Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS SWOT APOTIK KEBAHAGIAAN

STUDI KELAYAKAN PBF

Disusun oleh :

Nama : Silvia Puspitasari


Nim : 184840132

DOSEN PENGAMPU: SYAMSUL RIZAL SINULINGGA, MPH

PRODI D-III FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena  berkat rahmat
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Studi Kelayakan PBF “. Dalam
makalah ini akan menjelaskan mengenai pengertian secara umum. Adapun tujuan penulis
makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen yang membimbing kami dalam mata
kuliah Manajemen Farmasi.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, Saya
mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk ke depan-
nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita terutama  bagi  mahasiswa-mahasiswi yang
mengikuti mata kuliah Manajemen Farmasi.

Pangkalpinang, 19 Agustus 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka melindungi masyarakat terhadap peredaran obat dan bahan obat yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Pembinaan secara menyeluruh di
maksudkan agar obat dan bahan obat yang beredar dan di gunakan oleh masyarakat telah
memenuhi syarat dan tidak merugikan kesehatan masyarakat.

Dengan telah di tetapkan nya peraturan Menteri Kesehatan RI, yaitu peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tanggal 13 Juni 2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi dan beberapa peraturan teknis lainnya, menggantikan peraturan yang sebelumnya karena
sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, kondisi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi terkini. Terbitnya peraturan baru, pemerintah di tuntut untuk menerapkan prinsip-
prinsip Clean Government dan Good Governance secara universal dan di yakini menjadi prinsip
yang di perlukan untuk memberikan pelayanan publik prima kepada masyarakat. Kualitas
pelayanan publik prima dapat di ukur dengan ada tidak nya suap, ada tidak nya SOP, kesesuaian
proses pelayanan dengan SOP yang ada, keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan dalam
pemberian pelayanan dan kemudahan masyarakat melakukan pengaduan.

Pemerintah wajib melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap


produksi dan distribusi obat dan bahan obat, terutama pada era perdagangan bebas dalam rangka
melindungi masyarakat dari efek yang tidak di inginkan dan sekaligus dapat memberikan iklim
yang kondusif bagi dunia usaha.

B. Tujuan

1. Sebagai acuan pelaksanaan proses perizinan Pedagang Besar Farmasi.


2. Sebagai panduan bagi pelaku usaha dalam pengurusan perizinan Pedagang Besar
Farmasi.
C. Bentuk

Adapun bentuk dari PBF yaitu PT. JAYA MAKMUR yang terletak di Simpangkatis,
dengan bangunan yang luas. Waktu operasional di PBF adalah dari hari Senin hingga Sabtu yang
berlangsung pada pukul 08.00-16.00 WIB. Namun, pada hari Sabtu kegiatan operasional
berlangsung pada pukul 08.00-14.00 WIB. Dan pada hari minggu jam operasional di tiadakan.

D. Sasaran
1. PBF cabang lain
2. Fasilitas pelayanan kefarmasian:
- Apotek
- Puskesmas
- Toko obat
- Instalasi Farmasi Rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pedagang Besar Farmasi


Penyusunan struktur organisasi dapat mempengaruhi kelancaran dan perkembangan suatu
perusahaan, sehingga mengorganisir struktur organisasi merupakan langkah pertama yang harus
dilaksanakan oleh setiapmanejer. Dengan adanya organisasi yang teratur, tepat dan efisien serta
sesuaidengan kebutuhan perusahaan maka hasil yang diharapkan dapat tercapai apabilastruktur
organisasi serta tenaga kerja yang ada didalamnya dapat bekerja samadengan baik.

PBF ada yang bersifat lokal dan nasional (utama).


1.    PBF LOKAL
Keberadaan PBF lokal biasanya hanya meliput satu daerah tertentu saja.
Dengan demikian, apotek yang berada di luar ring daerah tersebut tidak
akan terliput oleh PBF tersebut. Alasan adanya PBF lokal ini sebenarnya
dikarenakan daya jangkau PBF utama tidak mencukupi daerah tersebut untuk
diliputnya. Untuk membentuk kepanjangan tangan, agar produk prinsipal tetap
terdistribusi merata, maka PBF utama akan menggandeng beberapa PBF lokal
tersebut. PBF lokal ini memiliki kerjasama dengan PBF utama dan biasanya
tidak berhubungan kontrak langsung dengan principal. Keberadaan stock dan
aneka program promo yang dijalankan biasanya akan dikontrol oleh PBF
utama. Selain itu, adanya beberapa principal  lokal juga sering memanfaatkan
keberadaan PBF lokal ini.Hal ini tentu saja dengan pertimbangan adanaya
efisiensi biaya distribusi.
            2. PBF NASIONAL (UTAMA) 
                        Peliputan daerah yang luas ke seluruh penjuru tanah air dan adanya per-
            wakilan kantor cabang di tiap area menjadikan suatu PBF tersebut bersifat
nasional. Biasanya principal  yang bonafid akan mempercayakan produknya ke
PBF semacam ini. Principal juga berharap bahwa berbagai item produknya akan
terdistribusi merata ke seluruh pelosok nusantara. Dengan demikian principal
tersebut akan mengukuhkan posisinya dalam memperebutkan market share yang
            ada. Keuntungan bagi apotek dalam berhubungan dengan PBF utama adalah ada
nya jaminan ketersediaan produk, dan kemudahan prosesreturn (pengembalian)
           produk. Selain itu, kepastian produk tersebut adalah produk asli tentu tak perlu
diragukan lagi. Hal ini karena memang supply produk PBF utama berasal dari  
           gudang principal secara langsung. Disisi lain, principal biasanya dalam membuat
           program promo akan bekerjasama dengan PBF utama, sehingga bagi apotek yang
loyal akan mendapatkan beragam program promo.
B. Analisis SWOT
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Analisis
SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,
di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang
ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

C. SYARAT-SYARAT MENDIRIKAN PBF


Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan suatu PBF adalah sebagai berikut:
a. Harus ada izin dari Menteri Kesehatan RI
Dilakukan oleh badan hokum berbentuk perseroan terbatas,koperasi, atau
perusahaan modal asing yang telah memiliki izin usaha industri farmasi indonesia dengan
perusahaan nasional.
b. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)
c. Memiliki apoteker penanggung jawab (AP)
d. Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan perundang-undangan di
bidang farmasi.
D. TUGAS DAN FUNGSI PBF
1. Tugas PBF yaitu :
a. Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang meliputi obat,bahan
                obat dan alat kesehatan
b. Sebagai sarana mendistribusikan perbekalan farmasi kesarana pelayanan kesehatan
                masyarakat yang meliputi :apotek,rumah sakit,toko obat berizin dan sarana pelayanan
                kesehatan masyarakat lain serta PBF lainnya.
c. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan ,penyimpanan,penyaluran,perbekal
               an farmasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan setiap dilakukan pemeriksaan.
d. Untuk toko obat berizin,pendistribusian obat hanya pasa obat-obat golongan obat
                bebas dan obat bebas terbatas ,sedangkan untuk apotek, rumah sakit dan PBF lain me-   
             lakukan pendistribusian obat bebas ,obat bebas bebas terbatas dan obat keras tertentu.
2. Fungsi PBF antara lain :
a. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.
b. Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh tanah air secara
                merata dan teratur guna mempermudah pelayanan kesehatan.
c. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan penyediaan obat-
                obatan untuk pelayanan kesehatan.
d. Sebagai penyalur tunggal  obat-obatan golongan narkotika dimana PBF khusus,yang
                melakukannya adalah PT. Kimia Farma.
e. Sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.

E. PEMBERIAN IZIN PBF


1). Tata cara pemberian PBF
a) Melakukan permohonan izin usaha kepada Badan POM dngan tembusan dinas
    kesehatan setempat.
b) Permohonan izin usaha diajukan seelah PBF siap untuk melakukan kegiatan.
c) Selambat-lambatnya setelah enam hari dinas kesehatan akan menugaskan balai
                POM setempat untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan PBF d
alam
                            melakukan kegiatan.
d) Selambat-lambatnya enam hari setelah penugasan balai POM untuk melakukan
                            pemeriksaan balai POM akan melaporkan hasil pemeriksaannya kepada dinas
                            kesehatan.
e) Selambat-lambatnya enam hari setelah penugasan balai POM dinas kesehatan
                           akan melaporkan kepada Badan POM.
f) Dalam jangka waktu dua belas hari setelah diterimanya hasil laporan oleh
                           badan POM akan mengekuarkan izin usaha PBF yang telah memenuhi syarat.

F. SYARAT KETENAGAKERJAAN  PBF
a. PBF harus memiliki seorang apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki
    surat izin kerja (SIK) sebagai penenggung jawab teknis penyimpanan surat penyaluran
                obat dan alat kesehatan.
b. Memiliki seorang apoteker yang memiliki surat izin kerja (SIK) sebagai penanggung
                jawab.
c. Untuk ketenagakerjaan umum di PBF minimal tamatan SLTA atau Yang sederajat
d. Masing-masing tenaga kerja harus bekerja sesuai dengan keahlian,kemampuan, dan
                keterampilan di bidangnya masing-masing.

G. IDENTITAS PT. JAYA MAKMUR


 NAMA DAN ALAMAT PBF
NAMA PBF : PT. JAYA MAKMUR
Alamat : Jl.SUNGAISELAN, DESA BERUAS, KECAMATAN
  SIMPANGKATIS, KABUPATEN BANGKA TENGAH

 ASPEK LOKASI

Nama PBF yang akan didirikan adalah PT. JAYA MAKMUR yang terletak di

Jl.Sungaiselan, Desa Beruas, Kecamatan Simpangkatis, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.


H. TATA CARA PENYALURAN PERBEKALAN FARMASI
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PBF juga diberikan larangan oleh pemerintah yaitu:
a.  PBF dilarang menjual obat-obatan secara eceran
b.  PBF dilarang menyimpan dan menyalurkan obat-obatan golongan narkotika tanpa izin
    khusus.
c.  PBF tidak boleh melayani resep dokter.
d.  PBF dilarang membungkus atau mengemas kembali dengan merubah bungkus asli dari pabrik
    kecuali PBF bersangkutan mempunyai laboratorium,
e.  Pedagang Besar Farmasi hanya boleh menyalurkan obat keras kepada apotek, PBF lain,
    Instansi yang diizinkan oleh mentri kesehatan.

I. Analisis SWOT

Berdasarkan data‐data yang diperoleh dari survey pendahuluan terhadap posisi strategis
daerah/ peta lokasi dan keberadaan kompetitor, dapat diterangkan beberapa hal yang penting. Hal
ini dapat dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap PBF baru yang
akan didirikan (SWOT ANALISIS).

 Kekuatan / Strength
Yang menjadi kekuatan kompetitif PBF baru yang akan didirikan adalah sebagai berikut :
-Letak PBF strategis dipinggir jalan dan belum ada PBF yang lainnya .
-Mempunyai SDM yang berpotensi, kreatif, penuh inovasi, dan semangat kerja yang tinggi
 pelayanan sepenuh hati dengan keramahan dan senyum
-Petugas-petugas yang selalu standby di PBF, siap memberikan layanan terbaiknya dan distribusi
 yang terbaik.
-Pelayanan dan distribusi obat yang cepat dan harga nya sesuai dengan tingkat perekonomian
warga sehingga dapat terjangkau
-PBF yang bersih dan nyaman, disertai dengan gudang, TV, toilet, ruang tunggu, dan parkir
yang luas.
-PBF yang letaknya dekat dengan puskesmas, toko obat.
 Kelemahan / Weakness
-Merupakan PBF baru yang belum dikenal oleh masyarakat
-Kesadaran masyarakat untuk membeli obat dan alkes di PBF masih rendah.
-Untuk menutupi kelemahan tersebut maka nama PBF harus dibuat besar dan diberi neon box,
tanda/marka PBF dipasang tepi jalan dan sering melakukan promosi
 Peluang / Opportunity
- apotek,puskesmas ,toko obat , praktek bersama, Instalasi Farmasi Rumah sakit cukup
padat sehingga menjadi sumber pelanggan PBF yang potensial.
-Belum ada PBF yang terletak disana.
 Ancaman / Threaths
-Ancaman terutama datang dari kompetitor/pesaing, yaitu adanya PBF yang baru di sekitar
lokasi.
-Kurangnya dalam melakukan promosi PBF.

Biaya

1. Modal Tetap
a. Bangunan + tanah Rp.2.000.000.000,00
b. Perlengkapan Rp.1.500.000.000,00

1) Penerangan (listrik) Rp. 2.000.000,00


2) Telepon + pasang Rp. 750.000,00
3) Pompa Air Rp. 1.000.000,00
4) AC ( 10 set ) Rp. 30.000.000,00

5) TV 21”Plasma ( 3 buah ) Rp. 4.800.000,00


6) Alat Pemadam Kebakaran Rp. 4.500.000,00
7) Almari Pendingin Sanyo Rp. 1.275.000,00
8) Dispenser + gallon Rp. 350.000,00
9) Komputer + printer Rp. 10.000.000,00
10) Papan Nama APA Rp. 300.000,00
11) Papan Nama PBF Rp. 1.000.000,00
12) Papan Informasi Rp. 100.000,00
13) Administrasi Rp. 1.000.000,00
14) Neon Box Rp. 600.000,00
15) Literatur (ISO,MIMS,FI,dll) Rp. 1.000.000,00
16) Stempel PBF Rp. 100.000,00
17) Software PBF Rp. 3.500.000,00
18) Tempat Sampah dan Alat Kebersihan Rp. 100.000,00
19) Jam Dinding (2 buah) Rp. 100.000,00
20) Kalkulator Rp. 125.000,00
21) Rak Majalah dan Koran Rp. 50.000,00
22) Etalase 4m x 1m x 0,3 m Rp. 6.000.000,00
23) Meja: a. kasir Rp. 5.000.000,00
b. konsultasi Rp. 5.000.000,00
c. administrasi Rp. 5.000.000,00
24) Lemari kayu (obat) Rp. 10.000.000,00
25) Lemari Khusus Narkotik dan Psikotropik Rp. 8.000.000,00
25) Alat ukur gula darah, kolesterol, asam urat Rp. 1.000.000,00
(Easy touch 3 in 1)
26) Lemari / Rak Buku Rp. 500.000,00
27) Kursi duduk dan tunggu Rp. 3.750.000,00
(25 buah)
28) Timbangan milligram Rp. 900.000,00
29) Timbangan gram Rp. 800.000,00
30) Timbangan Badan Rp. 65.000,00
31) Erlenmeyer 500 ml Pyrex Rp. 41.000,00
32) Erlenmeyer 250 ml Pyrex Rp. 38.000,00
33) Erlenmeyer 100 ml Pyrex Rp. 32.000,00
34) Cawan Porselen 100 ml Rp. 85.000,00
35) Spatula porselen 15 cm (4) Rp. 50.000,00
36) Gelas ukur 5 ml Rp. 10.500,00
37) Gelas ukur 10 ml Rp. 12.700,00
38) Gelas ukur 25 ml Rp. 14.000,00
39) Gelas ukur 50 ml Rp. 18.000,00
40) Gelas ukur 500 ml Rp. 61.000,00
41) Botol timbang Rp. 4.000,00
42) Mortir stamper (4 buah) Rp. 250.000,00
43) Beker glass 250 ml Rp. 29.000,00
44) Batang pengaduk (2 buah) Rp. 12.000,00
45) Corong glass Rp. 15.000,00
46) Sofa Rp. 1.500.000,00
47) Seragam Karyawan Rp. 450.000,00
48) Tensimeter (Omron Hem 7111) Rp. 350.000,00
49) Motor Karisma x biru th 2005 Rp. 6.000.000,00
jumlah R.p 1.186.400.000

c. Biaya Perijinan (HO dan SIUP) Rp. 3.000.000,00


2. Modal Operasional Rp.
500.000.000,00
3. Modal Cadangan Rp.
20.000.000,00

Total Modal Rp. 3.000.000.000

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN KE I


a) Biaya Rutin perbulan tahun ke I
1) Kepala PBF Rp. 15.000.000

2) Apoteker (2 ) Rp. 16.000.000

3) Kasir (2) Rp. 6.000.000

4) Salesman (6) Rp.21.000.000

5) Juru tagih (3) Rp. 10.500.000

6) Penanggung jawab tata usaha/administrasi (4) Rp. 14.000.000

7) Petugas pembelian (3) Rp. 10.500.000

8) Petugas logistic (4) Rp. 14.000.000

9) Fakturis (3) Rp. 10.500.000

10) Petugas gudang (3) Rp.10.500.000

11) Cleannimg servis (8) Rp.16.000.000

Jumlah Rp. 144.000.000


12) Biaya Lain-lain
a) Persediaan Embalase Rp. 500.000,00
b) Biaya Penyusutan dan peneliharaan Rp. 1.000.000,00
c) Listrik,Air,telepon,Koran,dsb Rp.1.000.000,00
Jumlah Rp. 2.500.000
Biaya Total Rp.146.500.000
b) Biaya Rutin Tahun ke I
1) Biaya Rutin bulanan x 12 tahun Rp.1.758.000.000
2) THR (1 bulan gaji) Rp. 3.500.000,00
Total biaya Rutin tahun ke I Rp. 1.761.000.000

BAB III

PENUTUP

Pedagang Besar Farmasi adalah suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas dan
koprasi yang memiliki badan besar sesuai ddengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Izin usaha PBF, diberikan oleh Mentri Kesehatan dalam hal ini Mentri Kesehatan melimpahkan
wewenang pemberian izin usaha PBF berlaku untuk seterusnya selama PBF yang bersangkutan
masih aktif melakukan kegiatan usahanya. Peranan tenaga teknis kefarmasian dalam PBF sangat
penting karena memerlukan ketelitian, keterampilan dan kejujuran disamping pengetahuan yang
diperoleh di lembaga atau instansi pendidikan terkait yang harus diterapkan dan dikembangkan
untuk bertanggungjawab  di PBF. Bahwa seseorang tenaga teknis kefarmasian mempunyai peran
dan tanggungjawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas serta ikut membantu pemerintah
dalam melayani pendistribusian, perbekalan farmasi ke tempat pelayanan kesehatan.
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

Anda mungkin juga menyukai