Anda di halaman 1dari 10

Techno.COM, Vol. 14, No.

4, November 2015: 281-290

ANALISIS PENGENALAN MOTIF BATIK PEKALONGAN


MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION
Vera Pebrianasari 1, Edy Mulyanto2 , Erlin Dolphina3
1,2,3
Program Studi Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro, Semarang
Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang
E-mail : 111201106294@mhs.dinus.ac.id1, edymul007@gmail.com2, eerlindolphina@dsn.dinus.ac.id3

Abstrak
Batik merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah ditetapkan oleh badan dunia PBB
yaitu UNESCO sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Batik memiliki motif tertentu seperti
gambar garuda, garis lengkung, pohon dengan hiasan titik-titik sebagaimana yang terdapat
pada beberapa motif batik salah satunya batik Pekalongan. Batik Pekalongan merupakan salah
satu batik pesisir yang mendapatkan banyak pengaruh budaya asing. Sejak pertama kali dibuat
sekitar tahun 1800-an, batik Pekalongan terus mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dari segi motif. Hal inilah yang membuat masyarakat awam akan sulit untuk
mengenali pola motif batik yang ada. Jaringan Saraf Tiruan merupakan metode yang sudah
banyak digunakan untuk mengenali pola terutama salah satu algoritmanya yaitu algoritma
backpropagation. Algoritma backpropagation bekerja melalui tiga fase yaitu fase perambatan
maju, fase perambatan mundur dan fase perubahan bobot serta bias. Di beberapa penelitian
tentang pengenalan pola, algoritma backpropagation banyak dimanfaatkan dan terbukti
memiliki tingkat keakurasian yang tinggi. Dalam penelitian ini, algoritma backpropagation
dimanfaatkan untuk mengenali motif batik Pekalongan. Hasil akhir yang diperoleh yaitu
algoritma backpropagation bisa digunakan untuk mengenali motif batik Pekalongan dengan
tingkat akurasi yang diperoleh mencapai 88,62%.

Kata Kunci: Batik Pekalongan, Pengenalan Pola, Jaringan Saraf Tiruan, Algoritma
Backpropagation.

Abstract
Batik is one of the traditional art has decided by United Nations world organization that is
UNESCO as Indonesian culture legacy. Batik has surely pattern like garuda picture, curve line,
tree with drops decoration like in the some of pattern, one of them is Batik Pekalongan. Batik
Pekalongan is one of the coustal area of batik that get a lot of many foreign culture influence.
Since it was first made around the 1800s, batik Pekalongan continues to experience rapid
growth, especially in terms of pattern. It makes ordinary people will have hard time to
recognize the pattern of batik which exists. Neural network is a method which has been used
many times to recognize the pattern, especially one of them is backpropagation algorithm.
Backpropagation algorithm working by means of three phases, it is forward propagation phase,
backward propagation phase and changes in the weights and biases phase. In many research
about pattern recognition, backpropagation algorithm has been useful and it is proved that has
high accuracy level. In this research, backpropagation algorithm is used to recognize the
pattern of batik Pekalongan. The final research which has been obtained is backpropagation
algorithm can be used well to recognize batik Pekalongan pattern with the level of accuracy has
reached 88,62%.

Keywords: Batik Pekalongan, Pattern Recognition, Neural Network, Backpropagation


Algorithm.

281
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 282

1. PENDAHULUAN Hal inilah yang mendasari pemanfaatan


algoritma backpropagation dalam
Bangsa Indonesia merupakan negara mengenali pola motif batik Pekalongan.
yang terdiri dari banyak suku bangsa Dalam metode Jaringan Saraf Tiruan
yang tersebar dari Sabang sampai terdapat tujuh algoritma yang dapat
Merauke, dimana setiap suku bangsanya digunakan dalam pengenalan pola yaitu
mewariskan hasil kesenian tradisional. algoritma hebb rule, algoritma
Batik merupakan salah satu kesenian perceptron, algoritma delta rule,
tradisional yang telah ditetapkan oleh algoritma backpropagation, algoritma
badan dunia PBB yakni UNESCO heteroassociative memory, algoritma
sebagai warisan budaya bangsa bidirectional associative memory
Indonesia. (BAM) dan algoritma learning vector
quantization (LVQ) [5]. Algoritma
Batik Pekalongan memiliki ciri khas tersebut sebagian besar termasuk dalam
warna yang cerah serta mendapatkan Supervised Learning (belajar dengan
banyak pengaruh dari budaya asing pengawasan) [6]. Algoritma
seperti Cina, Jepang, India, Belanda dan backpropagation sendiri merupakan
Arab [1]. salah satu metode dari jaringan saraf
tiruan yang sering digunakan untuk
Sejak pertama kali dibuatnya yaitu pengenalan pola dan memiliki tingkat
sekitar tahun 1800-an, batik Pekalongan keakurasian yang tinggi.
terus mengalami perkembangan yang
sangat pesat terutama dalam industri Algoritma backpropagation merupakan
skala kecil. Data dari Pemerintah kota salah satu algoritma pelatihan
Pekalongan menunjukkan terdapat terbimbing yang terdiri dari jaringan
1.719 pengrajin batik yang tersebar di 3 lapis jamak. Algoritma backpropagation
kecamatan yaitu Pekalongan Barat, memanfaatkan error output untuk
Pekalongan Timur dan Pekalongan mengubah nilai bobot-bobotnya dalam
Selatan, serta terdapat 600 perusahaan arah mundur (backward) [7]. Dalam
batik dan 700 perusahaan garmen [2]. tahap pelatihan algoritma
Bagi para pecinta batik, kota backpropagation terdapat tiga fase yaitu
Pekalongan merupakan tempat untuk fase maju (feed forward), fase mundur
mencari batik dan aksesorisnya karena (backpropagation) dan fase modifikasi
terdapat pasar batik, butik dan grosir bobot. Pada fase pertama yaitu fase feed
batik [3]. forward, pola masukan dihitung maju
mulai dari lapisan input sampai lapisan
Zaman sekarang ini tidak semua orang output. Fase kedua yaitu fase
dapat mengenali pola motif batik yang backpropagation, dimana tiap-tiap unit
beragam hanya melalui ciri-ciri yang output yang tadi sudah dikerjakan pada
tampak secara visual saja. Pengetahuan fase feed forward akan menerima target
tentang pengenalan motif batik mungkin pola yang berhubungan dengan pola
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu input untuk dihitung nilai kesalahan.
yang memiliki keahlian pada bidang Fase ketiga adalah fase modifikasi
terkait seperti bidang membatik. Hal ini bobot yang bertujuan untuk
dikarenakan batik memiliki motif yang menurunkan kesalahan yang terjadi [8].
bervariasi dan hampir setiap motif batik
di setiap daerah memiliki motif yang
hampir serupa namun tidak sama [4].
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 283

2. METODE Pada unit-unit tersembunyi nilai


output-nya tidak dapat diamati secara
2.1 Gambaran Umum Tentang Batik langsung.
Kata batik berasal dari bahasa Jawa 3. Lapisan Output (Output Layer)
yaitu “ambatik” yang berarti “menulis”
dan “titik”. Sedangkan pengertian batik Unit-unit output ini merupakan solusi
secara umum yaitu proses JST terhadap suatu permasalahan yang
penggambaran pada kain mori dengan diterima pada unit input [5].
menggunakan alat bantu canting,
dimana untuk menghasilkan motif 2.4 Backpropagation
batiknya menggunakan cairan lilin atau A. Tahap Perambatan Maju (forward
biasa disebut malam [1]. propagation)
1. Setiap unit input (Xi, i=1,2,3,...,n)
2.2 Batik Pekalongan menerima sinyal xi dan
Batik Pekalongan sangat dipengaruhi meneruskan sinyal tersebut ke
oleh budaya asing seperti Cina dan semua unit pada lapisan
Belanda. Selain itu, meskipun motif tersembunyi.
batik Pekalongan terkadang sama
2. Setiap unit tersembunyi (Zj,
dengan motif batik Yogya atau Solo j=1,2,3,...,p) menjumlahkan bobot
yang juga bersifat naturalis akan tetapi sinyal input dengan persamaan
batik Pekalongan memiliki
berikut :
keistimewaan yaitu para pembatiknya
yang tidak pernah kehabisan ide untuk
membuat berbagai macam motif batik,
selain itu mereka juga berkreasi (1)
mengikuti perkembangan zaman.
Berdasarkan ragam hias dan tata dan menerapkan fungsi aktivasi
warnanya, batik Pekalongan dapat untuk menghitung sinyal output-
dikategorikan dalam tiga golongan, nya :
yaitu batik gaya Cina (encim), batik zj = f(z_inj) (2)
gaya Belanda (Eliza Van Zuylen) dan
batik pribumi [1]. Biasanya fungsi aktivasi yang
digunakan adalah fungsi sigmoid,
2.3 Pengertian Jaringan Saraf Tiruan kemudian mengirimkan sinyal
tersebut ke semua unit output.
Jaringan saraf tiruan terinspirasi oleh 3. Setiap unit output (Yk,
sistem saraf secara biologis, seperti k=1,2,3,...,m) menjumlahkan
proses informasi pada otak manusia. bobot sinyal input
Lapisan-lapisan penyusun JST dibagi
menjadi tiga, yaitu : (3)
1. Lapisan Input (Input Layer)
Unit-unit input bertugas menerima
pola inputan dari luar yang Dan menerapkan fungsi aktivasi
menggambarkan suatu permasalahan. untuk menghitung sinyal output-
2. Lapisan Tersembunyi (Hidden nya :
Layer) Yk = f(y_ink) (4)
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 284

B. Tahap Perambatan - Balik 1. Setiap unit output (Yk,


(backpropagation) k=1,2,3,...,m) dilakukan
1. Setiap unit output (Yk, perubahan bobot dan bias
k=1,2,3,...,m) menerima pola (j=0,1,2,...,p) dengan persamaan
target yang sesuai dengan pola berikut :
input pelatihan, kemudian hitung
error dengan persamaan berikut : Wjk(baru) = wjk(lama) + ∆wjk (12)

ẟk = (tk - yk) f’(y_ink) (5) Setiap unit tersembunyi (Zj,


j=1,2,3,...,p) dilakukan perubahan
f’ adalah turunan dari fungsi bobot dan bias (i=0,1,2,...,n)
aktivasi dengan persamaan berikut :
kemudian hitung koreksi bobot
dengan persamaan berikut : Vij(baru) = vij(lama) + ∆vij (13)

∆wjk = α ẟk zj (6) 2. Tes kondisi berhenti [5].

Dan menghitung koreksi bias 2.5. PHP


dengan persamaan berikut : HyperText Preprocessor atau yang biasa
∆w0k = α ẟk (7) disebut dengan PHP biasa digunakan
dalam pemrograman berbasis web,
sekaligus mengirimkan ẟk ke unit- dimana PHP memiliki kemampuan
unit yang ada di lapisan paling untuk memproses dan mengolah data
kanan. secara dinamis. Pada umumnya, semua
2. Setiap unit tersembunyi (Zj, aplikasi yang dibangun dengan
j=1,2,3,...,p) menjumlahkan delta menggunakan PHP akan memberikan
input-nya (dari unit-unit yang hasil pada web browser akan tetapi
berada pada lapisan di kanannya): secara keseluruhan prosesnya akan
dijalankan pada server [9].

(8) 2.6. Pengolahan Citra Digital


Secara umum, pengertian dari
Untuk menghitung informasi pengolahan citra digital adalah proses
error, kalikan nilai ini dengan pengolahan gambar 2 dimensi
turunan dari fungsi aktivasinya : menggunakan komputer. Suatu citra
dapat didefinisikan sebagai fungsi f(x,y)
ẟj = ẟ_inj f’(z_inj) (9) berukuran M baris dan N kolom,
dimana x dan y merupakan koordinat
kemudian hitung koreksi bobot spasial dan amplitudo f di titik
dengan persamaan berikut : koordinat (x,y) dinamakan intensitas
∆vjk = α ẟj xi (10) atau tingkat keabuan dari citra pada titik
tersebut [10].
Setelah itu, hitung juga koreksi
bias dengan persamaan berikut :
∆v0j = α ẟj (11) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tahap Perubahan Bobot dan Bias


Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 285

Tabel 1: Model Batik Pekalongan 5.


No. Gambar Nama

1.

Motif Batik
Jlamprang

Motif Batik
Kawung Buketan

Data motif batik yang telah diperoleh,


2.
selanjutnya dilakukan proses
pengolahan citra dengan tahapan
scaling, grayscale dan tresholding.
Tahapan-tahapan tersebut dilakukan
Motif Batik
guna memperoleh masukan berupa citra
Burung Phoenix
biner yang selanjutnya akan dilakukan
pembelajaran oleh jaringan saraf tiruan
backpropagation.
A. Scaling
Citra motif batik burung phoenix
3.
dengan ukuran 300 x 218 piksel,
kemudian diperkecil ukurannya
menjadi 50 x 50piksel.
Motif Batik
Enchim

4.

Gambar 1. Citra batik burung Phoenix yang


Motif Batik Jawa diperkecil
Hokokai
Setelah dilakukan perubahan ukuran
piksel, kemudian cari nilai RGB tiap-
tiap pikselnya. Pada tabel 2 berikut,
akan ditampilkan nilai RGB motif
batik burung phoenix hanya sampai
ukuran 5 x 5 piksel saja.
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 286

Tabel 2: Nilai RGB Burung Phoenix

Gambar 3. Thresholding

B. Grayscale Perhitungan ke dalam bentuk biner


Setelah dilakukan proses scaling, dengan aturan:
citra akan melalui tahap grayscale a. Nilai treshold diambil rentang
atau perubahan citra menjadi keabu- antara 0-255 dengan batasan T =
abuan. 128.
b. Apabila nilai piksel yang didapat
lebih dari atau sama dengan 128,
maka diubah menjadi 1 sedangkan
apabila nilai piksel yang didapat
kurang dari 128, maka diubah
menjadi 0.
Tabel 4: Nilai Biner Burung Phoenix
Gambar 2. Citra grayscale

Kemudian cari nilai grayscale tiap-


tiap piksel dengan rumus:
Grayscale = (R + G + B) / 3 (14)

Sehingga diperoleh nilai grayscale


sampai dengan ukuran 5 x 5 piksel
sebagai berikut:
Hasil keluaran seperti yang terdapat di
Tabel 3: Nilai Grayscale Burung Phoenix
tabel 4 inilah yang akan digunakan
sebagai inputan dalam pembelajaran
algoritma backpropagation.

C. Tresholding
Tresholding merupakan proses
pengubahan menjadi citra hitam
putih atau menjadi citra biner.
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 287

fungsi aktivasi sendiri diperoleh dari


perhitungan penjumlahan bobot dari
hidden layer. Hasil dari fungsi
aktivasi tersebut lalu dikuadratkan
dan bandingkan dengan nilai target
error, apabila nilai yang diperoleh
lebih besar dari nilai target error
yang telah ditentukan, maka lakukan
tahap perambatan mundur.

2. Tahap Perambatan Mundur


Pada tahap perambatan mundur ini
tentu saja operasi dilakukan dari
Gambar 4. Skema Cara Kerja Algoritma output layer. Di output layer ini
Backpropagation
lakukan 2 perhitungan, yaitu
Penjelasan dari skema gambar 4 diatas perhitungan error dan koreksi bobot
adalah sebagai berikut: hidden layer & koreksi bias.
Selanjutnya nilai dari perhitungan
1. Tahap Perambatan Maju error tadi dikalikan dengan bobot
Tahap ini merupakan tahapan awal awal hidden layer ke output layer
dalam proses pembelajaran algoritma untuk mendapatkan nilai yang
backpropagation dimana citra nantinya digunakan untuk
inputan berupa angka biner akan mendapatkan nilai informasi error di
masuk dan menerima bobot awal hidden layer. Setelah nilai informasi
inputan yang selanjutnya akan diolah error tadi diperoleh, kemudian
di hidden layer. Pada bagian hidden digunakan untuk menghitung koreksi
layer terjadi 2 operasi perhitungan, bobot input dan koreksi bias.
yaitu perhitungan penjumlahan bobot
sinyal input (terdiri dari bobot awal 3. Tahap Perubahan Bobot dan Bias
input & bias ke hidden layer dan Tahapan selanjutnya adalah
inputan berupa angka biner) dan perubahan bobot dan bias. Perubahan
perhitungan fungsi aktivasi. Nilai bobot dan bias ini diperoleh dari
untuk perhitungan fungsi aktivasi penjumlahan nilai bobot dan bias
sendiri diperoleh dari perhitungan lama dengan koreksi bobot dan bias
penjumlahan bobot sinyal input. yang didapatkan dari tahap
Nilai yang diperoleh dari perambatan mundur.
perhitungan fungsi aktivasi pada
hidden layer kemudian dikirimkan
Apabila nilai error yang didapatkan
ke unit output.
masih lebih besar dari nilai target
error yang ditentukan, maka lakukan
Pada output layer juga terjadi 2
tahapan-tahapan diatas sampai
operasi perhitungan, yaitu
kondisi terpenuhi, akan tetapi nilai
perhitungan penjumlahan bobot dari
bobot dan bias yang digunakan
hidden layer (terdiri dari hasil fungsi
adalah nilai bobot dan bias baru.
aktivasi di hidden layer dan bobot
Sedangkan apabila nilai error yang
awal hidden layer & bias ke output
didapatkan lebih kecil dari nilai
layer) dan perhitungan fungsi
target error yang ditentukan, maka
aktivasi. Nilai untuk perhitungan
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 288

perhitungan dihentikan dan kemudian hitung nilai akurasi rata-rata


menampilkan keluaran dari hasil dari 5 data motif batik Pekalongan.
perhitungan. Sehingga didapatkan nilai rata-rata 5
data motif batik Pekalongan sebesar
Dengan menentukan kebutuhan di 88,62%.
jaringan, seperti maksimum epoch 100,
target error 0,01, learning rate 0,01, Implementasi pengenalan motif batik
maka diperoleh hasil keluaran tiap-tiap Pekalongan menggunakan algoritma
motif batik Pekalongan. backpropagation diaplikasikan
Tabel 5: Hasil Motif Batik Kawung Buketan menggunakan bahasa pemrograman
PHP. Adapun tampilan dari aplikasi
pengenalan motif batik Pekalongan
seperti berikut:

Tabel 6: Hasil Motif Batik Burung Phoenix

Gambar 5. Halaman Upload Gambar Motif


Batik
Tabel 7: Hasil Motif Batik Enchim

Pada halaman ini memungkinkan untuk


meng-upload gambar motif batik
Pekalongan beserta dengan
keterangannya ke dalam database,
selain itu data yang sudah dimasukkan
akan ditampilkan pada halaman ini,
Tabel 8: Hasil Motif Batik Jawa Hokokai sehingga diketahui motif batik apa saja
yang sudah dimasukkan ke dalam
database. Data motif batik Pekalongan
yang dimasukkan nantinya akan
menjadi tolak ukur dalam proses
pengenalan motif. Dibawah ini
merupakan data motif batik Pekalongan
Tabel 9: Hasil Motif Batik Jlamprang yang sudah dimasukkan ke dalam
database.

Setelah masing-masing motif


mendapatkan nilai akurasinya,
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 289

Pada gambar 8 dibawah ini akan


ditampilkan hasil uji motif batik burung
phoenix yang telah diterapkan dalam
sebuah aplikasi. Motif batik burung
phoenix yang akan diuji terlebih dahulu
diubah ukuran pikselnya menjadi 50 x
50. Sedangkan untuk kebutuhan di
jaringan backpropagation, ditentukan
nilai untuk maksimum epoch 100, nilai
treshold 0,01, nilai learning rate 0,01,
sedangkan untuk nilai bobot jaringan
ditentukan secara acak. Sehingga
diperoleh hasil seperti yang ada pada
gambar 8.
Gambar 6. Data Motif Batik Pekalongan di
Database

Tempat uji gambar motif batik


Pekalongan tampak pada gambar 7.
Untuk memilih gambar yang akan
dilakukan proses pengenalan pilih
browse. Sebelumnya gambar dilakukan
proses perubahan ukuran piksel terlebih
dahulu menggunakan adobe photoshop
dan disimpan dengan format gambar Gambar 8. Pengujian Motif Batik Burung
.png. Setelah memilih gambar, maka Phoenix (Resize)
nama file gambar akan tampil.
Gambar 8 merupakan hasil
pengaplikasian motif batik burung
phoenix dengan menggunakan bahasa
pemrograman PHP. Informasi yang
didapatkan berupa nilai MSE epoch
pertama, nilai MSE epoch terakhir,
gambar pembanding, perubahan gambar
ke grayscale dan gambar yang memiliki
Gambar 7. Halaman Uji Gambar dengan File kesamaan di database.
Gambar yang dipilih

Setelah dilakukan tahapan-tahapan yang 4. KESIMPULAN DAN SARAN


sudah disebutkan diatas sampai dengan
memilih file gambar, lalu klik tombol 4.1 Kesimpulan
proses. Sistem akan melakukan proses Berdasarkan hasil dari penelitian
pengolahan citra yang selanjutnya akan tentang pengenalan pola motif batik
dilakukan proses pengenalan motif oleh Pekalongan dengan memanfaatkan
algoritma backpropagation. algoritma backpropagation, dimana
kebutuhan jaringan yang digunakan
adalah maksimum epoch 100, target
error 0,01, learning rate 0,01, maka
Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015: 281-290 290

dapat disimpulkan algoritma Eksplanasi, vol. 6, No.1, pp. 29-


backpropagation dapat digunakan untuk 45, Maret 2011.
pengenalan pola motif batik Pekalongan [4] Fany Hermawan, "Implementasi
dengan nilai akurasi masing-masing Jaringan Syaraf Tiruan
motif batik adalah motif batik kawung Backpropagation Untuk
buketan 88,07%, motif batik burung Mengenali Motif Batik," Jurnal
phoenix 87,32%, motif batik enchim Ilmiah Komputer dan
85,68%, motif batik jawa hokokai Informatika (KOMPUTA).
90,73% dan motif batik jlamprang [5] T.Sutojo, Edy Mulyanto, and
91,31%. Sedangkan nilai akurasi rata- Vincent Suhartono, Kecerdasan
rata yang didapatkan adalah 88,62%. Buatan, I ed., Benedicta Rini W,
Ed. Yogyakarta, Indonesia: C.V
4.2 Saran Andi Offset, 2011.
Berikut merupakan hal-hal yang dapat [6] Suyanto, Artificial Intelligence, I
dilakukan untuk melakukan penelitian ed. Bandung, Indonesia:
selanjutnya : Informatika Bandung, 2007.
1. Ruang lingkup pengenalan motif [7] Sri Kusumadewi, Artificial
batik tidak hanya untuk motif batik Intelligence (Teknik dan
Pekalongan saja, akan tetapi dapat Aplikasinya), I ed. Yogyakarta,
digunakan untuk motif batik dari Indonesia: Graha Ilmu, 2003.
daerah lain sehingga proses [8] Andri Kristanto, Jaringan Syaraf
pembelajaran algoritma Tiruan (Konsep Dasar, Algoritma
backpropagation dapat meningkat. dan Aplikasi), I ed. Yogyakarta,
2. Penggunaan metode kecerdasan Indonesia: Gava Media, 2004.
buatan lain untuk mengidentifikasi [9] Betha Sidik, Pemrograman WEB
motif batik atau sebagai pembanding dengan PHP, II ed. Bandung,
dari algoritma backpropagation. Indonesia: Informatika Bandung,
2006.
[10] Darma Putra, Pengolahan Citra
DAFTAR PUSTAKA Digital, I ed., Westriningsih, Ed.
Yogyakarta, Indonesia: C.V Andi
[1] Rizki Umi Amalia, "Motif Batik Offset, 2010.
Pekalongan: Studi Dokumen
Koleksi Museum Batik
Pekalongan," Motif Batik
Pekalongan: Studi Dokumentasi
Koleksi Museum Batik
Pekalongan, vol. VI No.2, pp.
125-141, Juli 2010.
[2] Nurainun, Heriyana, and
Rasyimah, "Analisis Industri
Batik Di Indonesia," Fokus
Ekonomi (FE), vol. 7, No.3, pp.
124-135, Desember 2008.
[3] Djoko Sudantoko, "Strategi
Pemberdayaan Usaha Skala Kecil
Batik Di Pekalongan,"

Anda mungkin juga menyukai