Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan

Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6 tahun


terhadap Kecemasan Pra Operasi

Aprina1, Novri Ardiyansa2, Sunarsih3


Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjung Karang, Indonesia
Email: aprinamurhan@yahoo.co.id

Abstract: Playing Puzzle Therapy in Children Aged 3-6 years Preoperative Anxiety.
Problems that often appear before surgery are anxiety. Playing is an effective coping method to
reduce anxiety experienced by children. This study aims to identify the effect of playing puzzle
therapy on preoperative anxiety levels in the Children's Surgery Room of Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung Province. The design of this study was Quasy Experiment with the design of one group
pretest-posttest. This type of quantitative research uses the technique of accidental sampling. The
population in this study were 30 preoperative patients. The analysis used is a parametic test of the t
test dependent test. When the research began from July 12 to August 12 in the pediatric surgery
oroom of Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province. The results show the average anxiety score
before therapy is playing puzzle is 64.30 and after giving therapy the role playing puzzle is 48.60.
p-value obtained is 0,000 which indicates the difference in preoperative anxiety scores before and
after getting puzzle play therapy in the Children's Surgery Room of Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung Province.

Keywords: Anxiety, Therapy playing puzzle

Abstrak: Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra
Operasi. Masalah yang sering muncul sebelum operasi adalah kecemasan. Bermain merupakan
cara koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh anak. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pra operasi
di Ruang Bedah Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian ini
menggunakan desain quasy experiment dengan rancangan one group pretest-posttest. Jenis
penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik accidental sampling. Populasi yang diambil
pada peneltian ini yaitu 30 orang yang merupakan pasien yang akan menjalani operasi elektif di
Ruang Bedah Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik accidental sampling. Analisis yang di gunakan adalah uji parametik uji t
test dependent. Waktu penelitian mulai 12 juli sampai dengan 12 agustus di ruang bedah anak
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Hasil menunjukkan rata-rata skor kecemasan
sebelum dilakukan terapi bermain puzzle adalah 64,30 dan sesudah diberikan terapi bermain peran
puzzle adalah 48,60. Didapatkan p-value 0,000 yang menunjukkan adanya perbedaan skor
kecemasan pra operasi sebelum dan sesudah mendapatkan terapi bermain puzzle. Terdapat
pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kecemasan anak pra operasi di Ruang Bedah Anak RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Kata kunci: Kecemasan, Terapi bermain puzzle

PENDAHULUAN menimbulkan berbagai keluhan dan gejala


(Hidayat & Jong (2005), dalam Aprina, dkk
Pembedahan merupakan suatu tindakan (2017).
pengobatan yang menggunakan cara invasive Reaksi pasien terhadap pembedahan
dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh didasarkan pada banyak faktor, diantaranya
yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang
dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah diantisipasi baik fisik, finansial, psikologis,
bagian yang akan ditangani ditampilkan, spiritual, sosial atau hasil akhir pembedahan yang
selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri diharapkan (Potter, 2006). Prosedur pembedahan
dengan penutupan dan penjahitan luka. Setiap akan memberikan suatu reaksi emosional pada
pembedahan selalu berhubungan dengan insisi pasien, seperti ketakutan atau perasaan tidak
yang merupakan trauma bagi penderita yang tenang, marah, dan kekhawatiran. Persiapan

291
292 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus, hlm 291-297

mental merupakan hal yang tidak kalah Perawat dapat membantu orang tua
pentingnya dalam proses persiapan operasi menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
karena mental pasien yang tidak siap dapat perawatan anaknya di rumah sakit karena
mempengaruhi kondisi fisiknya. Masalah mental perawat berada di samping pasien selama 24 jam.
yang biasa muncul pada pasien pra operasi adalah Fokus intervensi keperawatan adalah
kecemasan (Muttaqin & Sari, 2009). meminimalkan dukungan psikologis pada anak
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anggota keluarga. Salah satu intervensi
anak untuk berpisah dari lingkungan yang keperawatan yang dapat dilakukan dalam
dirasakannya aman, penuh kasih sayang dan mengatasi dampak hospitalisasi pada anak adalah
menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, dengan memberikan terapi bermain. Terapi
lingkungan permainan dan teman bermain dapat dilakukan sebelum melakukan
sepermainannya. Anak usia prasekolah tersebut prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk
menunjukkan reaksi terhadap perpisahan yaitu mengurangi rasa tegang dan emosi yang
dengan menolak makan, sering bertanya, dirasakan anak selama prosedur berlangsung.
menangis walaupun secara perlahan dan tidak Walaupun anak mengalami sakit dan atau
kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan dirawat, tugas perkembangan tidaklah berhenti.
anak di rumah sakit juga membuat anak Hal ini bertujuan untuk melanjutkan tumbuh dan
kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan kembang selama perawatan sehingga
di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan,
aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan dapat mengembangkan kreativitas dan
kekuatan diri. Kehilangan di rumah sakit sering pengalaman, anak akan mudah untuk beradaptasi
kali di persepsikan anak prasekolah sebagai terhadap stres karena penyakit yang di rawat.
hukuman sehingga anak akan merasa malu Prinsip bermain di rumah sakit yaitu tidak banyak
bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap mengeluarkan energi, mempertimbangkan
perlukaan muncul karena anak menganggap keamanan dan infeksi silang, kelompok usia yang
tindakan dan prosedurnya mengancam integritas sebaya, permainan tidak bertentangan tentang
tubuhnya. Hal ini berakibat munculnya reaksi pengobatan, melibatkan orang tua atau keluarga.
agresif dengan marah dan berontak, ekspresi Salah satu alternatif untuk mengalihkan
verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, perhatian anak yang dirawat di rumah sakit
tidak mau bekerja sama dengan perawat dan adalah diberikannya dukungan sarana bermain
ketergantungan pada orang tua. yang dapat memfasilitasi anak untuk mengurangi
Anak kecil rentan terhadap kecemasan kecemasan dan ketakutan anak usia prasekolah
yang berhubungan dengan perpisahan, sebagai yang dirawat di rumah sakit, karena anak usia
contoh anak yang dirawat di rumah sakit prasekolah masih senang bermain-main.
(hospitalisasi) karena anak mengalami urutan Bermain merupakan media yang baik
ketakutan perkembangan yaitu takut kehilangan untuk belajar, karena dengan bermain anak-anak
ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cidera akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
tubuh, takut akan impulsnya dan takut akan menyesuaikan diri dengan lingkungan,
cemas hukuman (punishing unxiety) dari melakukan apa yang dapat dilakukannya dan
superego dan rasa bersalah. Sebagian besar anak mengenai waktu jarak serta suara (Wong, 2001
mengalami cemas perpisahan didasarkan pada dalam Adriana, 2011).
salah satu atau lebih ketakutan-ketakutan tersebut Data pre survey tanggal 15 Februari 2018
(Kaplan dan sadock (1997, dalam Nursalam, di ruang bedah anak RSUD Dr. H. Abdul
2005). Moeloek Provinsi Lampung didapatkan informasi
Tingkat kecemasan anak usia pra sekolah bahwa kejadian operasi pada 4 bulan terakhir
yang di rawat inap di rumah sakit masuk dalam yaitu dari bulan Agustus-November 2017 untuk
kategori tinggi, bahkan ada yang sangat tinggi. usia 3-6 tahun sebanyak 175 pasien. Di peroleh
Tingkat kecemasan ini harus segera mendapat data 80% anak mengalami kecemasan.
penanganan agar anak tidak merasa stres berada Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti
di rumah sakit. Sebab pikiran yang stres akan tertarik untuk meneliti pengaruh terapi bermain
menyebabkan anak akan lama pulih dari puzzle terhadap kecemasan pada anak usia 3-6
pengobatan yang sedang dijalani. Oleh karena itu tahun di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
bentuk terapi agar anak merasa nyaman di rumah Lampung.
sakit dapat berupa dengan permainan.
Pengukuran skala kecemasan pada anak adalah
modifikasi pengukuran kecemasan pada orang
dewasa disesuaikan dengan kondisi anak.
Aprina, Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi 293

METODE Tabel 2. Skor Kecemasan Sebelum Dan


Sesudah diberikan Terapi Bermain
Metode yang dilakukan pada penelitian Puzzle
saat ini adalah penelitian Quasy Experiment Kecemasan Mean Median SD
p-
n
dengan rancangan one group pretest-posttest value
Peneliti menggunakan uji t dependent. Populasi Sebelum 64,30 61,50 10,6
0.000 30
dalam penelitian ini adalah anak pra operasi di Sesudah 48,60 46,00 11,9
Ruang Bedah Anak RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung. Populasi yang Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan
diambil pada peneltian ini yaitu 30 orang yang bahwa rata-rata skor indeks kecemasan
merupakan pasien yang akan menjalani operasi responden sebelum terapi bermain puzzle adalah
elektif di Ruang Bedah Anak RSUD Dr. H. 64,30. Pada pengukuran rata-rata skor kecemasan
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Pengambilan setelah terapi bermain puzzle didapatkan rata-rata
sampel dilakukan dengan teknik accidental kecemasan adalah 48,60. Nilai perbedaan rata-
sampling. Teknik pengumpulan data rata skor indeks kecemasan sebelum dan sesudah
menggunakan lembar observasi yang terdiri dari terapi bermain puzzle adalah 15,7. Hasil uji
5 domain dan 22 kategori, menggunakan alat statistik dengan uji t dependent didapatkan hasil
ukur kecemasan MYPAS (Modifiet Yale p-value sebesar 0,00>ɑ (0,05), maka dapat
Preoperatif anxiety scale) Skor 23-100 <30: tidak disimpulkan ada pengaruh rata-rata tingkat
cemas, 30-53: cemas ringan, 53-77: cemas kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi
sedang 78-100: cemas berat. bermain puzzle.
Penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan etik penelitian (ecthical clearance)
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Politeknik PEMBAHASAN
Kesehatan Tanjung Karang No. 163/EC/KEP-
TJK/VI/2018. Hasil penelitian diperoleh data rata-rata
skor kecemasan responden sebelum mendapat
terapi bermain puzzle adalah 64,30 dengan
HASIL standar deviasi (SD) 10,697, dan skor kecemasan
terendah adalah 46 (cemas ringan) dan skor
Tabel 1. Skor Kecemasan Sebelum dan kecemasan tertinggi adalah 83 (cemas berat).
Sesudah diberikan Terapi Bermain Menurut Stuart, (2007) kecemasan sedang
Puzzle memungkinkan seseorang untuk memusatkan
Nilai Nilai
pada masalah yang selektif, namun dapat
Variabel Mean Med SD melakukan sesuatu terarah, kecemasan sedang
Min Maks
juga dianggap respon normal terhadap stresor
Sebelum 64,30 61,50 10,6 46 31
yang dialami individu, secara umum respon
Sesudah 48,60 46,00 11,9 83 75
cemas dimiliki semua individu, kecemasan
merupakan respon yang paling umum yang
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa
menyatakan kondisi takut. Anak yang sedang
rata-rata skor kecemasan kelompok responden
sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang
sebelum mendapat terapi bermain puzzle adalah
sangat mudah tersinggung, mudah cemas,
64,30 dengan standar deviasi (SD) 10,697 dan
menjadi pemarah, agresif, penakut, curiga, dan
skor kecemasan terendah adalah 46 (cemas
lebih sensitif. Anak dihadapkan pada lingkungan
ringan) serta skor kecemasan tertinggi adalah 83
yang asing, orang-orang yang tidak dikenal, dan
(cemas berat) dan rata-rata skor kecemasan
gangguan terhadap gaya hidup mereka pada saat
kelompok responden sesudah mendapat terapi
di rumah sakit.
bermain puzzle adalah 48,60 dengan standar
Sebagian besar stres di usia pertengahan
deviasi (SD) 11,970 dan skor kecemasan
anak periode prasekolah adalah cemas karena
terendah adalah 31 (cemas ringan) serta skor
perpisahan. Hubungan anak dan ibu sangat dekat,
kecemasan tertinggi adalah 75 (cemas sedang).
akibatnya perpisahan dengan ibu akan
menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan
orang yang terdekat bagi dirinya dan akan
lingkungan yang dikenal olehnya, sehingga pada
akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman
dan rasa cemas.
294 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus, hlm 291-297

Menurut Huda (2014) respon kecemasan keluar dari ruang rawat, mencari orang tua
anak pra sekolah dalam menjalani hospitalisasi dengan pandangan mata dan anak tidak aktif.
sesudah terapi bermain didapatkan sebagian besar Berdasarkan respon tersebut peneliti
responden berada ditahap menolak sebanyak 16 meminimalkan kecemasan dengan melakukan
responden (80%). Beberapa penyebab kecemasan pendekatan dengan cara memberi terapi bermain.
sebelum pembedahan pada anak usia sekolah Untuk alat permainan yang dirancang dengan
muncul terkait dengan membayangkan akan baik akan lebih menarik anak dari pada alat
adanya luka pada tubuh setelah dilakukan permainan yang tidak didesain dengan baik. Alat
tindakan pembedahan. permainan dengan bentuk sederhana dan tidak
Peran dari petugas kesehatan di rumah rumit dan berwarna terang. Salah satu contoh
sakit (yaitu dokter, perawat), khususnya perawat permainan yang menarik yaitu permainan puzzle,
harus menghargai sikap anak karena selain orang karena puzzle dapat meningkatkan daya pikir
tua, perawat adalah orang yang paling dekat anak dan komsentrasi anak. Melalui puzzle anak
dengan anak selama perawatan di rumah sakit. dapat mempelajari sesuatu yang rumit serta anak
Meskipun anak menolak perawat, namun perawat akan berpikir bagaimana puzzle dapat tersusun
harus tetap memberikan dukungan dengan dengan rapi.
meluangkan waktu secara fisik dekat dengan Kecemasan pada pasien pra operasi
anak mengajak bermain sesuai tahap sesudah mendapatkan terapi bermain puzzle rata-
perkembangan anak untuk kepentingan terapi. rata skor kecemasan responden adalah 48,60
Anak mempelajari nilai benar dan salah dengan standar deviasi (SD) 11,970 dan skor
dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan kecemasan terendah adalah 31 (cemas ringan)
guru. Melalui aktivitas bermain, anak akan serta skor kecemasan tertinggi adalah 75 (cemas
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan sedang). Hal ini menunjukkan adanya penurunan
nilai-nilai tersebut agar dapat diterima dan dapat kecemasan pada anak sesudah mendapatkan
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan terapi bermain puzzle.
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Kecemasan pada anak terhadap keadaan
Melalui kegiatan bermain diharapkan anak juga menjadi suatu hal yang dikhawatirkan oleh orang
akan belajar nilai moral dan etika, belajar tua sebab kecemasan dapet berdampak pada
membedakan mana yang benar dan mana yang terganggunya proses tumbuh kembang serta
salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala dapat mempengaruhi perilaku anak seperti
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, menjadi susah makan, tidak tenang, takut, gelisah
merebut mainan teman merupakan perbuatan serta berontak saat akan dilakukan tindakan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan keperawatan sehingga dapat mengganggu dalam
sesudah bermain adalah mengajarkan anak untuk proses penyembuhan itu sendiri (Hawari, 2006).
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta Untuk itu menurut (Hawari, 2006) perlu upaya
barang yang dimilikinya. Sesuai dengan meminimalkan kecemasan dengan cara
kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler mencegah atau mengurangi dampak dari
dan prasekolah, permainan adalah media yang kecemasan itu. Salah satu cara untuk
efektif untuk mengembangkan nilai moral meminimalkan kecemasan adalah dengan cara
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh memberi terapi.
karena itu, peran orang tua dianggap penting Terapi merupakan penerapan sistematis
untuk mengawasi anak saat anak melakukan dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, kondisi atau tingkah laku yang dianggap
seperti baik/buruk atau benar/salah. Pada saat menyimpang, dengan tujuan melakukan
bermain, aktivitas sensoris-motorik merupakan perubahan. Perubahan yang dimaksud bisa berarti
komponen terbesar yang digunakan anak dan menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau
bermain aktif untuk perkembangan fungsi otot. memodifikasi suatu kondisi atau tingkah laku
Misalnya, alat permainan untuk bayi yang tertentu. Secara umum, ada dua jenis terapi.
berfungsi mengembangkan kemampuan sensoris- Pertama, terapi jangka pendek untuk masalah
motorik dan alat permainan untuk anak usia ringan, yang dapat diselesaikan dengan memberi
toddler dan prasekolah yang banyak membantu dukungan, ide, menghibur, atau membujuk anak.
perkembangan aktivitas motorik baik kasar Kedua, terapi jangka panjang untuk masalah yang
maupun halus. memerlukan keteraturan dan kontinuitas untuk
Menurut peneliti, kecemasan yang perubahan perilaku anak (Adriana, 2011).
ditunjukkan oleh anak-anak di ruang bedah anak Bermain adalah suatu konsep yang sangat
diantaranya adalah anak yang mengalami respon penting bagi anak. Konsep pembelajaran pada
kecemasan ditandai dengan menangis, meminta anak adalah bagaimana mereka bermain. Karena
Aprina, Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia 3-6 tahun terhadap Kecemasan Pra Operasi 295

dengan bermain mereka belajar tentang dunia sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain
luar dan lingkunganya dimana mereka berada. puzzle.
Fungsi khusus bermain pada anak mencakup Kecemasan termasuk kekuatan yang besar
perluasan keterampilan sensorimotor, kreativitas, dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah
intelektual dan perkembangan sosial. laku normal maupun tingkah laku yang
Bermain merupakan aspek penting dari menyimpang, atau yang terganggu, kedua-duanya
kehidupan anak dan salah satu alat paling penting merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan
untuk menatalaksanakan stres karena dari pertahanan terhadap kecemasan itu (Gunarsa
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam dkk, 2012). Menurut Supartini (2004), adapun
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut reaksi anak usia prasekolah yang menunjukkan
sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak kecemasan seperti anak menolak makan,
perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan menangis, sering bertanya tentang keadaan
cemas yang mereka alami sebagai alat koping dirinya, mengalami sulit tidur, tidak kooperatif
dalam menghadapi stres. Bermain sangat penting terhadap petugas kesehatan saat dilakukan
bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak tindakan keperawatan. Tingkat kecemasan pada
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan fase pra operasi anak cukup tinggi sekitar 50-
bermain tidak juga ikut terhenti pada saat anak 70% sehingga diperlukan cara untuk mencegah
sakit atau anak di rumah sakit. stres emosional anak dapat dilakukan dengan
Supartini (2004) menjelaskan bahwa berberapa cara diantaranya persiapan psikologis
bermain sebagai aktivitas yang dapat dilakukan pada saat preoperatif (sehari sebelum operasi)
anak sebagai stimulasi pertumbuhan dan dimana anak dan orang tua diberikan penjelasan
perkembanganya dan bermain pada anak menjadi mengenai teknik anastesi dan pembedahan yang
media bagi anak untuk mengekspresikan akan dijalani keesokan harinya. Perkembangan
perasaan, relaksasi dan distraksi perasaan yang sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
tidak nyaman selama di rumah sakit. Kegiatan dengan lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain dilakukan secara sukarela untuk bermain, diharapkan anak akan belajar memberi
memperoleh kesenangan ataupun kepuasan. dan menerima. Bermain bersama orang lain
Dengan melakukan permainan yang membantu anak untuk mengembangkan
menyenangkan dapat membuat anak menjadi hubungan sosial dan belajar memecahkan
senang. Menurut Nursalam et al (2005) dengan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat
bermain akan mempengaruhi kesehatan seorang melakukan aktivitas bermain, anak belajar
anak. berinteraksi dengan teman, memahami bahasa
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang
Huda (2014) dengan respon kecemasan anak pra ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
sekolah dalam menjalani hospitalisasi sesudah pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun
terapi bermain didapatkan sebagian besar demikian, anak usia toddler dan prasekolah
responden berada ditahap menolak sebanyak 16 adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan
responden (80%). Ada pengaruh terapi bermain aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
terhadap respon kecemasan anak prasekolah Bermain merupakan salah satu cara yang
dalam menjalani hospitalisasi dengan nilai ρ- dapat menurunkan kecemasan dengan cara
value=0,000<0,05 dan Z-skor -3,874<–1,96. bermain diharapkan kecemasan anak menurun.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa Anak-anak kecil umumnya berespon lebih baik
terdapat perbedaan skor kecemasan sebelum dan terhadap permainan dan anak-anak yang lebih
sesudah terapi bermain puzzle. Hal ini dapat besar berespon lebih baik terhadap film sebaya
disebabkan karena permainan puzzle dapat yang dilihatnya (Bates & Brome, 1986 dalam
melatih ketangkasan jari, koordinasi mata dan Wong, 2009).
tangan, mengasah otak, mencocokkan bentuk, Terapi bermain adalah usaha mengubah
konsep kognitif, melatih kesabaran anak dalam tingkah laku bermasalah, dengan menempatkan
menyusun puzzle dan hubungan antar bagian anak dalam situasi bermain. Bermain merupakan
puzzle sehingga menjadi bentuk puzzle yang cerminan kemampuan fisik, intelektual,
utuh. emosional dan sosial. Bermain merupakan media
Berdasarkan uji statistik skor kecemasan yang baik untuk belajar karena dengan bermain
sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi),
peran puzzle dengan uji t dependen dengan nilai belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
(<α 0,05) didapatkan nilai p-value (0,00), maka melakukan apa yang dapat dilakukannya dan
dapat disimpulkan bahwa ada penggaruh mengenai waktu jarak serta suara (Wong, 2001
terhadap tingkat kecemasan anak pra operasi dalam Adriana, 2011).
296 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus, hlm 291-297

Terapi bermain diharapkan mampu kesulitannya harus di sesuaikan anak yang


menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, memainkanya. Bermain puzzle anak akan
stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun
dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang gambar (Vernanda, Yunus, & Rahmahtrisilvia,
tidak sesuai menjadi tingkah laku yang 2013).
diharapkan dan anak yang sering diajak bermain Penelitan ini sejalan dengan hasil
akan lebih kooperatif dan mudah diajak penelitian yang dilakukan Kaluas (2015)
kerjasama selama masa perawatan (Mulyaman menunjukkan terapi bermain puzzle memiliki
2006 dalam Yusuf dkk, 2013). Bermain juga pengaruh yang signifikan untuk menurunkan
menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak respon kecemasan anak prasekolah selama
untuk dapat mengembangkan potensi kreativitas hospitalisasi dimana didapat nilai mean sesudah
dari anak-anak itu sendiri. Untuk mengurangi pemberian terapi bermain puzzle yaitu 28,71.
kecemasan pada anak yang menjalani Terapi bermain dengan puzzle sangat bermakna
hospitalisasi dapat dilakukan diantaranya dengan dalam mengurangi kecemasan pada anak karena
relaksasi, terapi musik, aktivitas fisik, terapi seni membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak
dan terapi bermain. dalam merangkainya, lambat laun akan membuat
Sejalan dengan pertumbuhan dan mental anak terbiasa untuk bersikap tenang,
perkembangannya, anak usia prasekolah tekun dan sabar dalam menghadapi dan
mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus menyelesaikan sesuatu.
yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Menurut peneliti, jika melihat dari analisis
Anak juga sudah lebih aktif, kreatif dan univariat dan bivariat skor kecemasan sebelum
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dilakukan terapi bermain puzzle adalah 64,30 dan
dan berhubungan sosial dengan temannya sesudah diberikan terapi bermain peran puzzle
semakin meningkat. Untuk itu, jenis alat adalah 48,60. Dan setelah di uji t dependent
permainan yang tepat diberikan pada anak didapatkan nilai p-value 0,00 (<α0,05).
misalnya, bermain puzzle, membacakan
cerita/dongeng, alat gambar dan permainan
balok-balok besar. SIMPULAN
Pemilihan permainan puzzle di dalam
terapi permainan ini karena puzzle merupakan Terdapat pengaruh terapi bermain puzzle
salah satu permainan edukatif yang dapat terhadap kecemasan anak pra operasi. Hal
mengoptimalkan kemampuan dan kecerdasan tersebut dikarenakan terapi bermain puzzle dapat
anak. Bermain puzzle mengajarkan anak untuk mengalihkan perhatian anak sehingga pikiran
bersabar dan melatih keterampilan anak dalam anak tidak terlalu fokus terhadap tindakan
menyusun puzzle untuk kembali menjadi puzzle pembedahan yang akan dilakukan. Selain itu
yang utuh. Menurut Soebachman (2012) bermain penerapan terapi bermain menunjukan prilaku
puzzle merupakan permainan yang terdiri atas saling mengerti antara perawat dengan anak,
kepingan-kepingan dari satu gambar tertentu sehingga akan menumbuhkan saling percaya.
yang dapat melatih tingkat konsentrasi. Bermain
puzzle dapat dilakukan oleh anak-anak hingga
anak belasan tahun, tetapi tentu saja tingkat

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Huda, M., & Hadi, N. (2014). Pengaruh terapi
Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba bermain terhadap respon kecemasan anak
Medika. usia prasekolah dalam menjalani
Aprina, A., Yowanda, N. I., & Sunarsih, S. hospitalisasi di ruang seruni rumah sakit
(2017). Relaksasi Progresif terhadap umum daerah jombang. Jurnal
Intensitas Nyeri Post Operasi BPH Metabolisme, 3(1), 1-5.
(Benigna Prostat Hyperplasia). Jurnal Kaluas, I., Ismanto, A. Y., & Kundre, R. M.
Kesehatan, 8(2), 289-295. (2015). Perbedaan Terapi Bermain Puzzle
Gunarsa, S. (2012). Dasar teori perkembangan Dan Bercerita Terhadap Kecemasan Anak
anak. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Selama
Hawari, D. (2006). Manajemen Stress, Cemas, Hospitalisasi Di Ruang Anak RS TK. III.
Depresi. Jakarta: FKUI.
297 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 2, Agustus, hlm 291-297

Rw Mongisidi Manado. Jurnal Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan


Keperawatan, 3(2). Anak. Jakarta: EGC.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2009). Asuhan Vernanda, G., Markis Yunus, Rahmahtrisilvia.
keperawatan perioperatif konsep, proses, (2013). Meningkatkan kemampuan
dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. mengenal huruf vocal melaui media puzzle
Nursalam, R. S., & Utami, S. (2005). Asuhan bagi anak kesulitan belajar kelas ii di sdn
Keperawatan Bayi dan Anak (untuk 18 koto luar. JURNAL ILMIAH
perawat dan bidan). Jakarta: Salemba PENDIDIKAN KHUSUS, Vol 2 No 3.
Medika. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu
Nursalam, & dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, M.L.,
Bayi dan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Schwartz, P. (2009). Buku ajar
Medika keperawatan pediatrik. Vol 2. Jakarta:
Potter, P. A & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar EGC.
Fundamental Keperawatan: konsep, Yusuf. M, dkk. (2013). Pengaruh terapi bermain
proses dan praktik, Edisi ke-4. Jakarta: terhadap kondisi psikologis anak usia pra
EGC. sekolah yang mengalami hospitalisasi di
Soebachman, A. (2012). Permainan Asyik Bikin rumah sakit umum daerah dr. Zainoel
Anak Pintar. Yogyakarta: IN AzNa Books. abidin banda aceh the impact of play
Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, therapy on hospitalized children
Ed.5 (Ramona & Egi, Penerjemah). psychological condition at seurune
Jakarta: EGC. ward. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes
Vol, 6(2), 149-157.

Anda mungkin juga menyukai