Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGELOLAAN SAMPAH
SAMPAH MEDIS DAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS
BERDASARKAN DENGAN INCENERASI

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 10

Adityas Sekar Arimbi (P21345118002)


Athaya Nada Salsabila (P21345118013)
Eigen Rohidup (P21345118019)
Muhammad Akmal (P21345118040)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Jl. Hang Jebat III Blok F3, No.8, RT04 RW08, Gunung, Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
Telepon : (021) 7397641
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan di rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah. Limbah inilah yang
disebut sebagai limbah medis. Terdapat berbagai macam limbah medis yang berbahaya
bagi kesehatan manusia bila tidak diolah dengan benar. Limbah medis kebanyakan sudah
terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi
manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya. Dampak negatif limbah medis
terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik.
Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan patogen yang dapat
berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan. Pengelolaan limbah medis merupakan
bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah
rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Pengelolaan limbah medis
pun tidak dilakukan dengan sembarangan. Tiap jenis limbah media memiliki cara
penangannya sendiri sendiri. Apabila tidak dilakukan dengan prosedur yang sesuai maka
akibatnya akan bisa lebih parah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulisan makalah ini didasarkan atas rumusan
masalah berupa
1.2.1 Apa yang di maksud dengan limbah medis?
1.2.2 Apa saja jenis limbah medih?
1.2.3 Bagaiman teknik pengolahan limbah media?
1.2.4 Apa itu Insenerator?
1.2.5 Apa saja jenis Insenerator?
1.2.6 Bagaimana cara pengoperasian Insenerator?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini untuk menambah wawasan mengenai limbah medis dan
cara pengolahannya
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sampah Medis


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), limbah adalah (1) sisa proses
produksi; (2) bahan yg tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa
atau utama dalam pembuatan atau pemakaian; (3) barang rusak atau cacat dl proses
produksi. Limbah dapat juga diartikan sebagai hasil akhir dari suatu proses pemanfaatan
produk atau proses dari suatu kegiatan yang dilakukan dalam aktivitas manusia. Limbah
medis dapat diartikan sebagai segala sesuatu hasil buangan dari kegiatan-kegiatan medis,
seperti kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.

2. Jenis Sampah Medis


Limbah medis identik dengan limbah yang dihasilkan institusi kesehatan seperti
rumah sakit. Padahal, tidak semua limbah yang dihasilkan rumah sakit merupakan limbah
medis. Berikut limbah yang dihasilkan rumah sakit:
 Limbah umum
Limbah yang tidak membutuhkan penanganan khusus atau tidak membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan misal bahan pengemas
 Limbah patologis
Terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai binatang, darah
dan cairan tubuh
 Limbah radioaktif
Dapat berfase padat, cair atau gas yang terkontaminasi dengan radionuklisida
 Limbah kimiawi
Dapat berupa padatan, cairan atau gas misalnya berasal dari prosedurprosedur medis.
Pertimbangan terhadap limbah ini dapat ditinjau dari sudut: toksik, korosif, mudah
terbakar (flammable), reaktif (eksplosif, reaktif terhadap air, dan shock sensitive),
genotoxic (carcinogenic, mutagenic, teratogenic dan lain-lain), misalnya obatobatan
cytotoxic. Limbah kimiawi yang tidak berbahaya adalah seperti gula, asam- asam
animo
 Benda-benda tajam
Benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit: jarum suntik, syring,
gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang dapat menyebabkan
orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini mungkin terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau bahan citotoksik
 Limbah farmasi (obat-obatan): obat-obatan dan bahan kimiawi yang dikembalikan
dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa atau terkontaminasi
 Limbah citotoksik: bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan
obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik
 Kontainer di bawah tekanan: seperti yang digunakan untuk peragaan atau
pengajaran, tabung yang mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila
diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena kecelakaan, misalnya tertusuk
 Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung
mikroorganisme patogen yang bila terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan
penyakit. Misalnya jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari ruang bedah, dari
autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular, dari pasien yang diisolasi, atau
materi yang berkontak dengan pasien (tabung, filter, serbet, jarumsuntik, sarung
tangan)

3. Teknik Pengolahan Sampah Medis


Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang
diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume,
penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan
pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi, 2000).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
a. Pemisahan Limbah
 Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
 Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
 Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang
(Koesno Putranto. H, 1995).
b. Penyimpanan Limbah
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat
digunakanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat
diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna,
kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
c. Penanganan Limbah
 Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian.
Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas
 Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga  jika dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat  tertentu untuk
dikumpulkan
 Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan  warna
yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
 Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.
d. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya.
Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik
dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada
kerjasama dengan dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika
perlu (misalnya bila ada  kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.
e. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika
tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya
dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.(Bambang Heruhadi,
2000).

Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli inserator sendiri, insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi
dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan
energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan
dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain.
Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain
kemampuannya menampung limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda
tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai lagi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia,
limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran
(Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :
1) Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
2) Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi  75 cm
3) Tambahkan lapisan kapur
4) Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
5) Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

(Setyo Sarwanto, 2003).


Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable),
misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun
dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam. Limbah bukan
klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh DPU atau
kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah
umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan
samapah umum. Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara
memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami
inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung
yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai
imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).
 
4. Insenerasi

Indonesian.alibaba.com

Insenerasi adalah teknologi pengolahan sampah yang meibatkan pembakaran bahan


organic. Insenerasi dapat mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pebakaran,
partikulat, dan panas yang juga dapat digunakan sebagai energy pembangkit listrik.
Namun pada dasarnya hanya digunakan untuk membakar sisa sisa sampah yang tak
mampu diolah

5. Macam Macam Incenetaror


1) Piringan Bergerak (Moving Grate)

www.bioenergyconsult.com

Insinerator jenis ini memungkinkan pemindahan sampah ke ruang


pembakaran dan memindahkan sisa hasil pembakaran tanpa mematikan api. Satu
wadah piringan bergerak dapat membakar 35 metrik ton sampah perjam. Jenis
insinerator ini dapat bergerak ribuan jam pertahun dengan hanya satu kali berhenti,
yaitu pada saat inspeksi dan perawatan.
Sampah diintroduksi ke "mulut" insinerator, dan pada lubang di ujung lainnya
sisa hasil pembakaran dikeluarkan. Udara yang dipakai dalam proses pembakaran
disuplai melalui celah piringan. Aliran udara ini juga bertujuan untuk mendinginkan
piringan tersebut. Beberapa jenis insinerator piringan bergerak juga memiliki sistem
air pendingin di dalamnya.
Suplai udara pembakaran sekunder dilakukan dengan memompa udara
menuju bagian atas piringan. Jika dilakukan dengan kecepatan tinggi, hal ini dapat
memicu turbulensi yang memastikan terjadinya pembakaran yang lebih baik dan
surplus oksigen. Turbulensi ini juga penting untuk pengolahan gas sisa hasil
pembakaran sampah.
Fasilitas insinerasi harus didesain untuk memastikan bahwa gas sisa hasil
pembakaran mencapai temperatur 850 oC selama dua detik untuk memecah racun
kimia organik. Untuk lebih memastikan hal tersebut, biasanya diperlengkapi dengan
pembakar yang pada umumnya memakai bahan bakar minyak, yang lalu dibakar ke
insinerasi untuk mendapatkan panas yang memadai.
Gas sisa hasil pembakaran lalu didinginkan. Panas yang ada ditransfer
menjadi uap dengan memaparkannya pada sistem pompa air. Uap ini lalu digunakan
untuk menggerakkan turbin dengan maksud menghasilkan listrik, total energy bersih
dari satu ton sampah adalah 3 Mwh panas dan 2/3 MWh energy listrik. Gas yang
telah melalui pendinginan dipompakan ke fasilitas sistem pembersihan.

2) Piringan Tetap

Ipalindustri.wordpress.com

Ini adalah tipe yang lebih tua dan sederhana. Piringan tetap yang tidak
bergerak berada di bagian bawah insinerator dengan bukaan pada bagian atas atau
samping untuk memasukan sampah dan bukaan lainnya untuk memindahkan bahan
yang tidak terbakar (abu, logam, dan sebagainya).

6. Tata Cara Pengoperasionalan


1) Hidupkan switch pompa terlebih dahulu agar sirkulasi air di alat scrubber dapat
berjalan baik dan lancar.
2) Masukkan limbah padat yang sudah dimampatkan dan dibungkus kantong (bukan
bahan dari plastik) kedalam ruang pembakaran. Jarak kantong terhadap ujung burner
paling dekat 30 cm, agar tidak menutup lubang nozzel dari burner.
3) Tutup daun pintu incinerator sampai rapat, sehingga limit switch bisa bekerja dengan
baik dan burner bisa menyala dengan baik.
4) Aturlah timer (waktu kerja) sesuai waktu yang dikehendaki. Secara otomatis,
incinerator akan bekerja sesuai dengan waktu yang telah diatur tersebut.
5) Set pengatur suhu (temperature controler) pada posisi 800 derajat Celcius atau suhu
yang diinginkan. Burner akan secara otomatis menyesuaikan suhu yang telah diset.
6) Selesai operasi pembakaran switch pada stop kontak (sumber listrik ) dimatikan,
supaya tidak ada pengaruh listrik lagi pada incinerator. Juga umur pakai perangkat
otomatis lebih panjang dan tidak cepat rusak.
7) Hasil pembakaran atau abu dikumpulkan dengan kantong untuk di bawa ke TPA
(Tempat Pengolahan Akhir)
LATAR BELAKANG

 https://id.wikipedia.org/wiki/Insinerasi
 https://id.scribd.com/doc/32506765/INSINERASI
 http://www.ajmtech.co.id/cara-kerja-incinerator/

Anda mungkin juga menyukai