Eva Revisi Bu Aulia 28
Eva Revisi Bu Aulia 28
Proposal
Oleh:
EVA YULIAWATI
NPM. 1611060472
1440 H/ 2020 M
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 7
C. Batasan Masalah 7
D. Rumusan Masalah 8
E. Tujuan Peneliti 8
F. Manfaat Peneliti 8
D. Pengembangan R&D 23
E. Penelitian Relevan 25
F. Kerangka Berfikir 27
A. Metode Penelitian 29
2
C. Prosedur pengembangan 29
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
baik dalam pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu, bidang pendidikan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bersaing dengan
1 Conny Semiawan, dkk, Pendekatan keterampilan proses sains, (PT Gramedia, 1988), h.14
2 Nur Isnaini Hanifa, et al, "Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X IPA Pada Materi
Perubahan Lingkungan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya" Jurnal Penelitian pendidikan Biologi. Vol
2. N0 2 (2018),h. 121-128
1
yang dimiliki. sesuai dengan pendapat Taconis yang menyatakan bahwa pada
memecahkan masalah.3
sebelumnya, yang digunakan untuk memecahkan masalah baru. Peseta didik yang
dimiliki peserta didik, karena memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik
3 Erina Sringoringo, Mimi Rohazal, et al. “Kemampuan pemecahan Masalah Siswa Kelas XI SMA
MateriSuhu Dan Kalor”. Jurnal Pendidikan Matematika Dan sains.Vol. VI. No 2. ( 2018) h. 114-
122
4 Kadek Hengky Primayana. “Menciptakan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Berorientasi
Pembuatan Karakter Untuk Mencapai Tujuan Higher Thingking Skill (HOTS) Pada Anak Sekolahan
Dasar”.Jurnal Agama dan Budaya, Vol. 3 No. 2 (September 2019) h, 85-92
2
pemecahan masalah dan mampu menetapkan solusi terbaik untuk memecahkan
masalah.5
Science).Hasil penelitian dari TIMSS pada tahun 2011 skor yang diperoleh
Indonesia 406 yang merupaka skor terkecil pada nomor lima, sedangkan pada
tahun 2015 Indonesia memperoleh skor 397 yang merupakan skor terkecil nomor
empat dari 64 negara. Skor yang diperoleh menepatkan Indonesia pada predikat
Low Science Benchmark. Berdasarkan predikat yang diperoleh pada TIMSS 2011
dan 2015 peserta didik belum mampu mendemontrasikan dan menjelaskan konsep
pemecahan masalah di SMA N 1 Jati Agung yang diukur melalui soal tes
Table 1.1
pesertasi Penilaian
1. Mengidentifikasi masalah 42, 3% Sedang
3
2. Merumuskan alternative strategi 35,4% Rendah
3. Menentukan dan menerapkan strategi 40% Rendah
permasalahan
4. Mendiagnosa masalah 30% Rendah
5. Melakukan evaluasi keberhasilan strategi 45,2% Sedang
6. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan 36,5% Rendah
Sumber : perolehan skor kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X MIA
Hasil Pra Penelitian pada tabel 1.1 menunjukakan bahwa pencapaian pada
rendah.Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nuriyah S.Pd menjadi penguat hasil
pra penelitian bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik belum memadai.
Beberapa permasalahan yang dimiliki pada saat proses pembelajaran salah satunya
adalah format penilaian formatif yang belum digunakan dalam pembelajaran dan
pasif. Pendidik hanya mengukur ranah pengetahuan berdasarkan hasil tes saja pada
Dasar (KD).
pembelajaran dan assement yang tepat guna mendorong agar peserta didik menjadi
formatif diberikan secara periodik untuk memantau kemajuan belajar peserta didik
4
selama proses belajar. Karena Penilaian formatif memilik kelebihan yaitu
diterapkan didalam kelas merupakan proses intruksi yang memiliki potensi yang
tinggi karena dapat memberikan informasi penilaian yang mampu mendukung proses
pembelajaran. 8
(Instad) dapat menjadikan alternatif bagi pendidik untuk diterapkan dalam proses
pengetahuan baru, dalam kerja kelompok peserta didik tidak hanya bertanggung
jawab atas dirinya sendiri, melainkan tanggung jawab secara bersama saat diskusi
7 Dasri Rati, et al, “ Pelaksaana penilaian formatif dalam pembekajaran PPKN di SMP N 2
Lengayang”. Jurnal JCE. Vol 2. No 2 (2019)
8 Asih Sulistia Ningrum. “ Development of formatif assement models by guiden inquiry based to
foster self regulation of student high school “. Jurnal JPF. Vol VI. No 1 (2018)
5
semakin banyak, model pembelajaran instad mengajarkan peserta didik agar bisa
pengetahuanya sendiri dalam diskusi berdasarkan pengalaman yang telah didapat dari
kepada peseta didik yang belum paham. Assement formatif dapat digunakan sebagai
peneliti lakukan terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik belum
kurangnya umpan balik (feedback) antara peserta didik dan pendidik belum
dan ruang yang menjadi hambatan yang pendidik rasakan sehingga pendidik tidak
dapat menggunakan penilaian secara objektif terhadap hasil belajar peserta didik.
pada model pembelajara instad karena model pembelajaran instad mengandung dua
peserta didik dalam kegiatan penyelidikan, serta menjadikan peseta didik menjadi
6
Instad menunjukkan potensi maksimal dalam melatih keterampilan metakognisi pada
peserta didik. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil uraian dari latar belakang masalah diatas, maka masalah yang
diidentifikasi sebagaiberikut :
peserta didik.
C. Batasan Masalah
2. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi ekosistem kelas X
7
D. Rumusan Masalah
pemebelajaran?
E. Tujuan Peneliti
F. Manfaat penelitian
8
2. Bagi pendidik : membantu mempermudahkan pendidik untuk melakukan
H. Ruang Lingkup
1. Penelitian ini diterapkan pada peserta didik kelas X MIA di semester genap
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Asesment formatif
9
1. Pengertian assessment formatif
mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program
didik melainkan sangat kompleks untuk menilai system pengajaran itu sendiri.9
valid adalah mengukur tingkah laku peserta didik yang telah ditentukam dan
kemampuan dengan memeberi pertanyaa, soal tes tertulis maupun tidak tertulis,
pengetesan menghasilkan hasil yang sama yang telah dicapai oleh kelompok
peserta didik dalam kondisi yang berbeda atau seimbang. Assessment fairness
sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu
10
proses pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan
aturan tertentu.
guru atau siswa yang menyediakan informasi sebagai umpan balik (feedback)
untuk melengekapi keterbatasan tes tertulis yang hanya mengukur hasil akhir
tanpa melihat proses belajar siswa. Assessment ini dilakukan selama proses
penilaian formaif dapat memberikan dampak yang positif bagi peserta didik
11
terhadap pencapaian nilai akademik, hal tersebut dapat dilihat dari hasil pretes
dan postes, pada kelas yang diberikan pretes dengan mennunakan penilaian
assessment menghasilkan skor yang tinggi dibandingkan kelas yang diberi pretes
dan prostes tanpa assessment, assessment formatif sangat berperan penting dalam
Kegiatan pemberian nilai pada peserta didik hanya berupa skor pada
pertanyaan dan kuis. Para pendidik tidak memberikan feedback kepada peserta
didik tentanga hasil yang telah mereka capai selama proses pembelajaran. Untuk
mengetahui atau mengukur pengetahuan diri sendiri yang itu dengan cara
didik dengan pendidik, dengan tujuan untuk mengukur dan memperbaiki system
menjadi aktif, inovatif dan mampu berfikir kretif sehingga mampu memecahkan
14 Intan Puspita Sari. Vita Ria Mustikasari, et. Al. “pengintergrasian penilaian formatif dalam
Pembelajaran IPA Berbasis Santifik Terhadap Pemahan Kosep Peserta didik”.Jurnal
Pendidikan IPA Veteran. Vol. 3 No. 1 (2019), ISSN 2598-0904.
12
1. Memperbaiki pengajaran proses pembelajaran
Ada pun manfaat penilaian formatif bagi pendidi dan peserta didik:
telah disampaikan akan disampaikan secara ulang atau tidak, jika pendidik
13
peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan, assesment sumatif
b. manfaat bagi peserta didik, yaitu : (1) dalam belajar berkelanjutan, peserta
formatif peserta didik akan mengetahui butir-butir soal bagian mana yang
sudah benar-benar dikuasi dan paham, dan butir-butir soal yang belum
14
1. Pengertian Model Pembelajaran INSTAD
pengolahannya.18
memberikan pengajaran tersebut peserta didik akan berfikir secara kritis untuk
secara berkelompok dengan cara berdiskusi sehingga peserta didik yang memiliki
kemampuan berfikir rendah dapat seimbang dengan peserta didik yang memiliki
kemampuan berfikir tingkat tinggi, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan
18 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inofatif Dalam Kurikulum 2013 ( Yogyakarta Ar-
Ruzz Media 2014) h. 23
19 Yasir Sidik, Baskoro Adi Prayitno, et al. “Pengaruh Strategi Pembelajaran INSTAD
Terhapad Keterampiran proses Sains. Seminar Nasional XI Biologi FKIP UNS.
15
melalui kelompok. Sintak pembelajaran INSTAD berpotensi untuk
dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pemberian butir soal dalam
kelompok yang dapat menjawab butir soal dengan tepat merupakan ciri khas
peserta didik dalam menjawab kuis, pertanyaan yang telah diberikan. Belajar
bertukar pikiran dan pendapat antara peserta didik dengan kelompok tersebut.21
achievement devision
21 Richie Erina, Heru Kusmanto” pengaruh Model Pembelajaran INSTAD Terhadap Kemapuan
Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Fisika DI SMA”.Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA. Vol 1. No 2 ( Okboter 2015). h, 202-211
16
1) Pendidik membentuk peserta didik menjadi
kelompoknya.
masalah tersebut.
disampaikan.
e. Tahap 5 : Penghargaan
17
1) Pendidik memberikan penghargaan kepada
telah diberikan.22
ilmiah.23
22 Kistanti Elok Mumpuni. “Pemberdayaan Hasil Belajar Kognitif Biologi Melalui Strategi
Pembelajaran Instad Kemampuan Akademik Berbeda” Seminar Nasional IX Pendidikan
Biologi FKIP UNS
23 Sestu Mintarsih, Zico Fakhrur Rozi. et. al. “ Pengaruh Model Pembelajaran INSTAD (Inquiry-
stad) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Muara Beliti Tahub Pelajaran
2015/2016”. Jurnal Pendidikan Biologi STKIP- PGRI Lubuklinggau.2016
18
C. Kemampuan pemecahan masalah
dibutuhkan oleh peserta didik, sebab salah satu bagian dari proses pemecahan
keadaan yang berbeda. Peserta didik harus menguasai materi yang telah
dipelajarai dan menerapkanya dalam situasi yang baru dan berbeda. Menurut
19
Menurut beberapa pedapat ahli peneliti dapat menarik kesimpulan,bahwan
pengetahuan baru yang belum diperoleh, sehingga peserta didik berfikir kritis
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh pendidik sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
dasar sehingga kemampuan peserta didik menjadi lebih baik dan terasah
sekolah dasar peserta didik akan menjadi lebih paham dan tidak mengalami
kesulutian dalam memecahkan masalah baru. Tetapi, tidak semua peserta didik
kreatif.
20
7. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir peserta didik untuk
pemebelajaran.
pendidk
tersebut.26
26 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inofatif dalam Kurikulum 2013 ( Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Media, 2016), h. 137
21
Tetapi pemecahan masalah tidak selalu mengikuti urutan yang teratur,
misalnya masalah-masalah pendidikan telah dikenal orang dari dahulu, dan telah
menurut mereka lebih cepat selesai dan lebih tepat untuk digunakan dalam
David johsan & Johnsan dalam buku wina sanjaya menyebutkan terdapat lima
1. Mengidefinisikan masalah
Adalah merumuskan masalah dari sebuat peristiwa atau studi kasus yang
masalah yang akan dikaji dalam soal tersebut. Dalam tahap ini peserta didik
2. Mengdiagnosis masalah
27 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010)
22
Yaitu pada tahan ini harus menentukan strategi yang di terapkan dalam
membuat soal
5. Melakukan evaluasi
Pada tahap ini terdapat dua jenis evaluasi, yatu evaluasi proses yang
D. Pengembangan
1. Pengertian pengembangan
metode kualitatif) dan untuk menguji kefektifan produk tersebut supaya dapat
23
Van den akter dan plomp mengembangakan penelitian pengembangan
a) Analysis (analisa)
b) Design (desain/perancangan)
tes, dimana tes tersebut harus didasari pada tujuan pembelajaran yang
c) Development ( pengembangan)
diimplementaskan.
24
d) Implementation ( implementasi/eksekusi)
pembelajaran.
evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk yang diuji cobakan
berhasil hasil sesuai dengan tujan awal pembelajaran atau tidak. Evaluasi
E. Penelitian relevan
lembar soal observasi kinerja kelompok pada saat proses presentasi dan
25
2. Pengintergrasian penilaian formatif dalam pembelajaran IPA berbasis
F. Kerangka Berfikir
Dalam proses belajar peserta didik tidak hanya diberikan pengetahuan saja,
sendiri, oleh sebab itu dalam pembelajaran terutama pada pembelajaran Biologi
lebih aktif, kreatif dan mampu menemukan ide-ide baru dalam proses
assesment yang menekankan sejauh mana konsep yang diajarkan dapat diterima
26
bertujuan untuk mengamati dan meninjau proses pembelajaran. Keberhasilan
memecahkan masalah.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
28
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut dapat
dilaksankan pada bulan april 2020. Uji coba produk sekala terbatas akan
C. Prosedur pengembangan
29
Model pengemabangan ADDIE
f) Analysis (analisa)
g) Design (desain/perancangan)
30
h) Development ( pengembangan)
diimplementaskan.
i) Implementation ( implementasi/eksekusi)
pembelajaran.
evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah produk yang diuji cobakan
Pada penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat menggunakan teknik
1. Tes
Pengumpulan data dengan teknik tes dilakukan dengan cara memebrikan soal
tes yang berupa soal essay kemampuan pemecahan masalah yang bertujuan
2. Wawancara
31
Wawancara dilakukakn dengan Tanya jawab kepada narasumber, yang
3. Dokumentasi
1. Angket
a. Angket kebutuhan
b. Angket validasi
jawaban tersebut dapat diberi skor seperti yang di sajikan pada table berikut :
Nilai yang diberikan pada angekt tersebut yaitu skor satu sampai 4, untuk
respon sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.Hal tersebut
32
menggambarkan posisi yang negative keposisi yang sangat positif.Tingakt
pertanyaan yang diajukan oleh kuesioner.Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi
Angket tanggapan guru dan peserta didik stelah dilakukan ujicoba produk.Angket
soal yang telah dikembangkan.Angket tanggapan diisi oleh pendidik dan peserta
33
didik.Angket tanggapan berisi pertanyaan dari penelitian, identitas responden
dapat diolah secara penyajian persentase dengan menggunakan skala likert sebagai
skala pengukur.Diskala ini disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan di ikuti oleh 4
respon.Pengukuran skala ini disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan diikuti
Nilai yang telah diberikan adalah satu sampai empat untuk respons sangat
setuju,setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Yang menggambarkan posisi yang
sangat negative ke posisi yang sangat positif.Tingkat pengukuran dalam skala dalam
diajukan oleh kuesioner.Hal ini dilakukan untuk menghidari kesalahan dalam metode
dari responden.
34
Presentasi jawaban responden yang didapatkan kemudian diinterpretasikan
35
DAFTAR PUSTAKA
2017
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan keterampilan proses sains, (PT Gramedia, 1988),
h.14
Dasri Rati, et al, “ Pelaksaana penilaian formatif dalam pembekajaran PPKN di SMP
N 2 Lengayang”. Jurnal JCE. Vol 2. No 2 (2019)
Eka Sumiantari, et al “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Siswa Kelas VIII SMP “.
Jurnal PPSI. Vol 2 No 1 (April 2019)
36
Erina Sringoringo, Mimi Rohazal, et al. “Kemampuan pemecahan Masalah Siswa
September 2016
Inna Latifa Rahmawati, Hartono .et al.” Pengembangan Assesment Formatif Untuk
Intan Puspita Sari. Vita Ria Mustikasari, et. Al. “pengintergrasian penilaian formatif
37
Thingking Skill (HOTS) Pada Anak Sekolahan Dasar”.Jurnal Agama dan
Budaya, Vol. 3 No. 2 (September 2019) h, 85-92
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inofatif Kontemporer.(Jakarta: PT Bumi
aksara.2012)
Rika Rahma Wati, Isnaini. “Desain Didaktis Berbasis Model Inkuiri Untuk
Sri Rahmawati, Sentot Kusairi, “Analisis Penguasaa konsep siswa Yang Belajar
2019
.sepetember 2012
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Cipta. 2015
Sestu Mintarsih, Zico Fakhrur Rozi. et. al. “ Pengaruh Model Pembelajaran INSTAD
PGRI Lubuklinggau.2016
Yasir Sidik, Baskoro Adi Prayitno, et al. “Pengaruh Strategi Pembelajaran INSTAD
UNS.
39