Anda di halaman 1dari 3

Resusitasi pada bayi baru lahir (neonatus)

Sekitar 100% bayi baru lahir memerlukan bantuan resusitasi aktif untuk memulai pernapasan saat
lahir. Saat bayi mengalami asfiksia, sebelum atau sesudah proses kelahiran, baik akan menunjukkan
tanda dan gejala yang jelas dan akan berakhir pada apne primer atau sekunder. Kekurangan oksigen
tahap awal akan mengakibatkan bayi bernapas cepat sebagai kompensasi sementara. Jika keadaan
ini terus berlangsung, frekuensi pernapasan bayi lambat laun akan menurun dan bayi akan
mengalami henti nafas atau Apne yang dikenal dengan istilah alne primer. Hal ini disertai dengan
penurunan denyut jantung dan hilangnya tonus neuromuskular. Pemberian rangsangan sederhana
dan oksigen akan dapat mengatasi apne primer ini. Bila apne primer tidak segera diatasi dan asfiksia
terus berlangsung, baik akan mengalami pernafasan dalam yang tidak teratur dan diikuti dengan
Apne sekunder. Hal ini disertai dengan penurunan denyut jantung, penurunan tekanan darah, dan
hilangnya tonus neuromuskular titik bayi yang mengalami apne sekunder tidak akan memberikan
respon terhadap stimulasi dan tidak akan menunjukkan upaya nafas spontan.

Untuk mengatasi hal ini bayi harus dibantu dengan alat bantu nafas karena bila dibiarkan dapat
menyebabkan kematian. secara klinis apne primer dan sekunder sulit dibedakan titik Oleh sebab itu
Apne sekunder harus dicegah dan resusitasi harus segera dimulai pada bayi yang mengalami apne.

Protokol Resusitasi

Protokol resusitasi neonatus direkomendasikan oleh international Liaison Committee on


Resuscotation (2006) dan di setujui oleh American College of Obstretricians and Gynecologists.

1. Cegah kehilangan panas. Tatakan bayi di bawah pemancar panas.


2. Bersihkan Jalan napas titik Jalan napas dibuka dengan melakukan penghisapan lendir dari
mulut dan lubang hidung jika tidak terdapat mekonium. Jika terdapat mekonium, Mungkin
diperlukan pengisapan lendir langsung dari trakea.
3. Keringkan, berikan stimulasi dan posisi kembali.
4. Evaluasi kondisi bayi. Lakukan observasi terhadap respirasi, denyut jantung, dan warna kulit
untuk menentukan langkah selanjutnya. Jika bayi bernapas dengan frekuensi denyut
jantung(nadi) lebih dari 100 kali per menit dan warna kulit bagian tengah badan serta
membran mukosa berwarna kemerahan maka perawatan suportif rutin dapat dilakukan.
Langkah awal ini harus dilakukan dalam 30 detik atau kurang.

Ventilasi

Ventilasi tekanan positif harus segera diberikan pada bayi apnea, pernapasan gasping atau
bradikardia yang berlangsung lebih dari 30 detik lebih Setelah proses kelahiran. Alat resusitasi yang
digunakan, berupa kantong ventilasi yang menempel pada pipa trakea, harus dapat memberikan
udara kaya oksigen ke dalam pipa dengan interval 1-2 detik dengan tekanan yang adekuat agar
dapat mengembangkan rongga dada. Besarnya tekanan yang dapat mengembangkan alveolus tanpa
mengakibatkan pneumotoraks atau pneumomediastinum biasanya berkisar antara 25 sampai 35 cm
H2O.

Kompresi Dada

Kompresi dada diperlukan bila frekuensi denyut jantung bayi tetap dibawah 60 kali per menit
meskipun sudah dilakukan ventilasi adekuat dengan oksigen 100% selama 30 detik. Kompresi
dilakukan pada Iga ke-3 bawah sternum dengan kedalaman yang adekuat agar dapat menghasilkan
denyut nadi yang dapat teraba. Rasio kompresi dan ventilasi yang direkomendasikan sebesar 3:1.
Dengan 90 kali kompresi dan 30 kali ventilasi untuk mendapatkan 120 siklus per menit. Frekuensi
denyut jantung dievaluasi setiap 30 detik dan kompresi dada dilanjutkan sampai terdapat frekuensi
jantung spontan minimal 60 kali per menit.

Obat-obatan dan Pemberian Cairan

Epinefrin diberikan bila frekuensi denyut jantung tetap di bawah 60 kali per menit setelah minimal
dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada selama 30 detik. Dosis intravena atau endotracheal
yang direkomendasikan adalah sebesar 0,1-0,3 ml/kg dengan larutan 1:10.000. Pemberian dapat
diulang setiap 3 sampai 5 menit sesuai indikasi.

Pemberian cairan harus dipertimbangkan bila diduga terdapat pendarahan, bayi terlihat dalam
keadaan syok atau respon terhadap resusitasi tidak adekuat. Cairan yang dapat diberikan adalah
cairan kristaloid isotonik seperti garam fisiologis atau ringer laktat. Apabila bayi terlihat pucat atau
anemia, dapat diberikan transfusi sel darah merah titik dosis Awal pemberian cairan dapat diberikan
sebesar 10ml/kg secara bolus perlahan intravena selama 5 sampai 10 menit.

Penggunaan natrium bikarbonat secara rutin pada resusitasi neonatus masih kontroversi dan
sebaiknya diberikan setelah ventilasi dan sirkulasi sudah adekuat.

Nalokson adalah obat antagonis narkotik yang diindikasikan untuk terapi depresi nafas pada bayi
baru lahir dari ibu yang mendapatkan narkotik dalam waktu 4 jam pada proses kelahirannya.
Sebelum pemberian naloxone, ventilasi yang adekuat harus selalu diberikan. Dosis aloksan yang
direkomendasikan yaitu sebesar 0,1mg/kg dalam larutan 1 mg/mL.

Intubasi Endotrakeal

Jika ventilasi dengan sungkup dan Kantong tidak efektif atau memakan waktu lama maka harus
dilakukan intubasi endotrakeal. Indikasi intubasi endotrakeal juga dilakukan pada beberapa indikasi
lainnya seperti yang di lakukan kompresi dada atau pemberian obat-obatan melalui trakea atau pada
beberapa keadaan khusus seperti pada bayi berat lahir sangat rendah atau hernia diafragma
kongenital.

TEKNIK INTUBASI

Penggunaan laringoskop pada intubasi trakea langkah-langkahnya yaitu:

1. Posisikan kepala bayi telentang di atas alas yang datar.


2. laringoskop melalui sisi kanan rongga mulut lalu didorong ke arah posterior menekan
orofaring.
3. Gerakan laringoskop secara perlahan ke ruang di antara dasar lidah dan epiglotis. Gerakan
mengangkat ujung laringoskop secara perlahan akan mengangkat epiglotis sehingga akan
terlihat area glotis dan pita suara.
4. Pipa endotrakeal lalu dimasukkan melalui sisi kanan rongga mulut dan dimasukkan di antara
pita suara sampai bahu pipa mencapai glotis. Perlu diingat bahwa ukuran pipa endotrakeal
yang digunakan harus tepat.
5. Lalu Tentukan apakah pipa sudah masuk ke dalam trakea dan bukan ke esofagus dengan
cara mendengarkan suara nafas atau suara gemuruh jika udara dimasukkan ke dalam
lambung. Berbagai macam zat asing yang masuk ke dalam pipa trakea segera diambil dengan
melakukan penghisapan berbagai zat seperti mekonium, darah, mukus, dan beberapa
debris dalam cairan amnion atau Jalan lahir dapat terhirup selama melewati jalan lahir.
Dengan menggunakan balon ventilasi yang menempel pada pipa trakea, Darah kaya oksigen akan
masuk ke dalam pipa dengan interval 1 sampai 2 detik yang dapat mengembangkan dada dengan
adekuat. Tekanan yang dapat mengembangkan alveolus tanpa menyebabkan pneumotoraks atau
penuh mediastinum adalah sebesar 25 sampai 35 cm H2O. Jika lambung tampak mengembang,
kemungkinan besar pipa masuk ke dalam esofagus dan bukan masuk ke dalam trakea. Jika
pernapasan spontan sudah adekuat, maka pipa biasanya dapat aman untuk dilepaskan.

Anda mungkin juga menyukai