Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Teknologi Perlindungan Tanaman

Dosen : Satriyo Restu Adhi, SP., MP.

Disusun Oleh :

Aldi Permadi NIM. 41035003171022


Dhia Wafa NIM. 41035003172005
Fauz Fauziah NIM. 41035003171021
Fauzi Pratama NIM. 41035003172003
Kusna Sulaiman NIM. 41035003172008

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSATARA
BANDUNG
2020
Tugas kelompok
1. Contoh hama mutlak dan penyakit sistemik, jelaskan alasannya!
2. Contoh hama tidak mutlak dan penyakit tidak sistemik, jelaska alasannya!
3. Contoh ambang ekonomi hama pada komoditas pertanian (minimal 2 hama),
disarankan tidak sama antar kelompok dalam kelas
Jawab:
1. Contoh hama mutlak pada tanaman kedelai yaitu lalat bibit kacang (Ophiomyia
phaseoli).
Alasannya hama ini adalah hama utama pada tanaman kedelai. Lalat bibit kacang
menyerang sejak tanaman muda muncul ke permukaan tanah hingga tanaman umur 10
hari. Lalat betina meletakkan telur pada tanaman muda yang baru tumbuh. Telur
diletakkan di dalam lubang tusukan antara epidermis atas dan bawah keping biji atau
disisipkan dalam jaringan mesofil dekat pangkal keping biji atau pangkal helai daun
pertama dan kedua. Telur berwarna putih seperti mutiara dan berbentuk lonjong dengan
ukuran panjang 0,31 mm dan lebar 0,15 mm. Setelah dua hari, telur menetas dan keluar
larva. Larva masuk ke dalam keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua,
kemudian membuat lubang gerekan. Selanjutnya larva menggerek batang melalui kulit
batang sampai ke pangkal batang, dan berubah bentuk menjadi kepompong. Pada
pertumbuhan penuh, panjang larva mencapai 3,75 mm. Kepompong mula-mula berwarna
kuning kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan.
Serangan lalat kacang ditandai oleh adanya bintik-bintik putih pada keping biji,
daun pertama atau kedua. Bintik-bintik tersebut adalah bekas tusukan alat peletak telur
(ovipositor) dari imago betina.
Pengendalian
 Mulsa jerami
 Perlakuan benih (pada daerah endemik)
 Semprot insektisida saat tanaman berumur 7 hari, bila populasi mencapai ambang
kendali (1 imago/50 rumpun) (jenis insektisida terlampir).

Contoh penyakit sistemik yaitu penyakit antraknose yang disebabkan oleh Cendawan
Colletotrichum dematium var truncatum tanaman inangnya yaitu kedelai.
Alasannya penyakit antraknosa oleh Colletotrichum dematium var truncatum
termasuk penyakit sistemik yaitu karena penyakit dengan gejala yang ditimbulkannya
menyebar luas dan tidak jelas batasannya, terdapat pada seluruh organ tumbuhan.
Misalnya layu, kerdil dan perubahan warna daun. Seringkali karena pengaruh keadaan
tertentu gejala penyakit dapat hilang dan gejalanya disebut sebagai gejala terselubung
(masked symptom).
Gejala serangan penyakit Antraknosa ini menyerang batang, polong, dan tangkai
daun. Akibat serangannya adalah perkecambahan biji terganggu, kadang-kadang bagian-
bagian yang terserang tidak menunjukkan gejala. Gejala hanya timbul bila kondisi
menguntungkan perkembangan jamur. Tulang daun pada permukaan bawah tanaman
terserang biasanya menebal dengan warna kecoklatan. Pada batang akan timbul bintik-
bintik hitam berupa duri-duri jamur yang menjadi ciri khas.
Siklus penyakit dan epidemiologi, patogen bertahan dalam bentuk miselium pada
residu tanaman atau pada biji terinfeksi. Miselium menjadi penyebab tanaman terinfeksi
tanpa menimbulkan perkembangan gejala sampai tanaman menjelang masak. Infeksi
batang dan polong terjadi selama fase reproduksi apabila cuaca lembab dan hangat.
Pengendalian
 Menanam benih kualitas tinggi dan bebas patogen
 Perawatan benih terutama pada benih terinfeksi
 Membenamkan sisa tanaman terinfeksi
 Aplikasi fungisida benomil, klorotalonil, captan pada fase berbunga sampai pengisian
polong
 Rotasi dengan tanaman selain kacang-kacangan

2. Contoh hama tidak mutlak hama ulat tentara Spodoptera frugiperda J.E. Smith
Karena ulat tentara atau FAW (Fall Armyworm) Larva FAW dapat menyerang lebih
dari satu tanaman atau lebih dari 80 spesies tanaman, termasuk jagung, padi, sorgum,
jewawut, tebu, sayuran, dan kapas. FAW dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang
signifikan apabila tidak ditangani dengan baik. Hama ini memiliki beberapa generasi per
tahun, ngengatnya dapat terbang hingga 100 km dalam satu malam. Pada awal 2016,
untuk pertama kalinya hama ini ditemukan di Afrika Tengah dan Barat (Benin, Nigeria,
Sao Tome dan Principe, dan Togo). Kemudian ditemukan di seluruh daratan Afrika
bagian Selatan (kecuali Lesotho), juga di Madagaskar dan Seychelles (Negara
Kepulauan). Selanjutnya dilaporkan pada tahun 2018, FAW teridentifikasi dan dilaporkan
menyerang di hampir seluruh negara Sub-Sahara Afrika, kecuali Djibouti, Eritrea, dan
Lesotho. Hama tersebut juga telah teridentifikasi di Sudan, sehingga Mesir dan Libia
khawatir akan serangan hama tersebut. FAW diprediksi akan menyebar lebih luas ke
seluruh belahan dunia. Hama ini merupakan hama perusak lintas batas yang akan terus
menyebar karena mempunyai karakteristik biologi yang khas. Selain itu juga di dukung
oleh tingginya volume pertukaran barang dagang antar negara. Nonci dan Hishar (Maret
2019) melaporkan bahwa 2 pengenalan fall armyworm di Indonesia tepatnya di
Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, FAW telah ditemukan merusak pada tanaman
jagung dengan tingkat serangan yang berat, populasi larva antara 2-10 ekor petanaman.
Di Lampung, juga telah dilaporkan serangan hama ini pada tanaman jagung. Larva FAW
dapat merusak hampir semua bagian tanaman jagung (akar, daun, bunga jantan, bunga
betina serta tongkol). Di negara asalnya, siklus hidup hama ini selama musim panas
adalah 30 hari, namun mencapai 60 hari pada musim semi dan 80-90 hari pada musim
gugur. Berdasarkan hal tersebut diatas hama FAW ini perlu dikenal dan dipikirkan
langkah-langkah pengendalian yang efefetif, efisien, murah, dan mudah dilakukan serta
aman terhadap lingkungan. Buku panduan ini memberi informasi mengenai pengenalan
dan pengendalian FAW pada komoditas jagung sebagai inang utama dari FAW.
(Litbang.Pertanian)
Contoh Penyakit tidak sistemik (penyakit lokal) yaitu penyakit hawar batang/busuk
pangkal batang oleh pathogen Sclerotium rolfsii tanaman inangna yaitu kedelai.
Alasannya penyakit hawar batang/busuk pangkal batang oleh pathogen Sclerotium
rolfsii termasuk penyakit tidak sistemik (penyakit lokal) yaitu karena gejala yang
dicirikan dengan perubahan struktur yang jelas dan sangat terbatas. Terbatas hanya pada
daerah tertentu, seperti adanya bercak-bercak pada daun yang warnanya berbeda dari
biasanya. Gejala yang berupa perubahan warna, tekstur, bentuk atau penampilan lain
secara terlokalisasi pada jaringan yang sakit disebut belur (lesion).
Gejala serangan, Infeksi terjadi pada pangkal batang atau sedikit di bawah
permukaan tanah berupa bercak coklat muda yang cepat berubah menjadi coklat
tua/warna gelap, meluas sampai ke hipokotil. Gejala layu mendadak merupakan gejala
pertama yang timbul. Daun-daun yang terinfeksi mula-mula berupa bercak bulat
berwarna merah sampai coklat dengan pinggir berwarna coklat tua, kemudian mengering
dan sering menempel pada batang mati. Gejala khas patogen ini adalah miselium putih
yang terbentuk pada pangkal batang, sisa daun, dan pada tanah di sekeliling tanaman
sakit. Miselium tersebut menjalar ke atas batang sampai beberapa sentimeter.
Siklus Penyakit dan Epidemiologi, tanaman kedelai peka terhadap jamur ini sejak
mulai tumbuh sampai pengisian polong. Kondisi lembab dan panas memacu
perkembangan miselium yang kemudian hilang bila keadaan berubah menjadi kering.
Pada keadaan lembab sekali akan terbentuk sklerotia yang berbentuk bulat seperti biji
sawi dengan diameter 1-1,5 mm. Karena mempunyai lapisan dinding yang keras,
sklerotium dapat dipakai untuk mempertahankan diri terhadap kekeringan, suhu tinggi
dan hal lain yang merugikan. Penyakit banyak terjadi tetapi jarang berakibat serius,
namun pernah mengakibatkan penurunan hasil cukup tinggi pada kedelai yang ditanam
secara monokultur atau rotasi pendek dengan tanaman yang peka.
Pengendalian
 Memperbaiki pengolahan tanah dan drainase
 Perawatan benih dengan fungisida atau cendawan antagonis

3. Contoh ambang ekonomi hama pada komoditas pertanian yaitu:


1) kepik punggung bergaris pada kedelai Piezodorus hybneri.
Hama kepik punggung bergaris merupakan salah satu serangga hama pengisap polong
penting pada kedelai, yang mengakibatkan kehilangan hasil, bahkan dapat
menggagalkan panen. Hama ini menyerang polong muda dan tua sehingga
menyebabkan polong dan biji kempis, polong gugur, biji keriput, biji hitam
membusuk, biji berbercak hitam, dan biji berlubang. Serangan pengisap polong pada
biji menyebabkan daya tumbuh benih berkurang. Kehilangan hasil akibat serangan
hama pengisap polong dapat mencapai 79% (Tengkano et al. 1992).
2) Ulat Tanah Agrotis ipsilon hufn
Hama ini selain menyerang tanaman krisan, juga menyerang tanaman tomat,
jagung, padi, tembakau, tebu, bawang, kubis, dan kentang.  Larva serangga ini aktif
pada malam hari dan menyerang tanaman dengan cara menggigit atau memotong
ujung batang tanaman muda, sehingga mengakibatkan tunas apikal atau batang
tanaman terkulai dan layu. Daya serang ulat ini relatif besar sehingga dapat
menyebabkan kerugian yang signifikan.
Imago serangga berupa ngengat dan tidak menyukai cahaya matahari langsung,
sehingga sering banyak dijumpai bersembunyi di permukaan daun bagian bawah. 
Sayap depan berwarna dasar coklat keabu-abuan dengan bercak-bercak hitam. 
Pinggiran sayap depan berwarna putih.  Warna dasar sayap belakang putih keemasan
dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan berkisar 16 - 19 mm dan lebar 
6 - 8 mm.  Imago dapat bertahan hidup selama 20 hari.
Larva yang baru menetas berwarna kuning kecoklat-coklatan dengan ukuran
panjang berkisar antara 1-2 mm.  Larva serangga ini juga tidak menyukai cahaya
matahari langsung dan bersembunyi di permukaan tanah kira-kira sedalam 5-10 cm
atau dalam gumpalan tanah.  Larva aktif pada malam hari dan menyerang tanaman
dengan cara menggigit pangkal batang dan daun. (balithi.litbang.pertanian)
Daftar pustaka

Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama kedelai di tingkatpetani, p. 37-43. Dalam:


Marwoto et al. (eds.). RisalahLokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Kedelai. Balittan Malang.

Pedigo, L.P. and L.G. Higley. 1992. The economic injury level concept and environmental
quality. American Entomologist 38(1): 12-21.

Ruesink, W.G. 1980. Introduction to sampling plans for soybean arthropods, p. 61-78. In: M.
Kogan and D.C. Herzog (eds.). Sampling methods in soybean entomology.
Springer-Verlag, New York.

Stone, J.D. and L.P. Pedigo. 1970. Development and economic injury level of the green
cloverworm on soybean in Iowa. J. Econ. Entomol. 65: 197-201.

Tengkano, W., M. Iman, dan A.M. Tohir. 1992. Bioekologi, serangan dan pengendalian hama
pengisap dan penggerek polong kedelai, p. 117-139. Dalam: Marwoto et al. (eds.).
Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan
Malang. 183 p.

Anda mungkin juga menyukai