Anda di halaman 1dari 35

Critical Book Report Kewarganegaraan

Dosen pengampu : Dra.Yusna Melianti,M.H.

DISUSUN OLEH :

NAMA : CHATRINE MONALISA BR TARIGAN


NIM/PRODI : 4193131037/PENDIDIKANKIMIA
KELAS : KIMIA DIK 19 A

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report mata
kuliah PENDIDIKAN PANCASILA yang berjudul “ Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi dan Paradigma Baru Pendidikan Pancasila ’’. Penulis berterima kasih kepada Bapak
dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 18 September 2020

Chatrine Monalisa Br Tarigan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………..…………. i

DAFTAR ISI …………..…………. ii

BAB I PENDAHULUAN
Informasi Bibliografi Buku Utama …………..…………. 1

Informasi Bibliografi Buku Pembanding …………..…………. 1

BAB II ISI BUKU

2.1 Ringkasan Buku Utama …………..…………. 2

2.2 Ringkasan Buku Pembanding …………..…………. 8

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Masalah yang Akan Dikaji …………..…………. 15

3.2 Permasalahan Yang Akan DiKaji …………..…………. 16

3.3 Kajian Teori Yang Digunakan …………..…………. 16

3.4 Metode Yang Digunakan …………..………….17

3.5 Analisis Critical Book Report …………..………….17

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………..…………. 18

4.2 Saran …………..…………. 18

DAFTAR PUSTAKA …………..…………. 19

LAMPIRAN …………..………….
BAB I
PENDAHULUAN

Buku Utama

Judul Buku : Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi

Penulis Buku : Drs. Syahrial Syarbaini.M.A.

ISBN : 979-450-379-7

Penerbit : Ghalia Indonesia

Tahun Terbit 2002

Urutan Cetakan : Revisi

Tebal Buku : 192 Halaman

Buku Pembanding 1

Judul Buku : Paradigma Baru Pendidikan Pancasila

Penulis Buku : Dr.Winarno, S.Pd., M.Si.

ISBN : 978-602-217-914-6
Penerbit : Bumi Aksara

Tahun Terbit 2017

Urutan Cetakan : Cetakan Ke-3


Dimensi Buku : 14,5 x 20,5 cm
Tebal Buku : 212 Halaman

Buku Pembanding 2

Judul Buku : Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat Madani

Penulis Buku : A.Ubaedillah dan Abdul Rozak

Penerbit : Kencana

Tahun Terbit : 2015

Jumlah Hal : 250 Halaman

ISBN : 979-3465-03-4

BAB II

PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU

BUKU UTAMA

BAB 1 : LANDASAN DAN TUJAN PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah
yang berkuasa dengan menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya asa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itu, MPR melalui Sidang Istimewa
tahun 1998 dengan Tap. No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari negara
kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanaka secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Pada masa orde lama, Pancasila ditafsirkan dengan nasionalis, agama, dan komunis
(Nasakom) yang disebut dengan Tri Sila, kemudian diperas lagi menjadi EKa Sila (gotong
royong). Pada masa orde baru, Pancasila harus dihayati dan diamalkan dengan berpedoman
kepada butir-butir yang telah ditetapkan oleh MPR melalui Tap. MPR No.II/MPR/1978
tentang P-4.

Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapt dipisahkan
dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Bangsa tidak memilii pandangan hidup adalah bangsa
yang tidak memiliki kepribadian dan jati diri sehingga bangsa itu mudah terombang-ambing
dari pengaruh yang berkembang dari luar negerinya. Pancasila sebagai kepribadian dan jati
diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-nilai yang telah lama tumbuh dalam
kehidupan bangsa Indonesia.

Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dipakai


sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi, Pasal 39 ayat (2) menyebutkan bahwa isi
kuriklum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a) Pendidikan Pancasila,
(b) Pendidikan Agama, dan (c) Pendidikan Kewarganegaraan.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara harus menjadi sumber bagi segal tindakan para
penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang berlaku dalam kehidupan
bernegara.Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa memasuki
globalisasi, bangsa Indonesia harus tetap memiliki nilai-nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber
nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang
politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.

Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila di perguruan tinggi


dengan kompetensinya bertujuan menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan
dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual.

Melalui pendidikan Pancasila, warga negara republik Indonesia diharpkan mampu


memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional,
seperti yang digariskan dalm Pembukaan UUD 1945. Pada saatnya dapat menghayati filsafat
dan ideology Pancasila, sehingga menjiwai tingkah lakunya selaku warga negara Republik
Indonesia dalam melaksanakan profesinya.

Bab 2: PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini bersifat filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia di mana pun mereka berada.

Pandangan hidup atau filsafat hidup seseorang adalah kristalisasi nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya, ketetapan, dan manfaatnya. Hal itulah yang kemudian menimbulkan
tekad untuk mewujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

Filsafat merupakan kegiatan pemikirn yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung
dengan suatu objek), yang mendalam, dan daya pikir subyek manusia dalam memahami
segala sesuatu dalam mencari kebenaran.

Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas,
filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan
logika. Sebaliknya, filsafat yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan (sektoral,
frakmentaris) tak dapat disebut sistem filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli
filsafat.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.

Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsip normatif yang berlaku bagi negara
Republik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan, namun filsafat Pancasila akan
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,
melainkan bagi manusia pada umumnya.

Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideology yang mengatur hubugan
manusia dengan Tuhan, antarmanusia, manusia dengan masyarakat atau bangsanya, dan
manusia dengan alam lingkungannya.

Bab 3: PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Etika politik yaitu yang membahas hukum dan kekuasaan. Fungsi etika politik dalam
masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoretis untuk mempertanyakan serta
menjelaskna legitimasi politik secara bertanggung jawab. Tugas etika politik membantu agar
pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif. Suatu keputusan
bersifat politis apabila diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatau
negara adalah adanya cita-cita the rule of law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan
hak-hak asasi menurut kekhasan paham kemanusiaan dan struktur sosial budaya masyarkaat
masing-masing dan keadilan sosial.

Nilai adalah suatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan
manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong
dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai beroeran sebagai dasar pedoman yang
menentukan kehidupan manusia. Nilai berada dalam hati nurani,kata hati, dan pikiran sebagai
suatu keyakinan, dan kepercayaan yang bersumber dari berbagai sistem nilai.

Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan
masyarakat, negara, dan bangsa. Sebagaimana nilai dan norma, moralpun dapat dibedakan
seperti moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu
dan sebagainya.
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan motivasi tertentu. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang
dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.

Pancasila sebagai nilai dasar fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu berkenaan
dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabila kita memahami pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya adalah nilai-
nilai Pancasila.

Bab 4: PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos, yang berasal dari
bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana ideology berarti suatu gagasan yang
berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat.

Dalam arti luas ideology dipergunakan untuk sega;a kelompok cita-cita, nilai-nilai
dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif.
Dalam arti sempit ideology adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak.

Pancasila sebagai ideology nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia,


yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila perlu dipahami dengan
latar belakang konstitusi proklamasi atau hukum dasar kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat, yaitu Pembukaan, Batang Tubuh, serta Penjelasan UUD 1945. Pncaisla
bersifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat negar ayang dilandasi dengan konsep
kehidupan bernegara.

Bab 5: PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

Menurut Mr.Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat


dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moang bangsa
Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap. (1) zaman Sriwijaya di
bawah wangsa Syailendra(600-1400), (2) negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525)
dan kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan lama, sedangkan kebangsaan modern
yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. (Sekretariat Negara RI.1995:11).

Pada zaman Sriwijaya telah didirikan universitas agama Budha yang sidah dikenal di Asia.
Pelajar dari universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang
mengajar di sini dari India, seperti Dharmakitri. Agama yang diakui kerajaan adalah agama
Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang telah hidup berdampingan secara damai.

Sebagai tindak lanjut dari janji Jepang, maka tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumuman
akan dibentuk Bada Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Badan
Penyelidik), dalam bahsa Jepang disebut Dokuritu Zyunbi Tyoosakai.

Proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia tangga 17Agustus 1945 mempunyai


maksa yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu sebagai berikut:

a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai titik puncak perjuangan bangsa


Indonesia

b. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai sumber lahirnya Republik


Indonesia

c. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan norma pertama dari tata


hukum Indonesia

Bab 6: PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI

Pengertian hukum dasar yang meiliputi dua macam, yaitu hukum dasar tertulis
(undang-undang dasar) dan hukum dasar tidak tertulis (konvensi). Oleh karena sifatnya
tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah.

Undang-undang dasar ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam suatu kodifikasi
mengenai hal-hal yang mendasar atau pokok ketatanegaraan suatu negara sehingga
kepadanya diberikan sifat kekal dan luhur, sedangkan untuk mengubahnya diperlukan cara
ang istimewa serta lebih berat kalau dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan
peraturan perundang-undangan sehari-hari.

UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis, yang mempunyai arti bahwa UUD 1945
mengikat pemerintah, setiap lembaga negara, lembaga masyarakat, dan seluruh warga negara
Indonesia diman pun mereka berada dan setiap pendudukan yang berdomisili di wilayah
negara republic Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma, aturan, dan ketentuan
yang dilaksanakan dan diataati.

Bab 7: PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,


BERBANGSA, DAN BERNEGARA.

Istilah paradigm menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990) memiliki


beberapa pengertian, yaitu (1) daftar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut, (2) model dalam teori ilmu
pengetahuan, (3) kerangka berpikir. Dalam konteks ini pengertian paradigm adalah
pengertian kedua dan ketiga, khususnya yang ketiga, yaitu kerangka berpikir.

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalna


sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai
paradigm pembangunan nasional mengandung ari bahwa segala aspek pembangunan harus
mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,
dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagao makhluk individu dan
makhluk sosial.

Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus memandang sebagai ideology


yang dinamis yang dapat mengkap tanda0tanda perkembangan dan perubahan zaman. Untuk
itu kita harus memperhatikan pernana dan kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, seperti sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai ideology terbuka

2. Wawasan kebangsaan (Nasionalisme)

Aktulisasi adalah sesuatu mengaktualkan. Aktulisasi nilai-nilai Panasila dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang
memungkinkan segenap lapisan masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila
itu dan dapat terlihat dalam perilaku yang sesunggunya, bukan hanya sekedar lips service
untuk mencapai keinginan pribadi dengan mengajak orang lain mengamalkan nilai-nilai
Pancasila sedangkan perilaku sendiri jauh dari nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya.

Aktulisasi Pancasila secara Objektif yaitu melaksanakan Pancasila dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, meliputi bidang legislatif, eksekutif, yudikatif, dn dlam bidang
kehidupan kenegaraan lainnnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan tertib hukum Indonesia
didasarlam atas filsafat negara Pancasila, asas politik kedaulatan rakyat dan tujuan negara
berdasarkan asas kerokhanian Pancasila.

Aktulisasi Pancasila secara subjektif yaitu pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi,
perseorangan, warga negara, dan penduduk. Pelaksanaan Pancaisla secar subjektif sangat
ditentukan oleh kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan pancasila.
Sikap dan tingkah laku seseorang sangat menentukan terlaksananya nilai-nilai Pancasila yang
sesungguhnya dalam segala aspek kehidupan. Oleh sebab itu, Pancasila harus dipahami,
diresapi, dan dihayati oleh setiap orang sehingga terwujud moral Pancasila dalam
perilakunya.

BUKU PEMBANDING 1

BAB 1: PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan tentang Pancsila adalah pendidikan mengenai pengetahuan akan rumus


(pengertian) Pancasila, kedudukan dan fungsinya bagi kehidupan bernegara. Pancasila adalah
pendidikan ber-Pancasila, yakni membelajarkan isi daripada Pancasila itu sendiri. Isi
Pancasila adalah nilai-nilai yang kemudian dijabarkan kedalam norma sosial dan hukum
bernegara. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia memiliki 3 implikasi, yakni
implikasi etis, yuridis dan politis bagi kehidupan bernegara.

Implikasi etis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber norma etik bernegara.
Implikasi yuridis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber hukum negara. Implikasi
politis adalah menjadikan Pancasila sebagai ideologi nasional.

Karakter bangsa adalah berdasar nilai-nilai Pancasila, maka Pancasila jelas menjadi
sumber bagi pendidikan karakter di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga menjadi tujuan dari
pembangunan karakter bangsa. Pancasila merupakan landasan utama pendidikan karakter
bangsa. Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan, dan sekaligus tujuan dalam
pembangunan karakter bangsa. Dalam konteks yang bersifat substansial, pembangunan
karakter bangsa memiliki makna membangun manusia bangsa Indonesia yang berakarakter
Pancasila.

Pancasila menjadi dasar negara, maka ada kewajiban bagi seluruh masyarakat
Indonesia untuk memahami, menerima, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila. Salah
satu upaya untuk itu, Pancasila harus disebarluaskan melalui pendidikan Pancasila itu sendiri.
Pancasila yang ditetapkan sebagai filsafat negara Indonesia, nilai-nilainya merupakan nilai-
nilai yang telah lama hidup dan dinamakan oleh bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang
lima itu, secara sadar atau tidak telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sesuai dengan konteks
latar belakang suku dan budayanya.

Pendidikan Pancasilasecara filosofis sangatlah logis dan strategis sebagai landasan


untuk mengkaji, mengembangkan, melaksanakan, dan mengamankan nilai-nilai filosofis
bangsa. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila yang bersifat abstrak akan lebih memiliki
peluang untuk dikonkretkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Konkretusasu dari nilai-nilai Pancasila tersebut nantinya akan berwujud norma etik dan
norma hukum bernegara.

Mata kuliah Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan


penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideology bangsa Indonesia. Dengan mengacu pada
ketentuan perundangan tersebut maka pendidikan Pancasila memiliki pembenaran secara
yuridis dan menjadi hal yang wajib diberikan di perguruan tinggi.

Bab 2: PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA

Pancasila sebagai ideology kebangsaan adalah status ketika para pendiri bangsa tenga
mencari, memperjuangkan, dna berusaha merumuskan ideology apa yang kiranya tepat untuk
Indonesia merdeka di kemudian hari. Proses sejarah itu dimulai ketika bangsa Indonesia
henyak menyiapkan kemerdekaan yang diawali dengan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK)

Dengan selesainya sidang kedua dan dihasilkannya rumusan-rumusan tersebut maka


berakhilah BPUPK sebagai badan penyelidik persiapan kemerdekaan Indonesia. Badan ini
kemudian dibubarkan dan sebagai kelanjutannnya dibentuklah badan baru yang bertugas
menyiapkan kemerdekaan Indonesia, yakni Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). PPKI didirikan pada tanggal 12 Agustus 1945.

Periode Orde Lama berlangsung antara tahun 1959-1966, yakni saat kepemimpinan
Presiden Soekarno, yang ditandai dengan berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Periode ini juga dapat disebut masa Demokrasi Terpimpin. Pada masa
itu pula, Ir. Soekarno berhasil membawa Pancasila dikenal ke dunia melali pidatonya di
hadapan Sidang Umum PBB tahun 1960.
Orde baru adalah masa pemerintahan Presiden Soeharto antara thaun 1966-1998.
Pemerintahan orde baru ditandai pada saat Jenderal Soerharto diberi kewenangan oleh
Presiden Soerkarno waktu itu untuk mengendalikan keadaan, memulihkan keamanan dna
ketertiban dalam negara setelah terjadinya Pemberontakan G 30 S/PKI. Kewenangan itu
didasarkan pada Surat Perintah 11 Maret 1996.

Era reformasi tahun 1998, lahir dengan semangat menghauskan pengalaman-


pengalaman buruk penyelenggaraan bernegara yang dilakukan oleh Orde Baru dan
melakukan reformasi atas penyelanggaraan pemerintahan. Di awal reformasi, Pancasila telah
dilupakan banyak orang. Setidaknya hal ini diakui oleh matan Presiden BJ Habibie dalam
pidato Peringatan Hari Lahir Pancsila 1 Juni 2011.

Bab 3: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Berdasarkan pengertian dapat dinyatakan Pancasila sebagai dasar falsafah negara.


Dalam hal ini, Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Dengan
kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki konsekuensi dijabarkannya nilai-nilai Pancasila
menjadi norma hukum di Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila sebagai dasar negar
berimplikasi menjadi Pancasila sebagai sumber hukum di Indonesia.

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Merupakan tertib hukum tertinggi

2. Sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci

Jadi, pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah pernyataan kemerdekaan Republik


Indonesia yang terperinci dari naskah proklamasi bangsa Indonesia.

Bab 4: PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Ideologi yang pada mulanya adalah gagasan dan cita-cita berkembang secara luas
menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seorang
atau sekelompok orang untuk menjadi pegangan hidup. Pancasila sebagai ideologi persatuan
berfungsi mempersatukan rakyat yang majemuk menjadi bangsa yang berkepribadian dan
percaya pada diri sendiri.
Pancasila sebagai ideology pembangunan memberikan legitimasi kekuasaan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Timbulnya kesadaran dalam masyarakat bahwa hidup
perekonomian perlu di tangani dengan segera.mengisi kemerdekaan berarti membangun
bangsa dan pembangunan bangsa berarti memerangi kemiskinaan yang menjadi beban
penderitaan rakyat sejak lama. Sebagai ideology terbuka, Pancasila perlu menjabarkan nilai-
nilai dasarnya melalui interpretasi dan reintepretasi yang kritis sehingga menjadikannya
makin operasional. Pancasila menjadi ideology yang dinamis.

Bab 5: PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Para pendiri bangsa telah memberikan warisan berharga berupan renungan folosofis
tentang nilai atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno sebagai orang
pertama uang memperkenealkan Pancsila telah menjelaskan isi atau substansi tiap sila
Pancasila. Moh.Hatta atau dikenal dengan Bung Hatta, juga memberikan penjelasan-
penjelasan tentang isi dari kelima sila Pancasila. Pemikiran filosofis perihal Pancasila tidak
hanya dijelaskan oleh para pendiri negara. Para ahli Pancasila sesudahnya, juga banyak
memberikan sumbagan pemikiran filosofis perihal Pancasila.

Loyalitas terkecil yang mengelilingi manusia adalah keluarga sebagai loyalitas tingkat
kedua. Keluarga selanjutnya melakukan kewajiban member pada lingkungan dimana ia
berada, yakni lingkungan suku bangsa sebagai tingkat loyalitas ketiga. Suku bangsa sebagai
totalitas melaksanakan kewajiban member pada lingkungan dimana ia berada yakni bangsa.
Loyalitas pada bangsa inilah sebagai loyalitas tingkat keempat yang dalam Pancasila
dirumuskan sebagai Persatuan Indonesia.

Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:

1. Etika sosial dan budaya

2. Etika pemerintahan dan politik

3. Etika ekonomi dan bisnis

4. Etika penegakan hukum

5. Etika keilmuan
6. Etika lingkungan
Oleh karena itu, dalam kehidupan bernegara, kita membutuhkan tidak hnya sistem
hukum, tetapi juga sistem etik. Jadi, yang harus kita kembangkan sekarang ini adalah sistem
hukum sekaligus sistem etika.

Bab 6: PANCASILA SEBAGAI ETIKA

Kata etika yang secara etimologis berasal dari kata Yunani “ethos”,secara harfiah
berarti adat kebiasaan, watak atau kelakukan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak).

Etika sebagai filsafat moral adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang secara khusus
mengkaji perilaku manusia dari segi baik-buruknya atau benar-salahnya. Etika umum adalah
etika yang menyajikan beberapa pengertian dasar dan mengkaji beberapa permasalahan
pokok dalam filsafat moral. Sedangkan etika khusus adalah etika yang membahas beberapa
permasalahan moral dalam bidang-bidang khusus. Etika atau filsafat moral dibedakan
menjadi 3 yakni, (a) etika deskriptif, (b) etika normatif, (c) etika metaetika. Selain macam-
macam etika, juga dikenal berbagai aliran dalam filsafat moral yang meliputi etika
keutamaan, etika deontologist dan etika teleology.

Gagasan tentang etika Pancasila pada hakikatnya berkaitna dengan kedudukan


Pancasila sebagai filsafat negara. Pancasila sebagai dasar filsafat negara sebagaimana termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 memiliki implikasi etis, yakni sebagai sumber norma etik.
Etika Pancasila bersumber dari pemikiran mendalam terhadap nilai-nilai dasar Pancasila.

Etika merupakan norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan atau masyarakat
tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Lebih dari itu, etika adalah refleksi kritis
dan rasional mengenai norma-norma yang terwujud dalam perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi atau kelompok. Setiap profesi menggunakan sistem etika terutama untuk
menyediakan struktur yang mampu menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis
batas tata nilai yang dapat dijadikan pedoman para professional untuk menyelesaikan
dilemma etika yang dihadapi saat menjalankan profesinya sehari-hari.

Sistem etika bagi professional dirumuskan secara konkret dalam suatu kode etik
profesi yang secara harafiah berarti etika yang ditulis. Kode etik ibarat kompas yang
memberikan atau menunjukkan arah bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral
profesiitu dalam masyarakat. Tujuan kode etik ini adalah menjunjung tinggi martabat profesi
atau seperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban
suatu profesi.

Bab 7: PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU

Membahas potensi Pancasila sebagai nilai dasar pengembangan ilmu di Indonesia


berarti membicarakan kemungkinan kontekstualisasi atau aktualisasi Pancasila dalam bidang
keilmuan. Pancasila sebagai dasar negara dna ideology nasional memang memiliki implikasi
etis, yuridis, maupun politis untuk diaktulisasikan, dikontekstualisasikan atau
diimplementasikan dalam kehidupan bernegara.

Pengetahuan itu berbeda dengan ilmu, sedangkan istilah ilmu pengetahuan merupakan
terjemahan dariilmu itu sendiri. Setiap ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak setiap
pengetahuan adalah ilmu.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia
menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan
hasil dari proses usaha manusia untuk tahu. Ilmu berada setingkat diata pengetahuan. Ilmu
adalah pengethauan yang tersusun secara sistematis dan bersiaft ilmiah.ilmu bukan sekadar
pengthauan, tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan didapatkan secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui
dalam bidang ilmu tertentu.

Ada beberapa persyaratan pengetahuan dapat meningkat menjadi ilmu. Sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigm ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih
dahulu. Persyaratan itu adalah sebagai berikut:

a. Objektif

b. Metodis

c. Sistematis

d. Universal

Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata, yaitu ontos berarti
ada, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontology adalah ilmu pengetahuan
atau ajaran tentang keberadaan. Epistemology berdasarkan akar katanya berasal dari kata
episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara temilogi.
epistemology adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah
berlakunya pengetahuan itu. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia memiliki implikasi etis, yuridis, dan
politis bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai paradigm ilmu
pengetahuan adalah aktualisasi Pancasila di bidang keilmuan selain sebagai panduan etik
pengembangan ilmu. Menurut KBBI, istilah paradigm berarti daftar semua bentukan dari
sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut; model dalam teori
ilmu pengetahuan’ kerangka berpikir.

Paradigma secara etimologis diartikan sebagai model teori ilmu pengetahuan atau
kerangka berpikir.secara terminology diartikan sebagai pandangan mendasar para ilmuan
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang senantiasa dipelajari oleh satu cabang ilmu
pengetahuan.
BUKU PEMBANDING 2

BAB 1 PENDAHULUAN
Pendidikan Kewarganegaraan bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah pendidikan nasional di
Indonesia. Beragam model dan sebutan bagi Pendidikan Kewarganegaraan dengan bermacam
komponennya telah banyak dilakukan pemerintah Republik Indonesia. Diantara nama-nama
tersebut antara lain; pelajaran civiccs (1957/1962), pendidikan kemasyarakatan yang merupakan
integrasi, sejarah ilmu bumi, dan kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewarganegaraan
(1968/1969).

Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara


indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun
demikian, alih-alih mendidik bangsa menjadi warga negara lebih cerdas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pendidikan kewarganegaraan, khususnya sepanjang kekuasaan orde
baru, telah direkayasa sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui cara-cara
indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi dan dasar negara Pancasila, melalui tindakan dan
kebijakan paradoks penguasa Orde Baru.
Pancasila Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI), UUD 1945, Bhineka Tunggal
Ika adalah harga mati bagi bangsa indonesia. Keempat pilar nasional ini harus bersinergi dengan
demokrasi yang sudah menjadi pilihan bagi gerakan reformasi.

Kemajemukan adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh Indonesia sebagai
sebuah bangsa yang besar. Pada saat yang sama kemajemukan juga tidak bileh menjadi pemicu
hilangnya rasa persatuan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara kesatuan..

BAB 2 PANCASILA DAN KEHARUSAN REAKTUALISASI

Setelah Orde Baru berakhir pada 1998, ideologi negara Indonesia Pancasila seakan
hilang bersamaan dengan tamatnya pemerintahan Presiden Soeharto. Sepanjang kekuasaan orde
baru, Pancasila selalu hadir dalam setiap pidato kepala negara dan pejabat dibawahnya.
Pendidikan Pancasila digalakkan di berbagai tingkatan dan penataran dilakukan bagi pegawai
pemerintah dan masyarakat. Tiada hari tanpa Pendidikan Pancasila.

Suasana tersebut berubah total setelah gerakan reformasi muncul dan mengakhiri
kekuasaan panjang Orde baru. Pancasila tak lagi menjadi jagoan pembangunan. Pancasila untuk
beberapa saat hilang dari sambutan elit bangsa Indonesia, apalagi dari kalangan masyarakat.

Mengiringi gerakan reformasi dan demokratisasi, Indonesia tidak sepi dari ujian dan
ancaman disentigasi. Ujian setelah lengsernya Presiden Soeharto adalah lepasnya Timor-timor
dari genggaman Negara Republik Indonesia. Namun demikian,euforia demokrasi telah
mengubah secara signifikan Indonesia menjadi masyarakat yang terbuka dan kritis.

Demokrasi saat ini masih dipahami kebanyakan masyarakat sebagai tiket murah untuk
melakukan atau bertindak melanggar hukum, menyuarakan hak dari kewajiban dan
memaksakan kehendak kelompok. Transisi demokrasi Indonesia masih diwarnai tindakan
anarkis, baik antar warga negara dengan negara maupun diantara negara dengan warga Negara.

BAB 3 IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional

Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa banyak
dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun demikian, proses pembentukan identitas
nasional bukan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terus berkembang dan
kontekstual mengikuti perkembangan zaman.
Maraknya kerusuhan sosial di sejumlah daerah menunjukkan tatanan sosial masyarakat
Indonesia sudah berubah. Tindakan-tindakan anarkis atau perusakan fasilitas umum dibangun
dari uang rakyat. Semangat dan antusiasme keagamaan sebagaimana terlihat pada semaraknya
perayaan hari-hari besar keagamaan, tidak sebanding lurus dengan angka tindakan korupsi
dikalangan birokrasi dan swasta yang masih tinggi. Sebuah kenyataan paradoks dari ungkapan-
ungkapan positif atas identitas bangsa Indonesia.

BAB 4 DEMOKRASI: TEORI DAN PRAKTIK

Apa itu Demokrasi?

Secara etimologis, kata demokrasi (dari kata yunani) adalah bentukan dari dua kata demos
(rakyat) dan cratein atau cratos ( kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan kata demos dan cratein
atau cratos membentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk
pemerintahan rakyat dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui wakil dari mereka
melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.

Norma dan Pilar Demokrasi

Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. ia merupakan proses panjang melalui
pembiasaan, pembelajaran, dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial dan dukungan
demokratis adalah mutlak dibutuhkan. Keberhasilan demokrasi ditunjukkan oleh sejumlah mana
demokrasi sebagai perinsip acuan hidup bersama antar warga negara dan antara warga negara
dengan negara dijalankan dan dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Namun demikian, pelaksanaan kehidupan bermasyarakat yang demokratis juga


membutuhkan peran serta pemerintah dan warga negara dan para wakilnya dan para wakilnya di
parlemen. Negara atau pemerintah tidak boleh berpangku tangan dalam hal menjaga
berlangsungnya perinsip dan pilar demokrasi agar tetap berjalan.

BAB 5 KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

A. Pengertian Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu constituer yang berarti membentuk.
Dalam bahasa Latin kata konstitusi merupakan gabungan dua kata yakni cume berarti “bersama
dengan” dan statuere berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan
sesuatu”. Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas
dari UUD, yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
suatu masyarakat.

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi Tujuannya adalah membatasi tindakan sewenang-wenang


pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. Dalam paham konstitusi dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi : 1. Anatomi
kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hokum 2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi
manusia 3. Peradilan yang bebas dan mandiri 4. Pertanggung jawaban kepada rakyat sebagai
sandi utama dari asas kedaulatan rakyat. Keempat cakupan isi konstitusi diatas merupakan dasar
utama bagi suatu pemerintahan yang konstitusional.

C. Sejarah Perkembangan Konstitusi Konstitusi sebagai suatu kerangka hidup politik telah lama
dikenal sejak zaman Yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum. Sejalan dengan
perjalanan waktu, pada masa Ke-kaisaran Roma pengertian konstitusi mengalami perubahan
makna yang memilki pengaruh cukup besar sampai abad pertengahan yang memberikan
inspirasi bagi tumbuhnya paham Demokrasi Perwakilan dan Nasionalisme. Selanjutnya pada
abad VII lahirlah Piagam Madinah atau konstitusi Madinah. Piagam Madinah dibentuk pada
awal masa Klasik Islam (622 M) meru- pakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah.

BAB 6 NEGARA,AGAMA DAN WARGA NEGARA

A.Pengertian Negara. Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state
(Inggris) staat (Belanda dan Jerman) atau etat(Perancis). Secara etimologi, Negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk
bersatu, hidup di dalam suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang brdaulat.

B. Tujuan Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan, Bertujuan menyelenggarakan


ketertiban hukum, Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum. Dalam konteks Negara
Indonesia, tujuan Negara adalah sebagaimana tertuang dalam Pembukaan dan Penjelasan UUD
1945.

C. Unsur – unsur Negara Ada tiga unsur penting yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah. 1.
Rakyat Adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama sama
mendiami suatu wilayah tertentu. 2. Wilayah Adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena
tidak mungkin ada Negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum wilayah
dalam sebuah Negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra, laut dan sungai) dan
udara. 3. Pemerintah Adalah alat kelengkapan Negara yang harus bertugas memimpin organisasi
Negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah Negara. 4. Pengakuan Negara Lain
Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan konstitusif sehingga tidak bersifat mutlak.

Ada dua macam pengakuan suatu Negara, yakni pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta
adanya Negara dan pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu Negara atas
dasar pertimbangan yuridis menurut hokum.

BAB 7 HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian HAM. Menurut Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodarti. HAM adalah
hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
HAM ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Menurut UU, hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Perkembangan HAM di Indonesia Secara garis besar, perkembangan pemikiran HAM di


Indonesia dapat dibagi ke dalam dua periode: sebelum kemerdekaan (1980-1945) dan sesudah
kemerdekaan . 1. Periode Sebelum Kemerdekaan Dapat dijumpai dalam sejarah kemunculan
organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo (1908), SI (1911), Indische Partij (1912),
Partai Komunis Indonesia (1920), PI (1925) dan Partai Nasional Indonesia (1927). Puncak
perdebatan HAM yang dilontarkan oleh para tokoh pergerakan nasional, dalam siding BPUPKI
para tokoh nasional tersebut berdebat dan berunding merumuskan dasar-dasar ketatanegaraan
dan kelengkapan Negara yang menjamin hak dan kewajiban dan warga Negara yang hendak
diproklamirkan. Perjuangan Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat. 2. Peirode
Setelah Kemerdekaan a. Periode 1945 - 1950 Sepanjang periode ini, wacana HAM bisa
dicirikan pada:  bidang sipil dan politik  bidang ekonomi, social dan budaya b. Periode
1950- 1959 Dikenal dengan masa demokrasi parlementer. c. Periode 1959 – 1966 .Masa
berakhirnya Demokrasi Liberal, digantikan oleh sistem Demokrasi Terpimpin. d. Periode
1966 – 1998 e. Periode Pasca – Orde Baru
BAB 8 OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NRGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

A. Hakikat Otonomi Daerah Istilah otonomi daerah pada dasarnya mempersoalkan pembagian
kewenangan kepada organ-organ penyelenggara Negara, sedangkan otonomi menyangkut hak
yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Batasan ini hanya menjelaskan proses
kewenangan yang diserahkan pusat kepada daerah, tetapi belum menjelaskan isi dan keluasan
kewenangan serta konsekuensi penyererahan kewenangan itu bagi badan-badan otonomi daerah.

B. Visi Otonomi Daerah Otonomi daerah sebagai kerangka penyelenggaraan pemerintahan


mempunyai visi yang dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya: politik, ekonomi dan budaya. 1. Visi otonomi daerah di
bidang politik harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala
pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis dan memelihara suatu mekanisme
pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggung jawaban public. 2. Visi otonomi daerah
di bidang ekonomi mengandung makna bahwa harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan
ekonomi nasional di daerah, di pihak lain mendorong terbukanya peluang bagi pemerintah
daerah mengembangkan kebijakan local kedaerahan untuk mengoptimalkan pendyagunaan
potensi ekonomi di daerahnya. 3. Visi otonomi daerah di bidang social dan budaya mengandung
pengertian bahwa otonomi daerah harus diarahakan pada pengolaan, penciptaan dan
pemeliharaan integrasi dan harmoni social. Juga dapat memberikan nilai, tradisi, karya seni,
karya cipta, bahasa dan karya sastra local.

C. Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia UU No.1 Tahun 1945 yang mengatur tentang
pemerintahan daerah pascaproklamasi kemerdekaan. Ditetapkannya undang-undang ini
merupakan hasil dari berbagai pertimbangan

tentang sejarah pemerinthan di masa kerajaan serta pada masa pemerintah colonial. Dalam
undang-undang ini ditetapkan tiga jenis daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten dan kota.
Periode berlakunya undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga dalam kurun waktu tiga tahun
belum ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan kepada daerah.
Undang- undang ini kemudian diganti dengan UU No. 22 Tahun 1948 UU tersebut
berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis.

BAB 9 TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (GOOD AND
CLEAN GOVERNANCE)
A. Pengertian Good Governance.Di indonesia, substansi wacana good governance dapat
dipadankan dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Dalam prakriknya,
pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang efektif, efesien, jujur, transparan dan
bertanggung jawab juga berarti baik dalam proses maupun hasil-hasilnya. Faktor lain yang tak
kalah penting, suatu pemerintahan dapat dikatakan baik jika produktivitas bersinergi dengan
peningkatan indicator kemampuan ekonomi rakyat, baik dalam aspek produktivitas, daya beli,
maupun kesejahteraan spiritualnya. Sebagai sebuah paradigm pengelolaan lembaga Negara
dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh unsur saling terkait yakni Negara,
Masyarakat Madani serta Sektor Swasta.

B. Prinsip-prinsip Pokok Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan Sembilan aspek


fundamental (asas) dalam good governance: 1. Parisipasi Adalah bentuk keikutsertaan warga
masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan
yang sah. 2. Penegakan Hukum Pengelolaan pemerintahan yang professional harus didukung
oleh penegakan hokum yang berwibawa. Tanpa kepastian dan aturan hokum, proses politik tidak
akan berjalan dan tertata dengan baik. Komitmen pemerintah untuk menegakkan hokum yang
mengandung unsurunsur: a.Supermasi hokum, b. Kepastian hokum
BAB III

PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT

Latar Belakang Masalah Yang Akan Dikaji

Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada pemerintah
yang berkuasa dengan menempatkan Pancasila sebagai satu-satunya asa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itu, MPR melalui Sidang Istimewa
tahun 1998 dengan Tap. No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar
negara. Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar
negara dari negara kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanaka secara konsisten dalam
kehidupan bernegara.

Pandangan hidup bagi suatu bangsa adalah sesuatu hal yang tidak dapt dipisahkan
dengan kehidupan bangsa itu sendiri. Bangsa tidak memilii pandangan hidup adalah
bangsa yang tidak memiliki kepribadian dan jati diri sehingga bangsa itu mudah
terombang-ambing dari pengaruh yang berkembang dari luar negerinya. Pancasila sebagai
kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-nilai yang telah
lama tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideology nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia,


yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami dengan latar
belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Gagasan tentang etika Pancasila pada
hakikatnya berkaitna dengan kedudukan Pancasila sebagai filsafat negara. Pancasila
sebagai dasar filsafat negara sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945
memiliki implikasi etis, yakni sebagai sumber norma etik. Etika Pancasila bersumber dari
pemikiran mendalam terhadap nilai-nilai dasar Pancasila.

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalna


sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila
sebagai paradigm pembangunan nasional mengandung ari bahwa segala aspek
pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pembangunan nasional adalah
untuk manusia Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagao
makhluk individu dan makhluk sosial.
Permasalahan Yang Akan Dikaji

Dengan melakukan tugas ini, kami mampu menyelesaikan tugas dan dapat memahami
isi buku . Selain untuk menjadi bekal mahasiswa di masa depan, penyelesaian tugas ini
juga dapat membantu mahasiswa menimbun ilmu pengetahuan, pengalaman, juga untuk
membantu kami meneliti berbagai sumber-sumber pembelajaran yang nantinya akan
digunakan untuk menjadi seorang guru. Dan agar kami dapat mengetahui, memahami dan
menambah wawasan mengenai Pancasila.
Analisis Critical Book Report

Analisis yang dapat saya dapatkan dari ketiga buku ini yaitu, terdapat beberapa
kelebihan, diantaranya: Sampul/cover yang digunakan kelihatan simple tetapi tetap menarik
dan sederhana. Kemudian gambar pada sampul juga sangat bagus karena terdiri dari beberapa
gambar yang mencakup dari pembahasan yang ada di dalam buku tersebut. Bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Indonesia yang mudah dimengerti.

Pada beberapa bab di dalam buku ini terdapat beberapa penjelasan yang sangat
singkat sehingga peserta didik mudah memahaminya. Pada setiap bab pada buku ini sebelum
pembahasan pada setiap bab nya terdapat penjelasan singkat mengenai yang dibahas pada
setiap bab. Pada buku ini terdapat istilah asing beserta artinya yang memudahkan pembaca
dalam memahami isi dari pembahasan tersebut. Pada buku ini terdapat banyak pendapat para
ahli mengenai Pendidikan Pancasila. Terdapat banyak soal atau latihan yang dapat menguji
kemampuan peserta didik seberapa paham mereka mengenai materi yang dibahas. Pada bab
ini terdapat sumber bacaan atau daftar pustaka mengenai penjelasan materi yang ada di buku
tersebut.

Analisis yang dapat kami dapatkan dari ketiga buku ini yaitu, terdapat beberapa
kelebihan, diantaranya: Cover/sampul pada buku ini kurang menarik, terlalu kalem sehingga
kurang bisa menstimulus para membaca buku untuk membacanya. Alangkah lebih baik
dibuat menarik sehingga menjadikan para pembaca bahkan orang yang baru melihatnya
tertarik untuk pembacanya. Kebanyakan bahasa yang digunakan pada buku ini susah di pahami
sehingga pembaca kesulitan dalam memahami buku tersebut. Dimana Buku ini menurut saya
dari segi warna dan sampul sudah menarik, karena kebanyakan pembaca tertarik pada buku itu
ialah ketika ia melihat buku itu bewarna, bergambar dan bagus untuk dibaca serta tulisan dalam
buku nya pun bagus.Buku ini juga terlihat bagus dari sisi Rangkuman, karena dalam buku ini
dilampirkam juga rangkuman dari setiap bab. Hal itu membuat pembaca yang menggunakan
buku ini dapat membaca rangkuman atau kesimpulan dari tiap bab yang dibaca.Buku ini juga
dilengkapi link-link atau website di setiap gambar yang ditampilkan di setiap bab. Itu sebabnya
buku ini sudah terjamin mutu nya karena melampirkan website.Materi yang tercantum dalam
buku ini sudah lumayan lengkap dan sedikit lebih rinci sehingga bisa dijadikan buku utama
dalam pembelajaran.Penjelasan pada setiap bab nya sangatlah panjang sehingga pembaca
merasa bosan dan jenuh untuk membacanya sampai selesai. Ada kata kata yang tidak diketahui
sehingga pembaca sulit untuk memahami isi dari materi yang akan dijelaskan tersebut. Dengan
ada kata-kata tersebut tidak dijelaskan sehingga mempersulit proses pemahaman. Memaparkan
tentang penulis dalam buku ini sangat sedikit sehingga pembaca merasa kesulitan sangat
membuat identitas buku. Ada beberapa hal dalam pembahasan buku ini yang menurut saya tidak
perlu ditampilkan, karena tidak berhubungan dengan judul besar pembahasan bab nya. Tidak
terdapat ringkasan buku baik di buku utama maupun buku pembanding. Dan tidak terdapat
gambar-gambar seperti gambar pahlawan dan gambar-gambar sejarah tentang lokasi yang
dijelaskan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini bersifat filsafat Pancasila mempunyai fungsi
dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,tingkah laku dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi bangsa Indonesia di mana pun mereka berada.

Pendidikan tentang Pancsila adalah pendidikan mengenai pengetahuan akan rumus


(pengertian) Pancasila, kedudukan dan fungsinya bagi kehidupan bernegara. Pancasila
adalah pendidikan ber-Pancasila, yakni membelajarkan isi daripada Pancasila itu sendiri.
Isi Pancasila adalah nilai-nilai yang kemudian dijabarkan kedalam norma sosial dan
hukum bernegara. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia memiliki 3 implikasi,
yakni implikasi etis, yuridis dan politis bagi kehidupan bernegara.

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalna


sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai
paradigm pembangunan nasional mengandung ari bahwa segala aspek pembangunan harus
mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,
dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagao makhluk individu dan
makhluk sosial.

Saran

1. Bagi Mahasiswa/Pelajar, Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral


Pancasilais juga harus terlibat dan berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sebagai perwujudan sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung
jawab yang penting berupa sikap menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum
yang berlaku di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang
pengertian etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga
mahasiswa memiliki keterampilan menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan
dekadensi moral dalam kehidupan bangsa Indonesia.
2. Bagi Para Pengajar (Guru, Dosen, Ataupun PPL/PPG), bahwasanya buku ini sangat
cocok digunakan sebagai materi pendukung ketika pembelajaran berlangsung. Karena
buku ini sangat lengkap materinya, dimana dijabarkan semua mulai dari konsep, definisi,
gambar, menurut para ahli dan sejarah. Dan buku ini juga sangat cocok digunakan
sebagai pendukung pemaparan materi di kelas dalam pelajaran Pendidikan Pancasila.
3. Bagi Pembaca, buku ini sangat cocok dibaca-baca atau untuk sebagai pendukung
referensi tambahan tugas. Karena biasanya pembaca jauh lebih tertarik membaca buku
ketika ada tugas yang disuruh oleh Guru / Dosen untuk mencari pendukung referensi
buku lainnya.

Dengan demikian kiranya setiap mahasiswa terutama mahasiswa calon pendidik, kita
dapat mewujudkan apa yang menjadi tuntutan dari pada pendidikan itu dengan
memperhatikan setiap kebutuhan pengetahuan siswa. Setelah membahas mengenai penugasan
crirical book report ini marilah kita melestarikan gemar membaca, meneliti, serta memahami
apa maksud dan tujuan dari setiap buku yang diciptakan.
DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Drs.Syahrial,M.A.2002.Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Jakarta: Ghalia


Indonesia

Winarno,Dr,S.Pd.,M.Si..2007.Paradigma Baru Pendidikan Pancasila.Jakarta: Bumi Aksara


Ubadeillah dan Abdul,2015.pancasila,demokrasi,HAM,dan masyarakat
madani,Kencana,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai