air yang mengalir ke pot bunga nya.

“Hehehe”

Tutur Sashi sudah kehabisan ide untuk meladeni kakaknya yang auto teliti.

“Gapapa sih kak, Cuma kepikiran tadi tugas dikampus aja” jawabnya sambil meringis menampakkan
deretan gigi gingsulnya.

“Yaampun, sashii.. kakak tu juga pernah ada di usia kamu. Sok jenius banget mikirin tugas kampus
ampe amber amber gtu airnya. Hahaha. Yakali ilmu yang amber, la ini engga, galo nya yang amber
hahaha”

Tukas kak Yogi meledek.

“Ahh, apaan si kak. Bukannya seneng punya adek auto pinter, malah ngledek. Hadeu”

Lanjut Sashi.

“Ya uda, kalo kamu uda siap cerita, kamu cerita ya ke kakak. Aku siap kok dengerin cerita km shi..”

Kata kak Yogi, sambil berlalu pergi meninggalkan Sashi.

Kak Yogi memang tipe lelaki yang pengertian sekali ke wanita. Tapi hanya 3 wanita, Sashi ,ibunya,
dan neneknya. Sedangkan ke wanita wanita lain selain mereka bertiga, jangan harap kalian bakal
dapet perhatiannya. Jangankan perhatian, dapet senyum Kak Yogi pun mustahil.

Bukannya pilih pilih, tapi memang Kak Yogi sedang fokus berkiprah di dunia pemerintahan, siapa lagi
penerus ayah selain dia. Kakak lelaki, yang penuh tanggung jawab, dan serem banget kalo mau
deketin dia.

Anda mungkin juga menyukai