Anda di halaman 1dari 25

Ayu Septianingsih Ariyani

Kadang, ada beberapa hal tentang perasaan kita yang tak bisa dimengerti oleh
orang lain. Siapapun.. Saat itulah hanya diri Kita Sendiri dan Tuhan yang bisa kita
ajak bicara..
Selasa, 27 Maret 2018

KEGAWATDARURATAN NEONATAL & ASUHAN


BAYI BARU LAHIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berbahaya. Sedangkan kegawatdaruratan obstetric adalah kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan
dan kelahiran.

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam
mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu. Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan
prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu: A (Air Way) , B (Breathing) danC
(Circulation).

Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang
baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap
ibu/klien. Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan
bagaimana team seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara paling
efektif.

Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa
penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak
sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai adanya
syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan,
longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap
tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan
yang keluar.

Dalam kegawatdaruratan peran anda sebagai bidan antara lain:

1.         Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat


2.         Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa

3.         Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin

4.         Memiliki ketrampilan klinik

1.2                          Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalahKonsep Dasar Kegawatdarauratan Neonatal dan
asuhan bayi baru lahir bermasalah.

1.3              Tujuan Penulisan

Diharapkan sebagai tenaga kesehatan bidan dapat mengetahui seperti apa penanganan


kegawatdaruratan neonatal dan asuhan bayi baru lahir bermasalah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1              Kegawatdaruratan Neonatal

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam
mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu.

Kegawatdaruratan neonatal adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap organisme yang
beradap ada periode adaptasi kehidupan intra uterine keekstra uterin yang memerlukan perawatan
yang tidak direncanakan dan mendadak, serta untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien.

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa
berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern
sekalipun, karena sering kali memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.

Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi
mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan keterampilan
standard, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun
mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai profesional dan ahli.

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa
ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Neonatus bukanlah miniatur orang
dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan
didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.
Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi
semua sistem organ tapi yang terpenting adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka
dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan
untuk mencegah kegawatdaruratan terhadap neonatus.
Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal yaitu BBLR Asfiksia
BBL, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Masalah Pemberian Air Minum, Gangguan Nafas Pada BBL,
Kejang pada BBL, Infeksi Neonatal, Rujukan dan Transportasi BBL, Perdarahan, Syok/Renjatan.

2.1.1        BBLR Asfiksia BBL

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan.

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya masih
sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah.

Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai
berikut:

a.         Berat kurang dari 2.500 gram

b.         Panjang badan kurang dari 45 cm

c.         Lingkar dada kurang dari 30 cm.

d.        Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e.         Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

f.          Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak

g.         Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.

h.         Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.

i.           Kepala tidak mampu tegak

j.           Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting.Hal-hal yang dapat dilakukan:

1.         Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan
dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2.         Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.

3.         Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34
tahun).

4.         Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu
dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi pada
bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu, pemberian
makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi

1.         Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat
pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2.         Makanan bayi prematur.

Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum matang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului derngan menghisap cairan
lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50-
60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

3.         Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak
berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat
oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini
atau lebih cepat bertambah coklat.

4.         Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-tanda gawat
pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator,
dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usalia pernapasan.

5.         Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus
diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

6.         Menghindari Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR)

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah
bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:

1.         Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.

2.         Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3.         Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari
10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum  pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat

Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :

1.      Memastikan saluran terbuka

a.       Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

b.      Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

c.       Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

2.      Memulai pernafasan
a.       Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

b.      Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari
paparan infeksi).

3.      Mempertahankan sirkulasi

a.       Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

b.      Kompresi dada.

c.       Pengobatan

Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :

1.         2 helai kain / handuk.

2.         Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

3.         Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

4.         Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

5.         Kotak alat resusitasi.

6.         Jam atau pencatat waktu.

2.1.2        Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.

Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya


metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen
dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat
ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia
antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan
cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang
dingin. Penanganan hipotermia ditujukan pada:

1.         Mencegah hipotermia

2.         Mengenal bayi dengan hipotermia

3.         Mengenal resiko hipotermia

4.         Tindakan pada hipotermia.

Tanda-tanda klinis hipotermia :


a.         Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara lain: kaki teraba dingin,
kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis
marmorata.

b.         Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama dengan hipotermia
sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang
disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik.

c.         Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema).

Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus melakukan upaya stabilisasi terlebih dahulu
untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut dalam anda lakukan sebelum
anda melakukan rujukan.

1.         Menghangatkan tubuh bayi

2.         Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan beri ASI perah atau air
gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat menyebabkan kerusakan otak

3.         Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan

4.         Rujuk segera

2.1.3        Hipoglikemia

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus
diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki kadar gula yang
rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi yang sehat. Jika pemeriksaan
menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka bayi tersebut termasuk menderita hipoglikemia.
Ini bukanlah kondisi yang aman untuk bayi karena ketika kadar gula darah bayi sangat rendah maka
sel otak dan otot tubuh bayi tidak memiliki energi atau tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh
bayi membutuhkan kadar gula yang normal untuk bisa bekerja dengan sehat dan baik. Masalah
hipoglikemia pada bayi bisa berlangsung dalam waktu singkat atau lama tergantung dengan kondisi
kesehatan bayi.

Perawatan hipoglikemia pada bayi

1.         Berikan ASI atau susu formula

Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga kadar gula darah dalam
tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberikan
ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar gula darah yang rendah, yaitu:
·                Cobalah untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu dalam waktu yang
singkat.

·                Cobalah berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik untuk
meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya perawat yang akan
memberikan lewat botol susu.

·                Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak untuk minum dengan
baik.

·                Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu formula yang bisa dilakukan
lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik dari ASI karena mengandung gula yang dibutuhkan oleh
tubuh bayi.

2.             Pemberian cairan IV untuk bayi

Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa minum ASI dan susu formula dengan baik maka dokter
biasanya memutuskan untuk memberikan cairan IV yang mengandung gula. Perawatan ini dilakukan
selama beberapa hari hingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik.
Perawatan ini juga paling sering dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah,
termasuk bayi prematur.

3.             Tindakan operasi mengeluarkan pankreas bayi

Jika  berbagai jenis perawatan sudah dilakukan dan kadar gula darah bayi menurun terus, maka
dokter bisa melakukan tindakan operasi atau bedah untuk mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas
adalah organ dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk menghasilkan insulin. Namun tindakan
perawatan ini sangat jarang dilakukan karena bisa meningkatkan resiko kesehatan untuk tubuh bayi. 

2.1.4        Ikterus

Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan sebagian
besar (80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena
ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh
pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan
patologik (hiperbilirubin mengakibatkan gangguan saraf pusat). Sangat penting mengetahui kapan
ikterus timbul, kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan
menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI. Ikterus
muncul setelah 14 hari berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran bilirubin pada
empedu. Lihat tinja pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan aliran bilirubin pada sistem
empedu.

Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER.

Jika hasil pemeriksaan anda pada bayi A, usia 8 hari menunjukkan kuning terlihat pada daerah
kepala, leher, berapakah derajat ikterus yang dialami oleh bayi A.

a.         Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

b.         Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)

c.         Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
d.        Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

e.         Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus melakukan upaya stabilisasi terlebih dahulu
untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut dalam anda lakukan sebelum
anda melakukan rujukan.

Ikterus

1.         Cegah turunnya gula darah

2.         Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat

3.         Rujuk segera

2.1.5        Masalah Pemberian Air Minum

Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah untuk minum
atau tidak bisa mengisap dan menelan. Bayi mempunyai tanda memuntahkan semua jika bayi sama
sekali tidak dapat menelan apapun.

Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau bayi sakit berat
Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi resiko
terjadinya penyakit juga memenuhi tumbuh kembang bayi.

Masalah paling sering terjadi

1.         Bayi yang semula minum baik menjadi malas minum

2.         Bayi malas minum sejak lahir

3.         Berat bayi tidak naik

4.         Ibu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil atau bayi kembar

Langkah promotif/preventif

1.         Perawatan antenatal yang meliputi perawatan payudara

2.         Mencegah kelahiran BBLR

3.         Penanganan infeksi maternal

4.         Perawatan pasca natal yang baik dan berkualitas

Diagnosis

Anamnesis
1.         Riwayat cara pemberian minum bayi

2.         Riwayat terjadinya masalah pemberian minum

3.         Riwayat penimbangan bayi

4.         Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini

2.1.6        Gangguan Nafas Pada BBL

Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting sebagai penyebab
tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa neonatus (bayi baru lahir usia 0 – 28 hari).
Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonatus disebabkan oleh gangguan pernafasan. Di
Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah TAngga tahun 1992, sebesar 20% kematian
neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas.

Neonatus dianggap menderita gawat nafas apabila ditemukan gejala meningkatnya frekuensi
nafas (lebih dari 60x/menit). Gejala gangguan nafas lainnya antara lain sesak nafas, adanya tarikan
dinding dada. Apabila gangguan sudah sangat berat, bayi terlihat biru (sianosis).

Klasifikasi gangguan nafas pada neonatus:

·           Sumbatan saluran nafas bagian atas, contoh: atresia koane(tidak ada saliran lubang hidung),dll

·           Penyakit paru contoh: pneumonia, atelektasis paru, Hyalin Membrab Disease, dll

·           Kelainan dinding dada, contoh: hernia diafragmatika,dll

·           Kelainan di luar paru-paru, contoh kelainan jantung

Apabila bayi lahir kemudian tidak langsung menangis atau bayi terlihat biru maka kita harus
bertanya kelainan apakah yang terdapat pada bayi ini. Berdasarkan pengalaman klinis penyakit
terbanyak penyebab gangguan nafas pada bayi antara lain sindroma aspirasi mekonium (cairan
ketuban yang tertelan dan masuk paru-paru bayi), Hyalin Membran Disease/HMD ( gangguan nafas
pada bayi prematur akibat paru-paru belum matang) serta Transient Tachipnoe Of Newborn/TTN
(gangguan nafas yang sifatnya sementara).

Untuk menegakkan diagnosa gangguan nafas bayi baru lahir tentunya harus berdasarkan
sejumlah pemeriksaan. Disamping gejala klinis yang ada seperti nafas cepat, sesak nafas, bayi
terlihat kebiruan, bayi tidak menangis, perlu pemeriksaan penunjang seperti rontsen dada,
pemeriksaan laboratorium.

Penatalaksanaan bayi dengan gangguan nafas adalah penatalaksanaan bayi pada umumnya
seperti diberikan oksigen bila sesak, pemberian cairan baik untuk makanan maupun cairan infus,
pemberian antibiotika bila ada infeksi. Apabila sampai bayi berhenti bernafas tentunya kita harus
menggunakan alat khusus yaitu ventilator sebagai alat bantu pernapasan.

2.1.7        Kejang Pada BBL


Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan kegawatdaruratan.
Kejang pada Bayi Muda umur ≤2 hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir, dan kelainan
bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus neonatorium.

a.         Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau istilah lokal yang mudah
dimengerti ibu.

b.         Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau gemetar adalah
gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadaran menurun menunjukkan kejang. Kesadaran
menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.

c.         Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan berulang pada mulut,
gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada satu sisi.

d.        Lihat : apakah mulut bayi mencucu?

e.         Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan. Mulut mencucu
seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus neonatorum

f.          Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? Biasanya menunjukkan ada proses tekanan
intra kranial atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya.

Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus melakukan upaya stabilisasi terlebih dahulu
untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut dalam anda lakukan sebelum
anda melakukan rujukan.

Kejang

1.         Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen

2.         Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg = 0,6 ml IM, pilihan 2
diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥ 2500 gr per rektal)

3.         Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi

4.         Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat rujukan

5.         Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital

6.         Beri dosis pertama antibiotika PP

2.1.8        Infeksi Neonatal

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Infeksi neonatal   merupakan sindroma klinis dari penyakit
sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa
dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.

Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan Perinatologi dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan berbagai latar belakang penyebab. Air ketuban
keruh bercampur mekonium (selanjutnya disebut AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi infeksi neonatal.

Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis. Penyebab SAM belum jelas
mungkin terjadi intra uterin atau segera sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik dan asidosis serta
kejadian kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar <5 pada menit ke lima, mekonium
kental, denyut jantung yang tidak teratur atau tidak jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal
sulit, didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak panduan
atau sistem skor untuk menegakkan diagnosis infeksi neonatal.

Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal adalah panduan
WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan
serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai indikator sepsis
neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk
memberikan menghentikan secara dini terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik
terbaru tunggal yang cukup sensitif dan spesifik.

2.1.9        Rujukan Dan Transportasi BBL

Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan fasilitas dan
keahlian yang memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi bayi baru lahir sebaiknya
dibuat oleh petugal layanan kesehatan (perawat/bidan/dokter) atas dasar kesepakatan dengan
keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggungjawab
tugas masing-masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.

Selama rujukan perawatan ASI diusahakan teteap diberikan. Apabila tidak memungkinkan ASI
tetap harus dikeluarkan supaya payudara tetap produktif. Dalam menangani bayi baru lahir petugas
senantiasa diharapkan:

·           Mewaspadai faktor resiko

·           Mengenal tanda-tanda resiko tinggi

·           Mengetahui indikasi rujukan

Factor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rujukan

·           Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga rumah sakit
tempat rujukan

·           Adanya komunikasi 2 arah antara yang merujuk dan tempat rujukan

·            Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam

·            Tersedianya lat kesehatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan di tempat yang merujuk dan di
tempat rujukan

·           Tersedianya sarana angkutan/transportasi selama 24 jam

·           Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk transport, perawatan dan pengobatan di
rumah sakit.

·            Tersedianya dana insentif bagi petugas kesehatan yang siaga 24 jam


Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan

Tanggung jwab petugas yang merujuk

·           Persiapan rujukan yang memadai

·           Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan atau diduga

·           Izin rujukan atau tindakan lain yang akan dilakukan

·           Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat penyakit) yang ada, yang
sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil laboratorium,, foto Rontgen, contoh darah ibu).

·           Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru lahir selama perjalanan merujuk

·           Bagi petrugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus rujukan

·           Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis
kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan nenonatuis sakit, minimal sekali setiap 3
bulan

Bentuk kegiatannya berupa:

a.             Telaah (review) kasus rujukan

b.             Audit maternal-perinatal/neonatal

c.             Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis

·           Penerapan prosedur tetap pelayanan esensial dan tatalaksana penyakit pada nenonatus di setiap
jenjang pelayanan kesehatan.

2.1.10    Perdarahan

Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena atau kapiler) ke
dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah. Sedangkan
perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu :

1.         Kontraksi pembuluh darah

2.         Pembentukan gumpalan trombosit (platelet plug)

3.         Pembentukan trombin dan fibrin yang memperkuat gumpalan trombosit tersebut.

Umumnya peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada besarnya kerusakan


pembuluh darah yang terkena. Perdarahan akibat luka kecil pada pembuluh darah yang kecil dapat
diatasi oleh kontraksi arteriola atau venula dan pembentukan gumpalan trombosit, tetapi
perdarahan yang diakibatkan oleh luka yang mengenai pembuluh darah besar tidak cukup diatasi
oleh kontraksi pembuluh darah dan gumpalan trombosit. Dalam hal ini pembentukan trombin dan
akhirnya fibrin penting untuk memperkuat gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar
darah tetap didalam salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila terdapat
gangguan atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut, terjadilah
perdarahan yang abnormal yang sering kali tidak dapat berhenti sendiri.

Penatalaksanaan

Pada perdarahan akut dapat diberikan carian intravena atau transfusi darah atas indikasi yang
tepat. Karena dapat terjadi renjatan dan gawat janin, mungkin diperlukan perawatan intensif;
pemberian preparat besi biasanya ditangguhkan. Jenis perdarahan menahun umumnya tidak
memerlukan transfusi darah; dalam kasus ini senyawa besi dapat langsung diberikan.

Penanganan bayi kembar dengan sindrom transfusi feto-fetal memerlukan tindakan cepat dan
tepat, serupa dengan tindakan gawat darurat. Bayi kembar donor yang mungkin dalam keadaan
gawat memerlukan parawatan intensif yang umum, seperti pembebasan jalan nafas, pemberian
oksigen, pemberian cairan intravena atau darah, pengelolaan keseimbangan asam-basa dan
parameter hematologik lainnya. Bila terdapat gejala payah jantung, dapat diberikan digitalisasi
dengan pemberian digoksin 0,03-0,05 mg/kg.BB/hari secara parenteral, yang mungkin perlu disertai
degnan pemberian furosemid 0,5-1,0 mg/kg.BB/kali secara intramuskular, dan dapat diulang setelah
2 jam.

Penatalaksanaan perdarahan subaraknoid umumnya bersifat simptomatik, misalnya


pengobatan terhadap kejang atau gangguan nafas. Selanjutnya perlu dilakukan observasi terhadap
kadar darah tepi dan sistem kardiovaskular serta kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia. Selain
itu perlu diawasi terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi hidrosefalus. 

2.1.11    Syok / Rejatan

Syok adalah gejala klinis yang kompleks disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulasi yang
bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak adekuat. Hal tersebut
mengakibatkan kurang adekuatnya jumlah oksigen dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan jaringan
tubuh dan untuk pembuangan sisa hasil metabolisme.

Syok dapat dijumpai pada masa antepartum, intrapartum dan postpartum. Meskipun telah
dicapai kemajuan dalam penanganan pada bayi baru lahir, syok sirkulasi tetap menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang serius dalam kaitannya dengan mekanisme kompleks yang menyertai
pada masa transisi janin-bayi baru lahir dan aspek-aspek unik lainnya dari fisiologi bayi baru lahir.

Terdapat 3 fase syok yaitu : kompensasi, dekompensasi dan irreversibel. Fase kompensasi
ditandai: frekuensi jantung, frekuensi napas, tekanan darah dan suhu tidak terganggu atau terjadi
gangguan minimal. Tanda klinis fase ini adalah pucat, takikardia, kulit perife lembab,capilary
refill memanjang. Bila mekanisme homeostasis sudah jenuh atau tidak adekuat akan terjadi fase
dekompensasi. Fase dekompensasi ditandai dengan tekanan darah yang makin menurun, capilary
refill sangat memanjang, takikardi, kulit dingin, nafas cepat (untuk mengkompensasi asidosis
metabolik) dan jumlah urin berkurang atau tidak ada. Penanganan yang terlambat akan
mengakibatkan terjadinya syok irreversibel. 

Syok pada bayi baru lahir dapat terjadi karena berbagai macam faktor:

a.         Hipovolemia

b.         Sepsis
c.          Reaksi obat (anafilaktik)

d.         Kardiogenik

e.         Neurogenik

f.          Endokrinogenik

Tumbuh kembang

·           Pada bayi-bayi baru yang mengalami syok, setelah pulang dari RS perlu pemantuan selanjutnya di
Poliklinik Perinatologi selama bulan pertama dan selanjutnya di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk
memantau tumbuh kembang selama masih bayi maupun balita.

·           Bayi-bayi yang ada gejala sistim neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi medik untuk fisioterapi.

Langkah promotif/preventif

·           Mencegah dan identifitasi awal infeksi maternal

·           Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini

·           Menghindari anestesi dan mencegah hipotensi maternal

·           Perawatan antenatal yang baik

·           Mencegah persalinan prematur dan berat lahir rendah

·           Mencegah asfiksia neonatorum

·           Melakukan resusitasi dengan benar

·           Identifikasi awal terhadap kemungkinan terjadinya hemolisis neonatus

·           Mencegah perdarahan fetal/neonatal

·           Mencegah sepsis neonatorum

·           Mencegah pulmonary air leak syndrome

·           Mencegah terjadinya over distensi paru saat ventilasi tekanan positif

·           Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko syok dan pengelolaan yang efektif

 2.2              Asuhan Bayi Baru Lahir Bermasalah

Prinsip – Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir

·         Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam persalinan, penangan bayi
tersebut bergantung pada :

-          Apakah bayi mempunyai kondisi atau masalah yang perlu tindakan segera,

-          Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian, atau tindakan sama sekali.

2.2.1    Bayi Baru Lahir Dengan Masalah


·         Masalah/kondisi akut perlu tindakan segera dalam 1 jam kelahiran  (oleh tenaga di kamar
persalinan):

-          Tidak bernafas,

-          Sesak nafas

-          Sianosis sentral (kulit biru)

-          Bayi berat Lahir rendah (BBLR) <2.500 g,

-          Letargis

-          Hipotermia/stress dingin (suhu axila <36,5 C

-          Kejang

·         Kondisi perlu tidakan awal

-          Potensial infeksi bakteri ( pada ketuban pecah dini atau pecah lama)

-          Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau positif)

·         Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh tenaga di kamar
bersalin)

-          lakukan asuhan bayi segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi,

-          rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan sesuai.

2.2.1.1 Rujukan Bayi

·         jelaskan kondisi/masalah bayi kepada ibu

·         jaga bayi agar tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak atau kering, selimuti, dan pakai topi

·         rujuk dengan di gendong petugas, jika memungkinkan. Gunakan incubator atau basinet jika perlu
tindakan khusus, misalnya pemberian O2.

·         Mulai menyusui

·         Ajari memeras payudara dan ASI yang di berikan kepada bayi jika menyusui dini tidak di
mungkinkan oleh kondisi ibu atau bayi.

·         Pastikan kamar bayi NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau tempat pelayanan yang dituju
penerima formulir riwayat persalinan, kelahiran, dan tindakan yang diberikan kepada bayi.

2.2.1.2 Kondisi Atau Masalah Segera Setelah Lahir

Masalah

·         Bayi baru lahir dengan kondisi atau masalah

-          Tidak bernafas atau napas megap – megap,


-          Sukar bernafas (hitung nafas dalam <30 atau >60, tarikan dinsing dada ke dalam yang kuat atau
suara merintih)

-          Sianosis (biru)

-          Premature atau Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), (<32 minggu atau < 1500 g)

-          Letargi

-          Hipotermia

-          Kejang

·         Bayi dengan kondisi atau masalah yang perlu di perhatikan di kamar bersalin:

-          Bayi berat lahir rendah (BBLR) (1500 – 2500 g)

-          Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)

-          Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau serolohis positif)

2.2.1.3 Penanganan Segera

Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah: tidak bernafas atau megap – megap, sianosis
atau sukar bernafas.

2.2.2 Tidak Bernafas atau Megap –megap

2.2.2.1 Penanganan Umum

·         Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian  hangat – kering

·         Jika dilakukan, segera klem dan potong tali pusat

·         Letakan bayi di tempat yang keras dan hangat (dibawahradisant heater) untuk resusitasi

·         Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan dan resusitasi

2.2.2.2 Resusitasi

Perlunya resusitasi harus di tentukan sebelum akhir menit pertama kehidupan.Indicator


terpenting bawha di perlukan resusitasi ialah kegagalan napas setelah bayi lahir.
Kotak 32.1: Peralatan Resusitasi

2.2.2.3 Membuka Jalan Nafas

·         Posisi bayi

-          Terlentang

-          Kepala lurus dan sedikit tengadah/ekstensi (posisi mencium bau)

-          Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada

·         Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung. Jika terdapat darah atau meconium di
mulut atau hidung,  isap segera untuk menghindari aspirasi.

Catatan : jangan menghisap terlalu dalam tenggorok, karena karena dapat mengakibatkan turunnya
frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti nafas.

·         tetap jaga kehangatan tubuh bayi

·         Pertimbangkan pembrian nalokson (setelah tanda vital baik) jika ibu mendapat petidin atau morfin
sebelum melahirkan

·         Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti, dan nilai apakah terjadi napas spontan.

-          Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60 x/menit), tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih
dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.

-          Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas spontan terjadi

·         Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit setelah tangis
berhenti :

-          Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60x/menit) tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih
dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
-          Jika frekuensi <30x/menit, lanjutkan ventilasi.

-          Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oksigen, jika tersedia. Rujuk ke kamar
bayi atau tempat pelayanan yang dituju.

·         Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi

-          Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

-          Selama dirujuk jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan.

·         Jika tidak ada usaha bernafas, megap-megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit ventilasi,
hentikan ventilasi; bayi lahir mati. Berikan dukungan psikologis kepada keluarga.

Kotak 32.2: Mengatasi depresi pernafasan bayi baru lahir akibat obat narkotika

2.2.2.4 Asuhan Pascaresusitasi yang Berhasil

·         Hindari kehilangan panas:

-          Lakukan kontak kulit di dada ibu (metode Kanguru), dan selimuti bayi.

-          Letakkan di bawah radiant heater, jika tersedia.

·         Periksa bayi dan hitung nafas dalam semenit.

-          Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60x per menit, tarikan dinding
dada ke dalam atau merintih) beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.
·         Ukur suhu aksiler:

-          Jika suhu 36oC atau lebih, teruskan metode Kanguru dan mulai pemberian ASI.

-          Jika suhu <36oC, lakukan penanganan hipotermia.

·         Mendorong ibu mulai menyusui: bayi yang mendapat resusitasi cenderung hipoglikemia.

-          Jika kekuatan menghisap baik, proses penyembuhan optimal.

-          Jika menghisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

·         Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar bernafas kambuh, rujuk ke
kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

2.2.2.5 Sianosis atau Sukar Bernafas

·         Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60 x per menit, tarikan dinding
dada ke dalam atau merintih).

-          Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas bersih.

-          Beri oksigen 0,5 l/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.

-          Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

·         Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dan pakai topi untuk
mencegah kehilangan panas.

Kotak 32.3: Penggunaan oksigen

 
2.2.2.6 Penilaian

Banyak kondisi serius pada bayi baru lahir – misalnya infeksi bakteri, malformasi, asfiksia berat,
penyakit hialin membran pada prematur – dengan gejala yang sama dengan sukar bernafas dan
minum lemah/tidak mau minum.

Diagnosis banding sukar tanpa bantuan tes diagnostik lengkap.Meskipun demikian tindakan
segera harus dilakukan tanpa diagnosis yang khusus.Bayi dengan masalah di atas harus segera
dirujuk.

2.2.3    Penanganan Bayi Baru Lahir Bermasalah                        

2.2.3.1 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau Prematur Kecil

Jika bayi sangat kecil (<1500 g atau ,32 minggu) sering terjadi masalah yang berat misalnya
sukar bernafas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi rentan terjadi
hipotermia jika tidak dalam inkubator.

Bayi ini memerlukan pelayanan kesehatan khusus.Rujukan harus segera dilakukan ke tempat
pelayanan yang sesuai bagi bayi baru lahir sakit atau kecil sedini mungkin. Sebelum dan selama
rujukan:

·         Pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan
pakai topi untuk menghindari kehilangan panas.

·         Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri, beri dosis pertama antibiotika:

-          Gentasimin 4 mg/kg BB I.M. (atau kanamisin)

-          Ditambah ampisilin 100 mg/kg BB I.M. (atau benzil penisilin)

·         Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikkan dinding
dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.

2.2.3.2 Letargi

Jika bayi alergi (tonus otot rendah, tidak ada gerakan), sangat mungkin bayi sakit berat dan harus
segera di rujuk ketempat pelayanan yang sesuai.

2.2.3.3 Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau pada bayi yang diresusitasi atau
dipisahkan dari ibu.Dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun < 35oC. Hangatkan segera:

·         Jika bayi sakit berat atau hipotermia berat (suhu aksiler < 35oC ):

-          Gunakan alat yang tersedia (inkubator, radiant heater, kamar hangat, tempat tidur hangat)

-          Rujuk segera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU,


-          Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding
dad kedalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.

·         Jika bayi begitu tampak dan suhu aksiler 35oC atau lebih:

-          Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dan pakai topi
untuk menghindari kehilangan panas

-          Dorong ibu untuk segera menyusui, setelah bayi siap

-          Pantau suhu aksiler setiap jam sampai normal

-          Bayi dapat diletakan kedalam inkubator atau dibawah radiant heater

2.2.3.4 Kejang

Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang dapat disebabkan oleh maningitis,
ensefalopati, atau hipoglekemia berat

·         Pastikan bayi dijaga tetap hangat . bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan pakai topi
untuk menghindari kehilangan panas

·         Rujuk segera ketempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU

2.2.4 Bayi Prematur Sedang Atau Bblr

Bayi prematur sedang (33 atau 38 minggu) atau BBLR (1500-2500 gram) dapat mempunyai masalah
segera setelah lahir

·         Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan metode kanguru:

-          Rawat bayi tetap bersama ibu

-          Dorong ibu menyusui dalam 1 jam pertama

·         Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60 x per menit, tarikan dinding
dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong

·         Jika suhu aksiler turun di bawah 35oC, hangatkan bayi segera

2.2.5 Bayi Prematur Dan/Atau Ketuban Pecah Lama Dan Asimptomatis

Panduan berikut bisa dimodifikasi sesuai dengan keadaan setempat

·         Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi bakteri atau jika ketuban pecah lebih dari 18 jam meskipun
tanda-tanda klinis infeksi

-          Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui

-          Lakukan kultur darah dan berikan antibiotika dosis pertama

·         Jangan berikan antibiotika pada kondisi lain. Amati bayi terhadap tanda infeksi selama 3 hari:

-          Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
-          Jika dalam 3 hari terjadi tanda infeksi, rujuk ke NICU, lakukan kultur darah, dan berikan antibiotika
dosis pertama.

·         Jika bayi menunjukan tanda-tanda sifilis, rujuk ke NICU. Tanda-tanda sifilis termasuk:

-          Edema umum

-          Ruam kulit

-          Telapak tangan atau kaiki melepuh

-          Rinitis

-          Kondiloma anal

-          Pembesaran hepat/lien

-          Paralis salah satu anggota tubuh bagian bawah

-          Ikterus

-          Pucat

-          Sfiroketa positif dari lesi cairan tubuh cairan serebrospinal

·         Jika tes srelogis ibu positif atau menunjukan gejala tetapi bayi tidak menunjukan tanda-tanda sefilis,
beri benzatin penisilin 50.000 unit/kg BB I.M. dosis tunggal.
di Maret 27, 2018 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pelayanan Penyakit Menular TB di Keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman...

 KEGAWATDARURATAN NEONATAL & ASUHAN BAYI BARU LAHIR


BAB I P ENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga
atau terjadi secara tiba-ti...

 METODE PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN


BAB I P ENDAHULUAN 1.1       Latar Belakang Pada saat ini permasalahan pokok yang dihadapi bangsa
Indonesia adalah masalah kesehat...
Cari Blog Ini
 Beranda
Mengenai Saya
ayu septianingsih ariyani
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 Desember 2019 (8)
 Maret 2019 (2)
 Oktober 2018 (1)
 Juli 2018 (2)
 April 2018 (2)
 Maret 2018 (5)
 November 2017 (1)
 Oktober 2017 (3)
 September 2017 (6)
 Agustus 2017 (1)
Laporkan Penyalahgunaan
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuis Kesmas
    Kuis Kesmas
    Dokumen1 halaman
    Kuis Kesmas
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kesmas
    Makalah Kesmas
    Dokumen1 halaman
    Makalah Kesmas
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kesmas
    Makalah Kesmas
    Dokumen1 halaman
    Makalah Kesmas
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • Distosia Bahu
    Distosia Bahu
    Dokumen10 halaman
    Distosia Bahu
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • Gaddar
    Gaddar
    Dokumen7 halaman
    Gaddar
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • Checklist BLS
    Checklist BLS
    Dokumen2 halaman
    Checklist BLS
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Pil KB
    Leaflet Pil KB
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Pil KB
    Rahmat Muttaqien
    Belum ada peringkat
  • PERMILDAS
    PERMILDAS
    Dokumen8 halaman
    PERMILDAS
    Lily Kim
    Belum ada peringkat
  • KESMAS
    KESMAS
    Dokumen13 halaman
    KESMAS
    Lily Kim
    Belum ada peringkat