Anda di halaman 1dari 42

PENGEMBANGAN ASESMEN FORMATIF BERBASIS INSTAD UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM

MATA PELAJARAN BIOLOGI

Proposal

Diajukan untuk diseminarkan untuk Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

Oleh:

EVA YULIAWATI

NPM. 1611060472

Jurusan Pendidikan Biologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1440 H/ 2020 M

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Batasan Masalah 7

D. Rumusan Masalah 8

E. Tujuan Peneliti 8

F. Manfaat Peneliti 8

G. Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Assessment formatif 10

B. Model Pembelajaran Instad 15

C. Kemampuan pemecahan Masalah 19

D. Pengembangan R&D 23

E. Penelitian Relevan 25

F. Kerangka Berfikir 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 29

B. Waktu dan Tempat Penelitian 29

2
C. Prosedur pengembangan 29

D. Instrument Pengumpulan Data 32

E. Teknik Pengumpulan Data 32

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu

mengembangkan diri seseorang, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

yang terjadi, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat

baik dalam pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu, bidang pendidikan

perlu mendapat perhatian, serta pengolahan yang cukup memadai, untuk

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bersaing dengan

Negara lain hal tersebut merupakan peran penting dalam pendidikan. 1

Pendidikan diharapkan mampu melahirkan generasi penerus yang dapat

memajukan bangsa dalam berbagai bidang. Upaya tersebut dirumuskan dalam

tujuan pendidikan nasional., yaitu Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang

standar kompetensi kelulusan (SKL) pada tingkat SMA/MA yang menyebutkan

bahwa lulusan peserta didik diharapkan mampu memajukan kemampuan

menganalisis dan memecahkan masalah secara kompleks.2 Kemampuan

pemecahan masalah (problem solving) merupakan suatu proses dalam memahami

suatu masalah dan menyelesaikannya menggunakan pemikiran serta pengetahuan

1 Conny Semiawan, dkk, Pendekatan keterampilan proses sains, (PT Gramedia, 1988), h.14
2 Nur Isnaini Hanifa, et al, "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X IPA Pada Materi
Perubahan Lingkungan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya" Jurnal Penelitian pendidikan Biologi. Vol
2. N0 2 (2018),h. 121-128

1
yang dimiliki. sesuai dengan pendapat Taconis yang menyatakan bahwa pada

umumnya seseorang menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam

memecahkan masalah.3

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual

dalam mengidentifikasi masalah, menemukan dan memecahkanya berdasarkan

informasi yang akurat. Kelebihan kemampuan pemecahan masalah adalah

membiasakan peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara

terampil, kemampuan pemecahan masalah dapat merangsang pengembangan

keterampilan berfikir peserta didik secara kreatif dan menyeluruh, memecahakan

masalah yang dihadapi secara realistis.4

Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu proses dimana peserta

didik mampu menemukan kombinasi mengenai aturan-atruan yang telah dipelajari

sebelumnya, yang digunakan untuk memecahkan masalah baru. Peseta didik yang

memilik kemampuan pemecahan masalah yang baik didasari oleh kemampuan

pemahama konsep yang bagus sehingga peserta didik mampu menentukan

masalah dan memecahkan.Kemampuan pemecahan masalah sangat penting

dimiliki peserta didik, karena memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik

dapat mengorientasikan masalah pembelajaran, mampu mencari alternative solusi

3 Erina Sringoringo, Mimi Rohazal, et al. “Kemampuan pemecahan Masalah Siswa Kelas XI SMA
MateriSuhu Dan Kalor”. Jurnal Pendidikan Matematika Dan sains.Vol. VI. No 2. ( 2018) h. 114-
122
4 Kadek Hengky Primayana. “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Berorientasi
Pembuatan Karakter Untuk Mencapai Tujuan Higher Thingking Skill (HOTS) Pada Anak Sekolahan
Dasar”.Jurnal Agama dan Budaya, Vol. 3 No. 2 (September 2019) h, 85-92

2
pemecahan masalah dan mampu menetapkan solusi terbaik untuk memecahkan

masalah.5

Fakta menunjukan Rendahnya kemampuan pemecahan masalah Indonesia

dibuktikan dari hasil penelitian TIMSS ( Trends International Mathematics And

Science).Hasil penelitian dari TIMSS pada tahun 2011 skor yang diperoleh

Indonesia 406 yang merupaka skor terkecil pada nomor lima, sedangkan pada

tahun 2015 Indonesia memperoleh skor 397 yang merupakan skor terkecil nomor

empat dari 64 negara. Skor yang diperoleh menepatkan Indonesia pada predikat

Low Science Benchmark. Berdasarkan predikat yang diperoleh pada TIMSS 2011

dan 2015 peserta didik belum mampu mendemontrasikan dan menjelaskan konsep

terkait dengan biologi.6

kondisi tersebut juga didukung fakta dilapangan, rendahnya kemampuan

pemecahan masalah di SMA N 1 Jati Agung yang diukur melalui soal tes

kemampuan pemecahan masalah dalam table berikut ini :

Table 1.1

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah

Peserta didik kelas X. MIPA

No Indicator kemampuan pemecahan masalah Jumalah Ktiteria

pesertasi Penilaian
1. Mengidentifikasi masalah 42, 3% Sedang

5 Aep Saepudin, “ Analisis Keterampilan Menjelaskan dan Kemampuan Pemecahan Masalah


Pada Konsep Ekositem melalui Implementasi Model Jigsaw “. Jurnal JEMS ( Jurnal Edukasi
Matematika dan sains. Vol 6 No 1 (2018)
6 Eka Sumiantari, et al “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Siswa Kelas VIII SMP “. Jurnal PPSI. Vol 2 No 1 (April
2019)

3
2. Merumuskan alternative strategi 35,4% Rendah
3. Menentukan dan menerapkan strategi 40% Rendah

permasalahan
4. Mendiagnosa masalah 30% Rendah
5. Melakukan evaluasi keberhasilan strategi 45,2% Sedang
6. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan 36,5% Rendah
Sumber : perolehan skor kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X MIA

SMA N 1 Jati Agung Tahun Pelajaran 2019/2020

Hasil Pra Penelitian pada tabel 1.1 menunjukakan bahwa pencapaian pada

setiap indicator kemampuan pemecahan masalah masih tergolong

rendah.Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuriyah S.Pd menjadi penguat hasil

pra penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik belum memadai.

Beberapa permasalahan yang dimiliki pada saat proses pembelajaran salah satunya

adalah format penilaian formatif yang belum digunakan dalam pembelajaran dan

tidaksesuaian model pembelajaran dengan penilaian yang akan dilakukan.

Dampak lain yang muncul pada saat pembelajaraan adalah kecendrungan

pendidik menggunkan metode konvensional mengakibatkan peseta didik menjadi

pasif. Pendidik hanya mengukur ranah pengetahuan berdasarkan hasil tes saja pada

setiap akhir kompetensi dasar (KD).Penilain semacam ini digolongkan dengan

penilaian sumatif.Penilaian sebaiknya tidak hanya dilaksanakan diakhir kompetensi

Dasar (KD).

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dilapangan diperlukanya model

pembelajaran dan assement yang tepat guna mendorong agar peserta didik menjadi

aktif dan mampu meningkatkan pemahaman terhadap konsep pembalajaran.Assement

formatif diberikan secara periodik untuk memantau kemajuan belajar peserta didik

4
selama proses belajar. Karena Penilaian formatif memilik kelebihan yaitu

dapatdigunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan

perbaikan.7Assement formatif digunakan untuk memperbaiki langkah-langkah dalam

pembelajaran seperti meotde pembelajaran, model pembelajaran.Kelebihan lainya

yaitu untuk menentukan pengetahuan dan keterampilan peseta didik, memberikan

informasi yang berkaitan dengan kemajuan pengajaran.Model assement formatif yang

diterapkan didalam kelas merupakan proses intruksi yang memiliki potensi yang

tinggi karena dapat memberikan informasi penilaian yang mampu mendukung proses

pembelajaran. 8

Model pembelajaran instad merupakan model pembelajaran yang mendorong

peseta didik lebih aktif dalam pembelajaran.Kemampuan pemecahan masalah

memerlukan kegiatan pembelajaran yang mendukung. Salah satunya dengan

menggunakan model pembelajaran komperatif tipe Stad dipadukan dengan inkuiri

(Instad) dapat menjadikan alternatif bagi pendidik untuk diterapkan dalam proses

pembelajaran, model pembelajaran Instad dapat menciptakan pangalaman,

pengetahuan baru, dalam kerja kelompok peserta didik tidak hanya bertanggung

jawab atas dirinya sendiri, melainkan tanggung jawab secara bersama saat diskusi

berlangsung, kelebihan model pembelajaran instad yaitu peserta didik dapat

memecahkan masalah dengan cara berkelompok. Sehingga solusi yang diterima

7 Dasri Rati, et al, “ Pelaksaana penilaian formatif dalam pembekajaran PPKN di SMP N 2
Lengayang”. Jurnal JCE. Vol 2. No 2 (2019)
8 Asih Sulistia Ningrum. “ Development of formatif assement models by guiden inquiry based to
foster self regulation of student high school “. Jurnal JPF. Vol VI. No 1 (2018)

5
semakin banyak, model pembelajaran instad mengajarkan peserta didik agar bisa

menghargai pendapat orang lain,

Model pembelajaran Instad melatih peserta didik untuk menyampaikan

pengetahuanya sendiri dalam diskusi berdasarkan pengalaman yang telah didapat dari

diskusi tersebut. Disisi lain model pembelajaran Instad memiliki kekurangan

menghabiskan waktu bagi pendidik sebagai fasilisator untuk menjelaskan materi

kepada peseta didik yang belum paham. Assement formatif dapat digunakan sebagai

solusi atas kelemahan tersebut.Assement formatif berguna sebagai umpan balik

(feedback)pada kelemahan-kelemahan kemampuan pemecahan pesert didik.

Apabila kita mengaitkan seluruh permasalahan dan hasil wawancara yang

peneliti lakukan terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik belum

memenuhin kriteria, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah penggunaan

assesment.Assesmen formatif belum digunakan pada model pembelajaran sehingga

kurangnya umpan balik (feedback) antara peserta didik dan pendidik belum

memadahi.Keberadaan umpan balik (feedback), penilaian teman dan penilaian diri

sendiri menjadi kunci keberhasilan assessment formatif karena.Keterbatasaan waktu

dan ruang yang menjadi hambatan yang pendidik rasakan sehingga pendidik tidak

dapat menggunakan penilaian secara objektif terhadap hasil belajar peserta didik.

Keterkaita model pembelajaraan Instad dengan assement formatif.Mengarah

pada model pembelajara instad karena model pembelajaran instad mengandung dua

kekuatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran biologi sebab mampu mengaktifkan

peserta didik dalam kegiatan penyelidikan, serta menjadikan peseta didik menjadi

mandiri bersama kelompok untuk mencapai tujuan belajar, model pembelajaraan

6
Instad menunjukkan potensi maksimal dalam melatih keterampilan metakognisi pada

peserta didik. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengembangan Assement Formatif Berbasisi Instad Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah dalam Mata Pembelajaran Biologi ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil uraian dari latar belakang masalah diatas, maka masalah yang

diidentifikasi sebagaiberikut :

1. Tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik SMA N 1 Jati Agung

masih tergolong rendah.

2. Assessment formatif belum digunakan dalam proses pembelajaran, sehinggi

perlu dilakukan assessment formatif agar dapat mengevaluasi pemahaman

peserta didik.

3. Model pembembelajaran yang digunakan menggunakan jangka panjang

sehingga perlunya assessment formatif dalam pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Guna memusatkan penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup

permasalahan yang akan di bahas sebagai berikut:

1. Penelitian ini terfokus pada assemenet formatif berbasis Instad

2. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi ekosistem kelas X

MIA SMA N 1 Jati Agung

3. Peneliti menggunakan pengembangan ADDIE yang terdiri atas 5 tahapan

yaitu: (Analisis, desain,pengembangan, implementasi, evalusi)

7
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah:

1. Bagaimana mengembangkan Assesment formatif berbasisi Instad untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi ekosistem ?

2. Bagimana keefektifan model pemebelajaran berbasis Instad dalam

pemebelajaran?

3. Bagimanan kelayakan model pembelajaran instad untuk mengikatkan

pemecahan masalah peserta didik dalam menyelesaikan soal ?

E. Tujuan Peneliti

Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti memiliki tujuan antara lain :

1. Untuk mengembangkan assesment formatif berbasis Instad untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi

ekosistem kelas X MIA.

2. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Instad dalam pembelajaran

3. Untuk mengetahui kelayakan model pembelajaran Instad dalam pembelajaran

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi peserta didik : dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

serta dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, peserta didik memiliki

pengetahuan- penhetahuan baru, meningkatkan semangat belajar,

8
2. Bagi pendidik : membantu mempermudahkan pendidik untuk melakukan

evaluasi kepada peserta didik serta dapat digunakan untuk memperbaiki

pembalajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi peneliti : penelitian ini memberikan manfaat berupa pengalaman

menulis untuk menjadi calon pendidik dan sebagai tempat untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari pergutuan tinggi.

H. Ruang Lingkup

1. Penelitian ini diterapkan pada peserta didik kelas X MIA di semester genap

di SMA N 1 Jati Agung Tahun Ajaran 2019/2020) pada materi ekosistem

2. Penelitian ini berlokasi di SMA N 1 Jati Agung yang bertempat di

margomulyo kecamatan jati agung lampung selatan.

3. Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysis,

Desaign, Development, Implementasi, Evaluation)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Asesment formatif

9
1. Pengertian assessment formatif

Assessment adalah serangkaian kegaiatan yang dirancang untuk

mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program

intruksional.Assessment bukan hanya mengukur dan menilai hasil akhir peserta

didik melainkan sangat kompleks untuk menilai system pengajaran itu sendiri.9

Karakteristik prosedur assessment.Prosedur assessment peserta didik

harus valid, reliable, practicable, fair dan berguna.Prosedur assesment yang

valid adalah mengukur tingkah laku peserta didik yang telah ditentukam dan

dirumuskan pada tujuan penialian. Prosedur asseement reliable adalah mengukur

kemampuan dengan memeberi pertanyaa, soal tes tertulis maupun tidak tertulis,

pengetesan menghasilkan hasil yang sama yang telah dicapai oleh kelompok

peserta didik dalam kondisi yang berbeda atau seimbang. Assessment fairness

dan usefulness karena assessment itu menggambarkan tingkahlaku-tingkah laku

yang diharapkan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.10

Asesment merupakan istilah umum yang didefinisikan sebagai sebuah

proses yang ditempuh untuk mendapatklan informasi yang digunakan dalam

rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum,

program-program dan kebijakan pendidikan, asesment sering pula disebut

sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu

komponen dalam evaluasi. Asesment secara sedrehana dapat diartikan sebagai

9Oemar Hamalik, Proses Belajara Mengajar. PT Bumi Aksara. 2013


10 Ibd oemar

10
proses pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan

aturan tertentu.

Assessment formatif menurut Black & William adalah keseluruhan aktivitas

guru atau siswa yang menyediakan informasi sebagai umpan balik (feedback)

untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar menagajar. Asesnent formatif tidak

dibuat untuk menggantikan tes tertulis (penilaian sumatif), melainkan upaya

untuk melengekapi keterbatasan tes tertulis yang hanya mengukur hasil akhir

tanpa melihat proses belajar siswa. Assessment ini dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung, mulai dari penyusunan bahan ajar sampai

dilakukannya penilaian sumatis.11

Kriteria model assessment formatif dalam lingkungan sekolah digunakan

untuk menilai kemampuan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.

Pengembangan assessment ini berpusat pada kemampuan peserta didik dalam

mengatur kegiatan pembelajaran. Menurut bahwa assessment formaif yang dapat

menunjang proses pembelajaran adalah: 1) identiflying the ‘gap’, 2) feedback, 3)

student involment, dan, 4) learning progressions.12

Assessment formatif digunakan untuk mengukur sejauh mana informasi hasil

belajar yang didapat selama proses pemebalajaran berlangsung. 13Dampak

penilaian formaif dapat memberikan dampak yang positif bagi peserta didik

11 , Inna Latifa Rahmawati, Hartono .et al.”Pengembangan Assesment Formatif Untuk


Meningkatkan Kemampuan Self Regulation Siswa Pada Tema Suhu Dan Perubahannya”,
semarang. UNS,2015. H, 843
12 Asih Sulistia Ningrum. “ pengembangan assesmen formatif berbasis inkuiri terbimbing untuk
menumbuhkan self regulation siswa SMA”. Tesis unila. 2017
13 Asih sulistia ningrum. Chandra ertikanto, et al. “Development Of Formative Assement
Models By Guided-Inquiry Based To Foster Self-Regulation Of Student High School”.
Jurnal JPS, Vol. VI No. 1. (Maret 2018), ISSN. 2442-4838.

11
terhadap pencapaian nilai akademik, hal tersebut dapat dilihat dari hasil pretes

dan postes, pada kelas yang diberikan pretes dengan mennunakan penilaian

assessment menghasilkan skor yang tinggi dibandingkan kelas yang diberi pretes

dan prostes tanpa assessment, assessment formatif sangat berperan penting dalam

penilaian yang di lakukan oleh pendidik, 14

Kegiatan pemberian nilai pada peserta didik hanya berupa skor pada

pertanyaan dan kuis. Para pendidik tidak memberikan feedback kepada peserta

didik tentanga hasil yang telah mereka capai selama proses pembelajaran. Untuk

mengetahui atau mengukur pengetahuan diri sendiri yang itu dengan cara

membuat catatan harian dan mengerjakan latihan-latihan yang telah sudah

diajarakan sehingga kita dapat mengevaluasi pengetahuan kita selama proses

pembelajaran. Assesment formatif itu memeberikan feedback kepada peserta

didik dengan pendidik, dengan tujuan untuk mengukur dan memperbaiki system

pembelajaran yang telah berlangsung.Dengan adanya feedback peserta didik

menjadi aktif, inovatif dan mampu berfikir kretif sehingga mampu memecahkan

masalah yang diberikan oleh pendidik.

2. Tujuan Assesment Formatif

Penilaian assesmenet formatif merupakan penialain yang dilakukan saat proses

pemebalajar berlangsung atau untuk mengukur pemahaman peserta didik.

Adapun tujuan dari assesment formatif adalah :

14 Intan Puspita Sari. Vita Ria Mustikasari, et. Al. “pengintergrasian penilaian formatif dalam
Pembelajaran IPA Berbasis Santifik Terhadap Pemahan Kosep Peserta didik”.Jurnal
Pendidikan IPA Veteran. Vol. 3 No. 1 (2019), ISSN 2598-0904.

12
1. Memperbaiki pengajaran proses pembelajaran

2. Mengikatkan pencapaian peserta didik pada akhir suatu pembelajaran

3. Pendidik dapat menggunka model pembelajaran yang baik.

4. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran15

3. Manfaat Assesment Formatif

Ada pun manfaat penilaian formatif bagi pendidi dan peserta didik:

a. Manfaat bagi pendidik : (1) pendidik padat mengetahui perkembangan

peserta didik dalam memahami dan menguasai materi pemebalajaran yang

telah disampaikan. Jika pendidik mengetahui tingkat kemampuan dan

penguasan materi pada peserta didik baik secara kelompok ataupun

individu, sehingga pendidik pada memebuat keputusan apakah materi yang

telah disampaikan akan disampaikan secara ulang atau tidak, jika pendidik

harus menulang materi pemebaljaran yang telah disampaikan maka

pendidik harus memilih metode,media,strategi yang tepat untuk

menyampaikan materi pembelajaran tersebut sehingga peserta didik akan

lebih mudah memahami dan menguasai materi pemebalajaran. (2) pendidik

dapat meningkatkan metode mengajar dan umpan balik (feedback) pada

proses belajar mengajar peserta didik. Pendidik padat memperkirakan hasil

penilaian sumatif, assesment formatif digunakan untuk mengevaluasi

peserta didik, biasanya dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung,

Sedangkan assesmen sumatif digunakan untuk mengukur pemahaman

15 Inna Latifa Rahmawati, Ibid. h 846

13
peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan, assesment sumatif

biasanya dilakukan diakhir pembelajaran.

b. manfaat bagi peserta didik, yaitu : (1) dalam belajar berkelanjutan, peserta

didik harus mengetahui susunan tingkatan bahan-bahan materi

pembelajaran, penilaian formatif dimaksud agar peserta didik dapat

mengetahui apakah mereka sudah mengetahui susunan tingkat bahan

pembelajaran yang akan disampaikan olehn pendidik. (2) melalui penilaian

formatif peserta didik akan mengetahui butir-butir soal bagian mana yang

sudah benar-benar dikuasi dan paham, dan butir-butir soal yang belum

dikuasai, hal tersebut merupakan feedback bagi peserta didik, sehingga

peserta didik dapat mengetahui bagian-bagian materi yang harus dipelajari

kembali, pembelajaran dapat dilakukan secara kelompok maupun individu.16

4. Cara menerapkan assesment formatif

Adapun cara untuk menerapkan Assessment formatif sebagai berikut :

1. Menentukan materi pemebelajaran

2. Menyatakan aspek dan tahapan pencapaian bagi materi pembelajaran

3. Menghubungkan elemen-elemen yang terdapat pada setiap materi

4. Membentuk soal ujian

5. Mencadangkan langkah susulan17

B. Model pembelajaran INSTAD

16 Zainal Arifin, Evaluasi pembelajara ( Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2011),h. 35

17 Inna Latifa Rahmawati,Hartono,Ibid, h. 846

14
1. Pengertian Model Pembelajaran INSTAD

Model pemebalajaran yaitu pedoman pembelajaran yang menjelaskan tentang

langkah-langkah belajar untuk memperoleh suatu tujuan belajar serta fungsi

belajar bagi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut dapat

memberikan arahan bagi pendidik untuk proses mengajar. Menurut Arends

mengemukakan model pembelajaran berpusat pada suatu pendekatan

pembelajaran tertentu seperti tujuan, sintak, lingkungan dan system

pengolahannya.18

Model pembelajara INSTAD (inquiry-STAD) merupakan perpaduan pendekatan

inkuiri dengan STAD yang memfasilitaskan peserta didik untuk melakukan

penemuan dalam kelompok kooperatif. Melalui strategi pembelajaran INSTAD

peseta didik diajarkan untuk menyelesaikan masalah/studi kasus dengan

memberikan pengajaran tersebut peserta didik akan berfikir secara kritis untuk

memecahkan masalah yang diberikan oleh pendidik. INSTAD dapat berlangsung

secara berkelompok dengan cara berdiskusi sehingga peserta didik yang memiliki

kemampuan berfikir rendah dapat seimbang dengan peserta didik yang memiliki

kemampuan berfikir tingkat tinggi, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan

semangat dalam mengikuti pembelajaran.19

Dengan perpaduan antara model pembelajaran STAD dan inkuiri akan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya

18 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inofatif Dalam Kurikulum 2013 ( Yogyakarta Ar-
Ruzz Media 2014) h. 23
19 Yasir Sidik, Baskoro Adi Prayitno, et al. “Pengaruh Strategi Pembelajaran INSTAD
Terhapad Keterampiran proses Sains. Seminar Nasional XI Biologi FKIP UNS.

15
melalui kelompok. Sintak pembelajaran INSTAD berpotensi untuk

memperdayakan hasil belajar kognitif.proses inkuiri dalam pembelajaran

INSTAD dan proses pemecahan masalah mrmiliki hubungan yaitu sama-sama

memiliki proses pembelajaran yang nantinya akan menghasilkan indicator

kemampuan yang sama.20

Komponen INSTAD terdiri atas beberapa tahapan yaitu: Pembelajaran dimulai

dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pemberian butir soal dalam

bentuk kelompok dapat berupa kuis, pertanyaan, pemberian penghargaan kepada

kelompok yang dapat menjawab butir soal dengan tepat merupakan ciri khas

dalam pembelajaran INSTAD. Hal tersebut dapat meningkatkan semangat

peserta didik dalam menjawab kuis, pertanyaan yang telah diberikan. Belajar

dalam kelompok yang hetrogen memungkinkan terjadinya proses diskusi saling

bertukar pikiran dan pendapat antara peserta didik dengan kelompok tersebut.21

2. Langkah- langkah model pembelajaran inquiri student team

achievement devision

Dalam pembelajaran model pembelajaran terdapat lima tahapan yaitu :

a. Tahap I : Presentasi Guru

20 Nurhidaysh, Usman Mulbar.” (Inquiry-STAD) Terhadap Motivasi Dan Kemapuan


Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Kelas VII SMPN 5 Wonomulyo Kabupaten
Polewali Mandar.Jurnal Pepatuzdu. Vol 9. No 1( mei 2015)

21 Richie Erina, Heru Kusmanto” pengaruh Model Pembelajaran INSTAD Terhadap Kemapuan
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika DI SMA”.Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA. Vol 1. No 2 ( Okboter 2015). h, 202-211

16
1) Pendidik membentuk peserta didik menjadi

beberapa kelompok secara heterogen.

2) Pendidik menjelaskan terlebih dahulu materi

pembelajaran kepada peserta didik.

b. Tahap 2 : kerja kelompok

1) Pendidik memberikan tiap kelompok buku

pembelajaran yang berisikan tentang masalah.

2) Pendidik mengamati setiap aktivitas yang dilakukan

peserta didik dalam kelompok.

3) Pendidik membimbing peserta didik dalam

kelompoknya.

4) Pendidik memeberikan kesempatan tiap kelompok

untuk membuktikan hipotesis.

c. Tahap 3 : Pengulangan (Presentasi hasil)

1) Pendidik meminta tiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi dari penyelesian

masalah tersebut.

d. Tahap 4 : Tes individu

1) Pendidik memeberikan tes individu untuk peserta

didik, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat penguasaan materi yang telah

disampaikan.

e. Tahap 5 : Penghargaan

17
1) Pendidik memberikan penghargaan kepada

kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.

Dengan adanya penghargaan peserta didik menjadi

lebih semangat dalam menjawab butir soal yang

telah diberikan.22

3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri student team

achievement division (Instad)

a. kekurangan model pemebalajaran Instad

1. sejumlah peserta didik masih bingung karena belum terbiasa

dengan model pembelajaran komperatif tipe instad

2. pendidik pada awal pembelajaran akan memebuat kesalahan-

kesalahan dalam pengolahan kelas

b. kelebihan model pembelajaran instad

1. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berfikir

kritis dalam kerjasama dalam kelompok.

2. Dapat memebantu menghubungkan antara pribadi yang positif

yang berasal dari ras yang berbeda

3. Menerapkan bimbingan dengan teman

4. Dapat menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai

ilmiah.23
22 Kistanti Elok Mumpuni. “Pemberdayaan Hasil Belajar Kognitif Biologi Melalui Strategi
Pembelajaran Instad Kemampuan Akademik Berbeda” Seminar Nasional IX Pendidikan
Biologi FKIP UNS
23 Sestu Mintarsih, Zico Fakhrur Rozi. et. al. “ Pengaruh Model Pembelajaran INSTAD (Inquiry-
stad) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Muara Beliti Tahub Pelajaran
2015/2016”. Jurnal Pendidikan Biologi STKIP- PGRI Lubuklinggau.2016

18
C. Kemampuan pemecahan masalah

1. Pengertian kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

seseorang untuk melangsungkkan kehidupan sehari-hari. Menurut travers

pemecahan masalah adalah suatu kemampuan yang terstruktur yang harus

diterapkan pada situasi permasalahan yang baru karena yang dipelajari

merupakan procedural yang berorientasi pada proses.24

Keterampilan pemecahan masalah yaitu suatu keterampilan dasar yang sangat

dibutuhkan oleh peserta didik, sebab salah satu bagian dari proses pemecahan

masalah adalah pengambilan keputusan.(decision moking) yang artinya memilih

solusi terbaik dari berbagai sumber yang tersedia. Mukhopadhyay (2013)

menyatakan bahwa aktivitas pemecahan masalah membantu peserta didik untuk

memperoleh pengetahuan baru dan mencapai tujuan pembelajaran. Pemecahan

masalah adalah cara dimana seorang individu menggunakan pengetahuan yang

sebelumnya belum diperoleh dan untuk memenuhi tujuan pemebelajaran pada

keadaan yang berbeda. Peserta didik harus menguasai materi yang telah

dipelajarai dan menerapkanya dalam situasi yang baru dan berbeda. Menurut

Greenstain pemecahan masalah merupakan proses dasar untuk mengidentifikasi

masalah, mempertimbangan pilihan, dan membuat pilihan informasi. Hal ini

digunakan ketika jawaban dan solusi tidak ada.25

24Made Wena, Strategi Pembelajaran Inofatif Kontemporer.(Jakarta: PT Bumi aksara.2012)


25 Irma Suryani Idris, Arsad Bahri. “Pemberdayaa Keterampilan Pemevahan Masalah Dalam
Pembelajaran Biologi Melalui PBL”.seminar Nasional Pendidikan Biologi (JUNI 2018)

19
Menurut beberapa pedapat ahli peneliti dapat menarik kesimpulan,bahwan

kemampuan pemecahan masalah merupakan proses dasar bagi peserta didik

untuk menyelesaikan yang membantu peserta didik untuk memeperoleh

pengetahuan baru yang belum diperoleh, sehingga peserta didik berfikir kritis

untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Kemampuan pemecahan masalah seharusnya sudah ditanamkan dari sekolah

dasar sehingga kemampuan peserta didik menjadi lebih baik dan terasah

sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemuinya dalam

kehidupan sehari-hari. Jika kemampuan pemecahan masalah telah diterapkan dari

sekolah dasar peserta didik akan menjadi lebih paham dan tidak mengalami

kesulutian dalam memecahkan masalah baru. Tetapi, tidak semua peserta didik

memiliki kekampuan memecahkan masalah yang diharapkan.

2. Kelebihan dan kekurangan pemecahan masalah

a. Kelebihan pemecahan masalah

1. Dapat membantu peserta didik menghayati kehidupan sehari- hari.

2. Dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi

dan memecahkan masalah secara terampil.

3. Dapat mengembangkan kemamapuan berfikir peserta didik secara

kreatif.

4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalah.

5. Berfikir dan bertindak kretif

6. Mengidentifikasi dan melakuksn penyelidikan.

20
7. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik untuk

menyelesaikan masalah yang dihaapi dengan tepat.

8. Dapat membantu pendidik lebih untuk mencapai tujuan

pemebelajaran.

b. Kekurangan pemecahan masalah

1. Memerluka cukup banyak waktu

2. Melibatkan lebih banyak orang

3. Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan

mendengarkan dan menerima informasi yang telah diberikan oleh

pendidk

4. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode

tersebut.26

3. Langkah-langkah pemecahan masalah

Menurut Dewey langkah-langkah dalam pemecahan masalah terdari

dari 4 langkah sebagai berikut :

1. Peserta didik sadaran akan adanya masalah

2. Peserta didik mampu Merumuskan masalah,

3. Peseta didik mengolah data dan mengumpulkan data

4. Peserta didik Menguji hipotesis-hipotesis, kemudian menerima

hipotesis yang benar

26 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inofatif dalam Kurikulum 2013 ( Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Media, 2016), h. 137

21
Tetapi pemecahan masalah tidak selalu mengikuti urutan yang teratur,

misalnya masalah-masalah pendidikan telah dikenal orang dari dahulu, dan telah

banyak hipotesis pemecah dirumuskan dan diuji cobakan.tetapi, orang-orang

masih berusaha merumuskan masalah-masalah itu dengan langkah-langkah yang

menurut mereka lebih cepat selesai dan lebih tepat untuk digunakan dalam

menyelesaikan masalah yang ditemuinya.27

4. Indikator pemecahan masalah

David johsan & Johnsan dalam buku wina sanjaya menyebutkan terdapat lima

Indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu :

1. Mengidefinisikan masalah

Adalah merumuskan masalah dari sebuat peristiwa atau studi kasus yang

mengandung isu konflik sehingga peserta didik menegatahui dengan jelas

masalah yang akan dikaji dalam soal tersebut. Dalam tahap ini peserta didik

di minta untuk menyampaikan pendapatnya dan dapat menjelaskan peristiwa

tersebut untuk dipecahkan.

2. Mengdiagnosis masalah

Yaitu menentukan sebab terjadinya suatu permasalahn serta menganalisis

berbagai faktor baik faktor pengahambat maupun faktor pendukung

3. Merumuskan alternative strategi

Yaitu menguji tindakan yang telah dirumuskan dengan diskusi kelas

4. Menentukan dan menetapkan strategi pilihan

27 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010)

22
Yaitu pada tahan ini harus menentukan strategi yang di terapkan dalam

membuat soal

5. Melakukan evaluasi

6. Menentukan dan menerapkan strategi keberhasilan

Pada tahap ini terdapat dua jenis evaluasi, yatu evaluasi proses yang

mengevaluasi keseluruhan kegiatan, sedangkan evaluasi hasil yaitu

mengevaluasi akibat dari penerapan strategi yang telah diterapkan28

D. Pengembangan

1. Pengertian pengembangan

Pengembangan diartikan sebagai proses untuk memperluas atau memperdalam

pengetahuan yang telah ada. Misal mengembangkan media, membuat produk

atau memperbaiki produk-produk perlu diperbaiki. Sugiyono berpendapat

bahwa, metode penelitian dan pengembangan yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk-produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut.untuk menghasilkan produk tertentu digunakan

penelitian yang bersifat analisis kebutuhan (digunakan metode survey dan

metode kualitatif) dan untuk menguji kefektifan produk tersebut supaya dapat

berfungsi dimasyarakat luas, maka diperlukan untuk menguji produk tersebut

(digunakan metode eksperimen).29

28 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran BerorientasI Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group,2006). h. 217-218
29 Sri Haryanti,.”Research And Development (R&D) Sebagai Salah Satu Model Penelitian Dalam
Bidang pendidikan”. Jurnal FKIP-UM. Vol. 37 No. 1 ( sepetember 2012)

23
Van den akter dan plomp mengembangakan penelitian pengembangan

berdasarkan dua tujuan yaitu :

a. Pengembangan propeti produk

b. Perumusan saran-saran metodelogis untuk mendesain dan

mengevaluasi prototype produk tersebut.30

2. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan ADDIE

lima tahapan yaitu :

a) Analysis (analisa)

Analysis (analisa) yaitu melakukan needs assessment (analisis

kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan

analisis tugas (task analysis).

b) Design (desain/perancangan)

Tahap ini merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (spesifik,

measurable, applicable, realistic, and timebound).Selanjutnya menyusun

tes, dimana tes tersebut harus didasari pada tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan.Kemudian tentukan strategi pemeblajaran yang tepat

untuk digunakan dalam pembelajaran.

c) Development ( pengembangan)

Satu langkah penting dalam pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementaskan.

30 Hanafi, “Konsep Penelitian R&D Dalam Bidang Pendidikan”.Jurnal kasian Islam.Vol 4. No 2


(Desember 2017)

24
d) Implementation ( implementasi/eksekusi)

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system

pembelajaran.

e) Evaluation ( evaluasi/umpan balik)

evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk yang diuji cobakan

berhasil hasil sesuai dengan tujan awal pembelajaran atau tidak. Evaluasi

yang terjadi pada empat tahap tersebut dinamakan evaluasi formatif,

karena tujuanya untuk kebutuhan revisi.31

E. Penelitian relevan

Untuk memeperkuat penelitian maka perlu diberika referensi yang relevan

dengan tujuan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Penerapan assesment formatif untuk meningkatkan self regulation dan

penguasaan konsep pendidikan lingkungan hidup mahasiswa biologi”

oleh Eka Kurniawati, dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa ada

perubahan yang signifikan saat assesment formatif digunakan.

Peningkatan habitat of mind pada katagori self regulation terjadi setelah

penerapan assesment formatif yang diberikan secara bertahap melalui

pemberian umpan balik pada penyelesaian task,per assesmentberupa

lembar soal observasi kinerja kelompok pada saat proses presentasi dan

dilakukan diakhir pembelajaran.32


31 Anita Trisiana, Wartoyo, “ Desain Pengembangan Model Pembelajaran Kewarganegaraan
Melalui ADDIE Model Untuk Meningkatkan Karakter Mahasiswa Di Universitas Slamet Riyadi
Surakarta”. Jurnal Fkip UNSRI Surakarta.Vol 11. No 1 ( juni 2016)
32 Eka lartika Wati, “ Penerapan Assesment Formatif Untuk Meningkatkan Self Regulation Dan
Penguasaan konsep Pendidikan lingkungan Hidup Mahasiswa Pendidikan Biologi”. Jurnal
Bio-Natural, FKIP UHAMKA, Vol III No. 2, ( September 2016) h. 25

25
2. Pengintergrasian penilaian formatif dalam pembelajaran IPA berbasis

saintifik terhadap pemahaman konsep peserta didik” oleh intan puspita

sari, mengatakan bahwa penilian formatif member pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan pemahaman konsep peserta didik.33

F. Kerangka Berfikir

Dalam proses belajar peserta didik tidak hanya diberikan pengetahuan saja,

melainkan menyiapkan situasi yang mendorong peserta didik untuk bertanya,

mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta, dan konsep

sendiri, oleh sebab itu dalam pembelajaran terutama pada pembelajaran Biologi

memerlukan model pembelajaran yang mampu membuat peserta didik menjadi

lebih aktif, kreatif dan mampu menemukan ide-ide baru dalam proses

pembelajaran, adanya feedback dalam proses pembelajaran dapat mendorong

peserta didik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah yaitu model pembelajaran

INSTAD belum diterapkan pada saat proses pembelajran berlangsung,dalam

lingkungan sekolah assesment fornmatif belum memadahi. Kemampuan

pemecahan masalah masih rendah, hal tersebut disebabkan karena model

pemebelajaran yang diterapkan oleh pendidik belum tepat untuk diterapkan

dalam mencapai tujuan pembelajan. Model assesment formatif adalah model

assesment yang menekankan sejauh mana konsep yang diajarkan dapat diterima

oleh peserta didik. Asesmnet formatif digunakan selama pembelajaran yang

33 Intan Puspita Sari, dkk. Op. Cit . 2019

26
bertujuan untuk mengamati dan meninjau proses pembelajaran. Keberhasilan

model assessment ini sangat berpengaruh dengan model pembelajaran yang

digunakan, model pembelajaran Instad adalah model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu assessment

formatif dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk mengevaluasi kemajuan

belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, untuk memberika

feedback bagi penyempurnaan program pemeblajaran, serta untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki, sehingga perlu dikembangkan

assessment formatif berbasis Instad untuk meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah.

Diagram kerangka berfikir

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengadaptasi model

pengembangan ADDIEl. Tujuan metode penelitian pengembangan ini digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, serta menguji keefektifan produk tersebut.

Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat

28
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut dapat

digunakan dimasyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji

kelayakan produk tersebut.34

Pada penelitian ini dikembangan assessment formatif berbasis Instad

untuk mengingkatkan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik yang

bersubjeknya peserta didik SMAN 1 Jati Agung.

B. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksankan di SMAN 1 Jati Agung. Penelitian akan

dilaksankan pada bulan april 2020. Uji coba produk sekala terbatas akan

dilaksankan di SMAN 1 Jati Agung pada semester genap tahun pelajaran

2020/2021 dikelas XI.

C. Prosedur pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan mengunakan mpdel yang

dikembangkan oleh Robert Maribe Branch, berdasarkan filosofi pendidikan

penerapan ADDIE harus bersifat student center, inovatif, otentik dan

inspiratif.Langkah- langkah model pembelajaran ADDIE yaitu :

34 Anisa Trisiana, OP Cit.

29
Model pengemabangan ADDIE

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan ADDIE

lima tahapan yaitu :

f) Analysis (analisa)

Analysis (analisa) yaitu melakukan needs assessment (analisis

kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan

analisis tugas (task analysis).

g) Design (desain/perancangan)

Tahap ini merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (spesifik,

measurable, applicable, realistic, and timebound).Selanjutnya

menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasari pada tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan.Kemudian tentukan strategi

pemeblajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran.

30
h) Development ( pengembangan)

Satu langkah penting dalam pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementaskan.

i) Implementation ( implementasi/eksekusi)

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system

pembelajaran.

j) Evaluation ( evaluasi/umpan balik)

evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk yang diuji cobakan

berhasil hasil sesuai dengan tujan awal pembelajaran atau tidak.

Evaluasi yang terjadi pada empat tahap tersebut dinamakan evaluasi

formatif, karena tujuanya untuk kebutuhan revisi.35

D. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tes

Pengumpulan data dengan teknik tes dilakukan dengan cara memebrikan soal

tes yang berupa soal essay kemampuan pemecahan masalah yang bertujuan

untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

2. Wawancara

35 Anita Trisiana, Wartoyo, Op. Cit. 2016

31
Wawancara dilakukakn dengan Tanya jawab kepada narasumber, yang

bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi tersebut berupa gambar

E. Teknik Pengmpulan Data

Pada penelitian ini analisi pengumpulan data meliputi:

1. Angket

a. Angket kebutuhan

Angket kebutuhan pengambangan produk assesment formatif pada mata

pelajaran biologi dikalas X MIPA, yang bertujuan untuk mengetahun kebutuhan

peseta didik. Angket tersebut disajikan dalam bentuk data.

b. Angket validasi

Pada penelitian ini mengguankan skala pengukuran penelitian pengembangan

yang dimodifikasi oleh riduwan.untuk keperluan analisi kuantitatif, maka

jawaban tersebut dapat diberi skor seperti yang di sajikan pada table berikut :

Table skala liket.36

No Analisi kuantitatif Skor


1 Sangat setuju 4
2 Setuju 3
3 Tidak Setuju 2
4 Sangat tidak setuju 1

Nilai yang diberikan pada angekt tersebut yaitu skor satu sampai 4, untuk

respon sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.Hal tersebut

36Riduwan.Dasar-Dasar Statistik, ( Bandung, Alfabeta, 2009), h. 39

32
menggambarkan posisi yang negative keposisi yang sangat positif.Tingakt

pengukuran skala dalam penelitian ini menggunakan interval.Respon netral sengaja

dihilangkan, sehingga responden dapat menujukan pendapatnya dan sikap terhadap

pertanyaan yang diajukan oleh kuesioner.Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi

kesalahan dalam metode skala likert yaitu kesalahan kecenderungan menengah.Data

interval tersebut dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan

skor setiap jawaban dari responden.

Persentase Jawaban Responden = Jumlah Skor Yang diperoleh X 100%

Jumlah Skor Tertinggi/ ideal

Presentasi jawaban responden yang didapatkan kemudian diinterpretasikan

kedalam katagori berdasarkan table berikut:

Table kriteria kelayakan

Skor rata-rata (%) Katagori


25%<V<43,75% Sangat tidak layak
43,75%<V <62,5% Tidak layak
62,5%<V<81,25% Layak
81,25%< V<100% Sangat layak

Assesment formatif dinyatakan layak secara teoritis apabila peesentase

kelayakannya adalah > 62,5%37

c. Angket tanggapan guru dan siswa setelah melakukan ujicoba produk

Angket tanggapan guru dan peserta didik stelah dilakukan ujicoba produk.Angket

tanggapan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan terhadap buku

soal yang telah dikembangkan.Angket tanggapan diisi oleh pendidik dan peserta

37 Riduwan, ibid, h,40-41

33
didik.Angket tanggapan berisi pertanyaan dari penelitian, identitas responden

petunjuk pengisian, dan item pertanyaa.Angket tanggapan bersifat kuantitatif data

dapat diolah secara penyajian persentase dengan menggunakan skala likert sebagai

skala pengukur.Diskala ini disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan di ikuti oleh 4

respon.Pengukuran skala ini disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan diikuti

dengan empat respon.

Table 3.1 skala likert

NO Analisi kuantitatif Skor


1 Sangat setuju 4
2 Setuju 3
3 Tidak setuju 2
4 Sangat tidak setuju 1

Nilai yang telah diberikan adalah satu sampai empat untuk respons sangat

setuju,setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Yang menggambarkan posisi yang

sangat negative ke posisi yang sangat positif.Tingkat pengukuran dalam skala dalam

penelitian ini menggunaka interval.Respon netral sengaja dihilangkan, sehingga

responden dapat menunjukkan sikap ataupun pendapat terhadap pertanyaan yang

diajukan oleh kuesioner.Hal ini dilakukan untuk menghidari kesalahan dalam metode

skala likert yaitu kesalahan kecenderung menengah.Data interval tersebut dapat

dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban bedasarkan skorsimg setiap jawaban

dari responden.

Persentase Jawaban Responden = Jumlah Skor Yang diperoleh X 100%

Jumlah Skor Tertinggi/ ideal

34
Presentasi jawaban responden yang didapatkan kemudian diinterpretasikan

kedalam katagori berdasarkan table berikut:

Table kriteria kelayakan

Skor rata-rata (%) Katagori


25%<V<43,75% Sangat tidak layak
43,75%<V <62,5% Tidak layak
62,5%<V<81,25% Layak
81,25%< V<100% Sangat layak

Assesment formatif dinyatakan layak secara teoritis apabila peesentase

kelayakannya adalah > 62,5%.38

38 Riduwan, Ibid, h. 40-41

35
DAFTAR PUSTAKA

Asih sulistia ningrum. Chandra ertikanto, et al. “Development Of Formative

Assement Models By Guided-Inquiry Based To Foster Self-Regulation Of

Student High School”. Jurnal JPS, Vol. VI No. 1. Maret 2018.

Aep Saepudin, “ Analisis Keterampilan Menjelaskan dan Kemampuan Pemecahan


Masalah Pada Konsep Ekositem melalui Implementasi Model Jigsaw “.
Jurnal JEMS ( Jurnal Edukasi Matematika dan sains. Vol 6 No 1 (2018)
Anita Trisiana, Wartoyo. “Desain Pengembangan Model Pembelajaran
Kewarganegaraan Melalui ADDIE Model Untuk Meningkatkan Karakter
Mahasiswa Di Universitas Slamet Riyadi Surakarta”.Jurnal Fkip UNSRI
Surakarta.Vol 11. No 1 ( juni 2016)
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inofatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta:

Ar-Ruzz. Media, 2016)

Asih Sulistia Ningrum. “ pengembangan assesmen formstif berbasis inkuiri

terbimbing untuk menumbuhkan self regulation siswa SMA”. Tesis unila.

2017

Conny Semiawan, dkk, Pendekatan keterampilan proses sains, (PT Gramedia, 1988),
h.14
Dasri Rati, et al, “ Pelaksaana penilaian formatif dalam pembekajaran PPKN di SMP
N 2 Lengayang”. Jurnal JCE. Vol 2. No 2 (2019)
Eka Sumiantari, et al “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Siswa Kelas VIII SMP “.
Jurnal PPSI. Vol 2 No 1 (April 2019)

36
Erina Sringoringo, Mimi Rohazal, et al. “Kemampuan pemecahan Masalah Siswa

Kelas XI SMA MateriSuhu Dan Kalor”. Jurnal Pendidikan Matematika Dan

sains. Vol VI. No 2. 2018, h. 114-122

Eka lartika Wati, “ Penerapan Assesment Formatif Untuk Meningkatkan Self

Regulation Dan Penguasaan konsep Pendidikan lingkungan Hidup Mahasiswa

Pendidikan Biologi”. Jurnal Bio-Natural, FKIP UHAMKA, Vol III No. 2.

September 2016

Hanafi, “Konsep Penelitian R&D Dalam Bidang Pendidikan”.Jurnal kasian


Islam.Vol 4. No 2 (Desember 2017)
Irma Suryani Idris, Arsad Bahri. “Pemberdayaa Keterampilan Pemevahan Masalah

Dalam Pembelajaran Biologi Melalui PBL”.seminar Nasional Pendidikan

Biologi. ISBN 978-602-61265-2-8, JUNI 2018

Inna Latifa Rahmawati, Hartono .et al.” Pengembangan Assesment Formatif Untuk

Meningkatkan Kemampuan Self Regulation Siswa Pada Tema Suhu Dan

Perubahannya”, semarang. UNS, 2015.h, 843

Intan Puspita Sari. Vita Ria Mustikasari, et. Al. “pengintergrasian penilaian formatif

dalam Pembelajaran IPA Berbasis Santifik Terhadap Pemahan Kosep Peserta

didik”.Jurnal Pendidikan IPA Veteran. Vol. 3 No. 1 2019. ISSN 2598-0904.

Kistanti Elok Mumpuni. “Pemberdayaan Hasil Belajar Kognitif Biologi Melalui

Strategi Pembelajaran Instad Kemampuan Akademik Berbeda” Seminar

Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS

Kadek Hengky Primayana. “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan


Masalah Berorientasi Pembuatan Karakter Untuk Mencapai Tujuan Higher

37
Thingking Skill (HOTS) Pada Anak Sekolahan Dasar”.Jurnal Agama dan
Budaya, Vol. 3 No. 2 (September 2019) h, 85-92
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inofatif Kontemporer.(Jakarta: PT Bumi

aksara.2012)

Nurhidayah, Usman Mulbar.” (Inquiry-STAD) Terhadap Motivasi Dan Kemapuan

Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Kelas VII SMPN 5

Rika Rahma Wati, Isnaini. “Desain Didaktis Berbasis Model Inkuiri Untuk

Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”.Jurnal

Matematika Dan Pemelajaran, Vol. 6 .No. 2 (Desember 2018) , h. 138-147

Riduwan.Dasar-Dasar Statistik,( Bandung, Alfabeta, 2009),

Richie Erina, Heru Kusmanto” pengaruh Model Pembelajaran INSTAD Terhadap

Kemapuan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika DI

SMA”.Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol 1. No 2. Okboter 2015

Sri Rahmawati, Sentot Kusairi, “Analisis Penguasaa konsep siswa Yang Belajar

Materi Momentum Dan Implus Berbasis Saintific Aproach Disertai Formatif

Assesment Berbasis WEB,” Jurnal Pembelajaran Sains. Vol 03. No 01.

2019

Sri Haryanti,.”Research And Development (R&D) Sebagai Salah Satu Model

Penelitian Dalam Bidang pendidikan”. Jurnal FKIP-UM. Vol. 37 No. 1

.sepetember 2012

Sudiyanto, Bandrun et al. “ Pengembangan Model Assement As Learning

pembelajaran Akutansi Di SMK”. Jurnal penelitian dan Evaluasi

Pendidikan”.Vol 19. No 2. Desember 2015

38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). (Bandung: Alfabeta, 2013)

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya. Jakarta: PT Rineka

Cipta. 2015

Sestu Mintarsih, Zico Fakhrur Rozi. et. al. “ Pengaruh Model Pembelajaran INSTAD

(Inquiry-stad) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA N 1

Muara Beliti Tahub Pelajaran 2015/2016”. Jurnal Pendidikan Biologi STKIP-

PGRI Lubuklinggau.2016

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran BerorientasI Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2006).

Yasir Sidik, Baskoro Adi Prayitno, et al. “Pengaruh Strategi Pembelajaran INSTAD

Terhapad Keterampiran proses Sains. Seminar Nasional XI Biologi FKIP

UNS.

Zainal Arifin, Evaluasi pembelajara ( Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2011)

39

Anda mungkin juga menyukai