Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Filsafat Ilmu
Disusun oleh :

Odeh Sukanda 18.013.062


Acon Supriatna 18.013.061
Endan 18.013.063
Andri Aburohman 18.013.064
Syaeful Maulana Akhmad 18.013.065
Wulan Fitri Sudiana 18.013.089
Juniawan Trisani 18.013.090
Yayan Ruataman 18.013.070

Dosen Pembimbing:
Dr. Miswan

PROGRAM PASCA SARJANA S-2


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BANDUNG (STIA BANDUNG)

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat membuat makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai “Pengertian Filsafat”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah Filsafat Ilmu, dimana dalam
pembuatan makalah ini terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya. 

Ba
ndung Barat , Maret 2019

Penulis 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam,
sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis
yang mempertanyakan segala hal.

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang


merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan

Filsafat juga tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia


secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

Filsafat juga dapat diartikan sebagai suatu cara berpikir dan mersa sedalam-
dalamnya terhadap segala sesuatu. Filsafat juga melakukan hubungan erat dengan
penyelidikan terhadap nilai atau martabat dan tindakan manusia. Tidak hanya itu,
filsafat juga menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak,
mendalam tapi tidak berubah. Karena begitu luasnya kajian filsafat, maka kami
mencoba mengangkat dan mengertikan filsafat dalam bentuk makalah.

1.2.Rumusan masalah
1.      Apakah pengertian filsafat?

2.      Mengapa manusia harus berfilsafat?

3.      Bagaimana peranan filsafat ilmu?

1.3.Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat?

2.      Untuk mengetahui kenapa manusia harus berfilsafat

3.      Untuk mengetahui bagaimana peranan filsafat ilmu

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat

Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama


yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat" dapat ditinjau
dari dua segi, yakni: · Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab
'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' =
cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia'
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap
orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta
pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya,
atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang


merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.

Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam
berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat.
Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah
semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar
juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak
benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang
yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Beberapa definisi Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka


tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara
berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan
Timur di bawah ini: · Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang asli). · Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki
sebab dan asas segala benda). Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan
ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu
yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya. · Al-Farabi (meninggal
950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya. · Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)

" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi) ·

Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu
ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya
suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu
filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. Drs
H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia,
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh
yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

2.1. Mengapa Manusia Berfilsafat


Apabila seseorang bertanya tentang sesuatu, maka sebenarnya dia sudah
berfilsafat, karena bertanya berarti ingin tahu dan keingintahuan itu merupakan
esensi dari filsafat. Akan tetapi pertanyaan kefilsafatan yang sesungguhnya adalah
pertanyaan yang sangat mendalam dan serius. Pertanyaan kefilsatan memerlukan
jawaban yang hakiki, dan setelah mendapatkan jawaban, apabila meragukan maka
jawaban itu akan dipertanyakan kembali untuk mendapatkan jawaban yang lebih
mendalam (hakiki). Jadi filsafat adalah upaya pemikiran dan penyelidikan secara
mendalam atau radikal (sampai ke akar persoalan).

Dengan demikian pertanyaan filsuf tidaklah sembarangan. Oleh karena itu


pertanyaan seperti apa rasa gula tidak akan melahirkan filsafat, sebab hal itu bisa
dijawab dengan mudah oleh lidah atau berapa tahun durian dapat berbuah juga
tidak melahirkan filsafat, karena dapat dijawab oleh sains dengan melalui riset
(penelitian). Contoh pertanyaan kefilsafatan adalah seperti diutarakan oleh Thales,
“apakah bahan alam semesta ini?”. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan
sembarangan, karena yang dipertanyakan adalah masalah esensi atau hakikat alam
semesta. Jadi perlu pemikiran dan penyelidikan yang mendalam (radikal).

Pancaindera jelas tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut, sebab


pancaindera hanya sekedar menyaksikan benda alam yang ada secara lahiriyah.
Sains juga tidak sanggup menjawab, karena hanya menyelidiki secara empiris
benda yang ada. Tetapi filsafat mampu mengungkapkan jawaban yang lumayan
dapat memuaskan. Seperti jawaban dari Thales sendiri bahwa bahan alam semesta
adalah air, dengan alasan bahwa air itu dapat berubah menjadi berbagai wujud. Jika
air dimasukkan ke dalam ember maka dia akan membentuk seperti ember, dst.
Selain itu air amat dibutuhkan dalam kehidupan, bahkan bumi ini menurutnya
terapung di atas air.

Pertanyaan tersebut pertamakali muncul pada zaman permulaan (Yunani


Kuno), yang dilatarbelakangi oleh keta’juban (keheranan) terhadap alam semesta.
Ketakjuban ini menurut Jan Hendrik Rapar (2001 : 16) menunjuk kepada dua hal
penting, yaitu subyek dan obyek. Jika ada ketakjuban pasti ada yang takjub (subyek)
dan yang menakjubkan (obyek). Subyek ketakjuban adalah manusia, sebab
manusia satu-satunya makhluk yang memiliki perasaan dan akal budi. Hal ini karena
ketakjuban hanya dapat dirasakan dan dialami oleh makhluk yang berperasaan dan
berakal budi. Adapun obyek ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada, baik di
alam nyata maupun di alam metafisik (abstrak).

Selain ketakjuban, yang mendorong manusia berfilsafat adalah karena


adanya aporia (kesangsian, keraguan, ketidakpastian atau kebingungan).
Pertanyaan yang timbul akibat aporia ini menurut Ahmad Tafsir muncul di zaman
modern. Aporia ini berada di antara percaya dan tidak percaya. Ketika manusia
bersikap percaya atau mengambil tidak percaya, maka pikiran tidak lagi bekerja atas
hal itu, akan tetapi jika dia berada antara percaya dan tidak percaya maka pikiran
mulai bergerak dan berjalan untuk mencari kepastian. Sangsi atau keraguan akan
menimbulkan pertanyaan, pertanyaan membuat pikiran bekerja, dan pikiran bekerja
akan melahirkan filsafat.

Jadi sikap keingintahuan atau ingin kepastian terhadap sesuatu dapat


melahirkan filsafat. Ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dilahirkan atas dasar
adanya ketidakpuasan. Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos memainkan peranan
penting dalam kehidupan manusia. Mitos tersebut beupaya memberikan penjelasan
terhadap manusia tentang asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
semesta, akan tetapi penjelasan dan keterangan tersebut makin lama semakin tidak
memuaskan manusia. Mitos tersebut antara lain membawa ajaran bahwa alam
semesta beserta fenomina yang ada tidak mungkin dapat dipikirkan secara ratio,
akan tetapi harus diterima secara intuisi (perasaan dan keimanan).

Mereka ketika itu sangat meyakini ajaran agama (Dewa). Jawaban yang
diberikan oleh Thales (mendapat gelar bapak filsafat, karena dianggap orang yang
pertama kali berfilsafat) bahwa bahan baku alam semesta alam air, jelas tidak
diterima oleh dogmatis atau mitos ketika itu. Dalam hal ini Henri Bergson (penganut
intuitisme) mengatakan bahwa akal sangat terbatas. Akal hanya memapu
menjangkau atau memahami suatu obyek apabila mengkonsentrasi-kan kepada
obyek tersebut. Ketika itu maka manusia harus tunduk kepada intuisi.

2.3. Bagaimana Peranan Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu penegetahuan, dalam hal ini
filsafat ilmu berperan sebagai pengkajian berbagai hakikat keilmuan, dalam
mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan filsafat ilmu mempunyai beberapa
macam cara di antaranya yaitu: · Ontologi · Terminologi · Aksiologi.

Dari beberapa cara tersebut masing – masing mempunyai peran dan fungsi
yang berbeda ontologi berfungsi untuk mengetahui apa yang dikaji dalam
pengetahuan tersebut, sedangkan terminolgi berfugsi untuk mengetahui bagaimana
kita memproleh ilmu pengetahuan tersebut, dan yang terakhir aksiologi berfungsi
untuk mengetahui bagaimana hakikat ilmu pengetahuan tersebut.

Manusia dengean segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan,


pengalaman, panca indra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya
mengabtrasikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai ilmu pengetahuan
seperti kebiasaan , akal sehat , seni, sejarah dan filsafat. Terminology ilmu
pengetahuan ini ini adalah atrifical yang bersifat sementara sebagai alat analisis
yang pada pokoknya diartikan sabagai keseluruhan bentuk dari prodok kegiatan
manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu , dalam bahasa inggris cara
memproleh pengetahuan ini dinamakan dengan knowledge.

BAB III

PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Pada tahap awal kelahiran filsafat sesungguhnya mencakup seluruh ilmu


pengetahuan, kamudian berkembang sedemikian rupa menjadi semakin rasional
dan sistematis. Seiring dengan perkembangan itu, wilayah pengetahuan manusia
semakin luas dan bertambah banyak, tetapi juga semakin mengkhusus atau spesifik.
Lalu lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang satu persatu mulai
memisahkan diri dari filsafat. Namun kendati pun demikian, tidak berarti filsafat telah
menjadi begitu miskin sehingga tinggal terarah hanya kepada satu permasalahan
pokok, dengan wilayah pengetahuan yang semakin sempit dan pada suatu saat
akan lenyap sama sekali.

Kenyataannya, masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat tak pernah berkurang.


Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan dipecahkan, diantara
tugas filsafat antara lain termasuk melaksanakan pemikiran rasional analisis dan
teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses
pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang
problema hidup dan kehidupan manusia.

3.2.Saran

Filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu
yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang
mempertanyakan segala hal. Jadi kami merasa ilmu filsafat ini ilmu yang tinggi yang
tentu juga perlu pemahaman tinggi untuk memahaminya. Jika ada kesalahan atau
ketidaksamaan pendapat dalam makalah ini, pembaca dapat memberikan masukan
atau kritikan yang membangun pada kami.
DAFTAR PUSTAKA
https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/.
http://tokooscar.blogspot.com/2014/01/ -pengertian-filsafat-dan.html.
http://www.academia.edu/5498989/Pengertian_filsafat.

Anda mungkin juga menyukai