Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien

“Anemia”

Oleh :

Nama : Komang Wisnu Budikesuma

NIM : 17.321.2677

Program Studi Ilmu Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

2019
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002). Kadar hemoglobin :
a. Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram.
b. Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram  –  16 gram.
c. Penderita anemia tingkat ringan mempunyai Hb : 10 gram –  8 gram.
d. Penderita anemia tingkat sedang mempunyai Hb : 8 gram  –  5 gram.
e. Penderita anemia tingkat berat mempunyai Hb : kurang dari 5 gram.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi. Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau
lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan.

b. Epidemiologi
Prevalensi anemia pada lansia adalah sekitar 8–44%, dengan prevalensi tertinggi
pada laki–laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan
bahwa prevalensi anemia pada laki–laki lansia adalah 27–40% dan wanita lansia sekitar
16–21%.
Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah anemia
penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi
sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat,
perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Pada lansia penderita anemia
berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama.
Yang mana ini nantinya akan membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia.
Dari suatu hasil studi dilaporkan bahwa laki–laki lansia yang menderita anemia, resiko
kematiannya lebih besar dibandingkan wanita lansia yang menderita anemia. Juga
dilaporkan bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit infeksi mempunyai
resiko kematian lebih tinggi.
Penelusuran diagnosis anemia pada lansia memerlukan pertimbangan klinis
tersendiri. Dari evaluasi epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan
pemeriksaan yang mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25% pasien anemia
pada lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.

c. Faktor Predisposisi
 Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
 Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
 Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
 Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
 Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
 Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
 Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
d. Patofisiologi
e. Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica,
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang.  Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung (Sjaifoellah, 1998).

f. Klasifikasi
Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
a. Anemia Hipropropilatif
1)      Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di
sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital maupun idiopatik ( penyebabnya tidak
diketahui). Secara marfologis, sel darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik.
Jumlah retikulosit rendah atau tidak ada dan biopsi sumsum tulang menunjukan keadaan
yang disebut “ pungsi kering” dengan hipoplasia nyata dan penggantian dengan jaringan
lemak.
2)      Anemia defisiensi besi
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun dibawah
tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama anemia didunia, dan tetutama
seringdijumpai pada wanita usia subur, disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu
menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi
besi pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal
dan kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan Hiprokromik
disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis dapat normal atau berkurang.
Kadar besi berkurang, sedangkan kapasitas mengikat besi serum total meningkat.
3)      Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam volat
menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah tepi, karena kedua
vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia
sumsum tulang, precursor eritroit dan myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami
multinukleasi. Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel
matang yang meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia.
Pada keadaan lanjut Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung
trombosit kurang dari 50000/ml3
b. Anemia hemolitik
1)      Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Untuk
mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel darah merah baru 3x/
lebih disbanding kecepatan normal. Pada pemerikasaan anemia hemolitik ditemukan
jumlah retikulosis meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat,dan haptok globin
biasanya rendah.
2)      Anemia hemolitika turunan
  Sferositosis turunan
Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah merah
kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa (spenomegali). Merupakan kelainan yang
jarang, diturunkan secara dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak,
namun dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit. Penangananya
berupa pengambilan limpa secara bedah.
  Anemia sel sabit
Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan
disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini merupakan ganggaun genetika resesif
auto somal yaitu individu memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien
dengan anemia sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena mereka nampak
anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel sabit pada usia 1-2 tahun.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : tidak/adanya nyeri tekan, rambut tampak bersih, tidak ada benjolan, rambut
berwarna hitam
2. Mata : simetris, konjungtiva anemis, pupil normal, sclera tidak ikterik, tidak ada nyeri
tekan
3. Hidung : simetris, tidak ada pembesaran sinus maksilaris, terdapat pernafasan cuping
hidung, pernafasan dibantu oleh oksigen
4. Mulut : simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada nyeri tekan
5. Telinga : simetris, kiri kanan sama, tidak ada nyeri tekan
6. Tenggorokan : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan
7. Paru
- Inspeksi : pengembangan paru biasa, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
- Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan normalnya timpani
- Auskultasi : vesikuler normal
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : pekak, batas jantung tidak ada pembesaran
- Auskultasi : bunyi jantung vesicular
8. Abdomen
- Inspeksi : bersih tidak ada edema, dinding perut sejajar
- Auskultasi : bising usus 8x/menit
- Perkusi : timpani
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
9. Genetalia
Tidak dikaji
10. Ekstremitas atas : terpasang cairan infus
Ekstremitas bawah : tidak ada gangguan.
h. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
 Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.

i. Therapy
- zat besi diberikan po dalam dosis 2—3 mg/kg unsur besi. Semua bentuk zat besi sama
efektifnya (fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat).
- vitamin C harus diberikan bersama besi (vitamin C meningkatkan absorpsi besi).
- zat besi paling baik diserap bila diminum 1 jam sebelum makan.
- terapi diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi untuk
mengisi kembali cadangan besi.
- zat besi yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi usus
halus.
- Lakukan transfusi darah jika memang diperlukan.

j. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1.      Anemia aplastik:
  Transplantasi sumsum tulang
  Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.      Anemia pada penyakit ginjal
  Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
  Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.      Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.      Anemia pada defisiensi besi
  Dicari penyebab defisiensi besi
  Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.      Anemia megaloblastik
  Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
  Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
  Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

Data Subyektif :

- Pasien mengatakan lemas


- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan pusing
- Pasien mengatakan tidak mampu berdiri
Data Obyektif :
- Pasien tampak lemah dan pucat
- Suhu tubuh 37,50 C
- Pasien tampak bingung
- Kulit pasien tampak pucat
- Apatis

B. Diagnosa Keperawatan
- Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
- Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
C. Rencana Keperawatan
DIANGOSA
N TUJUAN DAN KRITERIA
KEPERAWATAN INTERVENSI
O HASIL
DAN KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : Monitor adanya daerah tertentu
berkurang -     Membran mukosa merah yang hanya peka terhadap
-     Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tumpul
-     Akral hangat Monitor adanya paretese
-     Tanda-tanda vital dalam Instruksikan keluarga untuk
rentang normal mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian
analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama ………. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi  klien adekuat Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang, dengan kriteria Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia   Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
Definisi :   Beratbadan ideal sesuai dengan dibutuhkan pasien.
Intake
nutrisi tidak cukup tinggi badan Anjurkan pasien untuk
untuk  
keperluan Mampumengidentifikasi meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh. kebutuhan nutrisi Anjurkan pasien untuk
  Tidk ada tanda tanda malnutrisi meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik :  Menunjukkan peningkatan vitamin C
-    Berat badan 20 % atau fungsi pengecapan dari Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal menelan Yakinkan diet yang dimakan
-    Dilaporkan   Tidak terjadi penurunan berat mengandung tinggi serat untuk
adanya
intake makanan yang badan yang berarti mencegah konstipasi
kurang dari   Pemasukan yang adekuat
RDA Berikan makanan yang terpilih (
(Recomended   Tanda-tanda malnutri si
Daily sudah dikonsultasikan dengan
Allowance)   Membran konjungtiva dan ahli gizi)
-    Membran mukosa dan mukos tidk pucat Ajarkan pasien bagaimana
konjungtiva pucat   Nilai Lab.: membuat catatan makanan
-    Kelemahan otot yang Protein total: 6-8 gr% harian.
digunakan untuk Albumin: 3.5-5,3 gr % Monitor jumlah nutrisi dan
menelan/mengunyah Globulin 1,8-3,6 gr % kandungan kalori
-    Luka, inflamasi pada HB tidak kurang dari 10 gr % Berikan informasi tentang
rongga mulut kebutuhan nutrisi
-    Mudah merasa Kaji kemampuan pasien untuk
kenyang, sesaat setelah mendapatkan nutrisi yang
mengunyah makanan dibutuhkan
-    Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan Nutrition Monitoring
makanan BB pasien dalam batas normal
-    Dilaporkan adanya Monitor adanya penurunan berat
perubahan sensasi rasa badan
-    Perasaan Monitor tipe dan jumlah
ketidakmampuan aktivitas yang biasa dilakukan
untuk mengunyah Monitor interaksi anak atau
makanan orangtua selama makan
-    Miskonsepsi Monitor lingkungan selama
-    Kehilangan BB makan
dengan makanan Jadwalkan pengobatan  dan
cukup tindakan tidak selama jam
-    Keengganan untuk makan
makan Monitor kulit kering dan
-    Kram pada abdomen perubahan pigmentasi
-    Tonus otot jelek Monitor turgor kulit
-    Nyeri abdominal Monitor kekeringan, rambut
dengan atau tanpa kusam, dan mudah patah
patologi Monitor mual dan muntah
-    Kurang berminat Monitor kadar albumin, total
terhadap makanan protein, Hb, dan kadar Ht
-    Pembuluh darah Monitor makanan kesukaan
kapiler mulai rapuh Monitor pertumbuhan dan
-    Diare dan atau perkembangan
steatorrhea Monitor pucat, kemerahan, dan
-    Kehilangan rambut kekeringan jaringan
yang cukup banyak konjungtiva
(rontok) Monitor kalori dan intake
-    Suara usus hiperaktif nuntrisi
-    Kurangnya informasi, Catat adanya edema, hiperemik,
misinformasi hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
Faktor-faktor yang Catat jika lidah berwarna
berhubungan : magenta, scarlet
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan keperawatan selama ……..1.   Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan klien dapat beraktivitas intoleransi aktivitas &
oksigen dengan kriteria menentukan apakah penyebab
- Berpartisipasi dalam dari fisik, psikis/motivasi
aktivitas fisik dgn TD, HR,2.   Observasi adanya pembatasan
RR yang sesuai klien dalam beraktifitas.
-Menyatakan gejala3.   Kaji kesesuaian
memburuknya efek dari aktivitas&istirahat klien
OR&menyatakan onsetnya sehari-hari
segera 4.   ↑ aktivitas secara bertahap,
-Warna kulit biarkan klien berpartisipasi
normal,hangat&kering dapat perubahan posisi,
Memverbalisa-sikan berpindah & perawatan diri
pentingnya aktivitasseca-ra5.   Pastikan klien mengubah
bertahap posisi secara bertahap.
Mengekspresikan pengertian Monitor gejala intoleransi
pentingnya keseimbangan aktivitas
latihan&istira 6.   Ketika membantu klien
Hat berdiri, observasi gejala
-   Peningkatan toleransi intoleransi spt mual, pucat,
aktivitas pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7.   Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
8.   Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan

D. Implementasi
Tindakan diberikan sesuai dengan intervensi dari masing-masing diagnosa yang ada.

E. Evaluasi
Evaluasi formatif dilakukan dengan format SOAP sesuai dengan perkembangan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medical Bedah Vol 2, EGC : Jakarta.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika :
Jakarta.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
Dian, R.S. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anemia Gerontik. Yogyakarta. Diakses pada
tanggal : Sabtu, 19 Januari 2019. Pukul : 12.19 wita. Dikutip melalui
https://www.academia.edu/11048873/Askep_Tn_S_anemia.

Anda mungkin juga menyukai