Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Islam di Rusia

Di Rusia dan di tanah Siberia, sebuah wilayah yang mempertemukan dua


senja, tidak mengenal siang juga tidak dilewati malam, Allah mengetuk hati-
hati penduduknya untuk menerima risalah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Daratan Siberia Rusia ini, adalah sebuah daratan dingin yang suhu
tertingginya di musim panas saja hanya minus 50C.

Walaupun cahaya matahari tidak menembus wilayah ini, namun cahaya Islam
mampu menembus negeri beruang merah tersebut. Risalah ini melewati stepa,
hutan, dan pegunungan Rusia sejak 1400 tahun yang lalu. Abdul Karim as-
Samak menceritakan, pada tahun 2010 kunjungannya ke Moscow, ia melihat
Masjid Besar Moscow penuh sesak dengan jamaah yang shalat Jumat di sana.
Masjid yang memiliki enam lantai  tersebut tidak mampu menampung jamaah
yang shalat, akhirnya banyak sekali jamaah yang harus shalat di luar masjid
berhadapan dengan tamparan cuaca dingin.

Kabar ini jarang sekali kita dengar, kita lebih tahu Rusia adalah bekas negara
Uni Soviet yang mayoritas masyarakatnya menganut paham komunis.
Banyaknya jumlah masyarakat Islam di Rusia tentu saja menggembirakan kita,
terlebih dengan terbangunnya hubungan diplomatik Rusia dan Kerajaan Arab
Saudi tentu saja berdampak positif terhadap umat Islam di sana.

Dalam keadaan yang masih minoritas umat Islam tetap berani menunjukkan
eksistensi mereka di Rusia, pada tahun 1996, Mufti Rusia, Syaikh Rawi
Ainuddin, meminta kepada Presiden Boris Yeltsin agar mengizinkan umat
Islam mengadakan perayaan peringatan lebih dari 1000 tahun masuknya
agama tauhid ini ke negeri tersebut. Namun permintaan tersebut ditolak oleh
Yeltsin, barulah pada masa Vladimir Puthin umat Islam diizinkan mengadakan
perayaan tersebut dan eksistensi Islam pun kian kentara.
 Kompleks Bara Imambara terdiri atas empat bangunan penting, yakni
Bara Imambara atau Asfi Imambara, Rumi Darwaza atau benteng dengan
dua gerbang masuk kompleks, Masjid Asifi, dan Shahi Baoli atau sumur
tempat pemandian raja. Secara keseluruhan, gaya arsitektur Bara
Imambara merupakan perpaduan apik antara arsitektur Mughal Islam,
Rajpur Hindu, dan Gothik Eropa.

Seluruh bangunan terbuat dari batu bata dan plester kapur tanpa unsur-
unsur kayu dan logam pada setiap bangunan pada awal didirikannya.
Akses masuk kompleks melalui dua gerbang Rumi Darwaza yang
mengarah ke sebuah halaman besar. Nama Rumi ini diambil dari kata
“Roma”, mengenang kehebatan Turki Utsmani menaklukkan Kota
Konstantinopel, ibu kota Romawi Timur, menjadi Istanbul.

Memasuki area kompleks akan dijumpai dua bangunan lain, Masjid Asifi di
sisi kanan dan bangunan sumur Shahi Bawali di sisi kiri. Sedangkan di
bagian depan akan dijumpai bangunan monumen utama Bara Imambara.
Tentu saja Bara Imambara memiliki bentuk dan konstruksi paling menonjol.
Masyarakat setempat menyebut bangunan ini bhulbhulaya atau bangunan
labirin.

Hal itu dikarenakan banyaknya lorong-lorong dan ruang-ruang yang saling


berhubungan seperti labirin. Ada lebih dari 1.000 bagian lorong labirin pada
bangunan ini, sebagian lorong berakhir buntu, sementara lainnya berakhir
pada pintu masuk atau pintu keluar. Dan juga terdapat delapan ruang
berbeda di setiap tingkat dengan 489 pintu yang saling terhubung dan
serupa satu sama lain. Ini belum termasuk sejumlah susunan tangga yang
naik atau turun, serta balkon.

Lorong labirin ini dinilai cukup berbahaya bagi para pengunjung.


Karenanya, pengelola bangunan menganjurkan adanya pemandu bila ingin
memasuki bangunan ini. Bahkan, ada cerita lain terkait beberapa lorong
hingga menuju terowongan di bagian bawah tanah yang sengaja ditutup
karena sangat panjang hingga sampai ke Sungai Gomti dan Kota Delhi.

Anda mungkin juga menyukai